~dangerous twins ~

.

Super Junior © SM Entertainment

.

Chapter 1 :

A baby

.

Rating : T

.

Cast :

Super Junior's members and the others support cast.

.

.

Genre :

Romance, Family, Hurt/Comfort.

.

Warning :

GS, Typo(s), OOC, etc.?

.

.

~Don't Like, Don't Read~

Note : Fanfic ini pernah di publish sebelumnya tapi karena sempat dihapus sama admin FFN jadi saya publish ulang. :D

Chapter 1

.

.

"YA BERUANG PABBO APA YANG KAU LAKUKAN?" seorang yeoja cantik dengan surai panjang berwarna pirang berteriak marah pada sosok namja dengan perawakan gagah yang kini tengah berada di atas atap rumah milik sang yeoja.

"wae? Aku sedang membenarkan atap rumah kita. Aku bosan mendengar omelanmu setiap hujan." Jelas namja berbadan besar itu tanpa sedikitpun mengalihkan kegiatannya mencari asal usul lubang yang menyebabkan tetesan hujan bisa masuk ke dalam rumahnya.

"terserahlah! Aku akan berjualan di pasar." Yeoja cantik itu hendak berjalan pergi, bersamanya ia membawa gerobak dorong berukuran sedang dengan beberapa sayuran dan ikan segar yang memenuhinya, tak wajar sebenarnya bila melihat paras sang yeoja yang nampak seperti bintang papan atas menjajahkan dagangan di pasar tapi inilah kehidupan dan tak ada yang bisa dipersalahkan atasnya, tidak.. ini bukan sinetron yang mana ternyata sang yeoja cantik adalah anak orang kaya yang melarikan diri dari rumahnya demi menikah dengan lelaki yang dicintainya dan rela tinggal dalam rumah sederhana yang bahkan atapnya sangat sering bocor.

Cih~yeoja itu tak akan sudi melakukan hal seperti itu, setidaknya jika harus pergi dari rumah dan menikah dengan pria yang ditentang orang tuanya setidaknya dia akan membawa beberapa asset berharga milik keluarganya untuk dia hidup secara berkecukupan.

"hati-hati jalanan sangat licin dan jangan tergoda dengan pria hidung belang di pasar."

Yeoja cantik itu memutar matanya malas,

"ya aku tau, mereka akan kehilangan tangannya kalau berani menyentuhku lagipula bukannya kau juga lelaki hidung belang Kim Kangin?"

"hei.. aku ini suamimu tau. HEI .. KIM HEECHUL JANGAN KABUR KAU!" teriak Kangin saat mendapati istrinya sudah berlari pergi sambil mendorong gerobaknya menuju pasar yang jaraknya tak terlalu jauh dari rumah mereka.

"dasar.. padahal sudah kubilang jalannya licin tapi masih saja berlari." Gumam Kangin sambil menatap khawatir pada sosok Heechul yang mulai menjauh dari pandangannya.

Well.. sepertinya Kangin akan mendapat omelan super pedas lagi dari sang istri karena akhirnya ia lebih memilih berhenti membenarkan atap rumah mereka dan turun untuk menyusul sang istri yang akan berdagang di pasar. Ia lebih mengkhawatirkan istri cantiknya dibandingkan nasibnya nanti malam, setidaknya Kangin harus berdoa semoga tidak hujan malam ini.

Heechul mengelar dagangannya dipasar, sekilas dia membalas senyum beberapa pedagang lain yang kebetulan melintas di dekatnya. Kecantikannya sudah menyebar seantero pasar dan dia seolah sudah menjadi sosok primadona di sana.

"LIHAT APA KAU? MAU AKU COLOK MATAMU SAMPAI BUTA, HAH?!" teriak Heechul sambil mengacungkan sebuah golok pada sosok namja yang menatapanya lapar, dan seketika namja itu berlari ketakutan. Well, mulut pedas Heechul juga sudah menyebar pada semua orang disana.

"Heechul-ah, jangan terlalu galak." seorang yeoja tua yang juga berdagang di lapak sebelah Heechul member komentar pada sifat Heechul yang tak pernah berubah sejak dulu, bahkan namja tua itu seolah melihat eomma Heechul yang saat ini berada disampingnya.

