"Namamu Do Kyungsoo. Aku adalah Kim Jongin yang telah berani mengambilmu dari keluargamu, karna aku sangat mencintaimu."

"Namamu Kim Jongin. Aku adalah Do Kyungsoo yang telah kau ambil jiwaku bersamamu, tapi aku tetap mencintaimu."


SIDERS GO AWAY FROM MY OWN FICTION

DON'T COPAS

RnR Please!

.

.

.

.

.

Sorry for TYPO

and

Happy reading!

.

.

.

.

_9493 STORY_

.

.

.

Baby gie Present

.

.

SAVE ME, PLEASE

"Halo, selamat siang, tuan Do Kyungsoo."

Seorang pria sudah hampir berumur seabad menyapa Kyungsoo duluan ketika baru saja laki-laki itu menjejakan kakinya di koridor depan cafe tersebut.

"Mari silahkan masuk duluan,"

.

.

...Tok

.

...Tok.

Tatapan datar Kyungsoo mengarah pada payung hitam yang diketukan ke lantai oleh pria tua yang sedang menemuinya saat ini. Kyungsoo berpikir pria ini mungkin seorang penari musikal seperti musikal pada tahun 90-an berjudul 'singing in the rain' dimana si tokoh pria membawa payung sambil mengetukan ujung payung tersebut hingga mengeluarkan melodi ketukan yang sangat indah, tapi ternyata Kyungsoo salah.

"Kau pemilik cafe ini?"

"Aku tidak yakin kau percaya atau tidak padaku tapi aku adalah salah satu peramal di cafe ini."

Bahkan ini lebih buruk, pikir Kyungsoo

Kyungsoo membulatkan matanya, ia terkejut ketika menyadari bahwa di dalam cafe ini ternyata banyak sekali orang-orang minta dilihat nasib mereka, hanya dengan membola-balik tumpukan kartu yang Kyungsoo tahu itu adalah sejenis kartu tarot, orang-orang tersebut rela mengeluarkan uang dari kantong mereka.

Yang jelas Kungsoo tidak menyukai tempat ini.

"Lalu apa kau mau meramalku? Silahkan saja, yang pasti aku tidak akan bayar."

Pria dihadapannya tertawa ringan menyikapi perkataan Kyungsoo yang terkesan sarkastik.

"Kau ingin diramal olehku? Memangnya kau percaya pada ramalan?"

"Tidak. Terimakasih. Aku memang tidak percaya ramalan."

Seorang pelayan wanita tersenyum manis ketika menghampiri Kyungsoo dan si peramal dengan membawa daftar menu.

"Aku tahu itu, baiklah kau ingin memesan minuman apa?"

"Ice mocha latte."

"Kau dengar itu, segera antarkan pesanan pria ini."

Seorang pelayan wanita memberi anggukan dan tak lupa senyuman manisnya masih saja mengembang ketika melihat wajah cute seorang Do Kyungsoo bahkan ketika sambil berjalan menuju dapur cafe.

"Kau bertingkah seolah kau pemilik cafe ini, tapi sudahlah aku tidak peduli, yang jelas aku peduli pada apa yang kau bicarakan tadi di telepon."

To the point. Kyungsoo memang sudah sangat tidak sabar untuk mendengar penjelasan pria tua dihadapannya ini.

"Kau bahkan tidak menanyakan namaku? Ck..anak muda jaman sekarang.."

"Terlalu banyak basa-basi, jelas bukan gayaku."

Pria tua dihadapan Kyungsoo tertawa lebar, kedua garis sudut matanya tertarik karena menertawai Kyungsoo.

"Maaf tuan, disini tidak ada hal yang lucu."

"Kyungsoo, kau lucu. Bagiku kau itu sangat lucu. Sangat."

Kyungsoo mendengus.

Pria tua itu menghentikan tawanya seketika dengan raut wajah yang serius,

"Aku hanya memberi peringatan padamu,"

Kyungsoo menampilkan wajah bingungnya, ya dia memang sedang bingung sekarang. Memang apa yang dilakukannya sampai harus mendapat peringatan dari pria tua yang tidak ia kenal ini.

"Aku seorang peramal, aku mendapatkan sebuah mimpi yang sangat menyeramkan, itu tentang dirimu, Kyungsoo."

"Kau memimpikanku? Memangnya kau kenal aku? Ahjussi kau senang sekali bercanda."

