明日は来るから(Asu wa Kuru Kara)

a YunJae fanfiction presented by ©Cherry YunJae

.

.

Chapter 2

YunJae, Changmin, Krystal, Heechul and others

Teens until Mature's rated

Romance/Little Angst

Genderswitch for Jaejoong & Heechul

Based on Amano sensei's manga "Dee" ©2002 with some changes

Enjoy reading, please.. ^^

.

.

.

Jaejoong terbaring diatas ranjang salah satu kamar di rumah sakit itu, tubuh rampingnya terbaring lemah dengan wajah pucat.

Heechul bersyukur, adiknya hanya pingsan karena kelelahan, meski memang ia tetap menyesal dan tidak berhenti memaki dirinya sendiri, perasaaan takutnya saat Jaejoong sakit satu bulan yang lalu membuatnyamenjadi lebih protektif pada adiknya itu.

Seorang dokter muda tampak sedang memeriksa hasil-hasil rontgen milik Jaejoong, ia melihat berulang-ulang beberapa gambar itu.

"Aku yang salah, tak mengingatkannya dulu bahwa aku Kakaknya.. Dia pasti bingung..."

Heechul menatap sendu pada sosok malaikat yang masih enggan membuka matanya itu.

"Pastikan kau melakukannya lain kali, setelah adikmu bangun, aku akan sedikit melakukan therapy..." Jelas dokter ber-nametag 'Tan Hankyung' itu.

Heechul hanya mengangguk paham, lalu mengusap lembut kepala adik tersayangnya itu.

.

.

.

"Geurae... gambar ketujuh.. siapa dia ?" tanya Hankyung pada Jaejoong yang duduk di hadapannya, ia mengangkat foto seorang perempua yang sedang tersenyum manis sambil mengangkat ice cream.

Jaejoong mengira-ngira. Sungguh ia tak bisa mengenali siapapun, bahkan belum ada foto yang bisa dijawabnya dengan tepat.

"Kau sangat mengenalnya, dia baru mengalami kecelakaan sebulan yang lalu di kawasan pertokoan Apgujeong..." jelas Hankyung perlahan sambil mengamati ekspresi Jaejoong

Jaejoong bereaksi mendengar petunjuk itu.

"Itu... A-aku?"

.

.

.

Malamnya, di apartemen Kim Jaejoong & Kim Heechul.

Jaejoong yang baru saja selesai memasak beberapa menu makan malam untuknya dan sang kakak menatap jam, kakaknya belum juga pulang.

Memang, pekerjaannya sebagai seorang suster selalu membuat Heechul pulang terlambat. Jaejoong memaklumi saat makanan buatannya terlanjur dingin saat kakaknya pulang.

Ah, rasanya sepi..

Jaejoong pun harus rela menunggu. Ia kadang ingin sekali sekedar menjemput kakaknya di stasiun yang tak jauh dari rumah, tapi dengan alasan 'menyayangi Jaejoong', Heechul selalu melarang adiknya itu keluar dari rumah selain untuk urusan penting seperti sekolah atau therapy seperti tadi siang.

takk~

takk~

Jaejoong menoleh karena mendengar suara aneh dari luar, terbesit khawatir setelah mendengar suara itu berkali-kali. Siapa yang iseng malam-malam seperti ini? Selain orang tidak waras, mungkin?

Ah tunggu! ia tahu kebiasaan ini…

Ia pun berjalan menuju pintu untuk memastikan, membukanya perlahan karena takut jika ternyata yang muncul itu orang jahat atau bahkan hantu.

Oke, lupakan kemungkinan kedua karena hantu pasti tidak butuh mengetuk pintu sebelum masuk.

"Boo~ aku disini.."

Jaejoong mencari sumber suara. Ia kenal panggilan ini..

"Yun?" Panggil Jaejoong mencoba memastikan.

"Yo~" Yunho tersenyum lebar saat melihat sosok kekasihnya yang keluar dari pintu rumah, ia agak was-was. Biasanya Cinderella yang sifatnya bagai ibu tiri itu yang keluar dari pintu itu, sementara kekasihnya selalu hanya membuka jendela.

" Ada apa datang selarut ini?" tanya Jaejoong.

"Hehe.. Tidak boleh? Ohya, kakakmu?" Yunho memastikan keadaan disekitarnya

"Heechul unnie pulang terlambat malam ini." jawab Jaejoong yang akhirnya ditanggapi 'oh' oleh Yunho.

