Wahai para pecinta romansa, perkenalkan aku adalah seorang pengelana yang mengumpulkan cerita romansa dari belahan dunia. Seluruh cerita romansa tersebut kuceritakan dalam bentuk sajak dan terkadang nyanyian. Perkenankan aku, seorang pengelana miskin ini, untuk menceritakan kalian sebuah kisah cinta antara dua insan yang saling mencintai namun dikekang oleh keluarga yang saling bermusuhan.
The Romance of Two Kingdoms
-A Parody of Romeo and Julliet-
Disclaimer :
Cardfight! Vanguard © Bushiroad
Romeo and Julliet © William Shakespeare
Genre :
Romance | Parody | Humor
Warning :
AU, OOC, TYPO, humor garing, parody gagal, jelek, bikin mules, ada bahasa yang tidak baku, shounen-ai, dll
Don't like? Don't read!
Di atas kanan ada tombol unyu-unyu warna merah. Klik aja.
Pada zaman dahulu kala, di negeri antah berantah, hiduplah dua kerajaan yang saling bermusuhan. Nama kedua kerajaan tersebut adalah Kerajaan Paladin dan Kerajaan Kagerou. Kedua kerajaan ini memiliki masa lalu yang suram sehingga membuat mereka bermusuhan sampai sekarang. Katanya 'sih sang pendiri kerajaan Paladin mencuri celana dalam pendiri kerajaan Kagerou saat mereka pergi ke pemandian air panas yang sama dulu. Tapi pendiri keajaan Paladin menyangkal hal itu dan merasa tersinggung sehingga memulai peperangan yang tidak ada habisnya di antara kedua kerajaan sampai sekarang.
Namun dibalik kisah suram −aneh− tersebut terdapat sebuah kisah cinta di antara dua kerajaan tersebut. Kisah cinta yang menyangkut dua dunia yang berbeda seperti sebuah lagu dari tahun 90-an. Kisah cinta yang akan membuat semua orang yang membacanya menangis tersedu-sedu karena kisah cinta yang menyentuh ini.
Raja Ren dan Ratu Asaka dari kerajaan Paladin memiliki seorang putra yang sangat manis dan berhati malaikat. Nama pangeran tersebut adalah Aichi. Pangeran yang hendak menginjak usia enam belas tahun itu memiliki rambut biru yang mirip dengan ibunya namun sifatnya yang manis bagaikan bidadari kesasar entah ia dapatkan dari mana. Ia memiliki seorang adik laki-laki yang bernama Kamui. Berbeda dengan sifat kakaknya yang baik hati dan lemah lembut, Kamui adalah pangeran kecil yang hiperaktif dan bermulut pedas.
Di sisi lain, tepatnya di kerajaan Kagerou, Raja Kenji dan Ratu Yuri memiliki seorang putra tampan yang dapat menarik perhatian seluruh wanita –maupun pria berstatus uke− dari berbagai negeri, bahkan sampai ke negeri Arab sana padahal usianya masih delapan belas tahun. Nama pangeran ini adalah Kai. Selain itu pasangan kerajaan ini juga memiliki seorang putri kecil yang baru berusia dua belas tahun bernama Emi. Putri kecil itu memiliki wajah yang sangat manis dan berhati lembut namun tegas sama seperti ibunya.
Dikisahkan ketika pangeran Aichi dari kerajaan Paladin hendak menginjak usia enam belas tahun, Raja Ren dan Ratu Asaka ingin membuat pesta meriah khas bangsawan untuk putra mereka. Persiapan pesta itu sudah dimulai sejak berminggu-minggu sebelum hari H-nya. Dari undangan sampai makanan sudah dipersiapkan dengan baik oleh Tetsu, sang penasehat kerajaan. Dan nanti malam adalah hari H-nya, jadi mereka harus bekerja ekstra keras.
"Warna pitanya salah! Harusnya warna biru!" Teriak Tetsu di tengah aula besar yang akan menjadi tempat penyelenggaraan pesta ulang tahun pangerannya. Ia sedang mengarahkan pelayan-pelayan yang sedang mendekorasi aula tersebut.
