.

.

Title : Yīnwèi yǒu nǐ( Because of You)

Chapter Four

Author :Titan18

Genre :Romance - Friendship - Family - Crime - Hurt/omfort

Cast :Huang Zi Tao - Wu Yi Fan ( Kris ) - Xi Luhan - other EXO Member, etc.

Rated :M

Disclaimer :All cast belong to them Management ! i just owned the story ^^

Warning :

BOYS LOVE! Yaoi! Rape Scene

.

.

Author tidak menerima berbagai jenis Flame dalam Kotak Review Nanti ne ^^

.

.

Tidak Suka ? Jangan Baca!

That's Simple Point

.

.

.

.

Day 2 – Seoul.

Tidak ada yang spesial, pengurusan hal-hal menyangkut administrasi hingga proses kuliahnya berjalan lancar. Mungkin sebenarnya jika Huang Zi Tao adalah orang lain—maka pemuda itu akan berbalik menatap sinis ke arah para teman seruangannya—semester tiga—yang sedari awal Zi Tao masuk terus mengumandangkan namanya dengan bisik-bisik yang sanggup hinggap ke pendangaran Zi Tao sendiri.

Bersikap pura-pura tidak tahu, tidak ada yang terjadi.

Sebelum kegiatan belajar yang tidak diminatinya berakhir Huang Zi Tao ikut membungkuk memberi pandangan sopan kearah seorang dosen yang bersiap keluar ruangan mereka,

"H-hai" suara gugup itu membuat Tao sedikit mengernyit.

Sembari berbalik mata Tao mengerjap, "Oh—hai, Kim Jongdae." Balasnya sedikit semangat, sang target utama—Zhang Yi Xing— yang barusan saja beranjak pergi dari sebelah bangku yang diduduki penegurnya.

"A-ku ingin bilang k-kalau aku sudah mengantar Luhan Sunbae ke kamarnya dengan selamat"

Tao mengangguk tipis, "Aku tahu".

Setelah melihat jam tangan, Tao segera menarik tas selempangnya dan menyusul keluar tak lagi memperhatikan Kim Jongdae yang barusan menyeka keringatnya sendiri—wajah pemuda itu cukup pucat.

"Huh, setidaknya ucapkan terima kasih"omelnya.

Tao yang baru dua langkah dari depan pintu mendengus keras, "Aku mendengarmu BOCAH" teriaknya tanpa berbalik.

DEG

Kim Jongdae semakin pucat.

.

.

.

.

Dengan perlahan dilorong koridor yang sepi, Tao mengikuti tiap langkah Lay dengan sangat hati-hati. Dia sudah cukup hafal denah dalam gedung utama—Bangunan kampus yang menyerupai kastil, tapi ini berbeda—dalam peta yang diberikan padanya saat tiba di gerbang lantai satu terdapat jalur kuning yang hanya bisa diakses dengan mahasiswa khusus.

Well, mereka disini semuanya spesial dan seharusnya Tao tidak perlu sekaget dan sepenasaran itu saat Lay memasuki sebuah pintu kayu yang sangat besar—

KRIETTTT

Pintu itu terbuka lebar, menyebabkan sedikit bunyi pada engselnya.

Tao terlonjak, pemuda itu baru menyadari ada raut wajah letih dan murung pemuda bermarga Zhang itu. bahkan target utamanya itu tak segan-segan membanting pintu dengan gebrakan yang keras.

BRAKKK...

"Sial" Tao mengumpat kecil.

.

.

.

.

DEG

DEG

Huang Zi Tao berbalik dengan tubuh yang hampir setengah membeku, pandangannya kosong seketika.

Telinganya berdengung saat suara husky dan manis itu mencapai telinganya,

"Kris, dikelas tadi Lay mengirim pesan padaku. Dia sepertinya kesal karena Suho beberapa hari ini mengabaikannya? Apa yang harus kulakukan? Dia pasti sudah didalam tempat kita bertemu, dan Suho bahkan sudah kembali lebih dulu ke Dome House, Uhhh... pasangan itu"

Kris yang berjalan disamping namja mungil itu menoleh dan mengelus rambut coklat terang milik Xi Luhan, "Jangan terlalu mencampuri urusan mereka berdua—lulu" suara itu terdengar datar—tapi nada sayang saat nama mahluk manis itu disebutkan mampu membuat tubuh Tao bergetar.

Perasaan asing saat melihat interaksi keduanya—Lulu... Xi Luhan berjalan dengan anggun disebelah pesona sang Wu yang luar biasa.

Melihat orang itu seolah kesadaran menghantamnya, Tao menunduk saat pandangannya bertubrukan dengan Wu Yi Fan.

Tugas yang dianggap agen lain mudah—tugasnya hanyalah mengawasi dan mencari tahu segala hubungan interaksi ketiga orang warga negaranya—China hingga segala konspirasi terkait dengan Republik Korea Selatan berakhir—berbeda pandangan saat perasaanya ikut mengantisipasi hal ini.

Zhang Yi Xing—jangan katakan pada Jenderal Tan Hangeng, Huang Zi Tao mempunyai perasaan tidak suka dengan nama pemuda itu sejak tahu bahwa anak itu hasil sebuah perselingkuhan Presiden negaranya sendiri dulu.

Dan Wu Yi Fan, baiklah pemuda ini bahkan meningkatkan rasa frustasi Tao hanya karena pemuda itu berhasil menariknya dalam permainan yang sejak dulu Tao beri Alert khusus 'Fantasi Seks Liar yang menakjubkan'.

Dibandingkan ketiganya, posisi Wu Yi Fan lah yang patut diwaspadai.

Tao sadar pasti akan hal itu, Wu Yi Fan kekasih dari Xi Luhan—apa Tao harus menyebutnya—Huang Luhan.

Lama memandang kearah yang sama membuat Tao menarik napasnya dan segera berjalan, rasa ingin tahunya masih bisa ditahan sebelum dirinya hilang kendali dan malah memaksa masuk kedalam ruangan yang dirinya tidak tahu itu apa.

Jangan gegabah, mungkin hal itu perlu saat ini.