Jaejoong pun mengajak Yunho masuk. Yah.. Selagi ia yakin malam ini kakaknya akan pulang telat ia izinkan namja tampan itu masuk karena ia tahu diluar sangat dingin.

"Boo.. Ada sesuatu yang ingin kuberikan.. Bisakah tutup matamu sebentar?" pinta Yunho namun Jaejoong menatapnya bingung.

"Mwoya? Apa salahnya memberikan langsung?"

"Aishh.. ikuti saja kata-kataku.. Jjaa, pejamkan matamu…"

Setelah mempoutkan bibir cherry-nya, Jaejoong pun memjamkan mata mengikuti permintaan kekasihnya itu.

Yunho mengambil tangan Jaejoong dan meletakkan sebuah benda diatas tangan halus itu.

"I-ini apa? Bukan serangga kan?" Jaejoong mengantisipasi, takut kekasihnya itu mengerjainya.

"Bukan, haishh~ kenapa kau selalu menuduhku yang aneh-aneh? Oke, buka matamu sekarang.."

Jaejoong pun membuka matanya dan melihat benda kecil di tangannya.

Sebuah kalung berbandul gajah kecil.

"Omoo~ kiyeowooo~" Jaejoong terlihat sangat senang ketika melihat hadiah kecil dari Yunho itu.

Ia tertawa kecil sambil mengamati liontin berbentuk hewan kesukaanya itu. Yunho mengambil inisiatif untuk memakaikan kalung itu di leher jenjang kekasihnya.

"Ahh~ Cantik!" girangnya sambil menatap Yunho, sementara Yunho menatap penuh minat pada ekspresi Jaejoong yang menurutnya lebih 'imut' dari siapapun atau apapun juga.

"Ah, andai aku punya uang lebih.. Akan kubelikan gajah asli untukmu."

Jaejoong tersenyum simpul mendengar kalimat Yunho yang menurutnya lucu itu.

"Hadiah kecil ini saja sudah sangat berharga, Yun... Bukan masalah dari bentuk atau harganya."

Yunho tersenyum mendengar itu.

'Aku tahu kau selalu begitu, Jae... Jika dihari kecelakaan itu kau tak selamat, sungguh aku tak yakin mampu bertahan..' batinnya.

"Apa itu begitu cantik sampai kau terus melihatnya?" tanya Yunho penasaran sambil memperhatikan intens wajah cantik Jaejoong yang terus dihiasi senyum.

"Ani, aku justru menyukainya karena ini darimu, Yun..."

Yunho gemas melihat Jaejoong yang begini imut, ia sungguh bersyukur Jaejoong-lah yang berada disisinya.

"Jae..." Panggil Yunho lembut.

Jaejoong menoleh, sempat kaget melihat Yunho yang begitu dekat.

Tapi kemudian ia mengerti, refleks ia menutup matanya dan membiarkan Yunho menarik tengkuknya untuk menyatukan rasa manis itu.

Yunho mencium bibir Jaejoong dengan penuh hati-hati, namun perlahan berubah menjadi lumatan manis yang teratur, saling membalas mereka menyatukan kehangatan dalam rindu yang memuncak karena terpisahkan begitu lama.

Dan Jaejoong menikmati sentuhan penuh euforia yang selalu Yunho berikan padanya, ia tak pernah mampu menolak ciuman yang Yunho beri.

"Yuhnnn~"

Jaejoong melingkarkan lengannya di leher Yunho, menyatukan hangat tubuh mereka.

Mereka larut dalam kehangatan , terlalu larut dalam dunia mereka hingga tak sadar bahwa pintu belum sempat tertutup, bahwa suara gemeletuk hak sepatu mulai mendekati mereka, dan...

"APA YANG KALIAN LAKUKAN...!"

Yunho dan Jaejoong sontak melepas ciuman mereka, kaget luar biasa ketika mendapati Kim Heechul berdiri menatap garang pada sepasang kekasih di depannya.

Tangannya terkepal erat menandakan marah yang siap diluapkan kapan saja.

"Tidak tahu malu! Singkirkan tanganmu dari Joongie! Kau juga, Joongie.. Sudah kubilang lupakan dia.. Menyingkir!" Heechul menarik lengan Jaejoong kasar supaya menjauh dari Yunho.

"Pergi dari sini! Joongie lebih baik tanpamu.. Changmin lebih pantas untuknya."