"Tidak. Kyungsoo, aku memang tidak mengenalmu, untuk di dunia nyata memang aku tidak mengenalmu, tapi ketika mimpi itu datang saat aku memejamkan mataku, gambaran tentang dirimu hadir didalam mimpiku, Kyungsoo, begitupula dengan identitas dirimu, dimana kau tinggal, sampai nomor teleponmu, semua mimpi itu yang memberitahukanku. Kau begitu rapuh, dan bingung untuk memilih kenyataan mana yang ingin kau percaya, hingga akhirnya kau memilih dia."

"Dan 'dia' yang kau maksud itu siapa?"

"Seseorang yang sangat mencintaimu dengan tulus, tetapi ia tidak bisa menerima kenyataan bahwa kalian tidak bisa bersatu...'dia' akan melakukan segala cara untuk bisa bersamamu termasuk membawamu bersamanya."

"Tunggu, tunggu sebentar, aku tidak mengerti maksudmu ahjussi. Kau menelponku tiba-tiba dan memintaku untuk bertemu disini ketika aku sedang sibuk mengurus tugasku, dan akhirnya aku rela meninggalkan tugas itu demi bertemu denganmu disini. Sampai disini kau berbicara sesuatu yang sangat sulit untuk aku artikan, kau bicara seolah kau sangat mengenalku, kau mengaku bahwa kau seorang peramal, dan kau melihat masa depanku dengan sembarang kau mengatakannya padaku tanpa seijinku, maaf saja aku tidak punya banyak waktu untuk hal yang tidak aku percayai dan berhenti bermain-main denganku. Permisi..."

Kyungsoo beranjak dari kursinya dengan emosi yang sudah tak dapat ditahannya lagi. Namun sebelum Kyungsoo meninggalkan cafe tersebut, ia kembali berbicara pada pria tua itu,

"Dan sepertinya aku menemukan alasan yang lain untuk memperkuat bahwa aku tidak seharusnya mempercayaimu, kau sudah tidak waras, musim hujan telah berakhir dan ini sudah pertengahan musim panas sementara kau masih saja membawa payung hitam itu, kulitmu bisa gosong dibawah payung hitammu itu tuan."

Kyungsoo tersenyum tipis dan bergegas keluar dari cafe aneh itu, sementara pria lain hanya takjub menatap kearahnya. Pria itu adalah pria tua yang bertemu Kyungsoo barusan, sambil memegang payung hitam seperti yang dikatakan oleh Kyungsoo sebelumnya, Pria itu menyeringai kemudian,

"Kau tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi, Kyungsoo. Hidupmu tidak akan lama lagi."

Pria tua menyeringai kembali.

"Kim Jongin, mau berapa lama kau menyembunyikan dirimu."

Tatapan pria tua itu menuju kearah sudut ruangan disebelah tempat duduk Kyungsoo tadi, ia seperti sedang berbicara pada seseorang namun yang ada disitu hanya ada dia sendiri.

.

Detik selanjutnya, pemandangan didalam cafe tersebut menjadi gelap hanya ada beberapa lampu minyak klasik yang menerangi ruangan cafe tersebut. Orang-orang tadi juga sudah tidak ada, yang ada hanyalah pria tua berjas hitam sambil memegang sebuah payung hitam yang sudah dikuncupkan sejak awal kemudian bentuknya menyerupai sebuah tongkat berwarna hitam. Pria tua itu bernama...

"Umbrella man"

Benar.

Yang baru saja mengatakan nama pria tua itu ternyata seorang anak laki-laki berpakaian seragam putih dan celana panjang cokelat pastel miliknya, tengah berdiri disamping pria tua itu.

"Jangan sakiti dia"

"Jangan sentuh dia"

"Aku sangat mencintainya."

"Dia milikku."

Anak laki-laki itu terus saja berbicara pada pria tua disampingnya, si umbrella man, sedang meracik minuman dengan cekatan bak bartender kelas atas, dan menuangkan sedikit cairan pekat berwarna cokelat di gelas berukuran kecil, vodka.

"Kim Jongin"

"Mungkin kau butuh minum sebelum bicara lagi."

"Aku tidak minum! Aku masih dibawah umur, kau tidak lihat seragam ini."

"Tapi itu tiga tahun yang lalu, sekarang kau sudah dua puluh dua tahun, Jongin, bukan delapan belas tahun lagi."

Jongin hanya mendengus.

"Aku membencimu."

"Kau tidak punya pilihan.

"Umbrella man, kau menyebalkan!"

