'Aku tahu ini salah… Aku tahu ini dosa… Tapi aku tidak bisa menghentikannya…'

.

.

.

AFFAIRS

Rate: M

Genre: Romance, Drama, Angst, Family

.

.

.

Disclaimer: Kuroko no Basuke (黒子のバスケ) – Fujimaki Tadatoshi

Pairing: Akashi Seijuurou X OC, Slight Mayuzumi Chihiro X OC

Warning: Little OOC, Lemon impilist

.

.

.

Chapter 1

Sinar matahari yang masuk melalui celah jendela membuat sesosok gadis membuka matanya dengan malas sehingga menampakan iris coklatnya. Dia selalu berharap agar tidak pernah bangun lagi dan harus menghadapi hari-harinya yang berat. Diapun perlahan bangkit dari tidurnya dan melihat sosok pria bersurai merah di sampingnya yang masih tertidur lelap, dada bidangnya yang terekspos naik turun dengan tenangnya. Sang gadispun hanya menatap sosok tersebut dengan pandangan sendu, rasa sakit kembali menyusup di dadanya. Dia tahu apa yang mereka lakukan ini salah, lebih tepatnya sangat salah. Karena dia tidak seharusnya melakukan hubungan terlarang ini bersama pria disampingnya, apalagi pria tersebut adalah tunangan kakaknya…

Flashback 4 bulan lalu…

"Eh? Tunangan?" Kata sosok gadis bersurai coklat muda kaget setelah mendengar perkataan dari sosok perempuan di depannya yang lebih tua 1 tahun dan memiliki surai yang sama dengannya hanya saja lebih pendek.

"Iya, aku akan bertunangan dengan Seijuurou-kun." Jelas sosok perempuan didepannya.

"Se-Seijuurou itu… Akashi Seijuurou?" Kata sang gadis memastikan.

"Iya. Siapa lagi?" Kali ini ayahnya yang berbicara. Sang gadispun langsung terdiam, dia terlalu kaget mendengar hal itu.

"Kenapa kau diam saja Shizuka? Berikan ucapan selamat pada kakakmu!" Titah ayahnya.

"A-ah… O-omedetou gozaimasu… Haru-nee…" Kata Shizuka pelan dengan senyum yang dipaksakan.

"Arigatou Shizuka!" Kata Haruka riang.

.

.

.

Saat ini Shizuka berada di balkon rumahnya menatap langit malam yang berwarna pekat seperti perasaannya yang saat ini sangat kacau. Bagaimana perasaanmu jika kau baru saja pulang dari luar negeri untuk urusan pekerjaan, dan saat kau tiba dirumah, kau mendengar bahwa pacarmu akan bertunangan dengan kakakmu sendiri. Dan yang lebih parahnya, kakakmu tahu kalau calon tunangannya adalah pacarmu, namun dia tetap menerimanya. Dan sekarang, orang yang ingin kau mintai konfirmasinya sama sekali tidak menjawab teleponmu.

"Nomor yang anda tuju sedang tidak aktif atau berada diluar jangkauan, silahkan tinggalkan pesan setelah nada berikut *piip*"

"Sei, jika kau mendengar pesanku ini, cepat telepon aku kembali… Penting." Kata Shizuka menyerah, diapun mematikan ponselnya dan menghela nafas lelah. Dia sudah berkali-kali mencoba menghubungi Akashi, namun tidak ada satupun panggilan yang diangkat.

"Shizuka." Panggil sebuah suara.

"Nee-san…" Kata Shizuka lemah sambil menatap sosok tersebut dengan pandangan kecewa.

"Mengenai pertunanganku dengan Seijuurou-" belum selesai Haruka menyelesaikan kalimatnya, Shizuka sudah memotongnya.

"Kenapa? Kenapa nee-san menyetujuinya? Nee-san tahu kan kalau Seijuurou itu pacarku?" Kata Shizuka kecewa.

"… Aku tahu." Jawab kakaknya singkat. Shizukapun memilih diam untuk mendengarkan kalimat kakaknya selanjutnya.

"Aku tahu Seijuurou itu pacarmu… Tapi itu keputusan ayah dan ayah Seijuurou-kun, jadi aku tidak mungkin menolak." Shizukapun terdiam mendengar itu. Namun kata-kata kakaknya selanjutnya benar-benar membuat Shizuka kaget.