"Tetsu~ Bisakah kau menambahkan warna oranye juga di dalam dekorasinya? Aku yakin itu akan sangat cocok dengan warna biru yang putraku pancarkan~" Ujar Asaka yang sengaja menengok aula besar tersebut bersama Ren yang hanya berkeliling ruangan sambil menyemangati pelayan yang sedang kasak-kusuk menyiapkan dekorasi.
"Ya-Yang Mulia, Anda tidak perlu melakukan pekerjaan bawah seperti ini. Biar kami saja yang melakukannya." Seorang pelayang dengan pakaian hitam menghimbau sang raja yang sedang memasang sebuah pita namun malah membuat dirinya sendiri terlilit pita. Sang ratu dan penasehat hanya bisa sweatdrop melihat keantikan sang raja. Seorang wanita dengan rambut lilac yang ada di ruangan itu untuk mengamati jalannya pendekorasian hanya bisa berpikir bagaimana raja yang terlihat agak-agak itu menjadi raja. Namun detik berikutnya ia mengingat jawaban sederhana dari pertanyaan yang sering ia lontarkan dalam hati itu. Keturunan.
"Hahaha~ Maaf~ Maaf~" Sang raja tertawa geli ketika berusaha melepas ikatan pita biru dan oranye yang melilit tubuhnya. "Er..Tetsu, bisa bantu aku?" Sang penasehat menghela nafas dan berjalan menuju sang raja guna melepaskan pita yang melilitnya.
"Misaki, bisakah kau kemari sebentar?" Asaka yang menyadari kehadiran wanita berambut lilac yang bertugas sebagai pengasuh kedua putranya itu langsung memanggilnya dengan akrab.
"Ada apa, Yang Mulia?" Wanita tersebut, Misaki, membungkuk hormat di depan sang ratu kemudian menatap sang ratu yang memakai gaun biru tua khas sang ratu.
"Aku ingin membicarakan tentang pakaian Aichi. Maukah kau membantuku?" Sang ratu tersenyum lembut namun para pelayan dan Tetsu yang berada disana langsung menengok ke arah Asaka dan Misaki. Mereka bisa merasakan ada sesuatu yang lebih dari perkataan sang ratu yang menurut mereka ambigu itu.
Dengan senyum lebar Misaki menjawab, "Tentu saja."
Raja Ren yang masih bermain dengan pita dan hiasan lainnya yang ada di sana tidak menyadari rencana sang istri dan pengasuh −bawahan setia Asaka− tersebut. Daripada tidak menyadari, ia lebih condong ke arah tidak peduli.
Di kerajaan tetangga, seorang pria dengan rambut hitam panjang dan dikuncir rendah sedang berlari menuju jantung istana yang megahnya bukan main. Dengan nafas yang sudah nyaris habis dikarenakan berlari di lorong-lorong yang banyaknya luar biasa, ia segera membuka pintu besar yang terbuat dari kayu terbaik itu dengan sisa tenaganya sebelum pingsan.
"Penasehat Gai sudah sampai!" Seorang pengawal yang seharusnya membukakan pintu untuk sang penasehat malah hanya memberitahu kedatangan sang penasehat yang tepar di pintu masuk. Seorang pelayan wanita mendekati Gai, sang kor –maksudnya penasehat sambil membawa guci berisi air dan menumpahkannya ke atas tubuh Gai yang tepar. Sedetik kemudian orang yang bersangkutan terbangun dengan menyerukan kata-kata yang harus disensor.
"Gai, jaga bicaramu!" Hardik seorang wanita dengan gaun elok berwarna putih dan oranye yang sedang duduk di singgasana dengan aura gelap di belakangnya. Di sampingnya Raja Kenji hanya bisa tersenyum canggung sambil memepetkan tubuhnya ke singgasana.