Huang Zi Tao masih membutuhkan banyak informasi mengenai teman-teman dekat ketiga orang tersebut sebelum dengan mudah melaporkan bahwa keamanan ketiga anak penting dari negara asalnya itu akan aman-aman saja.

Dalam hal ini, terdapat empat nama yang tercantum dalam Agendanya.

Kim Joonmyeon—kekasih pemuda bermarga Zhang.

Oh Sehun—pemuda yang sudah Tao perkirakan cukup akrab dengan Wu Yi Fan dan Xi Luhan melalui sentuhan—pelukan—singkat di atas atap saat kompetisi mabuk terjadi.

Chanyeol—Tao tahu nama pemuda tinggi disamping Wu Yi Fan dari mulut para supporter semalam serta ucapan singkat Oh Sehun—dan, Kekasih Chanyeol—Huang Zi Tao tidak tahu nama pemuda manis itu.

.

.

.

.

Siang yang cukup sejuk, udara dan riuh pepohonan sepanjang jalan menuju Dome House—sebutan untuk gedung asrama yang ditempati para mahasiswa—tampak asri dan tidak disengat tajamnya matahari.

Langkahnya sedikit diperlambat, Tao cukup serius pada materi yang diajarkan tadi—Manajemen pemasaran bisnis dan antek-anteknya yang membuat kepalanya pusing ditambah Bahasa Korea yang diucapkan dengan sangat cepat. Prediksinya tepat, tempat seperti ini tidak cocok untuknya.

Sebagian mahasiswa terlihat menikmati waktu bebasnya dengan bersantai dibawah pohon rindang—membuat Tao memutar bola matanya bosan.

Do Kyungsoo yang berjalan sedikit terburu-buru menahan langkahnya tepat didepan Tao dan berbalik,

"Kau tahu aku?" tanyanya dengan ekspresi tak terbaca.

Tao harus menunduk karena tinggi mereka yang cukup jelas berbeda, "Tidak"

Kyungsoo berdecak malas melihat reaksi biasa namja dihadapannya.

"Aku Do Kyungsoo, kau mahasiswa baru yang sekelas denganku—Oh Tuhan, kita bahkan tak lebih dari dua puluh orang dan kau sama sekali tidak memperhatikanku di kelas? Great" namja berdarah korea dengan mata bulatnya yang khas membuat Tao menahan senyumnya.

'Aku melihatmu bukan berarti aku harus tahu siapa kau' pikirnya.

Dia ingat nama ini, pria yang dipanggil Kai—seenaknya menyabotase dirinya dengan masuk didalam kamarnya tanpa ijin kemarin menyebutkan nama ini.

Tao menjulurkan lengan kanannya, "Senang berkenalan denganmu, Kyungsoo-ssi. Aku tahu kau yang menempati kamar didepanku bukan?"

"Nah, bagus kau tahu.—

Ah sudah dulu ya, aku harus kembali. Baekhyun hyung tidak pergi kuliah dan aku yakin Baekhyun hyung masih tidur dan tidak makan apapun uhh"

Setelah menyelesaikan ucapannya, Kyungsoo berbalik dan melanjutkan jalan cepatnya yang beralih menjadi Lari secepat mungkin.

"Tsk, Aneh" ucap Tao pelan, pantas saja si KAI yang aneh dan berbicara dan bertindak seenaknya tampak cocok dengan Do Kyungsoo—yang Kai sebut kekasihnya.

Kelakuan keduanya tidak beda jauh, Jodoh mungkin.

.

.

.

.

Sebenarnya Tao cukup lapar, hanya saja ada beberapa teman selantainya yang menggunakan dapur dan Tao merasa dirinya cukup malas untuk bersosialisasi saat ini. Jadi menyeduh segelas mie cup yang diambilnya kemarin dan masih memeliki stock di kamarnya adalah cara terbaik, lagi pula dia masih harus mengerjakan beberapa tugas. Terlihat bodoh didalam kelas itu tidak mungkin, anggap saja hal ini menambah pengetahuannya dibidang bisnis dan ekonomi dunia.

Entahlah.

Tidak ada hal penting yang harus dilakukannya hari ini—

Ahh... apa bertemu Wu Yi Fan bisa dia undur? Sedikit relaksasi badan atau tidur benar-benar dia butuhkan, bokongnya masih sakit.

.

.

Day 3 – 02.00 AM, Seoul.

'Tepat waktu' batin Tao.

"Kau datang" Sambut Tao berdiri.

Tao mengangkat wajahnya, matanya sedikit menajam memperhatikan muka menyebalkan sang Wu yang terlihat sangat tampan—for God's Sake.

+22132xxxxxx

Temui aku dibelakang D.H (Dome House) 02:00 a.m, bangku ketiga dibawah lampu.

KRIS.

Layar ponsel milik Tao menampilkan pesan yang membuat Kris menarik ujung bibirnya membentuk senyum.

"Kau tahu Kris, kupikir ini terlalu pagi untuk sebuah kencan rahasia antara kita" ucap Tao semanis mungkin dan mendudukan dirinya kembali.

Puk..Puk—"Duduk disini saja" ajak Tao menepuk bangku sebelahnya.

"Benarkah? manis sekali" jawaban Kris yang meladeni ucapan iseng Tao mengejutkan namja itu sendiri, Kris berjalan mendekat dan mendudukan dirinya disamping Tao.

Huang Zi Tao menahan napasnya, dan menoleh kearah pemuda itu "Uh bau alkohol".

Kris mengangguk.

"Kau minum?" Pertanyaan konyol Huang Zi Tao.

"Ya"

Tao menggelengkan kepalanya, "Ahhh... sungguh kau ini membuatku gila" aroma alkohol menguar membuatnya mengernyit.

Kris sedikit tertawa, "Aku mengajak Suho mabuk sebentar, aku terpaksa mengambil nomor ponselmu secara diam-diam dari phonebooknya. Kau tidak memberikanku nomor ponselmu—Huang Zi Tao"

"Kau minum banyak?" alih Tao, sang Mayor Huang hebat itu sedikit tersentuh mendengar ucapan jujur Kris—diluar prediksinya.