"Kim Jongin, kau tidak pandai berterimakasih"

"Terima kasih"

"Simpan terima kasihmu nanti, Jongin. Katakan padaku bila kau mencapai tujuanmu."

Jongin sedikit memalingkan wajahnya kearah umbrella man, sedikit rasa tidak percaya atas ucapan yang baru saja ia dengar. Benarkah yang dikatakan pria tua penggila tongkat payung ini?

"Kau tidak sopan mengatakan aku penggila tongkat dihadapanku."

"Kau membaca pikiranku, sial."

"Seharusnya kau lebih berhati-hati, bodoh."

Mereka tidak pernah terdengar menyenangkan, tapi disini Jongin masih menghormati pria tua ini, demi Kyungsoo mau tidak mau dia harus menghormatinya, tidak ada pilihan lain. Atas jasa pria tua ini dia bisa menemukan Kyungsoo kembali, atas pria tua itu juga Kyungsoo bisa bertemu dengannya. Well, sejauh ini Jongin cukup berterimakasih pada pria tua tersebut.

"Kurasa kau harus berhenti, Jongin."

"Apa katamu? Tidak."

"Tapi kau sudah menggunakan seluruh kesempatanmu, Jongin. Perlukah kusebutkan satu persatu kesepakatan kita yang sudah kau langgar begitu saja?"

"Pertama, Ketika kau akan mati kau meminta dikehidupan selanjutnya kau masih bisa bertemu dengannya, hanya melihatnya dari kejauhan itu sudah cukup katamu, tapi apa yang kau lakukan sekarang? Kau malah memasuki daerah privasinya, bahkan kau memanfaatkan wujud tak kasat mata demi melihatnya setiap pria mungil itu tertidur..."

"...Kedua, setelah itu kau bernegoisasi lagi padaku bahwa kau ingin menampakkan wujud di hadapannya, dengan janji yang kau ucapkan sendiri bahwa kau tidak akan berbicara padanya mengenai siapa dirimu, namun kau melakukannya, 'Kai' kau memperkenalkan padanya seperti itu tanpa mengingat janjimu..."

"...Ketiga, kau meminta maaf untuk tidak mengulangi kesalahanmu lagi, kau bahkan mengatakan tidak akan menyentuhnya sedikit pun, tapi apa yang kulihat semalam kau bahkan memeluknya. Apa semuanya sudah kusebutkan?"

"Ya, sepertinya begitu. A-aku tidak bisa berpikir, mengingat janjiku.. aku tidak bisa karna dia begitu rapuh, aku hanya ingin membalas pelukannya, sungguh ahjussi aku berani jamin bukan aku yang memulai memeluknya."

"Tapi kau terlihat menikmatinya, anak muda. Kau bahkan tidak bergerak menghindarinya,"

"Aku tidak tahu harus bagaimana ahjussi, dia memelukku duluan dan aku terlalu kaget hingga responku hanya diam dan membalas pelukannya tanpakusadari. Semua itu diluar kendali ahjussi!"

"Bahkan jika suatu hari dia yang duluan menciummu kau juga akan diam dan kemudian membalasnya kan? Dasar mesum."

Jongin terdiam cukup lama, ia tidak tahu bagaimana membalas perkataan pria tua tersebut. Semua yang dikatakan oleh pria tua tersebut memang benar, jika Kyungsoo menciumnya duluan tentu ia akan sangat terkejut, diam dan kemudian membalasnya. Tapi pria tua itu tidak perlu mengatakan Jongin mesum juga kan! Hanya karena Jongin juga sudah mulai menyadari bahwa pikiran kotor darimana yang sedang mengacaukan kinerja otaknya, hingga akhirnya pria tua itu kembali bersuara.

"Lalu apa yang kau inginkan sekarang, Kim Jongin? Kau ingin meminta ijin untuk menidurinya barangkali."

Pupil mata milik Jongin membesar. 'Apakah aku bisa sampai sejauh itu jika aku tidak bisa mengendalikan diriku lagi?'

"Mulai sekarang kau sudah harus menyiapkan segalanya, Jongin. Dan terutama dirimu dan juga hatimu, kau harus bisa menerimanya bahwa kau dan dia berbeda, kalian tidak hidup didunia yang sama. Kau tidak punya banyak waktu lagi disini, sebelum kau menyesal untuk kedua kalinya, lebih baik sekarang kau bersiap untuk memberitahukannya tentang isi hatimu, bukankah itu tujuan awalmu sebelum kau kembali lagi ke duniamu?"

