Udara panas diperparah dengan cahaya matahari yang bersinar terik membuat jalanan trotoar yang biasa ramai kini terlihat lenggan. Beberapa pejalan kaki hanya mengenakan kaos tanpa lengan dan mengenakan topi atau payung demi melindungi kulit mereka dari teriknya mentari. Padahal ini belum masuk liburan musim panas, namun suhu udara sudah menginjak 40 derajat celcius—menyebabkan beberapa tokoh masyarakat di Jepang semakin gencar mempermasalahkan lapisan ozon yang semakin menipis. Ruangan ber AC atau di bawah pohon yang teduh kini menjadi alternatif utama demi mendinginkan tubuh yang sudah terpengaruh suhu udara yang bak di dalam kuali panas.

Cling.

Untuk yang kesekian kalinya pintu dari Midori café berbunyi—menandakan ada seorang tamu yang masuk—atau keluar. Ruangan café yang cenderung tertutup sudah penuh dengan pengunjung. Tidak ada lagi meja kosong dan terlihat beberapa pelanggan di luar sana rela menunggu para tamu di dalam café untuk keluar. Demi kenyamanan pelanggan, beruntung lah café itu telah memasang AC di dalam ruangannya hingga membuat ruangan itu sejuk—tidak pengap oleh padatnya pelanggan.

"Ne, Sora-chan," untuk yang kesekian kalinya, gadis manis berambut pendek itu berbisik ke junior barunya—mengingatkan. Sepasang manik emarald itu melirik singkat ke arah senior yang mengenakan pakaian yang sama dengannya sebagai jawaban. "Apa tidak sebaiknya kau usir saja dia?" usul sang senior yang bernama Sasagawa Kyoko itu.

Tsuna menelan liur paksa mendengarnya. Ia sangat tahu apa maksud Seniornya itu. Dan untuk kesekian kalinya, sepasang manik emeraldnya menatap salah satu pemuda yang duduk di sudut ruangan sendirian. Pandangan mereka bertemu. Sang reven langsung menyeringai saat menyadari pelayan yang sejak tadi ia pandangi itu balas memandangnya—sukses membuat Tsuna merinding dibuatnya.


.

.

.

JUST CROSSDRESS

Disclamer: Amano Akira

Genre: Frienship, romance

Rated: T

Pair: 1827(KumoxSora)

WARNING! YAOI! OOC, AU, TYPO(S), DLL...

.

.

.


"Sora takut Kyoko-nee," aku pemuda yang tengah menyamar itu jujur seraya memalingkan wajahnya. Ia menatap memohon ke arah Kyoko yang terlihat sama pucatnya dengan Tsuna. Kyoko tersenyum canggung mendengarnya—mengerti.

"Ini sudah hari ke-3," lirihnya pasrah. Tsuna mengangguk. Sangat ingat bahwa sang prefect Namimori terus mengikutinya dan mengawasinya layaknya seorag stalker. Baiklah, walaupun Hibari tidak macam-macam, namun ke-frontalan pemuda itu mengikutinya mau tidak mau sangat mengganggu. "Dan ini adalah hari terakhirmu bekerja," tambah Kyoko—mengingatkan bahwa hari ini, adalah hari terakhir pemuda mungil itu menjadi pelayan pengganti di café yang ramai oleh pengunjung lelaki itu.

Tsuna tersenyum mendengarnya. Ia sudah tahu itu karena hari ini adalah hari yang paling ia tunggu-tunggu. Hari terakhir sekaligus hari dimana ia akan mendapatkan upah kerjanya.

.

\(OAO;)=(;OAO)/

.

Pemuda berambut silver itu terus menggerutu. Baju biru tanpa lengannya memamerkan kulit putihnya yang mulai berkeringat berkat udara panas. Sepasang manik emeraldnya menatap pemuda yang berjalan di sampingnya.

"Aku tidak bisa bayangkan bagaimana Sora melakukannya. Prefect itu benar-benar tidak mengganggu Mochida dan Ryouhei lagi," ucap pemuda manis itu kesal. Ia yakin teman baiknya melakukan hal yang aneh hingga membuat sang prefect seperti itu. Sudah menjadi hal yang biasa untuk Vongola Famiglia bahwa Sora memiliki banyak Stalker. Itu sebabnya seringkali Hayato dan Takeshi bersama dengan Tsuna—mencegah hal-hal buruk terjadi menimpa pemuda mungil itu.

Takeshi mengangkat bahu mendengarnya. "Sora selalu punya caranya sendiri bukan?" timpalnya santai. Hayato menghela nafas—agak tidak terima ucapan Takeshi yang berkesan menyepelekan sang pecinta Namimori itu.

"Para Guardian yang lain sudah tahu soal Hibari Kyoya bukan?" tanyanya dengan nada lelah.

Takeshi tertawa mendengarnya. "Tentu saja tahu!" ucapnya geli. "Sejak peristiwa kita kalah melawan Hibari Kyoya, dia sudah masuk ke dalam black list," jelasnya.

Hayato hanya diam mendengarnya—berfikir.

Vongola Famiglia memang terdiri menjadi 2 grup. Grup Guardian dan grup Cosplay biasa. Grup Famiglia hanya terdiri dari 6 orang dengan nama samaran mereka masing-masing. Terdiri dari Taiyo(Sasagawa Ryouhei), Ame(Yamamoto Takeshi), Kiri(Rokudo Mukuro), Inazuma(Lambo), Arashi(Gokudera Hayato) dan terakhir Sora(Tsunayoshi). Ke enam anggota Guardian bertugas melindungi seluruh anggota Vongola Famiglia dan sebagai pengawas karena mengingat grup ini bukanlah grup kecil. Mereka dibentuk sesuai dengan pengetahuan, kekuatan, dan cara mereka bersosialisasi. Bagaimana cara mereka melindungi anggota mereka dan mengatur agar grup mereka tetap terorganisasi dengan baik serta berjalan sesuai dengan semestinya tanpa adanya permusuhan di internal grup demi kebersamaan mereka.

"Rasanya aku melupakan sesuatu," gumam Hayato yakin. Sepasang manik emeraldnya menatap ke tanah—terus berfikir tanpa melihat ke depan. Padahal jelas mereka tengah berjalan di trotoar. Ada Takeshi di sampingnya, jadi ia tidak perlu khawatir akan menabrak bukan?

Alis Takeshi terangkat. "Sesuatu?"

"Um," setuju Hayato. Ia yakin hari ini hari yang penting.

"Ini hari minggu, nanti sore kumpul seperti biasa kan?" tebak Takeshi. Hayato menggeleng.