Yunho tercekat mendengar nama itu, lalu tersenyum sinis.

"Hoo.. Maaf saja kakak ipar-ku yang cantik, tapi Jaejoongie lebih memilihku dibandingnya kan? Seperti yang kakak ipar lihat sendiri." jawab Yunho penuh keyakinan...

"Kau..." gigi Heechul bergemeletuk.

.

PLAKK~~!

"UNNIE !" Jaejoong memekik keras saat sebuah tamparan melayang mulus ke pipi kiri Yunho.

Heechul teerdiam, menatap tajam penuh kebencian pada namja bermata musang itu.

Yunho sendiri mengusap pipi kirinya yang terasa kebas.

"Aku akan sangat senang jika penyakit Jaejoong ini membuatnya melupakanmu! HANYA MELUPAKANMU, JUNG YUNHO!" gertak Heechul.

"Heechul unnie!" jerit Jaejoong lagi.

Yunho yang sempat mengernyit akhirnya menatap Jaejoong dengan penuh pertanyaan.

Tatapan meminta jawaban.

"Joongie.. Menjauh darinya, dia tak pantas untukmu" ucap Heechul sambil mencengkram erat pergelangan tangan Jaejoong.

"Aniyoo, unnie.. kumohon jangan perlakukan aku seperti ini.." mata Jaejoong berkaca-kaca tapi sepertinya Heechul tidak peduli.

"Apa ini caramu membalas kakakmu?! Turuti aku!" mau tak mau Heechul harus membentak adik yang paling ia sayangi itu.

Jaejoong kaget, dan akhirnya melemah.

"Ku mohon, unnie.. Aku harus bicara dengan Yunho..." pinta Jaejoong.

Heechul mendengus.

"10 menit, dan ini yang terakhir.. Akhiri hubungan kalian, unnie tidak mau kau terus bersama laki-laki yang bahkan tidak mempunyai masa depan." Sindirnya sebelum melangkah menjauh.

.

.

.

"Yun.. Kumohon dengarkan aku dulu." Jaejoong menarik lengan kaus abu-abu Yunho, sementara pria itu menatap kearah lain, tak sedikitpun ingin melihat Jaejoong.

"Maafkan aku, Yun.. Aku sengaja tidak memberitahumu, aku takut kau akan menjauhiku.. Aku takut..." lirihnya sendu, matanya berkaca-kaca, perih rasanya diacuhkan seperti ini. Ia justru menyesal menyembunyikan perihal penyakitnya, jika ia tahu reaksi ini yang akan ia terima dari Yunho.

"Bodoh." desis Yunho masih dalam posisi semula, tak menatap Jaejoong.

"Apa gunanya 1 tahun hubungan kita? Kau justru menyembunyikan ini dariku? Apa perasaanku sedangkal itu jadi kau takut untuk mengatakannya?" kali ini, Yunho menoleh. Mata musangnya menatap langsung ke dalam mata doe Jaejoong.

"Yun ?"

Perlahan Yunho bergerak memeluk tubuh gadis yang sangat ia cintai itu.

"Aku tidak mungkin menjauhimu, bodoh.. Kau lebih berharga dari apapun juga." Yunho memeluk erat tubuh Jaejoong, mencoba melenyapkan khawatir masing-masing.

Jaejoong sempat tercenung mendengar itu, namun akhirnya setitik butir bening jatuh meluncur di pipi putihnya.

"Huwee.. Yunho.." Yunho mengelus rambut almond Jaejoong mencoba menenangkan gadis cantik itu.

Banyak.

Sebenarnya banyak hal yang membuat Jaejoong menangis seperti ini, kebaikan Yunho ini terasa justru menghantam kuat perasaannya.

Batinnya kacau. Tangannya bergerak pelan merengkuh punggung Yunho.

"Aku akan terus disini, jadi jangan takut, ne?" Yunho melepas pelukannya kemudian mengusap kristal yang sempat tumpah dari mata Jaejoong.

"10 menit sudah habis, keluar dari rumah ini." usir Heechul yang sedikit mulai bisa mengendalikan emosinya itu.

Yunho pun beranjak,"Oke, aku Pulang dulu, Boo~"

Chu~

"Mimpikan aku ne ?" bisiknya setelah mencium pipi Jaejoong, dan menyebabkan Jaejong merona parah.

"Kau.!"

