.

Title : Yīnwèi yǒu nǐ ( Because of You )

Chapter One

Author : Titan18

Genre : Romance - Family - Crime - Hurt/omfort

Cast : Huang Zi Tao - Wu Yi Fan ( Kris ) - Xi Luhan - other EXO Member, etc.

Rated : M

Disclaimer : All cast belong to them Management ! i just owned the story ^^

Warning : BOYS LOVE! Yaoi!

.

Author tidak menerima berbagai jenis Flame dalam Kotak Review Nanti ne ^^

.

.

Tidak Suka ? Jangan Baca!

That's Simple Point

.

.

.

.

Shanghai - China, 2009.

Pemuda dengan kemeja putih yang kotor akibat darah entah miliknya atau darah musuhnya yang terciprat tanpa sengaja, kemeja yang tak lagi dikancingkan rapi memperlihatkan sebuah bekas luka sayatan yang sudah lama.

Pemuda itu berjalan tertatih –kelelahan. Kedua tangannya memegang sepasang QSZ 92 -pistol recoil operated locked breech dan menggunakan sistem penguncian barel berputar.

Seorang petugas medis mendekatinya, akan tetapi pemuda itu hanya memandangnya tajam dan berjalan tak memperdulikan lagi. Wajah pemuda itu menunduk, memperhatikan luka pada tubuhnya -intinya sosok itu terlihat sangat berantakan.

Dia terus berjalan angkuh, setiap petugas kepolisian daerah dan juga beberapa agen kemiliteran berlalu lalang memeriksa ruangan besar yang baru saja mengalami pertempuran sengit antara teroris –dan petugas keamanan negara.

Langkahnya tertahan saat seseorang menahan bahunya,

"Mayor Huang"

Tao berbalik memandang pemimpinnya dengan tenang, "Jenderal"

Sang Jenderal –Tan Hangeng dengan seragam lengkapnya memandang salah satu anggota terbaik dalam Kepolisian Republik China.

"Kau berhasil, para teroris itu berhasil di ringkus"

"Hanya sebagian kecil dari mereka" sanggahnya.

Tao tersenyum tipis, "Itu tugasku, kebetulan saja aku berada diwaktu yang tepat" pemuda itu –Huang Zi Tao mengedarkan pandangannya pada kekacauan yang terjadi didalam ruangan Ballroom salah satu Hotel Internasional.

Menjadi seorang agen kemiliteran memang merupakan tugasnya.

Sebuah tandu kecil melewati keduanya, berisi mayat salah satu korban turis. Tao memandang remaja kecil dengan rambut pirangnya itu sepintas dan kembali menatap Hangeng.

"Ada hal yang harus kau ketahui Tao penyakit Ayahmu–Brigadir Huang kembali kritis"

DEG.

Tao tersentak.

"Pergilah, tugasmu telah selesai. Aku yang akan melaporkannya, temui Ayahmu Tao"

Huang Zi Tao menatapnya dengan pandangan kosong, "Aku harus bersikap profesional Jenderal, ada beberapa klarifikasi dari para tersangka yang harus didapatkan"

Hangeng menggelang, matanya sedikit berkaca.

"Aku berdiri disini bukan hanya sebagai Sahabat Ayahmu –juga sebagai Atasanmu Huang Zi Tao –kau tak bisa menolak perintahku"

Tao menatap pria yang seumuran dengan ayahnya itu beberapa saat –Tao diam saat Pria itu memberikan kunci mobil milik Hangeng sendiri.

Grep.

Huang Zi Tao mengambil kunci itu tanpa berkomentar, berbalik arah menuju lokasi mobil Pemimpinnya

–berjalan dengan langkah pelan

–cepat

dan Pemuda itupun berlari.

Hangeng menatapnya dengan pandangan iba, Huang Zi Tao pemuda berusia 23 Tahun itu terlalu menyayangi ayahnya.

.

.

.

.

Tao yang telah menghafal letak ruangan ayahnya segera berdiri terdiam didepan ruang rawat milik Ayahnya –dua prajurit yang bertugas segera memberinya hormat.

Pemuda itu melihat dari balik pintu yang sedikit terbuka, Ayahnya kembali memakai alat bantu pernapasan. Tubuh ringkih itu dipasangi berbagai macam alat kesahatan untuk menopang nyawanya, Huang Zi Tao memandangnya hampa dalam diam.

SRET.

Kedatangan Tao yang sangatlah berantakan membuat ayahnya yang memang sudah sadar kembali sedikit meliriknya –pria tua itu tersenyum tipis membuat guratan wajahnya terlihat jelas. Ayah Tao dulu pasti sangatlah tampan.