"… Lagipula selama ini aku memang mencintai Seijuurou-kun, sekalipun dia memang pacarmu." Aku kakaknya.

"Ne-Nee-san…" Kata Shizuka dengan suara bergetar, dia tidak menyangka selama ini kakaknya mencintai pacarnya.

"Selama ini kau selalu bahagia kan? Jadi tidak ada salahnya jika aku mengambil sedikit dari kebahagiaanmu itu…" Bisik Haruka ditelinga Shizuka sambil tersenyum penuh kemenangan. Setelah itu Harukapun berjalan pergi meninggalkan adiknya yang saat ini sedang terpuruk. Kelakuannya tadi memang kejam, tapi dia merasa tidak ada salahnya memberi adiknya 'sedikit' rasa sakit yang selama ini dirasakannya.

"Seijuurou…" Bisik Shizuka sambil menggenggam erat ponsel ditangannya dengan air mata yang mulai mengalir.

Ditempat lain, kediaman Akashi…

"Ayah! Aku tidak tahu soal ini! Kenapa kau seenaknya memutuskan pertunanganku?!" Kata sosok pemuda bersurai merah dengan nada tinggi pada pria di depannya yang tadi dia panggil 'ayah'.

"Jangan membantah Seijuurou. Ini demi kau dan keluarga kita." Jawab ayahnya tenang.

"Tapi aku-"

"Kubilang jangan membantah!" Perintah ayahnya dengan nada tinggi.

" Tch! Pokoknya aku menolak pertunangan ini!" Kata Akashi geram, diapun meninggalkan ayahnya dan masuk kekamarnya sambil membanting pintunya. Seandainya dia punya kekuatan untuk menentang kuasa pak tua itu. Dia benar-benar muak dengan ayahnya yang terlalu mengekang dan mengaturnya. Akashipun merebahkan dirinya dikasur untuk menenangkan emosinya. Dia harus tenang jika ingin menang melawan ayahnya. Tiba-tiba dia melihat ponselnya berkedip-kedip, menunjukan adanya panggilan masuk, tapi Akashi memilih mengabaikannya, namun karena ponselnya terus bergetar, diapun akhirnya mengambil ponsel tersebut dengan malas. Dan dia terkejut saat melihat nama kontak yang menelponnya.

'Shizuka…' Batin Akashi, dia yakin, Shizuka pasti sudah tahu mengenai pertunangannya dengan Haruka, kakaknya. Akashi yang bingung harus menjelaskan apa, memilih untuk mengabaikan panggilan tersebut dan mematikan ponselnya.

"Maaf Shizuka…" Bisik Akashi. Beberapa menit kemudian, Akashi menghidupkan kembali ponselnya dan ternyata ada sebuah pesan suara dari Shizuka, Akashipun membuka pesan tersebut. Dan terdengarlah suara Shizuka.

"Sei, jika kau mendengar pesanku ini, cepat telepon aku kembali… Penting." Akashipun terdiam mendengarnya. Dia merindukan Shizuka, sangat. Tapi dia bingung harus bagaimana menjelaskan soal ini padanya. Akashi tahu, Shizuka pasti sangat kecewa dan terpukul saat ini. Diapun akhirnya memilih untuk mengirim pesan singkat pada Shizuka.

Shizuka terbangun dengan mata sembab, semalaman dia menangis memikirkan hubungannya dengan Akashi. Padahal selama ini Shizuka merupakan gadis yang kuat, tapi untuk hal ini dia benar-benar tidak tahan untuk menahan air matanya. Shizukapun melihat ponselnya dan terdapat pesan masuk dari Akashi.

"Besok pukul 5 sore, ayo kita bertemu di taman kota." Hanya itu isi pesan singkatnya, Shizukapun tersenyum sedih membaca itu.

'Aku…Sudah memutuskan…' Batin Shizuka.

.

.

.

"Shizuka…" Panggil Akashi saat melihat gadis yang sangat dirindukannya.

"Sei…" Bisik Shizuka, lalu dia berlari ke arah Akashi dan memeluknya erat, perlahan air matanya menetes dan terdengarlah suara isakan. Akashipun membalas pelukan Shizuka.