Lagi pula dia tahu maksud Kris melakukan itu, apa jadinya jika sang Wu tampak di lantai angkatannya ataupun meminta terang-terangan didepan Suho—ketua asrama yang secara tidak langsung akan curiga.

Walaupun segalanya terlalu cepat diluar prediksinya, Tao sadar bahwa Kris bahkan membawakan dirinya kedalam jebakan Tao sendiri.

"Aku tidak melihatmu seharian tadi" balas Kris—tidak menjawab pertanyaan Tao.

Huang Zi Tao memutar bola matanya bosan, "Kau pikir aku buta? Kita berdua jelas saling berpandangan, beberapa detik sebelum kau mengeratkan rengkuhanmu pada pinggang Xi Luhan dan—"

"Jangan dijelaskan, aku malas mendengarnya."

Tao mendecih tak suka.

"Aku tidak bisa"

HAH?

Huang Zi Tao mencengkram kedua tangannya erat, matanya hampir melotot mendengar ucapan Kris Wu.

"Apa maksudmu?" tanya Tao pelan.

Kris berdiri, "Maafkan kegilaanku semalam, aku tidak bisa menghianati kekasihku".

SHIT.

Udara dingin menembus hingga tiap tulang rusuknya, Zi Tao merasakan tubuhnya menggigil tiba-tiba.. ekspresi godaan diwajahnya sontak menghilang—digantikan sebuah tatapan tak percaya.

Kris menatapnya terlalu datar.

"Kau bercanda"

"Hn"

Tao menahan kekesalannya yang tiba-tiba.

"KAU... BRENGSEK WU YI FAN" Tao berteriak, berdiri dan menarik kerah dari sweater yang digunakan hingga membuat wajah sang Wu berpandangan dengannya.

Giginya bergetar saking emosi, "Kau menolakku setelah puas merasakan tubuhku? Fuck you, Wu"

"Kau sendiri yang menawarkanku untuk mencobanya—dan setelah kucoba aku tidak tertarik" balas Kris remeh.

BRUK

Tao melepaskan cengkramannya dengan kuat, sayangnya tubuh Kris cukup terlatih untuk tidak membuatnya hingga terpelanting ke belakang.

"Dammit, kau berbohong! Kau menikmati tubuhku" balas Tao.

Kris tahu bahwa sosok didepannya ini adalah seorang yang sangat keras kepala.

"Aku berubah pikiran, kebahagian kekasihku yang terpenting saat ini. dan aku tak akan membuang waktuku hanya dengan bersama seorang SLUT sepertimu. Sudah berapa banyak pria yang kau tiduri eh?"

"WU YI FAN" Tao menggeram, tidak pernah seorangpun mengatainya setajam ini.

"Kau menyukaiku? Benarkah? Jangan bermimpi terlalu tinggi Huang, jika kau jauh-jauh hanya untuk mengincar kekayaanku—berhentilah."

Huang Zi Tao menutup matanya, baiklah dirinya harus jujur pada diri sendiri bahwa ada sedikit rasa tertarik pada namja ini—tapi menyukainya?

Demi Tuhan, menyukai Wu Yi Fan? Itu sesuatu yang tidak mungkin, kalian bercanda? Oh Astaga, sangat percaya diri sekali sang Wu ini.

"Apa setelah kau berhasil mengurasku, kau akan mencari Suho? Dan seluruh orang berada demi kepuasaanmu sendiri? Dasar Pelacur"

"Kumohon Kris, jangan seperti ini" gumam Tao lirih.

Setelah beberapa detik yang dilaluinya dengan memutar otak, akhirnya Tao menampilkan lagi wajah stoicnya.

"Jadi kau melakukan ini karena Xi Luhan?—kekasihmu?"

"Aku mencintainya"

Cih, Cinta?

Tao menunduk, membuat gerakan seperti mengencangkan jaketnya padahal dirinya hanya mencegah agar Kris tak melihat genangan air yang mungkin akan mengalir keluar.

Perasaannya bercampur aduk, penolakan Kris diluar rencananya—tubuhnya selalu dipuja—dan Tao sangat tahu bahwa Kris sudah jatuh padanya. Tapi sebesar itukah Cinta yang dimiliki sang Wu pada Xi Luhan?

Tak ada pilihan lain, membuat Wu Yi Fan mencintainya adalah prioritasnya saat ini. Tapi—Perasaan kalah karena seorang yang membuat hatinya sakit—Xi Luhan—justru membuat kebimbangan bagi batin Tao—perasaan terkalahkan oleh anak dari penghancur hubungan Ayah-Ibunya membuat Tao semakin sakit hati.

Ibunya bahkan kalah sejak awal, dan dirinya tak ingin berada dijalan yang sama.

"Baiklah, anggap saja tidak pernah terjadi apapun diantara kita" seru Tao pasrah.

Kris terperangah, "Semudah itu?"

Huang Zi Tao menyuginggkan seringaian tipisnya, "Ya—semudah itu aku melepaskanmu"—aku tidak cukup bodoh untuk menuruti nafsu dan terjebak permainanku sendiri.

Tao berjalan dan—Takk!

"Aaww" ringis Wu Yi Fan.

Puas menendang tulang kering di betis sang Wu—tindakan kekanakan—yang secara refleks dia lakukan, lebih baik seperti itu dari pada keinginannya untuk menembak mati pemuda ini secara kejam—jika Tao punya pistol—.

Seharusnya Tan Hangeng membiarkannya menyusupkan senjata seperti itu didalam sini.

"Pergilah" walaupun pelan, suaranya masih ditangkap oleh Wu Yi Fan.

.

.

.

.

Tao diam, dirinya tidak benar-benar pergi. Setelah ucapannya, Kris Wu bahkan dengan tidak berperasaannya kembali dan tidak lagi memerhatikan bahwa Tao masih berada di bangku yang tak jauh dari tempat keduanya bertengkar tadi.

"Kau tidak betah bersembunyi?" teriaknya tiba-tiba.

Srekk.. Srekk..

"Kau melihatku?" tanya seseorang yang baru saja memunculkan dirinya dari balik pepohonan dan berjalan segera mendekati tempat Tao.