"Aku sudah tahu hal itu. Kita kumpul juga sekalian membahas si Teme itu kan?" ucapnya. "Aku merasa melupakan sesuatu hari ini," lirihnya. Benar-benar yakin hal yang ia lupakan adalah hal yang penting.

"Umn…." Takeshi terlihat ikut berfikir mendengarnya. "Ah ya!" pemuda reven itu mendadak teringat sesuatu. Hal yang penting. "Hari ini Tsuna gajian! Kau lupa? Hari ini kan hari terakhirnya bekerja!" jelasnya senang.

Sepasang mata hijau itu terbelalak mendengarnya—benar-benar lupa akan hal itu. "Benar juga!" setujunya. "Ah, tapi bukan itu yang aku lupakan," lirihnya lagi—merasa bukan tentang Tsuna lah yang ia lupakan, melainkan hal lain. "Seharusnya aku ingat, tetapi malah—"

"Kalian tetap saja mesra. Kemana-mana selalu berdua."

Langkah duo pemuda itu terhenti. Merasa sangat familiar dengan suara itu.

"Ciaossu. Lama tak melihat kalian."

Dengan tidak percaya mereka langsung berbalik—menatap sosok pria yang mengenakan pakaian serba hitam berdiri di belakang mereka. Senyuman dingin khas si pria merekah—sukses menyadarkan kekagetan dari kedua pemuda itu.

"K, KURO!?"

.

\(OAO;)=(;OAO)/

.

Tap. Tap. Tap. Tap.

Langkah cepat pemuda mungil itu memecahkan keheningan di jalan yang penuh belokan itu. Hari masih terlihat terang, namun matahari sudah tak seterik tadi siang. Wajarlah, ini sudah hampir jam 5 dan itu berarti, saat Tsuna untuk menjadi Sora di komunitasnya. Namun ada masalah kecil di sini. Dimana pemuda mungil ini harus berjalan dengan secepat mungkin agar cepat sampai ke rumahnya dan mengganti pakaiannya.

Tap. Tap. Tap. Tap.

Pendengaran pemuda bersurai coklat itu menajam saat mendengar suara derap langkah lain tepat di belakangnya. Kekesalannya memuncak saat rasa ingin cepat sampai ke rumah mendesaknya. Dengan segera Tsuna langsung menghentikan langkahnya dan berbalik—menatap pemuda yang lebih tinggi darinya berada tepat di hadapannya sekarang. Manik coklat itu menatap sang reven dengan tajam—kesal.

"Berhenti mengikutiku Hibari-san!" geramnya. Jujur, Tsuna sempat merasa sangat senang karena akhirnya menerima gajinya, namun keberadaan sang prefect benar-benar merubah moodnya. "Aku tidak ingin diikuti disaat seperti ini! Kumohon, aku hanya mau pulang dan—"

"Kuantar kau pulang," sela sang prefect. Nadanya datar seperti biasa namun sukses membuat pemuda bersurai coklat itu terdiam. Kali ini sepasang manik coklat itu menatap wajah sang reven dengan kaget. Apakah ia tidak salah dengar tadi?

Tsuna berani sumpah bahwa Hibari Kyoya adalah orang yang tidak pernah berkata lembut atau bahkan membiarkan keinginannya tidak terkabuli. Ia yakin itu. Namun mendengar nada suara Hibari, terlebih apa yang ia katakan, mau tidak mau membuat Tsuna terdiam. Nada suaranya benar-benar datar—tidak dingin. Menuntut atau bahkan berkesan mengintimidasi saja tidak. Kenapa bisa?

"Hi, Hibari-san… kau tidak apa-apa?" tanya Tsuna khawatir. Ia berjalan mendekati pemuda yang lebih tinggi darinya itu—takut kalau ternyata bukanlah sang prefect yang mengikutinya kali ini. Dan tanpa terduga, pemuda tampan itu langsung menarik Tsuna hingga membuat jantungnya terlonjak kaget. "Hiba—Hie!?" tangan putih itu tiba-tiba memeluk pinggang Tsuna dengan erat dan berbalik—membuat pemuda mungil itu berputar dan merasa pandangannya kabur dalam seketika.

Duak!

"Ouch! Aw!"

Dengan jantung yang hampir berhenti berdetak Tsuna langsung memberanikan diri menoleh ke belakang. Manik coklatnya terbelalak saat melihat 2 orang pria dan sebuah mobil sedan hitam terlihat di dekat mereka. 2 orang laki-laki asing itu menatap marah ke arah mereka. Salah satu dari 2 laki-laki itu terlihat terluka di wajahnya. Dan Tsuna yakini itu karena ulah Hibari.

Tsuna menelan liur paksa saat sadar sebelah tangan Hibari yang tidak memeluknya telah memegang tonfanya. Dengan perasaan ngeri Tsuna mendongak menatap Hibari. Pemuda itu hanya diam seraya menatap tajam kedua laki-laki di depannya—waspada.

"Lari," bisik Hibari seraya melepaskan pelukannya dan langsung berdiri di depan Tsuna—menjadikan dirinya sebagai temeng pemuda mungil itu. Jantung pemuda mungil itu berdetak tidak karuan. Terlebih saat melihat kedua laki-laki yang menyerang mereka mengeluarkan sebuah pistol. Eh? Pi, PISTOL!?

Niat untuk melarikan diri sendirian hilang sudah.

"Hibari-san! Kita tidak mungkin—Ouch!?" Hibari langsung mendorong pemuda mungil yang ada di belakangnya hingga sukses menyebabkannya jatuh terduduk di atas tanah. Tanpa aba-aba, pemuda reven itu langsung bergerak menyerang kedua laki-laki yang entah apa tujuannya itu. Sang reven mengeluarkan tonfanya yang lain hingga kedua tonfa itu kini sempurna di tangannya. Dengan menggunakan besi silver itu, ia menangkis beberapa peluru yang dilontarkan oleh kedua laki-laki yang mulai terlihat ketakutan itu.

Duak!

Sebuah tendangan tepat mengenai salah satu pemuda di bagian perut hingga membuatnya jatuh terduduk—kesakitan. Laki-laki satunya terkena tonfa sang prefect—tepat di bagian ulu hati hingga membuatnya langsung tidak sadarkan diri.

Tsuna mengerjab tidak percaya melihatnya. Ia tahu Hibari Kyoya adalah pemuda yang kuat, namun ia tidak menyangka pemuda itu sekuat ini. Bagaimana bisa? Tsuna menelan liur paksa. Hibari selalu dengan sabar mengikuti dan menunggunya. Sama sekali tidak terlihat marah atau pun kesal setiap kali Tsuna mencoba mengusir pemuda itu. Sungguh, Tsuna benar-benar merasa beruntung karena ia tidak sampai terkena tonfa kesayanganya itu.