"biar saja ahjuma biar kapok." Heechul bersunggut sambil merapikan beberapa dagangannya, masih pagi dan sudah ada beberapa pelanggan yang mulai menjajahkan kakinya berkeliling pasar.

"hoek..hoekk.." tiba-tiba Heechul merasakan mual di perutnya, sarapan yang dimakannya tadi pagi habis terbuang sedikit membuat khawatir yeoja tua disebelahnya.

"Chullie, apa kau sakit?"

"anniya Hong ahjuma, mungkin aku hanya kelelahan."

"sudah berapa lama kau mengalaminya?" seorang yeoja paru baya yang juga berjualan disekitar sana ikut bergabung mengerubuni Heechul, sedikit berpikir mencoba mengingat keanehan yang dialaminya beberapa minggu belakangan.

"ya beberapa minggu terakhir."

"apa kau sering pusing atau ingin sesuatu yang aneh-aneh?" tanya yeoja itu lagi, kali ini lebih bersemangat membuat Heechul mengernyit heran.

"bagaimana ahjuma tau?"

"kyaaaaaaa..chukae Cullie kau pasti hamil.!" teriaknya senang, Heechul melotot tak percaya dengan apa yang di dengarnya. Tangannya sampai menjatuhkan sayuran yang dipeganganya ke tanah.

"ti..tidak mungkin."

"bagaimana tidak mungkin? Coba ingat kapan terakhir kali kau kedatangan tamu?"

Kali ini Hong ahjuma yang menjawab dengan senang, tak terlalu memperhatikan sosok Heechul yang sudah sangat pucat saking kagetnya. Ya benar, harusnya dia mendapat tamu bulan ini tapi tidak dari bulan kemarin berarti ini benar? Kini Heechul sibuk mengutuk dirinya sendiri yang terlalu cuek dengan keadaannya.

"ada apa ini? Kenapa nyonya Hong dan nyonya Seo begitu senang?" sapa Kangin saat kakinya menapak di lapak dagangan istrinya.

"selamat kangin-ah, kau akan jadi ayah." Seo ahjuma menjabat tangan Kangin secara bergantian dengan Hong ahjuma, matanya membulat kaget sambil menatap istrinya yang tertunduk lesu.

"aa..apa benar Kim Heechul?"

"ya." Jawab Heechul lesu yang sontak membuat Kangin ikut menjadi pusat pasi,

.

.

.

"anda punya waktu 1 jam sebelum bertemu Tuan Satoru dari Jepang." Seorang asisten merangkap butler dengan jas hitamnya membacakan sebuah jadwal pada sang majikan dari layar ipad yang di tangannya, sesekali mengecek ulang jadwal yang mungkin akan ditanjakan sang majikan.

"baiklah kau boleh keluar." ucap sang majikan dan seperti peliharaan pada umumnya dia menurut dan melanggeng keluar ruangan.

Mari kita lihat namja tampan yang kini tengah menyandarkan tubuhnya di kursi empuk yang menjadi singasana kerja dirinya sendiri.

Lihat papan nama dari kaca yang begitu nampak indah dan mewah yang bertengger apik di atas mejanya, bertuliskan nama sang presdir tampak dengan jelas. Park Leethuk.

"yeobo..aku merindukanmu." suara Leethuk mengalun manja tertuju pada seseorang yang ada di seberang telepon yang dihubunginya sementara seseorang yang dipanggilnya yeobo tadi mungkin sedang tersenyum senang atau terkikik geli dengan semburat merah di kedua pipinya.

"ya, aku ingin segera pulang dan memeluk istriku yang cantik."

Leethuk tersenyum menanggapi ucapan sang istri yang ada diseberang menjawabi teleponnya,

Matanya menatap figura foto di sudut meja kerjanya. Foto pernikahannya dengan sang istri yang sudah berlangsung sejak 5 tahun yang lalu.

"hmm.. aku ingin pulang tapi tak bisa, ada rapat penting sebentar lagi dan maukah menunggu suamimu pulang?"