"Ta –o"

Tao melangkah, tidak mendekat tapi cukup dalam jangkauan pandangan sang Ayah.

"Apa kau baik-baik saja? Kau berantakan sekali nak" walaupun diucapkan dengan pelan dan sedikit samar akibat alat bantu napas, tapi Huang Zi Tao memiliki pendengaran yang cukup sensitive.

Ayahnya memandang Tao sendu, "Bagaimana misimu?"

"Tao –ayah akan"

Huang Zi Tao memandangnya tajam, membuat pria paruh bayah itu terdiam.

"Berhentilah memanggil dirimu sendiri dengan sebutan Ayah, Kau bukan ayahku –aku mengunjungimu hanya karena perintah dari Jenderal Tan. Aku kesini sebagai seorang Mayor"

Pemuda itu membalikan wajahnya setelah berbicara, tak ingin melihat pancaran kesedihan sang Ayah.

"Maafkan Ayah" pria tua itu menangis, suaranya bergetar –Tao sadar itu. Tapi egonya sangatlah besar, Huang Zi Tao meremas kepalan tangannya menahan suara hatinya yang menyuruhnya memeluk pria itu.

"Tao"

Huang Zi Tao kembali memandang pria itu, menatapnya dengan kedua irisnya yang kelam.

"Apa permintaan maafmu dapat menghidupkan Ibuku –Brigadir Huang? Kau menyakiti hati Ibuku, Kau brengsek dan Kau menjijikan" Bentaknya tanpa sadar.

Badan Huang Zi Tao bergetar, air mata mengalir tanpa sanggup dicegah olehnya.

Merasa malu, Tao segera menghapusnya dengan kasar dan berbalik meninggalkan ruangan tanpa berani menatap pria itu lagi.

.

.

.

.

Tao membuka pintu apartemen sederhana miliknya, pemuda itu menuju kamar mandi setelah menaruh kemejanya yang kotor pada plastik laundry.

Pemuda itu berdiri bertelanjang dada didepan cermin, menatap pantulan wajahnya dengan cermat.

"Pantas saja sedari tadi semua orang menatapmu dengan ketakutan bodoh, Kau ternyata menyedihkan Huang Zi Tao" monolognya sendiri.

Tao kemudian membasuh mukanya, membuat raut wajahnya lebih segar. Tao letih sekali, tapi Huang Zi Tao sudah terbiasa dengan itu semua. Memikul beban sebagai seorang Mayor diusia muda itu dapat dilakukan olehnya dengan usaha yang tidak sia-sia.

'Uhh –sial'

Tubuh itu berdiri kaku dibawah shower, air hangat yang jatuh membuat kepala hingga seluruh tubuhnya basah –juga jeans yang masih dikenakannya pun basah. Genangan air berwarna merah membuatnya baru sadar bahwa tubuhnya sepertinya mendapat luka baru lagi.

Perlahan Tao membiarkan tubuhnya merosot pada lantai kamar mandi, kedua lengannya digunakan untuk memeluk badannya.

Tes –

Tes –

Air mata kembali tanpa dicegah, dalam waktu satu jam Huang Zi Tao membiarkan dirinya sendiri menangis dalam diam –untuk kesekian kalinya.

#

"Ibu, kenapa menangis?" Tao yang baru saja akan menyampaikan berita baiknya baginya segera menarik tubuh sang ibu yang terus menerus menangis histeris dengan memeluk lututnya.

"Ibu"

Tao yang berusia dua puluh satu tahun masih memakai pakaian seragam seorang Letnan satu (Setingkat Perwira utama) hanya memandang pasrah.

Wanita paruh baya itu menarik Tao dalam dekapannya, "Ayahmu kejam Tao... Selama ini Ayahmu ternyata mempunyai Selingkuhan Tao... Tidak... Ibulah yang salah, semua ini karena perjodohan. Seharusnya Ibu tak memaksa Ayahmu menikah karena Ayahmu sudah lebih dulu mempunyai Kekasih"

DEG.

DEG.

"Hiks ... Tao –er, Ibu tak sanggup. Ayahmu tak mencintai kita Tao, ayahmu memiliki anak lain Tao.. Ayahmu memiliki anak dengan kekasihnya setelah kami menikah... Tao –er apa yang harus Ibu lakukan?"

DEG.

DEG.

Huang Zi Tao untuk pertama kalinya merasa bodoh karena tak sanggup menjawab pertanyaan ibunya, pertama kalinya Tao merasa bodoh karena tak sanggup menghentikan tangisan ibunya.