Dengan segera Tsuna langsung bangkit berdiri saat sang prefect telah berhasil menjatuhkan kedua lawannya. Dorongan kuat Hibari sedikitpun tidak membuatnya cedera. Senyuman Tsuna merekah saat sadar Hibari telah menolongnya. Hibari Kyoya…. Tidaklah seburuk apa yang ia pikirkan.

"Hiba—hmft!?" sebuah tangan tiba-tiba membekap mulut Tsuna dengan sebuah sapu tangan dari belakang. Bau cloroform langsung memenuhi indra penciuman pemuda mungil itu saat hidung dan mulutnya mencoba menghirup oksigen. Pandangannya Tsuna mulai kabur dan hal terakhir yang dilihatnya adalah… Hibari Kyoya berlari mendekatinya dengan wajah yang terlihat marah.

.

\(OAO;)=(;OAO)/

.

Tik… Tik… Tik…

Suara detik jam memecahkan kesunyian di ruangan yanga hanya berisikan sebuah meja persegi panjang dengan 10 kursi yang mengelilinginya. Seorang laki-laki yang mengenaka jas serba hitam terlihat menunduk hingga wajahnya tertutup bayangan topi fedora yang ia kenakan.

Di sisi kirinya duduk dua orang pemuda. Yang satu berambut silver dan yang satu berambut reven—Hayato dan Takeshi. Sementara di sebelah kanan laki-laki yang dipanggil Kuro itu duduk 3 orang pemuda. Yang satu berambut silver jabrik—Sasagawa Ryouhei, yang satu berambut hitam afro dan terlihat paling muda—Lambo. Dan terakhir pemuda dengan 2 warna mata yang berbeda dan rambut dark blue dengan model yang agak aneh—Rokudo Mukuro.

"Jadi? Kemana Sora? Ini sudah lewat 30 menit," ucap Kuro—memecahkan keheningan. Lambo menelan liur paksa saat merasakan aura tidak mengenakkan yang mengeluar dari sosok laki-laki pemimpin mereka saat ini.

"Mu, mungkin Sora-nii—huwa!?" tiba-tiba sebuah peluru meluncur manis melewati kepala afro itu—sukses membuat pemuda yang baru menginjak umur 10 tahun itu memucat. Itu memang hanyalah pistol mainan dengan peluru karet, tetapi tetap saja. Terkena peluru itu rasanya sakit.

"Hari ini adalah hari pertamaku datang ke sini untuk melihat keadaan Vongola Famiglia di Namimori, tetapi hasilnya seperti ini? Kalian bahkan kekurangan seorang Guardian," ucap Kuro dengan nada rendah. Jelas, laki-laki ini tengah sangat marah. Gokudera Hayato menelan liur paksa—merutuki dirinya sendiri karena benar-benar lupa bahwa hari ini, Kuro—pengawas tertinggi Vongola Famiglia—akan berkunjung ke Nami-chu setelah sekian lama berda di Italia. Dan hari ini, seluruh anak cosplayer tidak boleh kumpul kecuali para Guardian.

"Gomenasai Kuro-san," ucap Gokudera akhirnya. Ia agak tersedak saat mendapati hadiah deathglare dari sepasang manik onix itu. "Ka, kami akhir-akhir ini mendapati masalah baru. Mungkin saat ini Sora tengah menghindari prefect itu," jelasnya—teringat sms Tsuna yang mengatakan bahwa pemuda itu terus menempelinya dan ia meminta agar para Guardian tidak mencoba untuk menjauhkan sang prefect dengan sengaja atau pun tidak sengaja. Well, jelas itu berarti Tsuna lah yang akan menghendel pemuda sadis itu sendirian.

"Siapa?" sebelah alis Kuro terangkat—tertarik.

"I, iya… seperti yang Kuro-san tahu, Sora sering kali mendapatka satlker bukan? Dan kami para Guardian yang lainnya dengan mudah menyingkirkan stalker yang seringkali mengganggu Sora. Namun kali ini berbeda… pemuda itu adalah prefect Namimori. Dia kuat dan bahkan kami semua kalah olehnya—hanya Kiri saja yang hampir berhasil menghadapinya."

Kuro langsung menatap pemuda dengan sepasang mata yang berbeda warna itu. Mukuro langsung menyeringai melihat tatapan itu.

"Namanya Hibari Kyoya, dia menggunakan tonfa sebagai senjatanya. Dan… Yah, dia kuat. Kami imbang dan seandainya kami bertarung lebih lama, aku yakini akulah yang akan kalah," jelas Mukuro. Teringat saat ia mendatangi sekolah sang prefect dan langsung berhadapan dengan pemuda reven itu.

"Umurnya?" tanya Kuro—benar-benar tertarik dengan pemuda asing yang kali ini terpikat dengan feromon yang dikeluarkan Sora.

"Dia seangkatan denganku," jawab Ryouhei. "Umurnya 15 tahun."

Seringai langsung merekah di bibir tipis itu—sukses membuat para Guardian (kecuali Mukuro) merinding dalam seketika. Sesuai dengan perkiraan Kuro. Pemuda itu masih sangat muda dan ia sudah sekuat itu? Benar-benar permata… yang tidak boleh dilepaskan. Pemuda itu bisa berkembang menjadi lebih kuat dari sekarang.

"Apa kalian tahu? Bahwa jumlah seluruh anggota Guardian haruslah 7?" ucap Kuro tiba-tiba. Mengingatkan tentang peraturan yang tidak semua anggota Vongola Famiglia tahu.

"Ya, tahu… dan Kuro-san lah yang menunjuk setiap ke-7 Guardian di masing-masing daerah. Tetapi bukankah Kuro-san hanya menunjuk 6 saja di sini?" jawab Gokudera bingung.

"Itu karena aku tidak menemukan satu orang pun dari kalian yang cocok menempati posisi Guardian 'itu'. Itu sebabnya hanya 6 orang yang kutunjuk untuk daerah ini," jelas Kuro. Seringainya semakin merekah. "Namun sekarang… aku menemukannya."

.

\(OAO;)=(;OAO)/

.

Aroma mind yang menenangkan memenuhi indra penciuman pemuda itu. Segala sesuatu terlihat gelap, namun kesadarannya berlahan mengambil alih. Dapat ia rasakan kepalanya terasa berdenyut sakit—pening. Namun secara berlahan, sepasang manik caramel itu terbuka.