"… Jadi kau sudah tahu ya?" Bisik Akashi. Shizuka hanya menjawabnya dengan anggukan kecil. Akashipun mengangkat wajah Shizuka agar dia bisa menatapnya, dan Akashi melihat mata Shizuka yang bengkak karena menangis, lalu Akashi memberi Shizuka kecupan ringan dibibirnya.

"Pak tua itu yang seenaknya memutuskan. Kau tenang saja, aku akan membatalkan pertunanganku. Apapun yang terjadi." Kata Akashi pasti, lalu ia kembali menarik Shizuka ke pelukannya. Shizuka yang mendengar perkataan Akashipun teringat wajah dan ucapan kakaknya semalam.

"… Selama ini aku memang mencintai Seijuurou-kun… " Ya, kakaknya mencintai pacarnya ini. Dan reflek Shizukapun langsung melepaskan pelukan Akashi.

"Shizuka?" Tanya Akashi bingung.

"Kau… Tidak perlu membatalkan pertunanganmu…" Kata Shizuka pelan tanpa menatap Akashi.

"Apa?" Kata Akashi berusaha memastikan ucapan Shizuka.

"Kau tidak perlu membatalkan pertunanganmu…" Ulang Shizuka.

"Nee-san mencintaimu Seijuurou… Biar aku yang…" Shizuka menggantungkan kalimatnya, berusaha mengumpulkan kekuatan untuk mengucapkan akhir dari kalimatnya, "Mundur." Lanjutnya, Shizuka merasa dadanya sangat sakit saat mengucapkan itu. Akashipun membelalakan matanya mendengar itu. Dia tidak bisa menerima kata-kata Shizuka barusan.

"Tidak. Aku tidak mau. Hanya kau yang aku cintai, dan aku tidak ingin bersama perempuan selain kau." Tolak Akashi tegas.

"Kumohon Seijuurou… Nee-san mencintaimu…"

"Tapi aku tidak."

"Mengertilah…"

"Aku tidak mau mengerti."

"Seijuurou!"

"Shizuka." Kata Akashi menyebut nama Shizuka dan langsung menciumnya kembali. Shizukapun memberontak dan mendorong Akashi.

"Seijuurou!" Bentak Shizuka tidak suka dengan perlakuan Akashi barusan.

"Kenapa? Kenapa kau menyerah begitu saja? Apa hubungan kita itu tidak penting?" Tanya Akashi dingin, Shizukapun terdiam mendengarnya.

"Jawab aku, Shizuka!" Perintah Akashi sambil mencengkram kedua bahu Shizuka. Air mata Shizuka kembali turun.

"… Penting… Tentu saja sangat penting…" Jawab Shizuka pelan.

"Kalau begitu-"

"Tapi kebahagiaan nee-san jauh lebih penting…" Lanjut Shizuka memotong ucapan Akashi.

"Shizuka…" Kata Akashi kecewa mendengarnya.

"Maaf ya Seijuurou… Aku memilih kebahagiaan nee-san…" Kata Shizuka dengan senyum yang dipaksakan. Setelah itu Shizuka memberikan Akashi sebuah ciuman perpisahan.

"Selamat tinggal…" Bisik Shizuka lemah. Diapun segera pergi dari hadapan Akashi yang menatapnya dengan pandangan terluka, kecewa, dan marah. Shizuka berharap dengan ini semuanya selesai, namun sayangnya tidak secepat itu…

Beberapa hari kemudian, pesta pertunangan Akashi dan Harukapun dilaksanakan di sebuah hotel mewah di luar kota. Baik Shizuka maupun Akashi sebetulnya tidak ingin hadir, namun mereka tidak bisa tidak hadir. Shizukapun sekarang sendirian berada di antara pesta tersebut.

"Putra tunggal dari keluarga Akashi dan putri sulung keluarga Matsumoto… Benar-benar pasangan serasi ya!" Komentar seorang perempuan.

"Kau benar… Mereka benar-benar cocok! Seperti pangeran dan tuan putri!" Tambah salah seorang teman dari perempuan tersebut.

"Iya, pasangan yang sempurna!" Tambah perempuan lain lagi. Dan masih banyak lagi pujian dari para tamu mengenai betapa serasinya Akashi dan Haruka. Shizuka yang tidak tahan mendengar itupun pergi ke balkon ruangan untuk menghirup udara segar.