"Maafkan hamba, Yang Mulia." Gai berlutut hormat di depan kedua pasangan kerajaan tersebut. "Namun saya membawa berita buruk." Raut wajah sang penasehat berubah menjadi serius. "Saya membawa sebuah undangan dari Kerajaan Paladin."
Hening.
Kaca jendela retak mendadak.
Pelayan yang lewat menjatuhkan guci air.
Serigala peliharaan sang pangeran sakit mendadak.
Tubuh Enigman Rain yang mulus ditumbuhi rambut misterius.
"AAPPPPAAAA?!" Suara Ratu Yuri menggelegar ke seluruh penjuru istana membuat kaca jendela yang semula hanya retak langsung hancur.
"Te-tenang, sayang." Raja Kenji berusaha menenangkan istrinya yang hendak mengamuk di tempat, namun naas sang raja malah menjadi tumbal bagi sang ratu yang sekarang sedang menabok-nabok sang raja yang sudah kelenger di sana. Yang menonton hanya bisa berbela sungkawa di tempat.
Beberapa menit kemudian...
"Apa isi undangan itu?" Tanya sang ratu yang sudah duduk dengan tenang di singgasananya dan di sebelahnya sang raja yang sudah sadar sedang mengompres luka lebamnya dengan es.
Gai segera membuka undangan tersebut dan membacanya dengan lantang, "Wahai musuh lamaku, Raja Keji dan Ratu Yupi. Dengan undangan ini aku, Ratu Asaka yang paling cantik sejagat raya, ingin mengundang kalian ke pesta ulang tahun putri-ku yang cantik jelita bagaikan bidadari yang turun dari langit ke tujuh malam ini. Sebaiknya kalian datang karena ini undangan resmi dariku sendiri hohoho~"
"Ratu sirkus itu!" Ratu Yuri menonjok-nonjok tembok yang ada di sampingnya dengan brutal. "Beraninya ia mengejekku yang lebih cantik darinya..." Dan komentar lainnya terus bergulir.
"Haha Ratu Asaka mempunyai selera humor yang tinggi ya." Raja Kenji tertawa hambar dan disambut dengan suara jangkrik yang sedang orkestra mendadak.
"Jadi apa yang harus kita lakukan mengenai undangan ini?" Tanya Gai yang disambut dengan aura gelap milik Ratu Yuri yang semakin menjadi-jadi.
"Tolak. Bakar. Buang." Ucapnya dengan suara alto yang sangat menyiratkan kepemimpinan di dalamnya.
"B-baik!" Gai segera berlari keluar untuk melaksanakan titah sang ratu.
.
.
.
Di sebuah taman bunga yang dipenuhi oleh bunga mawar merah yang sedang mekar, seseorang berambut biru dan iris sedalam samudra sedang duduk di rerumputan sambil membaca sebuah buku. Orang tersebut terhanyut dalam bukunya sehingga tidak menyadari kehadiran dua orang wanita yang sudah muncul di belakangnya dan menyekap mulut serta tangan kecilnya sekarang. Orang itu kemudian di seret masuk ke dalam istana.
"Mama? Misaki-san?" Gumam orang tersebut yang ternyata adalah putra pertama dari kerajaan Paladin sambil melihat kedua wanita yang sudah tersenyum lebar di hadapannya. Kelewat lebar, catat itu.
"Mama sudah menyiapkan pakaian untuk pesta ulang tahunmu nanti." Sang mama, Ratu Asaka, tersenyum sangat lebar. Aichi, nama pangeran pertama, meneguk ludahnya.
"Tada~" Misaki yang sedaritadi menyembunyikan tangannya di belakang memperlihatkan sebuah gaun berwarna baby blue kepada Aichi.
"Misaki-san, itu kan−" Belum sempat sang pangeran protes, sang ratu langsung menyeret putranya untuk dimandikan dan didandani. "GYAAAA!" Lengkingan suara sang pangeran menggema di seluruh penjuru kerajaan. Sang raja yang sedang tertidur di kamarnya masih terlelap walaupun putra pertamanya berteriak seperti itu.