Tsuna menatap sekelilingnya yang terlihat kabur. Suasana remang-remang, bersamaan dengan suara-suara mobil. Tsuna menggerang dan menggeser tubuhnya lebih merapat saat merasakan sesuatu yang ia jadikan sandaran tubuhnya itu hangat dan juga harum. Benar-benar nyaman. Sepasang manik caramel itu kembali terpejam saat merasakan rasa nyaman itu kembai membuatnya mengantuk.

"Jangan tidur lagi."

Sepasang manik coklat itu terbuka dalam seketika. Suara itu… bukankah itu suraa—

"Hie!?" Tsuna refleks menjauh dari benda empuk yang kini ia ketahui apa itu "Hi, Hiba—eh?" pemuda mungil itu langsung terdiam saat menyadari kedua tangannya tidak dapat digerakkan dengan leluasa. Dengan bingung ia menoleh ke arah tangannya yang berada dalam posisi di belakang tubuhnya. Kedua tangannya terikat oleh seutas tali tambang. Sepasang manik coklat itu terbelalak tidak percaya. Dengan panik Tsuna langsung memandang sekelilingnya.

Mereka berdua berada di sebuah ruangan kecil yang agak gelap. Dan Tsuna berani sumpah ia merasa ruangan ini bergerak. Ah, benar juga… bukankah tadi ia hendak diculik dan Hibari menolongnya? Sepasang manik caramel itu refleks menatap ke sampingnya. Menatap pemuda yang hanya mengenakan kemeja putih itu.

Hibari hanya diam seraya menunduk hingga menyebabkan poninya hampir menutupi separuh wajahnya. Dilihat dari posisi tangannya, jelas Hibari bernasip sama dengan Tsuna. Sama-sama diikat. Tsuna menggigit bibir bawahnya. Rasa bersalah mencibut dadanya saat menyadari Hibari jadi ikut terlibat diculik gara-gara dirinya. Terlebih Hibari mencoba menyelamatkannya. Bagiaman bisa ia justru membuat pemuda ini ikut ke dalam masalahnya? Bahkan sampai ikut diculik seperti ini…

"Ne, Hibari-san," panggil Tsuna tiba-tiba. Sang empunya nama tidak menoleh—tetap menunduk dan tidak merubah posisinya. "Sudah berapa lama kita berada di sini?" tanya Tsuna seraya mencoba menggerak-gerakkan kedua tangannya. Alis pemuda mungil itu terpaut saat tangan yang ia gerakkan demi sedikit untuk mengendurkan tali tebal yang mengikat kedua tangannya tidak berbuah manis. Sungguh, Tsuna benar-benar merutuki tali yang mengikat kedua tangan dan kakinya ini. Bagaimana bisa tali ini begitu kuat dan menyakitkan? Well, rasa perih di kedua tangannya jelas berarti kedua tangannya terluka dan Tsuna yakini, bahwa ini adalah hari tersialnya karena ia justru tidak menyimpan pisau kecil yang biasanya selalu ia bawa kemana-mana itu.

"Berhenti menyakiti dirimu sendiri Sora."

"Eh?" refleks Tsuna langsung menghentikan kegiatannya. Sepasang manik kelabu itu mengintip dari balik poni dan menatap tajam ke arahnya—sukses membuat Tsuna menelan liur paksa melihat kemarahan dari sepasang manik berwarna metal itu.

"Jangan melukai tanganmu sendiri. Diamlah, kita akan selamat dari sini," ucap sang reven—lebih lembut sekarang hingga cenderung terdengar ingin menenangkan sang pemuda mungil. Perasaan hangat entah bagaimana terasa di dadanya. Jujur, ini pengalaman pertamanya sampai di culik, seharusnya ia sangatlha panik. Namun entah bagiamana… Bersama dengan pemuda reven ini, justru membuat Tsuna dapat tenang. Berfikir dengan jernih dan mencoba untuk tidak panik.

"Arigatou," ucap Tsuna tulus. Ia menoleh menatap Hibari namun pemuda yang menerima rasa terimakasih itu tidak bergerak dari posisinya. Dapat Tsuna lihat sepasang kelopak mata itu menutup—menyembunyikan manik kelabunya. Tidur kah? Batin Tsuna seraya agak mencondongkan tubuhnya ke arah Hibari—penasaran.

Dengan pencahayaan yang remang-remang seperti ini, entah bagaimana Tsuna justru dapat melihat wajah Hibari jauh lebih jelas. Mungkin karena jarak mereka yang tidaklah jauh—hanya beberapa cm. Dapat Tsuna lihat bentuk alis yang melengkung terukir dengan indah dan sempurna di kulit putih itu. Ah, coba lihat bentuk wajah dan rahangnya yang terlihat tegas—benar-benar menggambarkan betapa keras kepalanya sang prefect. Jangan lupakan sepasang bulu mata yang ternyata agak panjang dan lentik itu. Lalu bibir tipis yang terkatup rapat itu… walaupun tidak membentuk sebuah senyuman, namun tetap terlihat sangat menarik. Agak sedikit pucat, namun terlihat lembut. satu hal yang dapat Tsuna simpulkan.

Hibari Kyoya benar-benar tampan.

Tsuna menelan liur paksa saat perutnya terasa dihinggapi ribuan kupu-kupu dan jantungnya mendadak berdebar tidak karuan. Niat untuk mengecek apakah Hibari benar-benar tidur atau tidak berubah menjadi pengamatan wajah sang carnivore. Sungguh, belum pernah Tsuna melihatnya dari jarak sedekat ini. Hibari adalah sosok laki-laki yang benar-benar… terlihat sempurna. Entah bagaimana ia merasa sedikit iri saat menyadari kesempurnaan pemuda reven itu. Hibari tampan, ia kuat dan yang terpenting, Hibari adalah sosok yang sangat bertanggung jawab.

Ah, wanita mana yang tidak tertarik dengan Hibari Kyoya? Pemuda ini benar-benar sempurna. Tsuna yakini bahwa Hibari sebenarnya memiliki banyak fens. Lalu kenapa Hibari justru mengejarnya? Dan untuk yang kesekian kalinya, wajah itu mendekat kembali ke arah Hibari. Mencoba untuk lebih memperhatikan wajah sang prefect Namimori. Yah… jarang-jarang dapat memperhatikan pemuda sadis ini dari jarak dekat kan? Dan entah bagaimana hal ini benar-benar terasa sangat menarik untuk Tsuna. Belum pernah. Sungguh, ia benar-benar belum pernah sepenasaran ini sebelumnya. Tidak sesuai sikon sebenarnya—mengingat mereka sedang di culik—namun kapan lagi coba bisa seperti ini? Well, ia tidak boleh menyia-nyiakan kesempatan yang bahkan(mungkin) orang lain tidak pernah dapatkan ini.