Menarik napasnya yang terasa berat, Tao mengangguk malas.

"Saat melihat kau membawa Kris hyung dari pesta aku sudah tahu ada sesuatu diantara kau dan dia bukan? Huang Zi Tao"

Tao masih tak membalasnya.

"Aku tidak bermaksud menguping kalian sungguh, kebetulan aku kembali dari Gedung tiga karena asik membaca buku—kau tahu aku anak yang sangat rajin", Sehun menahan ucapannya saat Tao meliriknya aneh—"Oke aku berbohong, jadi sebenarnya aku ketiduran di gedung tiga sejak jam makan malam dan baru saja terbangun dan berniat kembali saat menemukan kalian"

Sehun menyeringai, "Aku tak sengaja mendengar, mulai dari bagian kau berteriak pada Kris hyung 'Dammit kau berbohong! Kau menikmati tubuhku'. WOW—aku tak menyangka Kris hyung tega menghianati Luhan hyung"

"Kau sangat dekat dengan mereka?" alih Tao tiba-tiba.

Oh Sehun mengangguk dan memamerkan senyuman menggodanya, "Kenapa? Kau berencana apa setelah ini, tenang saja aku akan berpura-pura tak mendengar tentang beberapa kata sensitive yang di ucapkan Kris hyung padamu"

Tao memutar bola matanya malas,

"Tapi, apa kau benar-benar sudah tidur dengan Kris hyung? Benarkah kau akan tidur dengan orang-orang demi kepuasaanmu? Kau tampak seksi dan menawan, sejak awal melihatmu aku sudah tertarik" lanjut Sehun panjang lebar.

Great! Sudah Tao duga anak ini otaknya tidak beres.

"Untuk sekedar informasi, aku bukan Pelacur atau apapun itulah. Dan yeah~ aku kadang tidur dengan seseorang yang menarik bagiku—dan tidak memungut bayaran dari mereka" tapi entah kenapa Tao masih ingin membalas ocehan anak ini.

"Berapa umurmu Oh Sehun?" tanyanya tiba-tiba.

Mata Sehun berbinar-binar, "Kau masih mengingat namaku? Kupikir kau lupa karena terlihat sangat tak fokus malam itu, kau hanya mendengarnya sepintas. Kenapa kau bisa ingat?"

"Karena kau tampan" jawab Tao sok, Mau tak mau Huang Zi Tao tersenyum sedikit, matanya dikejapkan manis dan memikat.

"Hahaha... kalau begitu sudah jelas kau mengingatnya... aku memang tampan"

"Jawab dulu pertanyaanku"

"19 Tahun"

"Dari mana kau tahu namaku?"

"Eh?"

Tao menatapnya tajam, "Kau menyebutku, Huang Zi Tao tadi. dan dari mana kau tahu namaku?"

Sehun kembali tertawa, "Tak perlu menatapku seperti itu, jadi sebenarnya malam saat kekacauan yang kubuat aku bertanya pada Chen—namja yang kau suruh mengantar Luhan hyung"

"Chen? Apa itu Kim Jongdae"

"Yah nama panggilannya disini, kau cukup sangar juga saat itu. Menarik" jawab Sehun santai.

Angin semakin dingin membuat Tao memeluk dirinya sendiri.

"Sehunnie, apa aku boleh memanggilmu seperti itu?"

"Kenapa tidak?"

Tao membalas senyuman Sehun sekali lagi, "Jangan ceritakan apapun yang terjadi malam ini pada siapapun".

"Tidak masalah, tapi kau harus membayar mahal untuk itu"

"Apa itu?"

"Berikan dulu nomor ponselmu... tenang saja Tao aku tidak akan macam-macam, err-sepertinya"

Huang Zi Tao mengangguk kaku.

"Ayo kembali, udara semakin dingin" Sehun berdiri dan menarik tangan Tao tanpa permisi.

Namja manis itu bahkan sama sekali tak menampik saat Sehun berjalan menuntunnya dengan tangan yang masih digenggam, sosok tinggi yang hampir sejajar dengannya itu mengalirkan kehangatan melalui ruas yang memenuhi jari-jarinya.

.

.

.

.

"Sudah cukup, naiklah ke kamarmu sekarang Sehunnie" seru Tao, dirinya melepaskan pegangannya dengan lembut.

Oh Sehun mengangguk tipis, namja itu mengacak rambut hitam Tao sebelum mendorong tubuh Tao kedalam kamarnya yang telah dibuka tadi.

"Sampai ketemu besok, jangan bersedih tentang putusnya hubungan dengan K—"

"Jangan sok tahu Oh Sehun, kembalilah.. bagaimana jika ada anak lain yang melihat kita"

"Hahaha... Arraseo. Sampai jumpa lagi dan—CHU~"

CHUP

Sebuah kecupan singkat di pipinya membuat wajah Tao yang tadinya datar-datar saja menjadi kesal,

"YAAA!"

Teriakan itu terdengar di penjuru koridor yang sangat sunyi, Huang Zi Tao mengumpat dihatinya saat Oh Sehun tertawa saja dan melambaikan tangannya tak perduli.

KLEK

Setelah memastikan pintu kamarnya telah terkunci, pemuda manis itu melakukan peregangan pada tubuhnya dan menguap.

Drrtt... Drrtt...

+2173xxxxx

Jadilah pacarku.

Tanpa menanyakan pengirimnya pun Zi Tao sudah menduga si pucat Oh Sehun lah pengirimnya, Tao memutar bola matanya malas.

"Konyol" tukasnya.

Tangannya mengetik balasannya dengan cepat, sebuah senyuman penuh maksud itu ditujukan pada layar ponselnya.

To : +2173xxxxx

Aku tidak tertarik pada Bocah sepertimu.

.

.

.

.

Sudah dua hari dan Tao benar-benar memfokuskan dirinya pada kegiatan di kelasnya dan bersantai di kamarnya sendiri. Hanya beberapa saat saja Tao menyempatkan dirinya berinteraksi dengan Kyungsoo dan teman sekelasnya jika melakukan diskusi kelompok.