Leethuk sedikit merasa bersalah karena telah mengecewakan istrinya tapi ia juga tak bisa seenaknya meninggalkan perusahaan begitu saja terlebih ia ingin membuktikan pada orang tua istrinya bahwa mereka tak salah memilihnya untuk menjaga anak serta perusahaan mereka.

"ada yang ingin kau katakana? Apa itu? Tak bisakah dikataka lewat telpon?"

Hening..

Leethuk menatap handphonenya heran, takut jika saja sambungannya terputus dengan sang istri tapi nyatanya tidak. Mereka masih terhubung dan mungkin istrinya sedang merajuk padanya saat itu.

"yeobo. Mianhe, jangan diam saja. Hallo.. aku mohon jangan seperti ini bicaralah. Baiklah.. aku akan pulang sekarang."

Leethuk menghela nafas frustasi sebelum matanya kembali berbinar dengan terang mendapat tanggapan dari sang istri.

"apa? Apa ini tak salah?"

"KAU HAMIL? DEMI TUHAN TERIMA KASIH PARK SUNGMIN."

.

.

"kau harus menggugurkannya!" suara Kangin terdengar lirih, dia tak ingin mengucapkan kata laknat itu sebenarnya dan lihatlah kini dia membuat istrinya yang tak pernah sekalipun menangis sampai meneteskan air mata.

"kumohon. Aku benar-benar tak bisa melakukannya." lirih Heechul sambil sesenggukan, tangannya memeluk erat perutnya sendiri seolah tak membiarkan siapapun menyentuh makhluk hidup kecil yang tinggal di dalamnya.

"aku juga tak ingin melakukannya, tapi kau tau bagaimana nasib anak itu kelak?" Kangin memegang pundak sang istri, mencoba memberi kekuatan pada sosok yang begitu dicintainya.

Heechul menggeleng, berusaha sekuat tenaganya memjaga keyakinan yang dia pegang.

"tidak.. tidak.. anak ini akan tumbuh dengan sehat, aku akan menjaganya bagaimanapun caranya. Aku akan makanan yang bergizi supaya anak ini lahir dengan sehat, aku mohon Kangin-ah. Dia juga darah dagingmu. Hiks!" lirih Heechul, sumpah demi apapun ini pertama kalinya seorang Kim Heechul memohon-mohon dan mengemis pada orang lain hanya karena sosok yang bahkan belum menampakkan wujudnya di dunia.

Kangin mengeram frustasi, bukan ini yang diinginkannya bahkan dia bersumpah bahwa dia juga menginginkan anak dalam rahim istrinya melebihi apapun tapi mengingat nasib yang mungkin akan menimpa anaknya kelak entah kenapa Kangin merasa bila lebih baik anaknya hilang sekarang sebelum semuanya terlampau jauh.

"kau tidak boleh egois chullie."

"ini belum tentu, anak ini tak akan sakit aku bersumpah. Dokter bukan Tuhan dia tak bisa menebak apa yang terjadi nanti kan?" sekali lagi Heechul mencoba membohongi dirinya sendiri, mencoba meyakinkan suaminya akan keputusan bodohnya yang mungkin akan disesali seumur hidupnya kelak atau malah memberi pembenaran kepada dirinya sendiri.

"tidak, anak itu harus digugurkan," Kangin menatap Heechul tajam seolah mengancam sang istri agar menuruti perintahnya, tapi Heechul tak selemah itu entah karena perasaanya yang sebentar lagi menjadi seorang ibu matanya menatap dingin pada sang suami.

"baiklah." Ucap Heechul yang malah membuat Kangin terkaget-kaget, dengan senang dia memeluk sang istri merengkuhnya dalam dekapan hangat yang akan melindungannya tanpa henti bibirnya mengucap syukur dan terima kasih pada keputusan yang diambil istrinya.

"tapi kau juga harus membunuhku."

Deg..

Kangin melepaskan pelukannya, menatap tak percaya pada sosok Heechul yang menatapnya dengan tatapan kosong dan demi apapun Kangin sudah merasa bahwa jiwa dan raga istrinya itu tak lagi berada di suatu tempat.