Tao memandang geram ayahnya yang berdiri dipojok kamar orangtuanya, berdekatan dengan jendela.

"Ayah –apa yang dikatakan Ibu benar?"

Ayahnya tak bergeming –pria itu hanya diam.

Tao merasa kesal sekali, Tao melepaskan pelukan ibunya dan bangkit kehadapan sang Ayah.

"Aku tanya sekali lagi Ayah... apa benar aku bukan satu-satunya Anakmu? Apa benar kau memiliki wanita lain?"

Ayahnya mengangguk.

Sontak ekspresi terluka Tao mengeras, dengan perlahan Tao memundurkan tubuhnya –menatap ayahnya dengan pandangan tak percaya, sedih, dan kecewa.

"Ibu, kita pergi"

#

Tao menstarter mesin mobil milik Tan Hangeng, namja itu berniat mengunjungi rumah sang jenderal sekaligus memulangkan mobilnya.

Huang Zi Tao hanya memakai kemeja dan sebuah jeans biasa, rambutnya pun masih setengah basah. Kedua matanya yang dikompres dengan es batu asal-asalan masih tak cukup menyembunyikan kenyataan bahwa pemuda itu menangis.

Pintu gerbang Mansion mewah milik sang Jenderal otomatis terbuka saat penjaga mengenali wajah sang Mayor muda beserta mobil sang tuan rumah, Tao tak terlalu khawatir karena rumah ini sering didatangi olehnya sejak dulu.

Lokasi sama yang tak terlalu berbeda blok dengan Mansion lamanya -milik sang Ayah yang tidak lagi ditempatinya sejak dua tahun lalu.

Tanpa basa-basi Huang Zi Tao berjalan dengan tenang menuju ruang tengah, kedatangannya pasti sudah diberitahu oleh salah satu pelayan. makanya Tao tak heran saat Jenderal Tan sudah duduk tenang sembari menikmati segelas jus jeruk.

Tao menyeringai,

"Jus jeruk? Orang tua sepertimu lebih baik meminum air mineral, Paman" ucapnya santai, membuat Hangeng berpura-pura mendelik.

"Tidak sopan dan seenaknya"

Tao memutar bola matanya malas, "Kau tidak memakai Pakaian dinasmu paman, aku bebas berbicara sebagai kerabat".

Hangeng berdehem sebentar dan menatap Tao yang menyodorkan kunci mobilnya diatas meja.

"Tao, pergilah ke Korea Selatan"

Pemuda itu menatap Hangeng heran, "Untuk apa?"

"Lihat berkas itu" ucap sahabat ayahnya, Hangeng menunjuk amplop coklat yang dikenali Tao.

Menampilkan wajah cemberutnya Tao mengambil amplop itu dan membukanya, wajahnya kembali mengerut karena lembaran kertas itu berisi selembar foto dengan beberapa dokumen yang belum sempat dia baca.

Potret dua orang manusia, satunya sangat tampan dan satunya sangat manis membuat Tao sekejap merasa iri.

Keduanya mesra sekali. Kekasih?! Lalu apa hubungannya dengan Tao?

Tatapannya beralih pada berkas dokumen, Tao membukanya asal hingga terhenti pada lembaran keempat.

Huh?

"Pa-paman kau bercanda kan?"

Hangeng tertawa, "Apa cap kenegaraan China diatas amplop itu masih rekayasa Mayor Huang?"

"Tapi paman ini.. aku tidak mau"

Tan Hangeng melotot pada pemuda dihadapannya, "Ini tugasmu Huang"

"Tapi kenapa aku harus kembali kuliah? dan Apa ini? Oh GOD... Paman aku ini sama sekali buruk dalam jurusan Bisnis, kalau Hukum sih tak masalah. Karena aku lulusan termuda nomor satu didalam angkatanku dulu" balas Tao tak mau kalah.

"Tidak ada penolakan, rektor di kampusmu itu sahabatku. Dia tahu nama dan umur aslimu, aku hanya mengatakan bahwa kau seorang keponakanku yang hobi bermain seenaknya dan baru berniat kuliah. jadi karena itu aku menyuruhnya mengganti umurmu agar kau tidak malu"

Tao memandang pria itu dengan tatapan takjub, "Apa paman itu bodoh? Mana ada seorang anggota militer mengambil jurusan Bisnis? Damn it"

"Yang kau masuki itu Sekolah khusus untuk bisnis Tao, mana ada jurusan Hukumnya"

.

.

.

.

Seoul - South Korean.

Pemuda dengan tubuh ramping dan berpenampilan menarik itu menarik koper besarnya dengan bibir mengerucut, ramainya bandara siang hari ini membuatnya gerah padahal AC ruangan itu cukup dingin.