Ini lebih konyol daripada dugaannya, tak urung Huang Zi Tao sangat kesulitan karena dirinya benar-benar memiliki dasar Nol dalam perkuliahan ini. dan dalam dua hari itu Tao tahu dia tak akan pernah bisa mendekati sosok Zhang Yi Xing.

Pemuda Zhang yang angkuh, dan dingin pada sekitarnya.

Tao tahu sifat salah satu anak presiden negaranya itu dari bisikan Kyungsoo saat mereka setim, dan yah Tao cukup yakin pendiskripsian itu tepat karena namja yang sering dipanggil Lay itu benar-benar mengacuhkannya.

Sekali dua kali saja saat melewati gedung Kastil utama—Tao melihat anak itu berbicara dengan Baekhyun—omong-omong Huang Zi Tao akhirnya tahu nama kekasih Park Chanyeol berdasarkan keterangan dan mulut bocor Kyungsoo yang mengaku saudara jauh dari seorang Byun Baekhyun—.

Kris dan Luhan ? Jangan sebut dua nama itu sekarang, jelas saja Huang Zi Tao masih dongkol pada tuduhan sang Wu terhormat itu. Gila saja.. harga dirinya terluka, ketika diluar sana mereka memujanya ditempat ini justru Huang Zi Tao harus menerima bahwa dirinya dapat dengan mudah direndahkan seperti ini.

Maafkan hatinya, tapi setitik rasa tak suka kembali muncul melihat dua orang itu hanya karena—Xi Luhan.

Dia adalah Huang Zi Tao, seorang pemuda yang memiliki sifat yang tak mudah dia pahami sendiri—apalagi sejak perpisahan orang tuanya dan fakta baru bahwa anak hasil dari wanita yang menghancurkan keluarga harmonis yang diidam-idamkan tampak baik-baik saja.

DAMN! Huang Zi Tao bukan malaikat, dan tidak ada kata mengasihani dalam dirinya.. bahkan dirinya menolak mengasihani hidupnya yang bagai robot pemerintahan sejak meninggalnya ibunya tepat setelah perpisahan itu. Karena perintah pemerintahan lah dirinya rela berhadapan dengan hasil sumber penghancur kehidupannya.

Karena dia, Xi Luhan.

Mengasihani dirinya saja tidak bisa, apalagi melakukan hal itu pada orang lain.

Iri dan benci, bisa saja Huang Zi Tao merasakannya saat melihat sosok orang itu—walaupun itu adik tirinya sendiri.

Dan satu hal yang membuat Zi Tao menyesalinya sekarang, perasaan kesal dan sebuah ketakutan entah kenapa membuat hatinya tak tenang. Kenyataan bahwa Huang Zi Tao tidur dengan seorang pria yang merupakan kekasih orang lain—kekasih Luhan membuatnya merasa begitu buruk.

Drrt... Drrt...

Ponselnya yang bergetar membuatnya geram, hal ini terus terjadi karena orang yang sama isengnya terus menelpon dan mengirim pesan dengan maksud yang sejak dua hari yang lalu.

Tahu begini saat itu Tao tidak memberi nomornya dan anak itu dengan liciknya terus menyindirnya dengan sandi Kris-Luhan tiap kali Huang Zi Tao bertingkah tidak peduli.

KLEK

"Masuklah" gumam Tao.

Oh Sehun terus menarik ujung bibirnya tersenyum dengan sangat bahagia, "Akhirnya kau mengijinkanku masuk".

Begitu Tao membaringkan dirinya diranjang, dengan sangat tidak sopan Oh Sehun ikut melompat keatas kasur empuk itu hingga membuatnya bergoyang.

Tao tahu melarang anak inipun susah jadi apa gunanya.

Lagipula, Tao justru memanfaatkan namja itu mengorek informasi tentang Kris, Luhan dan Lay lebih dalam.

"Kau sudah makan malam?"

Tao mengangguk tipis.

"Sehunnie, bagaimana caranya kalian menyelundupkan minuman-minuman untuk setiap party yang kalian sering rayakan?"

Sehun tertawa, "Bukan hal yang tidak mungkin jika Suho hyung di pihak kami"

"Tapi aku jarang melihat kalian berinteraksi, apa kau sebegitu akrab dengannya?"

"Ya, kami sering berkumpul. Karena tempat ini hanya dihuni dengan orang-orang pilihan maka Suho hyung pun tidak sembarangan bergaul dan berteman, well mungkin saja wajahnya terlihat ramah dan cukup baik jika kau mengenalnya sekilas, tapi percayalah Kim Joonmyeon atau Suho itu lebih sombong daripada yang kau tahu. Harga dirinya tinggi, aku cukup beruntung menjadi orang-orang spesial yang berada disekitarnya. Kami—maksudku gengku dan yang lain terdiri dari lima namja.

Aku sendiri, Kim Jongin, Park Chanyeol, Wu Yi Fan dan Suho Hyung.

Ada beberapa akses khusus yang hanya diperoleh oleh kami sedangkan yang lain tidak, dan well~ kekasih kami pun cukup beruntung dengan menikmati fasilitas yang sama.

Ruang gerak kami lebih luas dibanding mahasiswa lain yang terikat, oleh sebab itu banyak yang ingin mendekati kami yeah..."

Huang Zi Tao menatap wajah tampan disebelahnya, sedikit demi sedikit dirinya mulai memahami seperti apa tempat yang ditinggalinya sekarang ini, pantas saja dia cukup heran dengan cerita Sehun mengenai para Hyungnya dan sahabatnya yang hanya berkisar kehidupan mereka yang sempurna dan seenaknya.

Tao cukup sadar diri, Oh Sehun dan kawan-kawannya cukup berpengaruh. Mengingat posisi bahwa Oh Sehun adalah salah satu putra dari jajaran Menteri berpengaruh di Republik Korea Selatan saja sudah dapat menjamin bagaimana lingkungannya yang bebas tanpa campur tangan orangtua yang mengikat.

Sejak itu, perlahan-lahan dirinya mulai terbawa dalam cerita pemuda pucat itu. Huang Zi Tao mulai mengenal kisah hidup Sehun and The Gank yang selalu unik setiap harinya.