"maafkan aku Chullie. Aku tak mungkin bisa melakukannya."

"aku juga tak bisa melakukannya pada anak ini."

"lakukanlah apa yang bisa membuatmu senang, tapi kumohon maafkan aku dan jangan lagi berfikir meninggalkan aku."

.

.

"tidak. Aku tak mau bunga plastic berikan aku bunga segar."

"sebarkan undangannya sekarang juga aku tak mau tau."

"tidak. Aku pesan saja keduanya."

"batalkan saja reservasi mereka terserah kalau kita harus membayar mereka."

"tidak. Aku ingin yang mewah bukan yang terlihat sederhana."

"aku tak mau menundanya tak peduli siapa mereka aku tak peduli."

Seorang namja dan seorang yeoja berumur di kisaran 40 tahunan sibuk dengan handphone masing-masing, mondar-mandir tak jelas di dalam ruangan sesekali suara teriakan dan makian terdengar dari bibir keduanya, sementara di sudut yang lainnya juga ada seorang yeoja dan seorang namja berumur di kisaran 20 tahunan tengah duduk mesra, sang yeoja tengah membaringkan kepalanya di pangkuan sang namja sambil mengusap perutnya yang masih datar meski begitu ia bisa merasaan sebuah kehidupan baru disana, sementara sang namja sibuk membelai rambut lembut sang yeoja dengan mesra.

"bisakah kau hentikan kehebohan appamu itu? Bagaimana bisa dia melakukan acara seenaknya sendiri tanpa memikirkan jadwal." sang yeoja menggerutu sambil menunjuk sosok namja yang masih sibuk berteriak-teriak dengan handphonenya.

"biarkan saja yeobo. Lihat betapa antusianya eommamu menyiapkan acara yang appa adakan."

"mereka sama-sama orang tua yang terlalu heboh." Sungmin bersunggut kesal, beberapa saat yang lalu baru saja dia menggabarkan pada eommanya serta appa mertunya bahwa dia tengah mengandung cucu mereka dan sampai saat ini mereka langsung heboh dengan segala acara syukuran yang akan diadakan untuk menyambut kelahiran penerus tahta kerajaan perusahaan mereka yang akan meramaikan suasana rumah mereka yang sepi.

"menurutmu anak kita yeoja atau namja?"

"entahlah tapi kuharap anak kita nanti akan tumbuh dengan sehat dan kuat, jika namja semoga dia memiliki sifat baik hati seperti eommanya dan bila yeoja semoga dia akan jadi secantik eommanya." ucap Leethuk lembut yang membuat Sungmin bersemu merah.

Dia tak sabar menantikan kelahiran buah hatinya kelak, sudah lama dia menunggu akan datangnya keturuan dari rahimnya dan dari segala daya upaya serta doa yang selalu dipanjatkannya akhirnya doanya terkabul disaat bahkan dia sudah hampir putus asa.

Tapi Tuhan tak pernah tidur, dia tau pada harapan hambanya yang taat dan ikhlas dan hari itu juga Sungmin dan Leethuk bersumpah akan melakukan apa saja untuk yang terbaik bagi anak mereka kelak.

.

.

"cepat..cepat..!" teriak Kangin panik menatap istrinya yang kini tengah menahan rasa sakit yang menyerangnya, keringat sebesar jagung mengalir dari pelipisnya.

Beberapa orang suster bergegas menghampirinya dan membantu membawanya ke ruang bersalin,

"CEPAT PANGGIL DOKTERNYA!" teriak Kangin marah saat mendapati para suster yang seolah tak memperhatikan kondisi istrinya yang kini tengah berjuang menahan rasa sakit.

"silahkan Tuan menyelesaikan administrasinya terlebih dahulu." seorang suster menimpali yang membuat Kangin yang tengah naik darah merasa akan membunuh orang saat itu juga.

"SHIT!" maki Kangin kemudian bergegas keluar dari ruanga tersebut,

"HEI, DOKTER BRENGSEK CEPAT URUS ISTRIKU SEBELUM AKU MEMASUKANMU KE NERAKA JIKA TERJADI SESUATU YANG BURUK TERHADAP ISTRIKU!" teriak Kangin murka sambil menarik kerah baju seorang Dokter yang kebetulan tadi melintas di depannya, sang Dokter tengah menatap takut pada sosok manusia yang seolah siap membunuhnya saat itu juga.