"Nee.. Arasseo.. Aku Pulang... Gomawo, kakak iparku yang cantik, annyeong~" godanya sambil mencolek pipi sang 'cinderella' sebelum benar-benar menghilang dibalik pintu.

"Bocah kurang ajar!" pekik Heechul.

.

.

.

.

Sojung memperlambat gerak kakinya ketika ekor matanya menangkap sosok yang paling tidak ingin ia lihat sedang berjalan tak jauh darinya.

"Sojung-ah ?" panggil temannya.

Sojung masih menatap sosok Kim Jaejoong yang berjalan bersama Junsu dengan ceria, saat kemudian...

"Oii~ aku ikut ne ?"

Sojung terbelalak mengetahui orang lain yang tiba-tiba menghampiri Jaejoong itu adalah kekasihnya.

Shim Changmin.

Gadis berambut panjang itu menatap sinis pada kepergian mereka, mengigit bibirnya karena menahan marah.

'ternyata benar, dia yang disukai Changmin selama ini..' tatapan itu menyiratkan benci yang begitu dalam.

"Kim Jaejoong..." desisnya berbahaya.

.

.

.

Perpustakaan terlihat lengang, hanya ada beberapa murid yang duduk di sepanjang bangku khusus perpustakaan dan beberapa yang mencari-cari di rak buku yang berjejer rapi.

Jaejoong sibuk memilih buku di sebuah rak di pojok kini, disampingnya ada Changmin yang bersandar pada rak itu sambil memegang bukunya.

"Jadi, sebenarnya apa penyakit itu sungguhan, nuna?" Tanya Changmin sambil mendekat.

Gerak Jaejoong terhenti, ia terdiam.

"Aku mengenalmu sejak kecil, dan kurasa penyakit itu sama sekali tidak cocok untukmu yang periang.. Katakan yang sejujurnya, nuna."

Jaejoong tersenyum getir, lalu menghela nafas berat. "Jadi, apa maksudmu aku aneh, Changminnie?" ia menoleh, menatap Changmin yang notabene jauh lebih tinggi darinya.

"Sebenarnya aku bahkan tidak tahu kalau sejak tadi yang disampingku itu adalah kau, Changminnie.." desahnya sedikit terdengar seperti putus asa.

Changmin menatap serius..

"Lalu? Darimana nuna— "

"Kau bilang kau mengenalku sejak kecil, sahabatku sejak kecil hanya kau, Shim Changmin." Jaejoong menjawab tanpa menatap pria tinggi itu, sama sekali. Ia justru tertunduk kini.

Changmin menatap ragu.

"Membingungkan? aku juga lelah dengan keadaan ini.." ucap gadis bermata indah itu sendu, sebelum akhirnya ia bergegas pergi meninggalkan Changmin.

Sedih, Jaejoong berjalan tak tentu setelah meninggalkan perpustakaan.

ia merasa takut, karena kini bahkan Changmin sudah menganggapnya aneh. Ia pun tak pernah mengharapkan keadaan ini.

'Yun.. dimana kau?'

Ia ingin sekali melihat Yunho saat ini hati kecilnya yang begitu sakit terus meneriakan nama Yunho, meski ia tak bisa menemukan kekasihnya itu diantara orang-orang sekitarnya.

'Aku membutuhkanmu, Yun…!'

.

.

.

.

.

.

Yunho terhenti dari aktifitasnya—memukuli berandalan sekolah—saat ia merasa mendengar suara Jaejoong yang memanggilnya.

"Jaejoongie?" lirihnya sambil mengernyitkan dahi dan menoleh kearah gedung sekolah yang tepat berada di belakangnya.

"A-ampuni aku, Jung Yunho.. Ampuni nyawaku.." perhatian namja tampan itu kembali tersita saat sosok yang hendak dihajarnya kembali berujar.

"Hoho~ tidak semudah itu… Kau harus menerima ini!"

DUAKKH~!

Satu tinju melayang mulus ke wajah berandalan itu, Yunho pun tersenyum puas.

Namun tiba-tiba temannya, Park Yoochun, menghampiri dengan raut tak biasa dan terlihat sangat terburu-buru.

"Yunho-yah..!" Ia mengatur nafasnya sesaat sebelum membicarakan hal penting itu.

"Jaejooong… Jaejoong-mu dan Jung Sojung bertengkar dan Jaejoong jatuh dari tangga, sekarang dia ada di ruang kesehatan!"

Dan, bagai disambar petir di siang hari, Yunho terbelalak, tanpa berpikir apapun lagi, ia segera pergi. Berlari sekuat tenaga menuju tempat Jaejoong.