Oh Sehun mulai bebas keluar masuk kamarnya dalam seminggu terakhir, walaupun hal itu dapat disembunyikan serapi mungkin. Tao tak ingin dirinya menjadi pusat perhatian jika diketahui sedang dekat dengan Oh Sehun—Sang Cassanova—yang akhir-akhir ini mulai menghilang dan mengurung dirinya didalam kamar Huang Zi Tao dan menemani pria manis itu belajar bisnis.

Walau hampir keseluruhan waktunya dihabiskan dengan Oh Sehun yang akan melakukan sesi curhat mengenai kesehariannya, dan membuat Huang Zi Tao duduk manis dan mengangguk serta memberikan ekspresi yang sewajarnya dalam setiap mood.

Tao tak membantah bahwa pria itu merupakan sosok yang tidak akan menyebalkan jika sudah dikenal dekat, Oh Sehun akan menceritakan bagaimana Wu Yi Fan dan Xi Luhan serta perkembangan Kim Joonmyeon dan Zhang Yi Xing dengan sedikit pancingan.

Hari-harinya berlangsung damai dan Huang Zi Tao menikmatinya karena tidak harus terlibat dan memperlihatkan diri didepan orang banyak, menjauhi apapun itu yang menyangkut Wu Yi Fan dan Xi Luhan.

Aman.

Tenang.

Terkendali.

Setiap ada kesempatan maka Zi Tao akan memanfaatkan waktunya ke Gedung Tiga dan memberi laporan keseharian membosankannya dengan tambahan bumbu pelengkap yang sudah diceritakan Sehun malam sebelumnya.

Lagipula apa yang diinginkan sang Jenderal Tan? Mayor Huang hanya perlu mengawasi dan menjaga keamanan ketiga putera orang penting negaranya tanpa membuat kecurigaan.

Ya, dan Zi Tao hampir saja menghancurkannya dengan terpancing sikap ceroboh yang seenaknya menggoda Wu Yi Fan yang saat itu well~ setengah mabuk.

Mungkin saja pikirannya sedang buntu atau demi apapun, Waktu demi waktu berlalu pun Huang Zi Tao benar-benar tidak menyangka bahwa alasan kuat yang dulu membuatnya senekat itu saat dengan sangat merendahkan dirinya pergi mengajak kekasih orang lain menikmati tubuhnya dan membuatnya mendesah adalah demi Informasi.

Informasi? Membuat Wu Yi Fan terpikat dan mendapatkan Informasi? Konyol, demi keuntungan dirinya sih iya.

Hah..

'Mengingat hal itu masih membuatku merasa buruk' batin Huang Zi Tao muram, perasaan takut dan risih menghantuinya.. kenikmatan yang ditawarkan Kris dalam satu malam memabukkannya.

Tidak.. Huang Zi Tao tidak mencintai Kris Wu, hanya saja dirinya tertarik.. ketertarikan biasa tanpa adanya rasa 'terkutuk' yang nantinya membuatnya menyesal.

Syukur saja Oh Sehun benar-benar menepati janjinya dengan berpura-pura tidak mengenal Huang Zi Tao jika mereka tak sengaja berpapasan, walau bayarannya cukup membuat ketenangannya terganggu dalam kamarnya sendiri.

Perasaannya tak tenang, sesuatu seolah terasa berbeda baginya. Ada bagian dimana dirinya merasa sebuah kehilangan yang besar, ada yang salah dengan dirinya—entah itu fisiknya atau batinnya.

Segalanya berantakan. Hingga ingin sekali Huang Zi Tao pergi dari tempat ini, sungguh tidak nyaman.

.

.

.

.

Day 14 – Seoul.

Tok.. Tok.. Tok..

Tok.. Tok.. Tok..

"AISSSHHHH... Sebentar" sembari mengusap wajahnya menahan kantuk, Huang Zi Tao menarik langkah kakinya menuju pintu dan membukanya segera.

'Tsk, orang gila siapa yang mengangguku sepagi ini'.

"Ni Hao, Tao"

DEG

"Xiu-Xiumin gege?"

Pemuda yang merupakan anak angkat Pamannya sekaligus atasan Huang Zi Tao dalam kemiliteran—Tan Hangeng—menarik seringaian kasat mata.

Seluruh kantuk dan penatnya hilang sudah, bahkan sakit dikepalanya sejak kemarin seolah menguap seketika.

Demi Tuhan, Apa yang dilakukan rekan Agen Timnya disini.

"H-hey" Tao bahkan hampir mengumpat kesal saat orang itu justru mendorongnya masuk dan menutup pintunya cepat.

Pemuda dihadapannya berdehem menarik kembali lamunan Huang Zi Tao, "Ini mendadak, Tapi sepertinya kau harus bergegas mengepack barang-barangmu Mayor Huang"

"Huh?"

"Ini adalah dokumen kepulanganmu kembali ke China, segala urusanmu disini berakhir. Aku yang akan menggantikan posisimu" ujarnya tenang dan dengan sikap sedikit bergaya membanting sebuah map yang ada ditangannya keatas ranjang milik Tao.

"T-tunggu dulu"

Tan-Kim Minseok atau pemuda yang disapa Xiumin itu menarik napasnya pelan, "Kembalilah ke China, Jenderal Tan yang mengirimiku menyelesaikan misi ini."

"Kau bercanda"

"Tidak, aku akan menjadi salah satu Pembimbing Konseling dalam Universitas ini, Kim Minseok-24 Tahun lulusan Psikologi Harvard University" jawabnya sekali lagi, bahkan pemuda yang terlihat lebih pendek akan tetapi berisi itu mengangkat sebuah kartu identitasnya.

Huang Zi Tao menggeram tertahan, ujung piamanya bahkan kusut.

"SIAL, mimpi apa aku semalam. Jenderal Paman Tua itu membuat penyamaran yang cocok untukmu sedangkan aku harus menjadi mahasiswa dengan umur 18 Tahun konyol.. Aku akan benar-benar menuntutnya saat kembali" Sungut Zi Tao murka.

Tersenyum menenangkan, Xiumin mengitari kamar luas itu dan mendudukan tubuhnya pada bangku belajar Tao. Matanya sedikit melirik sebuah pigura yang memperlihatkan Huang Zi Tao kecil dan mamanya yang berpelukan.