'Seijuurou memang jauh lebih cocok dengan nee-san…' Batin Shizuka. Dia mengakuinya, kakaknya memang sempurna dimatanya, dia cantik, pintar, dan anggun, benar-benar seperti tuan putri, dibandingkan dirinya yang suka seenaknya sendiri dan tidak begitu pintar. Shizukapun menghela nafas lelah dan tersenyum sedih.

"Yak! Sekarang saatnya acara tukar cincin!" Suara MC dari dalam ruangan membuat Shizuka mengalihkan perhatiannya, dan dia memutuskan untuk kembali kedalam ruangan. Dan terlihatlah di panggung, kakaknya dan Akashi yang terbalut gaun dan tuxedo sedang saling memasukkan cincin ke jari manis mereka, yang disambut oleh tepuk tangan riuh dari penonton. Tanpa disengaja mata Akashi dan Shizuka saling bertemu, dan Shizukapun langsung mengalihkan pandangannya ke arah lain. Dia dan Akashi tidak pernah saling berhubungan setelah kejadian di taman tersebut.

"Cium! Cium!" Entah siapa yang memulai, tapi berkat itu, seluruh tamu mengikutinya, sehingga ruangan itu menjadi ramai.

"Bagaimana ini Seijuurou-kun?" Tanya Haruka.

"Abaikan saja." Jawab Akashi dingin. Haruka yang mendengar jawaban dingin Akashi hanya tersenyum kecil. Tiba-tiba keseimbangan Haruka hilang, Akashi yang melihat itupun refleks berusaha menahannya, namun kesempatan itu dimanfaatkan oleh Haruka untuk mencuri ciuman dari Akashi. Haruka sengaja? Memang. Dan sekarang para tamu pun bersorak riuh, lain halnya dengan Shizuka, setelah melihat adegan itu, dia langsung pergi meninggalkan ruangan tersebut, namun Akashi melihatnya.

"Haruka-!" Kata Akashi kesal saat mereka sudah turun dari panggung dan selesai menyalami para tamu yang memberi mereka ucapan selamat.

"Ng? Kenapa memangnya Seijuurou-kun? Sekarang kita tunangan kan?" Tanya Haruka santai.

"Kau… Padahal kau tahu aku pacar adikmu, tapi kau malah-" Kata Akashi dingin dengan tatapan mata tajam.

"Lalu kenapa? Kau memang pacar Shizuka, tapi itu dulu… Sekarang kau tunanganku, dan cepat atau lambat kita akan menikah." Balas Haruka dengan senyum kemenangan.

"Jangan harap." Setelah mengatakan itu, Akashipun langsung beranjak pergi dari hadapan Haruka dan meninggalkan ruangan pesta tersebut, dia berniat mencari Shizuka. Tanpa Akashi sadari, Haruka menatapnya sedih.

"… Aku pasti akan mendapatkanmu Seijuurou-kun…" Bisik Haruka pelan.

Akashi terus menyusuri koridor hotel, dia tahu bahwa Shizuka menginap di salah satu kamar di hotel tersebut dari petugas hotel yang sedang membersihkan koridor. Diapun memencet bel kamar dengan nomor 1508 tersebut.

"Sia-" Pertanyaan Shizuka terhenti saat melihat pemuda didepannya. Shizukapun berniat menutup pintu kamar hotel tersebut, namun Akashi menahannya dan berhasil masuk dan mengambil kunci kamarnya.

"Seijuurou! Apa-apaan kau?! Kembalikan kunci itu!" Geram Shizuka, namun Akashi tidak menanggapinya.

"Kenapa kau pergi?" Tanya Akashi.

"Bukan urusanmu!" Jawab Shizuka.

"Jelas urusanku. Kau bilang kau memilih kebahagiaan kakakmu? Tapi kenapa kau malah pergi saat aku dan kakakmu berciuman?" Tanya Akashi lagi, Shizukapun tidak menjawab dan memilih menutup kedua telinganya.

"Kau berbohong Shizuka… Kau sebetulnya tidak rela kan jika aku bersama kakakmu?"

"CUKUP! KELUAR!" Usir Shizuka dengan air matanya yang mengalir. Akashipun menarik tangan Shizuka agar dia melepaskan kedua telinganya, dan menarik Shizuka ke pelukannya lalu mengunci bibirnya paksa. Shizukapun memberontak dan berusaha mendorong tubuh pemuda itu.

"Apa yang-" Belum selesai Shizuka bicara, Akashi kembali menariknya kepelukannya, dan kali ini lebih erat.