"Belum puas memperhatikanku?"

Deg!

Jantung Tsuna langsung terasa berhenti berdetak saat tiba-tiba kelopak mata itu terbuka—benar-benar mengagetkan pemuda mungil itu hingga Tsuna yakini, jantungnya sudah melompat keluar dari rongganya saking kagetnya.

"Hiieee!? Go, gomena—"

Drak!

Sepasang manik coklat dan kelabu itu sama-sama terbelalak saat guncangan kecil, justru sukses membuat sang pemuda mungil kehilangan keseimbangan. Dan dalam seketika, otak mereka terasa kosong—mencoba mencerna apa yang sebenarnya terjadi dari peristiwa tak terduga ini. Hanya satu yang mereka rasakan. Kelembutan yang menyentuh permukaan bibir mereka.

Hening.

Tidak ada yang bergerak diantara mereka. Seluruh tubuh Tsuna benar-benar terasa membeku sekarang. Ia tidak dapat bergerak namun jantungnya justru berdetak tak karuan bagai di sambar listrik dengan tegangan tinggi. Bibirnya bersentuhan dengan bibir Hibari. Mereka berciuman.

Dan sebuah tangan putih yang mendadak melingkar di pinggangnya sukses menyadarkan Tsuna. Sepasang manik coklat itu terpejam erat. Dapat ia rasakan wajahnya memanas dan bibir lembab yang menyentuh bibirnya secara berlahan mulai nakal. Mengkulum bibir bagian bawahnya dan menggigitnya pelan.

"Seandainya kita sedang tidak di culik," Hibari menjilat bibir merah itu—mengakhiri ciuman singkatnya. "Sudah kupastikan kau pun akan kubuat menyukai ciuman ini," tambahnya seraya menatap wajah yang sudah seperti kepiting rebus itu. Terlihat mulut kecil itu terbuka—mencoba mengatakan sesuatu dan dari ekpresinya, benar-benar kaget dan bingung dengan apa yang baru saja menimpanya.

"Hi, Hibari-san," lirih Tsuna suara yang lebih menyerupai bisikan. Manik coklat yang terlihat berkaca-kaca menahan tangis. "I, itu ciuman pertamaku," ucapnya—sukses membuat seringai Hibari merekah.

"Hn. Sama denganku."

Sepasang manik coklat itu mengerjab kaget. Itu juga ciuman pertama sang reven? Tsuna menunduk. Ia menutup wajahnya dengan kedua tangan—menyembunyikan eskpresi senangnya. Sungguh, Tsuna tidak mengerti. Kenapa ia justru senang dengan hal ini? Bukankah jelas ciuman pertamanya sudah direbut? Tetapi bukankah itu juga ciuman pertama Hibari Kyoya? Tapi mereka laki-laki! Ah, jangan sebut itu lagi. Bukankah jelas Hibari Kyoya tahu ia adalah laki-laki tetapi tetap mengejarnya? Tunggu! Jangan-jangan Hibari Kyoya sebenarnya… Sebenarnya Yaoi?

"E, eh!?" tanpa terduga kedua tangan putih telah mengangkat dan menggendong Tsuna ala pengantin. Sukses membuat Tsuna terbelalak kaget menyadari kedua tangan itu sudah tidak terikat. "Ta, tangan Hibari-san—"

"Kau terus melamun," dengus Hibari. "Berpegangan," ucapnya seraya menatap pintu yang ada di hadapannya. Sejujurnya ia agak heran pemuda coklat itu cepat sekali sadar dari pingsannya, namun baguslah. Setidaknya ia jadi bisa lebih memastikan pemuda mungil ini aman.

DAK!

Dan dengan sekali tendangan, pintu yang ada di hadapannya terbuka lebar—menampakan pemandangan jalan yang ramai oleh mobil yang berlalu lalang di sekitar mereka. Tsuna menelan liur paksa seraya memeluk leher Hibari dengan erat saat sadar apa yang ia pikirkan ternyata benar. Mereka berada di dalam mobil truck.

"Hibari-san, k, kumohon… Jangan melompat sekarang," pinta Tsuna—benar-benar tahu apa yang pemuda reven itu pikirkan. Hell! Tsuna masih mau hidup dan please lah, ia sedang tidak mau beradega sok action layaknya di film-film bioskop!

Seringai Namimori freak itu mengembang—sukses membuat Tsuna horror melihatnya. "Berpegangan yang erat," titah sang prefect dan—

HHHIIIIEEEEEEEEEEE!

Tsuna hanya bisa berteriak dalam hati saat pemuda tinggi itu melompat dan dengan entengnya berlari menghindari mobil dan motor yang hendak menabrak mereka. Seolah tidak membawa beban, Hibari dengan lincah melangkah menuju trotoar dan sampai dengan selamat ke tempat pejalan kaki itu tanpa cacat sedikitpun.

"Kita samp—" perkataan Hibari terhenti—kaget melihat wajah pucat pemuda mungil yang berada di gendongannya. Bukan hanya pucat tetapi Hibari berani sumpah melihat benda yang di sebut arwah melayang keluar dari mulut yang terbuka itu. Haah… inilah akibat terlalu banyak action. Si Moekan jadi tidak kuat mental. And see? Sekarang untuk yang ke-2 kalinya Sawada Tsunayoshi pingsan—bukan karena clorofom kali ini, melainkan karena adrenalin yang terlalu berlebihan.

.

\(OAO;)=(;OAO)/

.

Derap langkah cepat terdengar memenuhi koridor. Beberapa pasang mata menatap bingung 4 orang pemuda yang terlihat panik dan terburu-buru melewati koridor yang tidak bisa dibilang ramai itu. Beberapa perawat terdengar berteriak—meminta mereka untuk tidak berlari namun tidak diperdulikan sang pelaku keributan.

Brak!

"Sora! Daijo—eh?"

Beberapa pasang mata menatap sosok reven yang tengah terbaring dia atas ranjang dengan sosok bersurai coklat yang duduk di samping ranjang. Sang prefect terlihat mengenakan kemeja putih dengan kedua lengan di gulung sampai sikut dan Tsuna mengenakan pakaian pasien rumah sakit tengah mengupas apel yang akan dimakan sang prefect—eh? Kok terbalik?

"S, Sora?" gagab Hayato begitu melihat adegan terbalik yang ada di hadapannya. Lambo, Ryouhei dan Takeshi sama-sama mematung melihatnya. Kenapa bisa Hibari Kyoya yang berada di atas ranjang dan Tsuna yang memotong apel? Bukannya sang Sora lah yang sedang sakit?