"Itu karena kau sudah memberikan detail dan ciri-ciri target kita yang memudahkan langkahku Mayor Huang"

Tentu saja jawaban sederhana itu tak akan meredakan kedongkolan hatinya, enak saja eh? Bahkan kerasionalan kerja otaknya hampir hilang karena misi ini.

"Dan apa haknya seorang Atasan seperti sang Jenderal yang seenaknya melempari tugas ini padamu setelah aku dipaksanya habis-habisan hingga membuatnya memberikan black-cardnya untuk kubelanjakan?"

"Ayahmu meninggal Huang Zi Tao"

DEG.

DEG.

DEG.

"Tidak mungkin—tidak, kau berbohong Xiumin"

.

.

.

.

.

1 Tahun Kemudian,

Sederet meja panjang dengan bangku yang cukup mewah diduduki beberapa orang dengan pakaian jas yang mewah dan dandanan terpelajar, tiga orang yang menduduki posisi tengah tampak mendominasi sekitarnya.

Posisi tengah diketahui sebagai sang Direktur Bagian dengan tagname Song Qian memainkan pulpennya dengan santai, matanya yang tajam terlihatkan mengawasi bak elang sosok lelaki yang berada didepan mereka semua dengan sendirian dan canggung.

"Saat perang Irak berlangsung, Industri Kondom Amerika mengalami peningkatan tajam untuk kebutuhan militer, menurutmu apa alasannya?" suaranya yang cukup merdu itu membuat keringat bermunculan di dahi sang pria.

Terlebih sosok jangkung dengan alisnya yang mengerut tampak bosan yang berada disebelah kanan sang Wanita cukup membuatnya menarik napas tertahan karena walaupun pria tersebut mempunyai jabatan sedikit dibawah sang wanita—tapi semua orang seluruh warga China sudah mengenal sang pewaris Wu—pemilik Wu Corp. dan anak sang konglomerat—Wu Yi Fan.

"Karena Angkatan Bersenjata Amerika secara seksual lebih agresif..." Pria tersebut menghentikan jawabannya saat sang wanita—Song Qian meluncurkan tawanya yang sarkastik.

"Huh, apa hanya Seks yang terpikir olehmu ketika mengengar kata Kondom?" cercahnya penuh nada arrogant, membuat Wu Yi Fan atau Kris Wu meliriknya tak tertarik.

Pria dihadapan mereka tadi justru semakin salah tingkah, "T-tentu saja".

"Irak adalah wilayah padang pasir, untuk mencegah pasir menyumbat senjata mereka militer Amerika menggunakan kondom untuk menutupi senjata mereka" balas Victoria cepat, wanita itu melipat tangannya didepan dada.

"Meski ini adalah berita perang, tapi kita sebagai penduduk sipil harus mengetahuinya" lanjutnya angkuh, semakin membuat pria itu pucat pasi.

"Tak peduli seberapa kecil perusahaan kita, kau harus tahu hal itu memiliki dampak global.—

Victoria tersenyum tipis.

—Tolong lebih banyak belajar lagi jika kau ingin mendapat pekerjaan. Karena takkan ada perusahaan yang akan memperkerjakanmu dengan kemampuan yang seperti itu" ucapnya Final.

"Kau boleh pergi" gumam Kris sedikit keras, pria itu menunduk pucat dan segera berlalu cepat.

"Direktur, apa menurutmu kau tak terlalu keras? Mereka masih belum berpengalaman?" suara datar sang Wu memecah keheningan ruangan.

"Manajer Wu... dan Manajer Wang..."

"Ya" balas Jiro Wang kaget saat namanya ikut disebutkan, pria yang ikut duduk mengapit sang Wanita cantik itu menegakan kursinya cepat.

"Jika itu cara kalian dalam melakukan wawancara ini, maka pergilah. Karena aku—

Tak sudi pada pegawai tak berguna yang datang hanya untuk mengisi kursi kosong" ucap Victoria.

"Aku akan bekerja lebih keras" balas Jiro Wang.

Kris Wu mendecih, Tampang bosan dan tak semangat saudara sepupunya itu membuat Song Qian—Victoria Song mencibir saja.

.

.

Wu IT&TI Corp. Company, Beijing.

"Peserta selanjutnya boleh masuk"

Tap—

Tap—

Bunyi ketukan sepasang sepatu kulit dengan sedikit hak itu bergesekan dengan bunyi lantai porselen yang telah dilapisi karpet yang indah. Salah satu pegawai wanita dengan sopan membuka handle pintu mempersilahkan sang namja jangkung yang terbalut celana kain cukup bermerk ditemani kemeja putih yang kontras melapisi tubuh rampingnya sebagai pria membuatnya tampak sangat good looking dan eye catching.

Pemuda dengan tampang manis dan gaya seperti model internasional itu menarik sedikit napasnya dan menghembuskannya pelan, mengucapkan segala kalimat keberuntungannya dalam hati—dan membungkuk memberi salam.

"Selamat siang, Nomor wawancara saya 0068..—

Nama saya Huang Zi Tao"

Dengan perlahan setelah memperkenalkan dirinya, Tao duduk apik dibangku yang telah disediakan untuknya.

Matanya berkejap pada sang wanita yang memandangnya sedikit intens, mengabaikan bahwa Wu Yi Fan—rekan One Night Standnya itu menatapnya dengan Shock yang tanggung-tanggung.

Butuh beberapa detik bagi Kris Wu untuk menyadari bahwa satu-satunya namja yang pernah ditidurinya selain Luhan itu adalah orang yang sama yang kini berhadapan dengannya, dengan perasaan yang tak tergambarkan Pria tampan itu menatap CV data diri calon karyawan yang kini duduk dihadapannya.

Matanya yang tajam itu seolah semakin memancarkan aura tak mengenakan hingga tanpa disadari semuanya, badan atletis namja itu bergetar dan ujung kertas dalam genggamannya itu tampak lecet.

.

.

.

.

.