Di sisi lain, seorang pemuda tampan sedang berjalan di jalanan kota sendirian. Ia hendak bertemu dengan sahabat karibnya yang bekerja paruh waktu sebagai pedagang menggantikan sang ayah yang sedang keluar kota. Selama berjalan di jalanan kota yang bersih dan tertata rapi itu, banyak sekali wanita dan pria berstatus uke melirik ke arahnya secara diam-diam karena terpesona dengan wajah tampan sang pemuda. Walaupun pakaiannya yang terlihat seperti penduduk biasa, namun wajahnya itu mengubah kesan baju penduduk biasa menjadi seorang bangsawan. Apapun yang dipakainya selalu berubah menjadi regal seketika itu juga.
Ketika ia sampai di sebuah gedung yang terbuat dari kayu bertuliskan Card Capital di atasnya ia segera mendorong pintu tersebut dan memasukinya. Di seberang pintu masuk, kurang lebih lima meter, terlihat seorang pemuda lain berambut pirang sedang duduk menghitung uang yang baru ia dapatkan dari hasil kerjanya hari ini.
"Yo, Kai!" Sang pemuda berambut pirang itu menyapa temannya yang diam dan tak mengucapkan apa-apa. "Sudah datang rupanya!"
"Apa maumu, huh?" Gumamnya dengan suara bariton yang mampu membuat semua wanita dan uke di dunia mimisan di tempat. Pemuda yang dipanggil Kai tersebut duduk di sebuah bangku kosong di depan sang sahabat namun sang sahabat malah berdiri dan berjalan ke pintu tokonya guna mengubah tanda buka menjadi tutup.
"Santai sedikit, pangeran. Jangan terlalu serius." Sahabat dari sang pangeran yang bernama Miwa itu tersenyum lima jari dan duduk lagi di kursinya di belakang meja. Ia mengambil sebuah surat resmi berdesain elegan khas kerajaan tetangga.
"Kerajaan Paladin?" Kai mengamati undangan itu dengan tatapan curiga lalu melihat ke arah Miwa.
Sudah mengenal lama sang pangeran dan keantikannya, Miwa langsung menjelaskan maksudnya, "Ayahku menyuruhku pergi ke pesta ulang tahun putri kerajaan Paladin malam ini. Sebagai pedagang besar, keluargaku sering diundang ke pesta dari kalangan bangsawan. Aku ingin mengajakmu ke pesta untuk menikmati malam ini." Miwa tersenyum semakin lebar. "Bayangkan wanita-wanita cantik dari kalangan atas yang akan mendatangi pesta tersebut. Terlebih lagi sang putri yang katanya cantik bagaikan bidadari. Apa kau tidak tertarik?"
"Tidak." Jawab Kai singkat, padat, dan jelas.
"Heeeeeee.." Miwa membuka mulutnya yang lebar selebar-lebarnya. "Kenapa tidak mau?"
"Tidak guna. Lebih baik aku berlatih pedang." Ujar sang pangeran enteng sambil menopang wajahnya yang tampan dengan tangan kanan.
"Kau ini tidak bisa santai sedikit, ya?" Miwa yang sudah berdiri berkacak pinggang di depan Kai dan hanya disambut dengan deathglare dari orang yang bersangkutan.
"Yare, yare, sudah kuduga ini akan terjadi. Untung aku sudah menyiapkan amunisi." Miwa berjongkok untuk mengambil sesuatu. Kai menaikkan sebelah alisnya.
"Tada~"
"!"
Miwa nyengir kuda dan Kai memasang wajah kaget. Yang ada di tangan Miwa adalah foto ketika Kai sedang tertidur di atas meja kayu milik perpustakaan kerajaan.
"Darimana kau dapatkan itu?" Kai berusaha mengambil foto itu.