"Ah, Minna," ucap Tsuna seraya bangkit berdiri dan melangkah mendekati teman-temannya dengan wajah yang berseri. "Yokatta… kalian tidak apa-apa, aku khawatir kalian juga akan diculik."

"Diculik?" gumam Takeshi bingung.

"Ee, kemarin aku di culik oleh beberapa orang dan Hibari-san lah yang menolongku," aku Tsuna. "Ne, aku curiga mereka berencana menculik kalian juga, jadi—"

"Itu sebabnya kau berada di sini Sora?" sela Hayato—wajahnya berubah serius.

"Um."

"Keadaan Sora-nii bagiaman? Daijobu?" tanya Lambo khawatir. Tsuna tersenyum mendengar pertanyaan itu.

"Daijobu Inazuma-kun," jawab Tsuna ramah kepada anggota yang paling mudanya. Lalu sepasang manik coklat itu menatap Ryouhei yang terlihat hanya diam.

"Taiyou-nii, apakah yang datang hanya para guardian saja?" tanya Tsuna dengan nada serius. Pemuda berambut perak itu mengangguk.

"Ya, dan tambahan Kuro-san juga."

"Eh!? Reb—Kuro-san juga?" ucap Tsuna tidak percaya—nyaris menyebutkan nama asli sang pengawas Vongola.

"Ee, kemarin Kuro-san datang dan… kami rapat tanpa anda Sora," jawab Hayato. Tsuna terdiam mendengarnya. Ia tidak tahu harus mengatakan apa, namun 1 hal yang dapat ia bayangkan apa yang terjadi di dalam rapat dadakan itu. Kemarahan Reborn.

"Gomenasai minna… Kemarin aku tidak datang dan memberi kabar—"

"Ucapkan itu nanti dame-Sora," sela suara yang berada tepat di belakang Hayato dan Takeshi. 2 sosok terlihat tengah berdiri di sana. Yang satu mengenakan topi fedora dan yang satu berambut dark blue dengan seringai yang merekah di bibirnya. "Chiao," sapanya diiringi seringai yang sukses membut pemuda mungil itu merinding ketakutan. Ini tidak akan berakhir dengan baik.

.

\(OAO;)=(;OAO)/

.

"Itu sebabnya kau tidak bisa menghubungi salah satu Guardianmu kemarin?" ucap Reborn—mengambil sebuah kesimpulan setelah Tsuna menceritakan semua yang terjadi kemarin. Ponselnya di ambil oleh para penculik itu dan ia dalam keadaan pingsan. Tsuna baru sadar saat malam hari dan mendapati dirinya sudah berada di rumah sakit dengan Kaasan yang menungguinya bersama Hibari Kyoya yang ikut terbaring di kasur yang berada di samping ranjangnya.

Hibari ikut di obname bukan karena ia ingin bermalas-malasan. Pemuda reven itu ternyata terkena timah panas pada bagian punggungnya dan sungguh mengangumkan ia bisa bertahan dengan luka itu sambil menggendong Tsuna dan sampai di rumah sakit terdekat.

Tsuna menghela nafas panjang lalu menatap Hibari yang sedari tadi memasang wajah 'terganggu' dengan segerombolan orang-orang asing yang memenuhi ruangannya. "Penculikan ini bukan penculikan biasa," ucap Tsuna. Ia menatap para Guardiannya satu bersatu. "Mereka mengincarku sepertinya—hanya aku. Entah apa tujuannya, tetapi sepertinya mereka juga tahu bahwa kalian adalah penjagaku hingga hanya bergerak saat kalian tidak ada."

"Hmn… Arashi," panggil Reborn. Hayato langsung menatap pemuda yang mengenakan jas itu begitu namanya dipanggil. "Kau mempunyai data siapa-siapa yang pernah menjadi stalker Sora bukan?" tanya sang Kuro.

Pemuda yang bernama samaran Arashi mengagguk. "Ee, semuanya sudah dilepas dari pengawasan karena dalam jangka waktu tertentu sudah tidak berani men-stalker," jawab Hayato.

"Buat daftar baru tentang mereka—kemungkinan siapa yang paling mencurigakan," perintah Kuro.

"Hai'!"

"Ame," Takeshi mengangguk mendengarnya "Kau dan Arashi satu sekolah dengan Sora kan? Selama beberapa bulan kalian yang akan mengantar-jemput Sora," perintahnya.

"Tidak perlu," sela Hibari. Semua pasang mata menatap sang reven. "Aku yang akan menjaga Soraku," ucapnya—mempertegas bahwa Tsuna adalah miliknya.

Tsuna menutup wajahnya dengan kedua tangannya mendengar kata-kata ambigu itu kembali. Astaga! Demi apapun itu, tidakah Hibari Kyoya sadar apa yang ia katakan!? Dan tidak perlu dilihat pun Tsuna sudah sangat sadar bahwa sekarang ia lah yang menjadi pusat perhatian.

Reborn berdeham—mencoba memcahkan suasana aneh itu. "Baiklah, kita serahkan ini kepada Kumo. Bukankah kau kuat?"

"Kumo?" beo Tsuna—mencoba mempertegas apa yang ia dengar barusan. Ia menatap para Guardiannya satu bersatu. Tidak ada yang mau menatap mata kebingungannya. Bahkan Mukuro juga tidak memandangnya! Sebenarnya ada apa ini?

"Hibari Kyoya, kau ingin melindungi Sawada Tsunayoshi dari para stalkernya bukan?" ucap Reborn—sukses membuat semua orang membeku syock dalam seketika. Pasalnya, sang Kuro menyebutkan nama asli Tsuna—membuat sang empunya nama merinding namanya disebut dengan lengkap. Jelas, ini bertanda buruk.

"Hn," balas sang prefect—meng'iya'kan pertanyaan laki-laki asing itu. senyuman—yang lebih mirip seringai—itu mengembang mendengarnya. Kali ini, Reborn benar-benar merasa feromon Sora sangatlah berguna.

"Aku memiliki sebuah usul. Ini adalah sebuah usul jadi kau bisa memilih salah satunya. Apakah kau bersedia bergabung dengan Vongola famiglia dan menjadi Kumo? Salah satu Guardian seorang Sora?" tawar Reborn. Hibari hanya diam mendengarnya—terlihat tidak tertarik. "Dan perlu kau tahu… bahwa langit itu selalu membentang bersama dengan awan yang selalu bersamanya. Langit dan awan tidak bisa dipisahkan."