"Katakan kalau kau membenciku, katakan kalau kau sudah tidak mencintaiku, katakan kalau kau ingin aku bertunangan dengan kakakmu, maka aku akan pergi…" Bisik Akashi, namun Shizuka tidak menjawab dia hanya menangis dan menangis. Akashipun memberi Shizuka sebuah kecupan lagi.

"Hanya kau yang aku cintai…" Kata Akashi setelah melepaskan kecupannya. "Aku tidak ingin melepasmu… Aku ingin selalu bersamamu… Aku ingin memilikimu seutuhnya…" Lanjutnya. Entah kenapa Shizuka menganggukan kepalanya pelan, ternyata dia memang tidak bisa menahan perasaannya.

Akashipun kembali mengunci bibir Shizuka, namun kali ini Shizuka membalas kecupannya itu. Perlahan Akashi mendorong Shizuka ke ranjangnya dan mulai mencumbunya.

"Seijuurou… Apa kau yakin?" Bisik Shizuka disela ciuman mereka.

"Aku tidak akan melakukannya jika aku tidak yakin." Jawab Akashi tegas. Merekapun melepaskan semua yang menghalangi mereka, hanya disini mereka bebas mengeluarkan perasaan mereka tanpa memikirkan resiko seperti apa yang akan mereka tanggung karena sudah melakukan hal yang tidak boleh dilakukan… Sebuah dosa yang akan terus dan terus terulang lagi di masa depan…

Flasback End

Shizukapun duduk termenung mengingat kejadian itu. Setelah kejadian itu, mereka berdua semakin sering berhubungan, namun setiap saat Shizuka bangun, dia selalu dihantui rasa bersalah dan rasa sakit di dadanya, karena telah menghianati sang kakak.

'Aku tahu ini salah… Aku tahu ini dosa… Tapi aku tidak bisa menghentikannya…' Batin Shizuka seraya meremas selimut yang menutupi tubuh polosnya. Tiba-tiba sepasang tangan melingkar di pinggangnya, dan memeluknya dari belakang.

"Memikirkan apa?" Bisik Akashi sambil menyandarkan kepalanya di pundak Shizuka. Ternyata si surai merah sudah bangun dan memperhatikan Shizuka sejak tadi.

"… Bukan apa-apa…" Jawab Shizuka pelan. Akashipun tahu kalau Shizuka berbohong.

"Tentang hubungan kita lagi?" Tebak Akashi. Namun Shizuka memilih diam tidak menjawab.

"Aku sudah bilang kan? Jangan memikirkan hal itu lagi… Pasti akan ada jalan keluar." Kata Akashi.

"Kapan jalan keluar itu muncul? Rasanya hanya ada jalan buntu…" Kata Shizuka putus asa. Akashipun diam dan hanya bisa memeluk Shizuka semakin erat. Jujur, dia sendiri bingung, satu bulan yang lalu dia berniat untuk memutuskan pertunangannya dengan Haruka, namun Haruka mengancam akan bunuh diri jika Akashi melakukan itu, awalnya Akashi kira itu hanya ancaman kosong, tapi ternyata benar, Haruka ditemukan melakukan percobaan bunuh diri dengan memotong urat nadinya, beruntung dia cepat ditemukan dan nyawanya tertolong. Semenjak itu Akashi semakin sulit untuk bertemu Shizuka, karena harus berada disisi Haruka, belum lagi pekerjaan Shizuka menuntutnya sering berpergian. Tiba-tiba suara dering ponsel Akashi membuyarkan keheningan diantara mereka.

"Ponselmu bunyi…" Kata Shizuka.

"Abaikan saja…" Jawab Akashi.

"Tidak boleh! Siapa tahu itu penting!"

"Tch…" Decih Akashi, sambil mengangkat teleponnya malas.

"Moshi-moshi." Sapa Akashi.

"Seijuurou-kun? Kau dimana? Aku meneleponmu semalam tidak diangkat, aku menelepon ke rumahmu mereka bilang kau tidak pulang." Kata suara diseberang sana yang ternyata Haruka. Mendengar suara Haruka, rasa sakit di dada Shizukapun semakin kuat.

"Semalam aku lembur, dan berhubung aku sudah terlalu mengantuk, aku jadi menginap diluar. Jangan khawatir." Kata Akashi berbohong. Mana mungkin kan dia bilang kalau semalam dia bersama Shizuka di apartemennya.