"turunkan dia Kim Kangin!" sebuah suara menghentikan kegiatan Kangin yang akan menghempas tubuh sang Dokter ke lantai, matanya mendapati sosok tubuh lain dalam balutan jubah putih yang tengah menatapnya dingin.

"Hangeng –ah, kumohon tolong aku." serta merta Kangin bersujud di depan Dokter lainnya yang menghentikan tindak kekerasannya tadi membuat sang Dokter sedikit terperanjat kaget.

"bangunlah jangan seperti ini. Ada apa yang sebenarnya?"

"Heechul akan melahirkan cepat bantu dia."

Hangeng melototkan matanya mendengar penjelasan Kangin tapi dia memilih tak banyak bertanya dan segera bergegas masuk ke tempat ruangan Heechul berada.

"cepat siapkan operasinya!" ucap Hangeng yang langsung mendapat respon cepat dari para suster yang ada disana.

Sambil memasang sarung tangan di kedua tangannya, Hangeng menatap nanar sosok cantik di depannya yang kini tengah menahan sakit.

"apa yang kau pikirkan Chullie?" gumam Hangeng lirih yang hanya didengar oleh dirinya sendiri.

.

.

Sungmin mengerjabkan matanya beberapa kali, membiasakan cahaya yang masuk ke dalam matanya yang cukup lama terpejam akibat obat bius yang diberikan padanya.

"kau sudah bangun?" sosok namja tampan dengan lesung pipi di kedua pipinya menyambutnya dengan senyum malaikat yang terkembang membuat Sungmin mau tak mau juga ikut tersenyum.

"dimana anakku eomma?" tanya Sungmin pada sosok yeoja yang kini menatapnya dengan mata penuh kebahagian, senyuman terkembang di wajahnya sama persis seperti sosok namja yang berdiri di sebelahnya yang juga tak henti-hentinya tersenyum bahagia.

Hangeng masuk dengan membawa seorang bayi dalam gendongannya, sedikit tersenyum dia menyerahkan sang bayi pada ibunya yang menyambutnya penuh dengan suka cita.

"selamat nyonya anak anda laki-laki." ucap Hangeng yang membuat senyum di wajah keluarga itu semakin lebar.

Sungmin menatap kagum pada sosok mungil yang ada dalam gendonganya, tanganya mengusap lembut pipi sang anak.

Tes..

Setetes air mata bahagia menetes dari kedua pelupuk matanya saat mendapati bayi mungin itu sedikit menggeliatkan tubuhnya.

"lihat oppa ini anak kita." Sungim berucap lirih masih diselimuti dengan kebahagian yang begitu memenuhi rongga dadanya.

cup~ Sungmin mengecup pelan pucuk kepala sang istrinya, matanya juga ikut menggagumi sosok mungil dalam pelukan sang istri.

"lihat rambutnya sangat lebat dan hitam." ucap Leethuk mengomentari anaknya yang lucu.

"dia akan sangat tampan dengan bibir semerah itu." kali ini sang Haramoni yang menimpali membuat Sungmin semakin melebarkan senyum di bibirnya.

"coba lihat dia tak mirip dengan kalian berdua, dia tampan sepertiku." sang Haraboji menimpali yang langsung mendapat deathglare.

"a.." sebuah kata pertama yang meluncur dari bibir mungil sang bayi yang membuat keluarga kecil itu tertawa gembira,

"lihat bahkan cucuku menyetujui pendapatku." dan sekali lagi tawa itu kembali terdengar dalam ruangan mewah di rumah sakit itu.

Hangeng masih berdiri disana, terdiam mematung menyaksikan sebuah pertunjukan keluarga bahagia yang sempurnya yang tersaji di hadapannya.

mianhe Chullie aku harus melakukan ini.

.

.

Tbc..

.

.

Chap 2 udah ready..

Kalau target review udah terpenuhi bakal Author update segera..

Review?