Between Friendship and Love

.

KyuMin

.

EYD berantakan, pemula, typo(s), DLDR, GS, OOC

.

This fanfiction belongs to me but the characters belong to themselves

.

.

.

Prolog

Kyuhyun, lelaki berambut coklat itu sedang sibuk mengoceh tentang seorang murid perempuan yang terkenal cerdas dan manis, Lee Sungmin.

"Kau tahu siapa yang memenangkan pemilihan ketua osis?" Tanya Kyuhyun yang sebenarnya dia sendiri sudah mengetahui jawabannya.

"Tidak. Memangnya siapa?" Siwon bertanya balik.

"Lee Sungmin! Oh, Tuhan dia benar-benar perempuan idaman para lelaki. Selain manis, dia juga cerdas."

"Kau menyukainya?" Tanya Siwon.

"Aku? Menyukainya? Tidak Siwon-ah. Aku hanya kagum padanya."

.

.

.

Lee Sungmin, gadis berparas manis itu sedang menunggu kedatangan seseorang digerbang sekolah. Tak perlu menunggu lama, orang itu pun telah tiba di depan Sungmin sambil menyerahkan helm berwarna merah muda, warna kesukaan Sungmin.

"Ayo naik." Suruh lelaki itu setelah Sungmin memakai helmnya. Dan Sungmin pun menurut.

.

.

.

"Aku mencintaimu, Min-ah." Aku seorang lelaki berparas tampan dan bertubuh tegap.

Sungmin diam tidak menjawab. Dia hanya menatap lawan bicaranya itu dengan tatapan kecewa.

"Aku pikir tadinya kau berbeda dengan lelaki lain. Ternyata sama saja." Setelah berucap demikian, Sungmin pun pergi.

.

.

.

Setelah sampai di depan rumah Sungmin, lelaki yang masih menggunakan seragam sekolahnya itu tidak langsung pulang. Dia ingin melakukan hal yang cukup gila yang pernah ia pikirkan.

Setelah Sungmin turun dari motor lelaki tersebut dan membuka pagar rumahnya, lelaki itu turun dari motor dam menarik pelan tangan Sungmin. Sungmin pun refleks menoleh dan setelahnya ia mendapat sebuah kecupan dibibirnya. Sungmin membelalakan matanya dan segera menarik diri.

"Apa yang kau lakukan?" Lagi. Sungmin kembali menatap lawan bicaranya dengan tatapan kecewa.

"Maafkan aku, Ming. Aku mohon maafkan aku."

Sungmin langsung membalikkan tubuhnya dan berjalan memasuki rumahnya. Tanpa menoleh ke arah lelaki berambut coklat itu.

.

.

.

Pantaskah untuk dilanjut?