"Ra-ha-si-a." Miwa menghindar dengan mulus. "Bagaimana kalau aku menjual ini, ya? Untung besar sepertinya." Miwa tersenyum licik. Otak pedagangnya berjalan. Ia tahu dengan jelas foto Kai dalam berbagai pose akan sangat laku jika dijual dan Kai tidak suka jika fotonya menyebar kemana-mana. Seumur hidupnya ia hanya difoto jika berfoto keluarga saja. Ditambah lagi dengan kumpulan fansnya yang akan mendobrak pintu utama kerajaan jika foto itu benar-benar tersebar. Kehidupannya yang tenang akan berakhir dan Kai tidak mau itu.
"Baiklah aku pergi!" Geram Kai dan Miwa tersenyum lebar.
"Oke! Sekarang ayo cari baju yang cocok untuk pesta malam ini~" Miwa menarik tangan Kai dan berjalan keluar menuju toko baju langganannya.
.
.
.
Matahari sudah tenggelam satu jam yang lalu digantikan bulan yang bersinar lembut di langit malam ditemani bintang-bintang. Lampu yang biasanya dimatikan untuk alasan penghematan yang diusung oleh Ren menyala dengan terangnya sehingga membuat istana kerajaan Paladin dapat terlihat dengan mudah dari jauh. Tamu-tamu yang berasal dari kalangan atas berbondong-bondong melewati tembok tinggi istana yang dimaksudkan untuk melidungi istana dari serangan musuh. Mereka semua memakai pakaian yang elegan dan indah. Tidak lupa dengan topeng yang diwajibkan oleh Ratu Asaka yang ingin menyelenggarakan pesta topeng.
Kereta kuda yang jumlahnya banyak itu melewati tembok istana dan menurunkan penumpangnya di depan pintu utama istana yang megah tersebut. Setelah menginjakkan kaki di depan pintu masuk, dua pengawal akan memeriksa undangan yang ada. Prosedur keamanan yang ditetapkan Tetsu.
Ketika memasuki aula besar milik istana, aura yang dapat dirasakan adalah kemegahan yang elegan. Lampu gantung besar menghiasi langit-langit aula yang berupa gambar-gambar berbagai ksatria dari klan Paladin yang berperang dengan klan musuh beratus-ratus tahun silam. Lantai marmer yang mengkilap dibiarkan begitu saja tanpa karpet sedangkan meja-meja yang ada sudah diisi dengan berbagai makanan. Tidak lupa bagian tengah aula yang dibiarkan kosong untuk menjadi lantai dansa nantinya.
"Ehem!" Suara deheman dari seorang pria berambut merah dikuncir tinggi dan jas putih dapat terdengar. "Selamat malam dan selamat datang ke kerajaan Paladin. Aku, Raja Ren, selaku penyelenggara acara ingin mengucapkan terima kasih karena sudah datang ke pesta ulang tahun anakku yang keenam belas. Semoga kalian menikmati pesta ini." Sang raja mengangkat gelas anggurnya tinggi-tinggi dan meneriakan cheers dan suara dentingan gelas yang beradu dapat terdengar.
Musik klasik mulai mengalun dengan merdunya. Semua tamu langsung mengajak pasangan mereka untuk menikmati lantai dansa yang dipersiapkan. Ada pula yang mulai menyantap hidangan yang disediakan. Berbeda dengan para tamu tersebut, seorang gadis muda berambut biru yang memakai gaun berwarna baby blue hanya merapatkan dirinya ke pilar paling ujung aula tersebut. Ia malu karena merasa bodoh dengan pakaian yang membuatnya manis itu.
"Aichi, kenapa kau ada disini?" Misaki yang memakai gaun hitam tanpa lengan menghampirinya. Ia melepas topengnya. "Ini pesta ulang tahunmu jadi kau harus berbaur dengan para tamu!" Nasehat Misaki kepada sang pangeran yang berada dalam pakaian perempuan itu.
"Tapi aku terlihat bodoh, Misaki-san." Sang pangeran menggenggam bagian bawah gaunnya yang dapat diraih oleh tangan berlapis sarung tangan putih itu.