Huang Zi Tao segera melambaikan tangannya ogah-ogahan saat seorang namja berdiri dipintu kedatangan dengan memegang papan menuliskan namanya dengan huruf hanja.

Huang Zi Tao.

Tao menghampirinya, pria itu ternyata dilihat lebih dekat cukup pendek dan anehnya pria itu terus tersenyum padahal Tao merasa sama sekali tidak berusaha ramah kok.

"Ni Hao, Hen gaoxing renshi ni ( Hai, senang bertemu denganmu)" aksen dan pengucapan namja ini ternyata sangat berantakan.

Tao menghela napas, "Aku bisa bahasa Korea, santai saja"

Uh!

Kini pria itu memandang Tao dengan pandangan aneh, "Aksenmu dalam bahasa korea cukup buruk".

SHIT.

Baiklah, Huang Zi Tao berusaha untuk tak menunjukan kehebatan wushu-nya saat ini.

"What's your name?"

Pemuda itu tiba-tiba menyerahkan kertas yang dipegangnya pada Tao, lalu pemuda itu mencari sesuatu disakunya kemudian menarik dompetnya. walau heran tapi Tao tetap menunggu, kedua alisnya mengernyit saat namja itu memberikan sebuah KTP?!

What the -

"What's this?"

"Eoh... my name? You asking for my name" jawabnya sambil tersenyum.

"Kau... apa kau mahasiswa yang disuruh rektor untuk menjemputku?" kali ini Tao terlalu kesal hingga melepaskan kacamata hitamnya, bertanya ketus menggunakan bahasa Korea dan tidak peduli apabila logatnya aneh.

Terserah... Karena Tao pun dulu mempelajarinya sambil lalu, mana dia tahu kalau dia akan mendapatkan tugas dinegara Kpop ini selama dua bulan?! yang benar saja.

Kim Jongdae... nama yang dapat Tao baca dari KTPnya sekali lagi tersenyum konyol.

Huang Zi Tao menatapnya beberapa saat sebelum kembali memberikan KTP namja itu, "Baiklah Kim Jongdae, sekarang kita ke kampusmu untu melapor. Aku ingin cepat sampai di asrama dan tidur."

Sekali lagi Jongdae mengangguk dan berjalan memimpin.

.

.

.

.

Tao ternyata diantarkan langsung menuju asrama yang akan menjadi tempat tinggalnya selama di Seoul, Jongdae meninggalkannya begitu tiba didepan ruang kepala asrama.

Tok.

Tok.

KLEK.

Tanpa dipersilahkan Huang Zi Tao memasuki kamar itu tanpa ijin,

"Permisi"

Seorang namja dengan senyuman malaikat berdiri tak jauh dari hadapan Tao, "Ah.. padahal aku baru ingin membuka pintunya" ucapnya.

Tao mengernyit, 'Apa seluruh mahasiswa disini hobi tersenyum?'

"Maaf, tapi aku adalah Mahasiswa transfer jurusan bisnis managemen semester tiga"

Huang Zi Tao mengumpat didalam hatinya, semester tiga? usianya bahkan sudah dua puluh tiga tahun. dan pasti lebih tua dan jauuuuuhhhhh lebih senior dibandingkan namja dihadapannya.

"Aku tahu, rektornya adalah Ayahku. Kim Joonmyeon imnida, kau bisa memanggilku Suho"

Tao mengangguk, "Oh senang bertemu Suho H-hyung"

Suho sang kepala asrama kemudian tersenyum -lagi- dan mempersilahkan Tao duduk didalam ruangan kamarnya yang luas.

"Aku kepala asrama disini, satu jurusan denganmu semester tujuh. Ayah akan bertemu denganmu besok, seluruh dokumenmu telah diurus oleh walimu bukan. Jadwal kuliah, kelas, dan nomor kamarmu sudah kau ketahui bukan Tao?"

"Ya"

Ya dirinya, Huang Zi Tao berusia delapan belas tahun. Berasal dari China -transferan dari Beijing Internasional University. Kini melanjutkan pendidikannya pada salah satu sekolah bisnis lanjutan nomor satu di Korea Selatan, intinya Perguruan tinggi ini TOP.

Cih,

Elit tapi mewajibkan mahasiswanya terpenjara dalam asrama?! TOP dan hanya berisi siswa terpilih? Huh, sekolah militer Tao saja masih berisi banyak orang. Disini tiap angkatan hanya terdiri dari 20 mahasiswa dengan kantong keuangan dan latar belakang yang mendukung.

Bukan tipe Tao.