"Tidak bisakah aku meminta waktu lebih lama lagi?"

"Tidak."

"Bukankah kau mengatakan padaku bahwa aku masih mempunyai satu pilihan."

"Kau harus memilih satu, Jongin. Memang seperti itu yang kukatakan padamu dari awal, setiap manusia masing-masing memiliki satu pilihan pada akhirnya, dua pilihanmu itu adalah pilihan pertama, kau berhenti mengejarnya dan pergi dari kehidupannya sekarang kemudian semua tentangmu itu hanyalah kujadikan bagian dari mimpinya setiap malam, dan pilihan kedua, ini adalah pilihan terakhir dariku yaitu kau mencapai tujuan awalmu setelah semua itu tercapai kau akan pergi meninggalkannya kemudian aku akan menghapus ingatannya tentang dirimu."

"Jangan salahkan aku jika kau pada akhirnya kehilangan dua pilihan tersebut, itu karna tanganmu sendiri."

Jongin memejamkan matanya,

"Baik. Akan kupikirkan lagi,"

Suara dentingan gelas kaca sebelum Jongin menghilang membuat si pria tua menggeram.

"Selalu saja memecahkan gelasku, dasar ceroboh."

.

.

BRUK!

Boneka kayu disamping jendela kamar Kyungsoo terjatuh ke lantai. Jongin meringis pelan sambil mengusap lutut sebelah kirinya, tidak begitu sakit namun cukup nyeri di lututnya, pria berkulit gelap itu heran juga kenapa dia masih bisa merasakan nyeri seperti layaknya manusia padahal dia bukan manusia.

"Boneka sialan ini selalu saja menghalangiku masuk ke kamar Kyungsoo."

Seorang pria dengan mata terpejam terbaring diatas kasur sedang membalik badannya kearah jendela tersebut, membuat Jongin refleks menutup kedua mulutnya. Aku terlalu berisik ya, maafkan aku, Kyungsoo.

Jongin mendekati kasur Kyungsoo dan berjongkok disampingnya, melihat sisi manis seorang Do Kyungsoo yang ia dambakan sejak tiga tahun yang lalu sewaktu mereka masih berada disekolah tinggi yang sama, di sekolah khusus anak laki-laki tersebut, Jongin mengenal Kyungsoo sebagai seniornya yang sangat pandai bernyanyi dan menulis syair, seringkali ia mencuri syair yang Kyungsoo tulis untuk mading sekolah mereka setiap hari Rabu, dan kegiatan itu telah menjadi kebiasaan Jongin sepulang sekolah mengambil syair Kyungsoo terlebih dahulu. Sebenarnya yang menulis bukan hanya Kyungsoo saja ada puluhan anak sastra yang kadang ikut serta menyumbangkan karya mereka tapi Jongin tahu syair mana yang ditulis oleh Kyungsoo, karna pria mungil itu selalu mencantumkan nama penulis diakhir tulisan.

.

.

.

With Love,

D.O

Jongin jelas tahu hal itu.

D.O menyatakan marga pria mungil itu, Do Kyungsoo.

Sementara Kyungsoo sebagai murid teladan yang punya segudang aktivitas tentu tak menyadari keberadaan Kim Jongin. Tetapi itu tak membuat Jongin sedih bahkan ia merasa aman jika pria mungil itu tak tahu perasaanya, perasaan aneh yang menjalar diseluruh tubuhnya ketika manik mata Kyungsoo tampak begitu bersinar ketika ia sedang tersenyum. Jongin selalu mengikuti Kyungsoo diam-diam, seringkali ia mencoba berlatih menulis syair yang didedikasikan khusus untuk Kyungsoo, tanpa harus memberikan pada pria mungil itu tentunya. Setahun telah berlalu, dan Kyungsoo sebentar lagi akan mengakhiri masa SMA nya, sementara Jongin pria itu masih tetap sama, sebagai secret admirer Kyungsoo. Namun takdir mengatakan bahwa Jongin harus berhenti mengikuti Kyungsoo secara diam-diam, karna suatu insiden tabrak lari yang dialami Jongin sepulang dari sekolah cukup membuat gempar satu sekolah. Siapa yang tidak kenal Kim Jongin siswa berbakat dalam bidang menari? Seluruh murid mengenalnya tak hanya karna dibidang prestasi, pria itu juga dikenal sebagai Jongin yang murah senyum dan friendly. Tak hanya itu ketampanan yang dimiliknya cukup terdengar oleh anak-anak gadis di sekolah tetangga. Tapi sayangnya, sore itu mereka harus kehilangan senyum pria itu, kehilangan Kim Jongin si penari hebat yang tampan dan ramah. Jongin menutup matanya untuk selamanya di dalam ambulance ketika sedang dalam perjalanan menuju rumah sakit, tubuhnya sangat pucat dan dingin.