Few days ago,

"Coba lihat, ini target kalian.. Putera Wu Shi Yuan—Wu Yi Fan"

Sebuah tombol yang ditekan sang atasan mampu membuat raut wajah Huang Zi Tao bengong seketika, mata dengan khas lingkaran panda itu dikerjapkan—untung saja rekannya yang lain tak begitu memperhartikan perubahan suasana tak professional sang Agen Mayor itu.

Huang Zi Tao terbatuk sebentar, mencari perhatian pamannya kearahnya dan menunjuk layar monitor besar didepannya.

Kim Minseok atau pria Korea yang telah berubah menjadi warga negara China dan menggunakan marga Tan itu mengangkat bahunya saja sembari mengerling kearah sang Huang.

Omong-omong ini pertemuan pertama Xiumin dengan sang rekan Huang Zi Tao sejak keduanya bertemu di Korea hingga Xiumin menyelesaikan tugasnya begitu keadaan teroris dan politik China-Korea Selatan stabil. Yah itu cukup lumrah, mengingat Huang Zi Tao pun baru saja kembali dari misi barunya yang lain.

Memastikan pendengaran dan penglihatannya masih berfungsi, Huang Zi Tao mengangkat telunjuk kirinya kearah pemuda berwajah datar nan tampan—yang diketahui sebagai Wu Yi Fan—Kris Wu.

"Itu... Kris Wu"

"Sekarang dia belajar cara berbisnis diperusahaan Ayahnya, mengingat posisinya nanti yang harus memikul tanggung jawab besar. Oleh karena itu sang Ayah sepertinya memberinya posisi yang masih bawah" jelas satu-satunya Wanita disitu.

"Tugasmu adalah mendekatinya, untuk masuk kerumahnya dan menyelidiki isi lemari besinya" jelas Wanita itu lagi.

Tao tersentak seketika, "Aku?"

"Ya, kau"

Bibirnya bergetar sedikit, "Tapi kenapa aku?"

Tan Hangeng menghela napasnya, "Paling tidak kau pernah mengawasinya, menjadi targetmu. Karena itulah kami membawamu masuk kedalam tim ini.—

Ikutlah wawancara dalam perusahaan Wu Yi Fan, mereka akan melakukan wawancara dan aku yakin kau bisa masuk"

BRUK

Sebuah map yang diberikan padanya cukup membuat jantung Huang Zi Tao berdentum tak tentu arah.

Dengan ragu-ragu Pria manis itu mengambilnya dan membukanya dengan cepat, sebuah ponsel dengan merk I-Phone terbaru beserta identitasnya sebagai Huang Zi Tao dengan umur 24 Tahun cukup membuatnya tak segan membelalakan matanya.

'Oh Tuhan mati aku' kutuknya menyesal.

Sial.

Sial.

Sial.

Begitu suasana sudah dibubarkan, Huang Zi Tao mendudukan dirinya dan menyandarkan permukaan wajahnya diatas meja—hilang sudah sikap kearrogant dan gengsi sok calm yang menjadi imagenya didepan para prajurit hingga rekan-rekannya.

Sosok rapuh itu mengacak surai rambut hitamnya dengan gemas, "Bodoh kau Huang Zi Tao, sekarang kau tidak akan bisa mengelak dari misi ini. Bagaimana mungkin Wu Yi Fan tidak akan curiga jika kau bekerja di perusahaannya dengan umur setua itu, kau beralasan apa nanti? Akselerasi? Ya Tuhan ampuni segala dosaku selama ini Ya Tuhan, Semoga Wu Yi Fan tidak ingat siapa aku sesungguhnya" keluhnya resah.

Fuckfuckfuck.

Jika tidak pernah ada Malam Panas dan kebohongan bodoh yang dibuatnya setahun lalu dikamar sang Wu, seharusnya hal seperti ini tidak akan terjadi. Dirinya tidak perlu secemas ini.

Sex yang membuatnya tergoda dan membohongi Wu Yi Fan, sang senior yang tahu posisinya sebagai Junior. Sejak awal dia tidak harus mendekati sang target dengan seekstrim itu, jika dulu kau bisa membohongi Yi Fan—sekarang alasan apalagi yang kau pakai? Heh Huang?

Berdoalah yang tekun Huang Zi Tao, semoga kau tidak akan di kremasi dalam peti oleh Sang Wu dalam waktu dekat ini.

"Wu Yi Fan terkutuk, kenapa kau harus memiliki perusahaan yang sebegitu berpengaruhnya dengan keadaan negara sih" gumamnya tak terima lagi.

.

.

.

.

To Be Continued

Yehet~ Karena udah One year later, jadinya umurnya plus satu yaa...

Huang Zi Tao = 24 Tahun

Kris aka Wu Yi Fan = 22 Tahun

Mianhae :'( memang konsep FF ini berbeda dengan awal yang terlintas dibenak, tapi apa mau dikata... sehabis makin' love KT di chap kemaren agak gimana juga sih kalo Taonya tertekan gitu... Sex without Love loh, ga asik jadinya kalo Love after Sex nya terasa... pan Wufan masih errr kekasih Lulu dear T^T

Yang pasti mau dibawa kemana juga KT emang jodoh kkk~ biar Author labil ini yang membuat jalan takdir kalian... pengen bikin KT fallin' love dulu deh, biar orang-orang ketiganya disembunyiin dulu.

Kristao or Fantao whatever... they're EXIST.

Okeeee pleasee... gimme some review ne?! Nasib kelanjutan fanfic author berada ditangan kalian readers *modus*.

Welcome new readers {} Welcome old(?) reader's yang sudah menyempatkan diri mengfavoritkan atau memfollow FF BoY ini.

Deep bow to Silent Readers.

...

O iya, author kan udah ehem Comeback nih ceritanya... errr, jadi kedepannya author akan mulai menyelesaikan hutang(?) fanficts on-going secara perlahan... jangan banyakan nuntut loh :p iyaa author pasti selesaikan dengan semangat tapi ga menjamin waktunya sekarang... mood swing ditambah waktu luang yang susah didapatkan memang sangat menyebalkan bikin labih X'( Oleh karena itu, pantau notif email aja deh—sapa tau notif update chapter Titan18 nongol kkk~

XOXO