"Begitukah… Aku ingin bertemu denganmu…" Pinta Haruka.

"Tidak bisa. Aku sibuk." Kata Akashi berbohong lagi, dan terdengarlah nada kecewa dari suara diseberang sana, namun tiba-tiba Shizuka mencubit lengannya pelan, sehingga membuat Akashi memberinya tatapan tajam.

"Pergilah." Bisik Shizuka pelan.

"Hhh… Baiklah, kapan?" Kata Akashi menyerah.

"Benarkah?! Kalau begitu malam ini!"

"Baiklah kau tunggu saja di rumahmu, nanti kujemput jam 7 malam." Kata Akashi ingin cepat-cepat mengakhiri pembicaraan.

"Baiklah, sampai nanti!" Kata Haruka sambil memutuskan panggilan.

"Puas?" Tanya Akashi pada Shizuka yang hanya diabaikan olehnya.

"Sebaiknya kau bersiap-siap, kau harus ke kantor sebentar lagi kan?" Tanya Shizuka.

"Kau juga." Balas Akashi.

"Oh iya, lima hari kedepan aku tidak akan pulang, aku ada urusan pekerjaan dan bertemu seseorang."

"Siapa?"

"Ayahku."

"Baiklah, kalau begitu…" Akashi kembali memeluk Shizuka. "Aku minta ronde kedua." Bisiknya seduktif di telinga Shizuka, mendengar perkataan itu wajah Shizukapun memerah, diapun buru-buru melepaskan pelukan Akashi dan bangkit dari tempat tidurnya.

"Jangan bercanda. Cepat bersiap-siap untuk kerja sana!" Ucap Shizuka berusaha tenang, namun tetap tidak bisa menyembunyikan rona merah diwajahnya, Akashipun mengeluarkan smirknya karena berhasil membuat reaksi Shizuka seperti itu.

'Dasar tidak pernah jujur…' Batin Akashi.

.

.

.

"Ayah, sebetulnya kau ingin memperkenalkanku pada siapa?" Tanya Shizuka. Saat ini dia dan ayahnya berada disebuah restoran keluarga didaerah Tokyo.

"Sebentar lagi dia datang, tunggulah." Hanya kalimat itu yang diucapkan sang ayah.

"Ah, itu dia." Ucap ayahnya saat melihat sosok pria tinggi berambut abu-abu yang wajahnya sudah tidak asing bagi Shizuka.

"Chihiro-senpai?!" Kata Shizuka kaget.

"Shizuka?" Chihiro juga agak kaget saat melihat Shizuka.

"Kalian sudah saling kenal?" Tanya ayahnya.

"Un! Chihiro-senpai adalah seniorku saat SMA…" Jelas Shizuka, yang hanya dijawab anggukan kecil oleh Chihiro.

"Begitukah? Mayuzumi sebetulnya sudah lama bekerja di perusahaan kita, tapi selama ini dia bertugas di Jerman untuk mengurusi kantor cabang disana, dan baru saja kembali satu minggu yang lalu. Baguslah kalau kalian sudah saling kenal. Shizuka, kau dan Mayuzumi akan menjadi partner kerja dalam jangka waktu yang cukup lama. Mayuzumi, kau tolong bantu putriku yang payah ini ya." Pinta ayahnya.

"Saya akan berusaha sebaik mungkin, pak." Kata Chihiro disertai senyum kecil.

"Shizuka, jangan terlalu merepotkan Mayuzumi nanti." Perintah ayahnya pada Shizuka.

"Mou… Aku mengerti, ayah…" Gerutu Shizuka.

"Baguslah. Kalau begitu aku harus pergi duluan karena ada rapat dengan klien. Kalian berdua silahkan berbincang-bincang." Pamit ayahnya, dan diapun meninggalkan Shizuka dan Chihiro berdua.

"Lama tidak berjumpa ya, Shizuka." Kata Chihiro memulai percakapan.

"Iya, aku tidak menyangka akan bertemu lagi dengan senpai, dan lagi, ternyata senpai merupakan pegawai di perusahaan ayah." Shizukapun tersenyum saat mengatakan itu.

"Kau benar. Ngomong-ngomong berhentilah memanggilku 'senpai', kita partner sekarang."