"Siapa bilang? Lihat!" Misaki mengeluarkan sebuah cermin yang entah darimana asalnya itu dan menunjukkan wajah Aichi yang tidak didandani sama sekali. Natural dan cantik.
"Aku seperti perempuan!" Oceh Aichi sambil menepuk-nepuk gaun yang ia kenakan.
"Dan tidak ada yang akan menyadarinya. Lagipula kerajaan kita memperbolehkan pernikahan sesama jenis." Balas Misaki enteng seperti menjawab pertanyaan satu tambah satu.
"Bukan itu masalahnya!" Wajah Aichi memerah sangat ketika ia mendengar hal itu. Namun sebuah kenyataan menyambar pangeran muda itu. "Misaki-san, jangan bilang ini adalah debutante."
Bagi yang tidak tahu apa arti debutante disini, akan saya jelaskan. Debutante adalah pesta perkenalan yang diadakan untuk gadis bangsawan ketika ia mencapai usia dewasa. Jadi secara harfiah pesta ini adalah pesta pengenalan untuk para calon istri –maupun suami− yang ingin meminang pangeran pertama dari kerajaan Paladin ini.
"Eh, ketahuan!" Misaki meletakkan tangannya di depan mulut dan memasang wajah kucing. Ada yang bisa membayangkan?
"Mama!" Aichi menggerutu dan berjalan menuju tempat kedua orangtuanya berada.
Di sisi lain, tepatnya di pintu masuk kerajaan, dua orang pemuda tampan berbeda warna rambut menghampiri kedua pengawal dan memasuki istana yang megahnya bukan main. Mereka memakai jas yang membuat mereka tampak gagah, tidak lupa dengan topeng sederhana khas pria. Topeng pria memang tidak senorak topeng wanita. Mereka berjalan menuju aula yang besar dan mulai berbaur. Atau itu yang dilakukan pemuda berambut pirang bernama Miwa, namun berbeda untuk temannya yang hanya mengambil segelas anggur dari pelayan terdekat dan memojokkan diri di ujung ruangan.
"Jadi ini istana kerajaan Paladin. Tidak buruk untuk mengetahui musuhmu." Gumamnya seraya menyesapi anggur yang ada di tangannya.
Di tempat lain yang tidak jauh dari sana, tepatnya di tempat sang raja dan ratu yang heboh membanggakan anak mereka, Aichi mendekati kedua orangtuanya namun seseorang dengan tubuh yang lebih pendek darinya menabraknya. Ia menengok ke arah orang yang menabraknya dan ternyata itu adalah adiknya sendiri.
"Onii-san?!" Kamui, sang pangeran kedua, berteriak ketika melihat siapa yang ditabraknya. "Aku kira kau adalah salah satu tamu undangan. Kenapa dengan pakaianmu?"
"Biasa." Jawab Aichi canggung.
"Mama dan Misaki dress up." Balas Kamui enteng. "Sabar ya, kak. Suatu hari nanti semua ini akan berakhir." Ucap pangeran beriris merah seperti sang raja namun lebih gelap sedikit itu dengan ambigu.
"Er.." Aichi tidak tahu harus membalas apa. "Pokoknya kau jangan membuat onar ya." Nasehatnya sebagai seorang kakak yang baik dan perhatian.
"Ok, tuan putri!" Kamui memberi hormat ala tentara.
Aichi menggeleng dan berjalan menuju kedua orangtuanya dengan hak setinggi satu senti yang dipakainya sekarang. Ketika sudah berada di dekat mereka dan hendak memanggil, Ren langsung memeluk putra kecilnya yang manis itu.
"Aichi~ Kau manis sekali dibalut gaun itu~" Ren memeluk Aichi dengan erat dan membuat yang bersangkutan kehilangan nafas.
"Ok..si..ge..n.." Ren melepas pelukan mautnya. Asaka menghampiri putranya dan menariknya untuk dikenalkan dengan beberapa pemuda tampan yang membuka topengnya.