Detik itu juga ia menyesal bahwa seharusnya ia memberitahukan Kyungsoo bahwa ia sudah lama mengikuti pria itu, dia menyukainya, Kim Jongin menyukai Kyungsoo sudah cukup lama, namun kematian harus menghilangkan semua harapan Jongin untuk melihat Kyungsoo lebih lama lagi. Bahkan sebelum Jongin mengatakan padanya bahwa ia sangat mencintai Kyungsoo, pria itu sudah pergi meninggalkan dunia ini.

'Aku berharap dikehidupan selanjutnya aku bisa bertemu Kyungsoo. Aku berjanji akan mengatakan padanya bahwa aku menyukainya, tidak, aku bukan hanya menyukainya tapi aku juga mencintainya. Aku berharap Kyungsoo akan baik-baik saja sampai aku bertemu dengannya kembali dan untuk seribu tahun yang akan datang Kyungsoo akan selalu bersamaku. Aku berharap kali ini Tuhan mendengarkan doaku dan mengabulkannya'

.

Begitulah kalimat terakhir yang Jongin ucapkan sebelum dia menutup matanya untuk selamanya, Kim Jongin sudah pergi.

"Jongin, kau perlu tahu bahwa Tuhan masih menyayangimu, dan kau dapat kesempatan untuk mengatakan padanya apa yang kau ingin sampaikan. namun ingatlah satu hal, kau dan dia berbeda, dunia kalian berbeda."

Sosok pria tua berbadan tegap sambil memegang tongkat payung berwarna hitam berkata pada arwah Jongin kala itu. Jongin tersenyum bahagia mengangguk pelan kepalanya,

'Do Kyungsoo, aku akan menemuimu dan mengatakan padamu bahwa aku sangat mencintaimu sampai kapanpun. Tunggu aku.'

.


Kepala Kyungsoo menjadi pening ketika melihat pemandangan didepannya ini terasa sangat menjijikan, ia tidak pernah ke tempat ini sebelumnya.

Sebuah club malam murahan.

Disinilah Kyungsoo berada dan sudah puluhan kali telepon dari Sehun diabaikan olehnya begitu saja. Rahang pria tersebut kian mengeras saat melihat kearah panggung yang berada di sebrang tempat duduknya. Seorang wanita tanpa sehelai benangpun di tubuhnya itu tengah menari striptease diatas panggung, penari striptease itu berulang kali menghampiri para pelanggan sambil membelai satu persatu pelanggan berhidung belang itu.

Kyungsoo merasa panas, bukan karna ia tergoda oleh wanita penari striptease itu tetapi karna ia sepertinya mengenal siapa wanita itu. Wanita itu.. seperti dirinya, dengan kata lain wanita itu memiliki wajah dan rupa yang seperti dirinya, Kyungsoo sangat yakin bahwa wanita itu adalah seseorang yang ia cari selama ini.

IBU KANDUNGNYA

Mengapa wanita ini terlihat begitu menjijikan dimatanya sekarang?

Kyungsoo merasakan bola matanya memanas seperti akan mengeluarkan cairan bening bernama airmata, ia menangis lagi.

"Kyungsoo hyung?"

Sebuah panggilan yang sangat familiar ditelinga Kyungsoo dan membuat Kyungsoo menoleh ke samping, mata Kyungsoo yang sudah bulat semakin membulat ketika tahu siapa yang sudah memanggilnya barusan.

"Oh Sehun?"

"Sudah kuduga kau pasti disini. Hyung, sebaiknya kita pergi dari sini."

"Tidak. Tidak sebelum aku menemuinya."

"Tapi hyung-"

"Apa pedulimu? Kau bahkan sudah berbohong padaku. Kenapa Sehun-ah? Kenapa?"

Kyungsoo tidak peduli dengan penampilannya yang persis seperti pasien sakit jiwa yang tersesat di dalam bar.

Dia merasa bertubi-tubi sakit. Disini. Di hatinya.