Tempat malaikatnya berada saat ini.

.

.

.

.

.

BRAKK~!

Pintu ruang kesehatan dibuka kasar oleh Yunho, menampakkan sosok kekasihnya yang terduduk diatas salah satu ranjang tanpa siapapun menemaninya.

Dapat ia lihat dahi dan tangan kiri kekasihnya itu dibalut perban, Yunho melotot horror.

"Nu-nuguseyo..?" lirih Jaejoong menatap Yunho.

Yunho mendekati Jaejoong, meletakkan telapak tangan kanannya diatas kepala gadis cantik itu kemudian mencium lembut puncak kepalanya.

"Syukurlah kau tidak apa-apa.. Ini aku, Yunho."

Jaejoong terdiam sesaat mendengar ucapan orang di hadapannya ini.

"Yu-Yunho? kaukah itu, Yun? hikss…" tanpa ba-bi-bu lagi, Kim Jaejoong segera memeluk pinggang Yunho yang sedang berdiri di samping ranjangnya.

Tangan Yunho pun memeluk erat punggung kekasihnya itu

"Hikss… Aku takut, Yun.. hikss.. Sejak tadi aku mencarimu… Tapi aku malah betemu dengannya." Isak Jaejoong pilu. Demi apapun, Yunho tak akan mengampuni orang yang telah membuat Jaejoong-nya menjadi seperti ini.

"Shh~ tenanglah, sayang." Yunho mengecupi puncak kepala dan seluruh wajah aejoong, namun karena Jaejoong tak kunjung berhenti menangis, akhirnya Yunho mencium bibir cherry favoritnya itu, melumat lembut seakan Jaejoong barang yang mudah pecah.

Berusaha membawa Jaejoong sedikit lebih tenang.

Jaejoong mulai berhenti terisak, dan berganti mendesis tertahan saat kini Yunho mengecupi pipinya, ia memeluk erat tubuh Yunho.

Sementara Yunho kini mengusap lembut punggung Jaejoong. Hanya pelukan, namun begitu berarti bagi gadis itu.

Ia hanya tahu saat ini Yunho sedang mencoba menenangkannya.

'tenanglah, aku ada disini..' sentuhan Yunho seolah berkata seperti itu.

Ia kemudian berbaring disisi Jaejoong, memeluk erat tubuh kekasihnya itu selagi guru penjaga UKS sedang tidak ada.

Tak henti, Yunho mengelus bahu Jaejoong berharap gadisnya itu merasa lebih baik.

"Jung Sojung? dia yang melakukan ini?"

Jaejoong mengangguk samar dalam dekapannya. "Awalnya aku juga tidak tahu, saat sedang mencarimu dia menatapku penuh kebencian. Aku baru tahu itu Sojung saat yang lain meneriakkan namannya ketika ia mendorongku.."

Rahang Yunho terkatup rapat seolah menahan sesuatu. Ingin rasanya saat ini juga ia menghampiri sang Jung perampuan itu, dan mengulitinya.

"ini semua gara-gara si brengsek Shim itu, kalau dia tidak menyukaimu semua tidak akan menjadi seperti ini.." desis Yunho.

"Aniii.. Aniiya.." Jaejoong menggeleng.

Gadis itu melepas pelukannya dan menatap Yunho.

"Bukan sepenuhnya salah Changmin, Yun! Aku.. Aku juga.. Salah…" ia menggenggam erat tangan kanan Yunho. Membuat namja bermata musang itu menatap bingung pada kekasihnya.

"Apa maksudmu, Boo..?" Tanya Yunho dengan tatapan penuh selidik.

Jaejoong masih terisak sendu.

.

.

.

"A-aku.. Aku pernah menyukai Changmin.. Aku menyukainya saat itu… Sebelum kecelakaan itu.."

.

.

To Be Continued

Chap 2 Done! ^^

Ada yang akhirnya sadar kalo ff ini emang saya ubah dari yang tadinya Yaoi jd GS buat keperluan cerita... Semoga itu gak bikin kalian jadi males baca.

Oke, See ya in the next chapter!

Special Thanks to :

KimYunhoJungJonghyun || Khai ria || JungKimCaca || yunjaehole || shanzec || Guest || ifa p arunda || jaejae || Anggunyu || bambidola || joana || hye jin park || leejisung4 || Park July and for all silent readers :)