Dari jauh Kamui hanya bisa menghela nafas melihat kakaknya yang dikenalkan dengan pemuda-pemuda tampan. Ia tahu bahwa ibunya adalah fujoshi dari akar jadi seharusnya ia sudah terbiasa dengan ini. Ditambah lagi dengan kakaknya yang berparas manis bagaikan bidadari kesasar. Jangan lupa dengan keinginan sang ibu yang menginginkan anak perempuan malah anak laki-laki yang keluar. Tapi ia beruntung karena kalau Aichi perempuan, nanti dia yang menjadi krban ke-fujoshi-an sang ibu.
"Bagaimana kalau Naoki yang menjadi pasangan dansa Aichi yang pertama? Kalian kan teman kecil~" Asaka mendorong punggung putranya itu ke arah seorang pemuda berambut merah oranye yang memakai jas hitam dan dasi merah.
"Em..kalau kau tidak keberatan?" Naoki mengulurkan tangannya canggung ke arah Aichi dan diterima. Mereka mulai berdansa di lantai dansa bersama.
"Mereka cocok kan~" Asaka memukul pelan lengan Ren sambil tertawa. Tetsu menghampiri pasangan kerajaan itu dan melihat keponakannya berdansa dengan Aichi. Ia tersenyum kecil. Ia tahu bahwa sejak kecil Naoki menyukai Aichi namun tidak berani mengatakannya.
"Ngomong-ngomong apa ayahnya setuju jika kita menjodohkan mereka berdua?" Tanya Asaka kepada Tetsu yang disambut dengan senyuman sumingrah dari Tetsu. "Ia sangat setuju."
Malam semakin larut dan pesta semakin meriah dengan permainan yang dicetuskan sang raja yang mendadak serius. Mereka diwajibkan untuk menemukan putranya yang berbaur dengan mereka. Yang berhasil akan mendapatkan hadiah. Permainan mudah, namun tidak bagi beberapa orang yang tidak pernah melihat sang pangeran dengan mata kepala sendiri. Pasalnya sang pangeran berambut biru itu memiliki kondisi fisik yang lemah dan tidak pernah keluar istana.
Kai yang sedaritadi tidak bergerak dari tempatnya hanya mengamati sekelilingnya saja. Barusan Miwa mengajaknya untuk berdansa dengan wanita cantik namun Kai menolak. Sekarang Miwa sudah berdansa dengan wanita cantik berambut lilac. Kai mendengus dan berjalan keluar dari ruangan itu karena sesak dan bau anggur menyeruak dengan tajam membuatnya sakit kepala.
Ia berjalan di koridor panjang yang gelap dan hanya diterangi cahaya bulan yang masuk dari jendela besar istana. Ia mengamati istana musuhnya dengan teliti. Banyak foto, lukisan, serta guci mahal di sepanjang koridor gelap itu. Sebuah lukisan potret keluarga kerajaan Paladin dapat dilihat disana. Ia agak tertarik dengan pangeran kerajaan Paladin namun yang ia lihat hanyalah seorang anak kecil berambut biru donker dengan iris merah gelap, ia tahu itu adalah pangeran kedua. Sebenarnya ada satu lagi pangeran namun wajahnya terbiaskan cahaya bulan jadi hanya menampilkan pakaiannya yang berupa jas hitam saja.
Kai yang melihat bayangan di sebelah lukisan itu melihat ke belakangnya dan mendapati seorang gadis cantik dengan rambut biru dibalut gaun strapless berwarna baby blue yang bagian belakangnya menutupi setengah punggung ke bawah dan sisanya terekspos. Tali berbentuk silang kecil-kecil menjadi penopang gaun yang dipakainya agar tidak melorot. Tidak lupa dengan hiasan leher yang berupa tali berwarna biru kehijauan tua yang ditata sedemikian rupa yang menghadap ke samping kanan. Merasa ditatap, si gadis membalikkan badannya yang semula menghadap ke arah jendela. Saat si gadis membalikkan badan, Kai langsung menahan nafasnya ketika melihat wajah manis sang gadis yang diterpa sinar bulan dengan lembut. Jantungnya berdegup cepat dan dunianya seolah-olah berhenti ketika mata sedalam lautan sang gadis menatap mata emerald miliknya.