Tanpa aba-aba tubuh mungil Kyungsoo menerobos orang-orang yang sedang sibuk menari di lantai dansa.

Sehun tidak tinggal diam, dia ikut menerobos orang-orang itu dan berusaha menghentikan langkah Kyungsoo yang semakin dekat dengan panggung.

"Eomma!"

"Eomma ini aku Do Kyungsoo. Putramu Do Kyungsoo. Putramu yang cerdas dan tampan disini. EOMMA!"

Tangisan dan teriakan seorang Do Kyungsoo seakan termasuk ke dalam hal yang tidak nyata didunia ini, setidaknya Kyungsoo menyadari bahwa yang ia lakukan sekarang adalah hal yang sia-sia. Percuma saja ia berteriak disini, di tengah lantai dansa dimana orang-orang yang sudah tidak waras sibuk dengan dunianya sendiri dan juga jangan lupakan musik keras yang begitu memekakkan telinga siapa saja, hanya manusia normal yang merasakan bising dan Kyungsoo adalah manusia normal satu-satunya disitu, ia menutup telinganya.

.

.

"Hyung, tidak apa-apa. Ada aku disini. Kau akan baik-baik saja bersamaku."

Didalam ketakutannya, Kyungsoo merasakan pelukan hangat dari seseorang yang sangat ia kenal tengah mendekapnya saat ini, ia merindukan pelukan hangat ini. Ia pun mencoba melihat seseorang yang memeluknya saat ini, dalam bayangan Kyungsoo wajah seseorang itu tampak begitu familiar.

Kyungsoo menyentuh wajah seseorang itu dengan menangkupkan kedua tangannya pada wajah itu.

Sekali lagi dia merasakan hal yang sama pada telapak tangannya, hangat. Begitu hangat.

.

.

"Kai-"

"...Aku-"

Mata bulat itu tertutup tiba-tiba bahkan sebelum Sehun bertanya padanya tentang apa yang ia bicarakan barusan.

'Kai? Siapa dia? Apa orang yang Kyungsoo hyung sukai?'

Yang jelas cukup membuat emosi Sehun naik, ia merasa cemburu pada 'Kai' padahal ia jelas-jelas tidak tahu menahu tentang makhluk yang dipanggi 'Kai' oleh Kyungsoo tadi, tetapi dia bisa merasakan cemburu yang cukup membuatnya tersiksa. Namun dengan segera Sehun menggendong Kyungsoo dipunggungnya, jelas Sehun lebih mengkhawatirkan kesehatan Kyungsoo daripada makhluk 'Kai tak jelas itu. Jika Kyungsoo sudah sadar dan kondisinya membaik Sehun akan menanyakan soal makhluk 'Kai' itu.

.

Sehun sudah bergegas keluar dari bar beberapa detik yang lalu bersama Kyungsoo dipunggungnya, tapi tanpa mereka ketahui Kai atau sebut saja Jongin sedang melihat mereka dari kejauhan sejak awal. Bahkan sejak Kyungsoo datang pertama kali. Ia hanya ingin memastikan keadaan Kyungsoo baik-baik saja, walau tampaknya Kyungsoo tidak terlihat baik-baik saja tapi dia masih mempunyai Sehun disisinya, setidaknya ada seseorang selain dirinya yang masih memerhatikan Kyungsoo. Begitu pikir Jongin.

.

.

"Kyungsoo, kau harus tahu bahwa di dunia ini kau tidak sendirian. Jangan keras kepala seperti itu, kau akan menyulitkanku dalam mengambil keputusan, Kyungsoo."

.

.

.

A/N: HAIIIII Ada yang ingat sama aku ngga._. hehe sorry gie baru bisa kembali dari hiatus lumayan lama dan ini chapter selanjutnya uda gie update, entah masih ada yang inget ato ngga sama ini cerita tapi gie beneran butuh review kalian semua yang baca biar gie bisa mutusin endingnya (butuh pencerahan-") duh rada nggak tega jahatin dedek dyo yang imutnya ngalahin balita masa kini hahaha disini cerita tentang 'tuan misterius' sudah sedikit terungkap kan ya readers ya *kedip2 mata* mungkin readers masih banyak yang nggak ngerti sama isi cerita ini T_T Maapkan sayaaah~ buat yang mengerti oh thank youu muahh muah :3

chapter selanjutnya sedang diusahakan selesai. tolong dimengerti ya readers ya, gie doain yang sabar bisa ketemu biasnya deh hehehe.

XOXO