Ahhhh~ SBIC ( Seoul Bisnis International College ) ini hanya diisi jenis kelamin laki-laki, artinya Tao akan menghabiskan waktunya dengan kumpulan remaja sejenisnya dengan tingkah laku manja, kekanakan, dan memuakkan.

"hey Tao"

Tao tersentak dari lamunannya dan tersenyum kaku, "Maaf H-hyung aku cukup kelelahan, perjalanan sangat melelahkan"

"Kembalilah ke kamarmu, aku akan mengantar -"

"Tidak usah, lebih baik aku mencarinya sendiri"

.

.

.

.

Kamar 220 -lantai 2.

Kamarnya yang terletak paling pojok membuat Tao bernafas lega, posisi dapur lebih berdekatan dengannya. Huang Zi Tao sering sekali kelaparan saat tengah malam, memikirkan harus berjalan jauh dari dapur itu sangat tidak mengenakan.

KLEK.

Tao sudah tahu kalau sekolah baru a.k.a perguruan tinggi a.k.a universitasnya menuntut ilmu ini sangat mewah, tapi ayolah... kamar asramanya bahkan dua kali lipat lebih mewah dibandingkan apartemennya.

Huang Zi Tao lupa kalau rumahnya dulu, rumah ayahnya bahkan lebih mewah daripada ini. Huang Zi Tao itu kaya... Oh astaga -_-

Ranjang kamar asramanya sangat besar, Tao suka.

Tao membaringkan tubuhnya,

#

"Satu bulan, awasi kedua orang itu -Wu Yi Fan dan Xi Luhan. Jaga mereka dengan baik, mereka tingkat empat tahun ini yang artinya memasuki semester tujuh. kebetulan mereka kekasih"

"Ohh benar mereka Gay... begitu..TUNGGU, kenapa aku tidak harus semester tujuh juga?"

"Masih ada satu lagi, Zhang Yi Xing -kau juga harus memperhatikannya. kalian akan satu kelas"

"Prioritasku? kedua orang itu? Wu Yi Fan dan Xi Luhan kan? kenapa harus ada nama Zhang Yi Xing"

Tao kembali melanjutkan, "Kau tahu paman... seumur aku mengenalmu aku tidak pernah menyangka kau itu ternyata sangat menyebalkan" seru Tao mendramatisir.

Hangeng tertawa, "Dan karena aku tahu kau satu-satunya Anggota militer hebat, kasus ini kuberikan untukmu. Keamanan tiga anak pemimpin penting bagi pemerintahan china itu menjadi tanggung jawabmu."

Tao mendengus.

"Bertahanlah, satu bulan. Setelah kasus pemberontakan di China oleh teroris Korea Selatan mereda maka kau bisa kembali dan aku akan mengusulkan orang lain untuk menggantimu"

"Memangnya kenapa dengan agen militer lainnya?"

"Presiden Zhang memintamu langsung Huang Zi Tao"

"Apa? jangan-jangan Zhang Yi Xing itu..."

Hangeng mengangguk, "Zhang Yi Xing itu anak hasil perselingkuhan Presiden Zhang"

"..."

"Wu Yi Fan adalah pewaris Wu Corporation"

"..."

"Xi Luhan adalah anak dari Aktris Xi Xiao Yu -aktris yang sampai sekarang berstatus single dan sama sekali tak pernah memberitahu siapa ayah kandung Xi Luhan"

"..."

"Huang Zi Tao, Xi Luhan adalah anak dari hasil hubungan gelap Ayahmu dan Xi Xiao Yu"

"Oh"

"Aku suka reaksimu, jadi kuharap kau melakukannya dengan benar. Jangan ada kegagalan, seperti katamu 'Profesional' Tao"

#

.

.

.

.

.

.

.

.

To Be Continued

Yoo~ satu lagi FF absurd, cerita gaje dengan storyline yang cukup pasaran.

Ini ide lagi mentok, gegara nonton ulang movie india :D "Main Hoon Na"

ceritanya jelas beda sih, berharap penerapan tulisannya pada karya titan yang ini ga bakal sesusah Klan Xue... tapi inspirasinya dari itu movie :3 daripada kebuang percuma aku coba publish aja dulu chap satunya.

kalo responnya bagus bakal aku lanjutin. Ini FF pasti rated M, artinya bakal ada adegan Ohhh yesss Ohhhh nooo xD jangan tanya pairnya ya...

Yang pasti ini bakal jadi KT yaa... Entah bagaimana author membuat mereka bersatu?! kita lihat saja nanti.

Mind to review ? See yaa :')

Saranghae Yeorobun.