"Apa ada sesuatu dengan wajahku?" Tanya sang gadis dengan suara lembut yang menurut Kai adalah lantunan lagu paling indah di telinganya. Lebih indah dari suara sang ibu yang sedang karaoke kalau sedang PMS.
"Ah..tidak apa-apa. Hanya saja kenapa kau tidak ikut pesta di dalam?" Kai sudah kembali normal walaupun jantungnya masih berdegup kencang. Seluruh tubuhnya menjerit milikku ketika gadis itu tersenyum dan memberikan alasan yang sama dengannya. Sesak di dalam sana.
"Siapa namamu, tuan?" Tanya sang gadis yang sudah memutar tubuhnya menghadap Kai.
"Kai. Kau sendiri?" Kai balik bertanya. Ia tidak memberitahu bahwa ia adalah pangeran kerajaan tetangga.
"Aichi." Sang gadis tersenyum dan mengulurkan tangannya yang dibalut sarung tangan lagi. Kai menggenggam tangan kecil dengan jari lentik itu dengan halus dan mengecup punggung tangannya. Menjadi gentleman.
Aichi yang wajahnya memerah karena malu masih bisa mengontrol diri untuk tidak terbengong ketika melihat wajah tampan pemuda bernama Kai tersebut. Pemuda itu benar-benar tampan dan menawan. Mata emerald pemuda itu menatapnya seolah-olah ingin menghisap Aichi. Tiba-tiba saja perkataan Misaki terngiang di otaknya. Bukan. Ini bukan cinta tapi kagum karena pemuda di hadapannya begitu tampan dan kuat seperti bayagan pria pada umumnya yang ada di benaknya, tekannya dalam hati. Tapi apakah benar itu hanyalah sekedar kagum kepada pemuda di hadapannya padahal baru pertama kali bertemu? Kagum dengan jantung berdegup kencang seolah mau copot dari tempatnya?
Sedikit yang mereka tahu bahwa orang yang ada di hadapan mereka adalah pangeran dari kerajaan tetangga yang berstatus musuh besar mereka. Apakah mereka bisa membangun kisah cinta dengan kekangan masing-masing kerajaan yang saling berselisih?
.
-To Be Continued-
.
Author Note :
Halo semua! Ini adalah fic pertama saya di fandom Vanguard. Sebenarnya udah berkeliling di fandom ini sejak setahun yang lalu tapi baru bener-bener nonton tiga bulan terakhir ini. Ini aja berhenti di season 2 rada tengah karena season 3 masih ada 10 episode lagi yang harus di download tapi gak tau mau numpang download dimana /ditendang
Fic ini sesuai pembukaan di atas adalah parodi dari Romeo and Julliet. Daripada bikin yang sedih saya mau bikin yang humor aja tapi bisa dilihat di atas humornya garing bikin mules. Pas ngetik bagian pesta dansa ke bawah aja saya merasa humornya hilang haha /ditempeleng/ tapi mohon maklumi lelucon garing saya yang aneh bin gaje yak arena selera humor saya itu jongkok. Oh iya, ini fic Kaichi loh dengan side pair lainnya. Bisa tebak donk siapa side pairnya~
Satu lagi, cerita ini hanya memiliki konsep dari Romeo and Julliet tapi isinya agak beda-beda dikit biar lucu. Atau lebih tepatnya fairytale dengan dasar Romeo and Julliet. Jadi jangan harap ada kata-kata romantis dari Romeo ke Juliet. Paling ada beberapa yang saya ambil soalnya gak greget.
Sekian dari author bin gaje yang pengen meramaikan fandom kecil ini di Indo. Semoga suka dan jangan lupa review ya~ Semangat saya itu review~