"Eeh? Bukankah jadi aneh? Lalu aku harus memanggilmu apa?" Tanya Shizuka bingung.

"Chihiro saja cukup."

"Aku tidak biasa."

"Kalau begitu, biasakan."

"Mou… Baiklah… Chihiro." Shizukapun akhirnya menyerah.

"Bagus," puji Chihiro dengan senyum kecil, sementara Shizuka hanya mendengus sebal.

"Sudahlah. Ayo kita mulai membicarakan pekerjaan." Ajak Chihiro, Shizukapun mengangguk, dan dimulailah percakapan-percakapan mereka mengenai pekerjaan.

.

.

.

Suara ponsel yang bergetar membuat Shizuka mengalihkan pandangannya dari laptop pada ponselnya, dan saat dia melihat siapa peneleponnya, Shizukapun langsung segera mengangkatnya.

"Moshi-moshi…" Sapa Shizuka.

"Lama." Kata suara diseberang sana dingin. "Kau sedang apa?" Tanyanya kemudian.

"Maaf Sei, aku sedang membuat draft untuk rapat. Kau?"

"Memikirkanmu." Mendengar jawaban Akashi itu, wajah Shizukapun memerah, untung Akashi tidak melihatnya.

"Hei-hei… Sejak kapan seorang Akashi Seijuurou menjadi tukang gombal?" Cibir Shizuka.

"Hn. Entahlah." Jawab Akashi dingin, sehingga membuat Shizuka terkekeh pelan.

"Seijuurou, kau tahu hari ini aku bertemu dengan siapa?"

"Siapa? Ayahmu?"

"Ck, memang iya sih… Tapi bukan itu… Aku bertemu dengan Chihiro-senpai!" Kata Shizuka riang. Akashipun terdiam, berusaha mengingat nama yang tadi disebutkan oleh Shizuka, dan diapun teringat pada seniornya saat SMA.

"Mayuzumi… Chihiro?" Kata Akashi memastikan.

"Iya." Jawab Shizuka singkat. Mendengar itu entah kenapa Akashi merasa 'tidak aman'.

"Bagaimana kau bisa bertemu dengannya?"

"Chihiro ternyata pegawai di perusahaan ayah dan dia juga bisa dibilang orang kepercayaan ayah. Dan lagi, sepertinya aku akan sering bekerja bersamanya karena kami partner." Jelas Shizuka yang semakin membuat Akashi merasa 'panas'.

"… Jangan terlalu dekat dengannya." Perintah Akashi.

"Hah? Memangnya kenapa? Lagipula sejak dulu, aku dan Chihiro memang dekat kan?" Tanya Shizuka bingung. Memang benar, saat SMA dulu Shizuka dan Chihiro memang dekat, tapi bagi Shizuka, itu hanya sebatas hubungan junior-senior, namun lain menurut pandangan Akashi. Dia tahu dari bagaimana cara Chihiro menatap, bicara dan memperlakukan Shizuka, Chihiro menyukainya, namun untungnya Shizuka tidak menyadarinya, sehingga hubungan mereka hanya sebatas junior-senior, apalagi saat Chihiro lulus, merekapun lost contact.

"Pokoknya jangan terlalu dekat!"

"Mana mungkin kan? Dia partnerku! Ah, sudahlah, kalau kau hanya meneleponku untuk membicarakan ini, sebaiknya kita akhiri saja." Kata Shizuka sambil mematikan ponselnya dan kembali ke pekerjaannya. Ditempat Akashi, Akashi sedang melempar ponselnya kesal setelah Shizuka memutuskan panggilannya.

'Dari semua orang, kenapa harus dia?!' Batin Akashi.

Sementara di lain tempat seorang pemuda berambut abu-abu sedang tersenyum melihat sebuah foto lama yang terdapat di dompetnya, di sana terpampang gambar dirinya dan seorang gadis bersurai coklat panjang sedang tersenyum ke arah kamera. Foto itu diambil saat kelulusan SMAnya.

'Akhirnya kita bertemu lagi, Shizuka…' Batin Mayuzumi sambil mencium foto tersebut.

.

.

.

TBC

Author's note:

Ukh… oke… Rate M pertama (yg dipublish)…

Maaf ancur dan 'kurang asem'… *guling-guling*

Yah sudahlah, ditunggu reviewnya di kotak review~ /