BLUSH!

Dalam hitungan persekian detik, wajah si peliki manik caramel itu berubah menjadi kepiting rebus.

"Re—Kuro! Apa yang kau katakan!?" pekik Tsuna panik. Ia menatap para guardiannya yang mulai menatap curiga ke arahnya. Ah, sungguh, apa-apaan ini!? Ada apa dengan situasi ini!?

Hibari menyeringai mendengarnya. "Menarik."

"Eeehhh!?" sepasang manik coklat itu menatap tidak percaya ke arah sang prefect yang sedang sakit lalu kembali menatap Reborn yang ikut menyeringai—mengerti apa maksud yang diucapkan Hibari.

"Jadi kau setuju?" tanya sang Kuro—memastikan. Benar-benar mengabaikan protes Tsuna.

"Hn."

Tsuna horror mendengarnya. Tidak menyangka sang prefect setuju. Sementara yang lain? Tidak perlu ditanya juga mereka sudah tahu bahwa mau tidak mau, Reborn akan membuat Hibari masuk ke Vongola—benar-benar sudah kelewat hafal dengan tipikal lelaki sadis ini.

"Baiklah, sudah diputuskan," lelaki yang mengenakan jas hitam itu menatap semua Guardian yang berada di dalam ruangan itu. "Mulai dari hari ini, Hibari Kyoya—sang Kumo—resmi menjadi salah satu anggota Vongola. Dan…" Kuro menatap ke arah Tsuna yang wajahnya sudah memucat. "Menjadi salah satu Guardianmu, Sora."

Bruk!

"SORA!?"

Dan hari ini pun Tsuna pingsan—tidak kuat mental untuk melihat kenyataan bahwa stalkernya berubah menjadi salah satu Guardian yang akan selalu berada di dekatnya. Oh ya ampun… 2 makhluk sadis, 2 makhluk bersuara besar layaknya toa, 1 makhluk berwajah mesum, 1 makhluk yang selalu tersenyum gaje, dan 1 bocah sapi. Poor Tsuna… Vongola mulai berisi pencampuran berbagai makhluk. Well, salah satunya sang ketua—yang tidak jelas gendernya.

.

\(OAO;)=(;OAO)/

.

Gumpalan awan putih terlihat menutupi sang langit, namun tak sedikit pun menunjukan tanda-tanda akan hujan. Cahaya matahari hari ini diteduhkan oleh awan-awan di atas sana. Suasana yang berawan dengan udara yang berhembus lembut. Ah, benar-benar waktu yang pas untuk keluar rumah. Terlebih hari ini adalah hari minggu—hari libur bersama untuk sebagian orang.

"Kawaii~ anak Kaasan memang yang paling kawaii!" puji Sawada Nana—wanita berambut coklat dengan sepasang manik coklat yang senada dengan warna rambutnya. Sepasang manik coklatnya menatap putra semata wayangnya yang baru saja ia bantu untuk memasangkan topi pink dengan hiasan bunga-bunga.

Wajah Tsuna memanas. Bukan, bukan karena pujian Kaasannya—ia sudah terlalu terbiasa dengan keberadaan Kaasannya yang ikut menonton setiap kali Tsuna cosplay—namun lebih kepada pandangan mata-mata asing yang terlihat menatapnya. Yah… mau diapakan lagi? Mereka berada di taman Nami-chu. Beberapa pasang mata yang tidak biasa dengan pakaian aneh mereka menatap mereka dengan rasa ingin tahu yang tinggi—penasaran.

"Ka, Kaasan," lirih Tsuna denngan wajah yang sudah merah padam. Ia ingat tempo hari Kaasannya memberikannya izin menjadi Ciel—Ciel Phantomhive yang ia kagumi—dan ia benar-benar tidak menyangka Kaasannya menyetujui keinginan kecilnya untuk menjadi sang tokoh utama dalam manga itu. Tapi… yah, ada TAPI nya. Well, lihat saja apa yang Tsuna kenakan sekarang. Gaun ala victoria berwarna pink, wig kelabu panjang yang di clip on 2 dan jangan lupakan topi pink yang menutupi sebelah matanya.

Sungguh, ingin sekali Tsuna menangis sekarang juga. Keinginannya menjadi Ciel Phantomhive terkabul namun… NAMUN KENAPA IA TETAP HARUS MENGENAKAN PAKAIAN PEREMPUN!? Hancur sudah harapannya menjadi sosok cool yang keren itu. Hilang sudah uang kerja sampingannya. Tidak ada harapan lagi. Okaasannya sepertinya benar-benar sudah lupa gender asli anaknya.

"Sugoi Kumo-kun! Kau benar-benar tampan!"

Tsuna mengelembungkan pipinya—ngambek—begitu mendengar suara Kaasannya memuji sang Kumo yang baru saja selesai mengenakan kostumnya. Dengan enggan ia menoleh—menatap sang prefect yang sekarang berganti penampilan.

Tsuna terdiam. Wajah ngambeknya hilang digantikan wajah blushing.

Tubuh tegap yang biasanya mengenakan gakuran berganti mengenakan setelah jas berbuntut, rambut revennya di style sedemikian hingga menyerupai sosok yang berada di dalam manga. Dan dengan kacamata persegi yang menutupi manik ruby itu… Tsuna hanya dapat mengambil 1 kesimpulan.

HIBARI KYOYA BEGITU SEXY!

Aaaaaahhhhhhhh~ seandainya bisa berteriak, Tsuna pasti sudah berteriak layaknya gadis-gadis yang berhasil melihat idola mereka secara live! Oh astaga! Astaga! Astaga! Terlebih langkah Hibari yang entah bagiaman, terasa slow motion melangkah mendekatinya yang masih duduk di bangku taman. Tsuna hanya dapat terdiam—seluruh tubuhnya tidak dapat bergerak sama sekali hingga sosok tampan itu duduk tepat di sampingnya.

"Kyaaaa! Kumo-kun, kau benar-benar cocok dengan Sora-chan!" pekik Nana senang. Eh? Nani!? Jangan bilang bahwa sekarang Sawada Nana adalah sorang fujoshi! Demi dot 7 warna yang sekarang entah dimana, Tsuna yang mendengarnya sukses mendadak merasa perlu ke dokter THT.

Hibari yang mendengarnya menyeringai senang. Ok, itu lampu hijau bahwa ternyata Nana memang ingin mereka bersama. Tidak sia-sia juga ia sempat hampir adu jotos hanya untuk berebut siapa yang menjadi Sebastian. Hibari atau Mukuro? Kedua makhluk itu kompak ingin menjad Sebastian saat tahu yang diberikan Nana kepada Tsuna adalah sebuah gaun. Gaun saat Ciel pergi ke pesta dan menyamar menjadi sorang gadis bangsawan. Tidak ingin ada pertumpahan darah, sang Boss akhirnya bertindak. Akhirnya mereka memilih untuk mengundi siapa yang menjadi Sebastian. Dan siapa yang menang? Tentu saja Kumo.

"Ne, Hibari-san," panggil Tsuna dengan volume yang di kecilkan hingga hanya Hibarilah yang bisa mendengarnya. Sang pemegang tonfa melirik ke sampingnya mendengar panggilan itu. "Kenapa kau begitu mengingkanku?" tanya Tsuna. Sepasang manik kelabu itu menatap ke depan—menatap Kaasannya yang berniat memotret mereka berdua.

Kenapa sosok Hibari Kyoya begitu menginginkan Tsuna? Padahal jelas pemuda itu terlihat tidaklah berarti mengingat ia adalah seorang dame. Dame-Tsuna. Namun… Entah bagaimana sang reven tidak bisa menganggabnya tidak berarti. Pemuda mungil ini berarti. Sangat berarti baginya.

"Karena…," tangan putih Hibari langsung melingkar di bahu mungil itu dan menarik sang pemuda untuk lebih dekat dengannya—sukses membuat sepasang manik kelabu itu terbelalak. "Aku mencintaimu," bisik Hibari dan sebuah kecupan lembut dari bibir tipis itu mendarat tepat di pipi yang sudah semerah tomat yang berada di sampingnya.

CLICK!

Nana tersenyum geli melihat hasil jepretannya. Sepasang pemuda yang tengah duduk di bangku taman yang lebih terlihat seperti sepasang kekasih. Dan coba tebak siapa yang berdiri di belakang kedua pemuda itu? 2 orang pemuda yang terlihat akan menyerang Hibari namun ditahan oleh Takeshi , Lambo dan Ryouhei.

"Aaakhhh! Beraninya kau mencium Sora!"

"Kufufufuf… sepertinya kau tidak ingin hidup lama hm? Kumo-san?"

"Maa… maa… tenangkan dirimu Arashi."

"Urusai yakyuu-baka! Makhluk ini memang harus diberantas!"

"K, Kiri! Kau tidak boleh menyerangnya!"

"J, jangan bertengkar di sini da mou ne!"

"Menyingkirlah Taiyou, Inazuma, aku benar-benar ingin melihat kepala mesumnya itu bocor."

Dan kekacauan pun terjadi. Tsuna selaku boss benar-benar harus memutar otak demi mencegah terjadinya pertumpahan darah. Oh astaga… Dia jadi bingung sendiri. Entah ia harus membalas pernyataan cintan Hibari atau memilih untuk diam.

Oh ya, hampir saja Tsuna melupakan sesuatu. Siapa yang menculiknya saat itu? Sebenarnya Tsuna sendiri juga tidak tahu siapa yang menculiknya, namun sejak Hibari sudah diperbolehkan keluar dari rumah sakit… Ia mendapatkan kabar bahwa salah satu pengusaha terkenal yang dulu pernah menjadi stalkernya mendadak harus di obname di dalam rumah sakit dan rumahnya hancur bak di porak-porandakan badai.

Dan sejak saat itu ia sudah tidak pernah diikuti oleh seorang pun stalker. Tsuna tidak mau memikirkan apapun tentang nasip para calon atau bahkan stalkernya. Sudah dipastikan, sosok reven yang selalu didekatnya inilah penyebab dari musnahnya peredaran para stalker itu.

Namun satu hal yang Tsuna rasakan saat ini. Keberadaan Guardian baru Vongola ini, benar-benar membuat suasana menjadi berbeda dan harus Tsuna akui, ia menjadi lebih merasa nyaman dan terlindungi dengan keberadaan sang Kumo di dekatnya. Apakah ia mungkin juga… mencintai Hibari Kyoya?

Tsuna tersenyum dalam hati. Ia tidak perlu memikirkannya sekarang karena biarkan waktu lah yang akan memperjelas semuanya. Namun diam-diam Tsuna merasa bersyukur Kaasannya sering memaksanya bercrossdressria karena berkat hal itulah ia juga dapat begitu dekat dengan sang prefect, Hibari Kyoya sang Guardian awannya.

.

.

.

END


a/n:

Yeeeyyyy~ akhirnya tamat juga. Serius, bwt just crossdress ini membuat kepalaku bercabang 2, sampe" bwt ni cerita jadi 2 versi. Akhirny setelah d pikir" saya pakek versi yg ni aj O^O

oh y, aoi juga mo minta maaf karena baru d update sekarang, moga kalian senang _ _;

Kanaza Akira: hihihihi... hibari mah emk suka yg unyu" X3
ni udah update, moga Kanazawa puas bacanya _ _

VandaQ: sayangnya tsu-chan milik hibari, saya juga pengen punya tsu-chan, tpi tkut d tonfa ;A;

sippoo... ni dah lanjut!

Saory Athena NAmikaze holla Saory! ahay, ni yg dirimu tunggu" dah update, gomenne bwt lama nunggu _ _"

D'yELLOW: dapetin tsu-chan emk perlu rintangan, bo'ong klo mudah dapet hati si uke idaman, tpi yah... hibari kn dah janji ma tsu-channya TAT

Estrella Es-Teller: Siippp... nih dah lanjut!

aster-bunny-bee: hola aster o.o/

ahahaha... tsu-chan emk kawaii! kali ini aja dia gk berhasil jadi cowok. wkwkwkw... yah, mo jadi cewek ato cowok sih, hibari tetep kelepek" ma keunyuan tsuchan XD

Tsuna27: ahahaha... ni udah lanjut kok! gomen udah bwt lama nunggu _ _"

Kyuu: tenang aja, smp kapanpun buruan sang karnivore tidak akan bisa lepas dari sang karnivore OvO

Hikage Natsuhimiko: Eh? nani? O.o

AniManGa19930: aaahhh... gomenasai atas kesalahannya QAQ arigatou dah d koreksi ;A;

ni udah update, jangan lupa baca y... ;A;

Xxferessa-TanxX: ini udah update kok! gomen dah bikin nunggu lama ;A;

bang kambing: udah update bang! X3

ne, special thanks for: Estrella Es-Teller, Haraguroi Yukirin, Saory Athena Namikaze, bang kambing, yuki no usagi ex-seven, XxFeressa-TanxX krna udah memfav n memfollow fic ini :D

Arigatou dah baca fic ini minna-san! kalo berkenan mohon reviewnya :3