Winter In London

Cast : Kim Jaejoong (23 years old)

Jung Yunho (25 years old)

Shim Changmin (23 years old)

Kim Hyun Joong (25 years old)

A Yunjae Fanfiction by Duckymomo

Warning inside!

Cahaya matahari pagi bersinar hangat, masuk melalui kisi-kisi jendela, menyinari sebuah kamar tempat dimana sepasang insan manusia tengah tertidur lelap di salah satu sudut kota Clovelly.

"Eung…." Seorang namja cantik melenguh pelan. Dengan mata yang belum terbuka sempurna, ia berusaha merentangkan kedua tangannya–meregangkan otot-ototnya yang pegal akibat permainan semalam. Dengan hati-hati ia bergerak ke pinggir ranjang–ke meja nakas untuk melihat jam berapa sekarang. "Shit!" makinya pelan. Jam digital di handphonenya menunjukkan pukul 6.20 a.m waktu setempat. Perlahan, ia berusaha menyingkirkan tangan Yunho yang masih melingkar di perutnya dan beranjak bangun.

"Mau kemana, Jaejoong-ah?" tanya Yunho pelan dengan suara serak khas orang bangun tidur. Ditariknya kembali badan kekasihnya ke ranjang. Tangannya melingkar erat di perut kekasihnya seolah menahannya agar tidak pergi kemana-mana.

"Ish! Minggir, hyung!" umpat Jaejoong. "Aku harus kembali ke London" lanjutnya kemudian. Tangannya masih berusaha melepaskan tangan Yunho yang menjerat badannya.

Yunho menelusupkan kepalanya ke punggung sang kekasih. "Untuk apa ke London? Bukankah ini masih liburan?" tanya Yunho tanpa berniat sedikit pun melonggarkan pelukannya pada kekasihnya. Yang ada dia malah mempereratnya.

Gosh! Kenapa rasanya susah sekali melepaskan diri dari namja mesum ini?, batin Jaejoong geram setengah mati. Ide gila terlintas didepannya saat melihat tempat lilin yang berada di meja nakas tak jauh didepannya. Haruskah ia memukul kepala namja bermata musang ini agar mau melepaskan pelukannya? Kalau dia tidak mencintainya dan namja bermata musang ini bukan kekasihnya, dia akan melakukannya saat itu juga. "Hyuuuungggg…..ayolah. Aku harus ke London sekarang juga. Setengah jam lagi cafeku buka. Dan aku harus kesana saat ini juga" pinta Jaejoong dengan nada memelas.

"Kau kan bisa membolos. Kau kan pemiliknya" usul Yunho.

"Mana bisa begitu. Aku chef utama disana. Kalau tidak ada aku siapa yang akan memasak untuk pelanggan?" omel Jaejoong.

Mata Yunho yang awalnya masih terpejam kini sudah benar-benar terbuka saking tak tahannya dengan rengekan namja cantik didepannya. Ini kan hari libur, kenapa Jaejoong tidak ambil cuti saja sih? Demi Tuhan! Yunho ingin sekali menghabiskan sehari saja dengan namja cantik itu mumpung mereka disini, di salah satu desa dengan pemandangan terindah di Inggris.

"Kim Jaejoong…." Panggil Yunho dengan suara rendah dan tegas yang membuat Jaejoong bergidik ngeri.

Jaejoong diam tak menyahut Yunho. Jantungnya berdebar-debar bukan karena gugup atau semacamnya melainkan lebih ke takut. "Ne?" cicitnya.

"Tak bisakah kau merelakan hari kerjamu sehari saja dan menikmati hari yang indah ini hanya berdua saja? Kau dan aku. Kita sedang berada di salah satu desa dengan pemandangan terindah di Inggris saat ini. Tak bisakah kau meluangkan waktu untuk hari ini saja, please?" kini giliran Yunho yang meminta pada Jaejoong. Jantungnya berdebar-debar menunggu jawaban Jaejoong ketika namja cantik itu masih saja terdiam.

Jaejoong terdiam memikirkan kata-kata Yunho. Sebenarnya, kata-kata Yunho memang ada benarnya. Mereka sedang berada di salah satu tempat dengan pemandangan terindah saat ini, itu pertama. Kedua, ini memang masih suasana libur akhir tahun. Ia juga dalam hati sebenarnya sangat ingin menghabiskan waktu disini bersama Yunho, mengingat sepertinya ini akan menjadi kesempatan yang langka. Tapi….dia mempunyai tanggung jawab dengan cafenya. Kalau bukan dia yang akan mengurus semua makanan dan pekerjaan disana, siapa lagi yang akan mengurusnya?

"Jaejoong…." Panggil Yunho pelan.

Panggilan Yunho membuyarkan Jaejoong dari lamunannya. Ditatapnya sepasang mata Yunho yang tengah menatapnya dengan pandangan memohon yang membuatnya semakin bingung. Jaejoong hanya dapat menghembuskan nafasnya pelan.

"Kau bisa menyuruh asisten kokimu dan manager café untuk menggantikanmu, kan?" usul Yunho begitu melihat kebingungan di mata Jaejoong.

Benar juga apa yang dikatakan Yunho! Dia mempunyai Perce yang ahli memasak dan juga Annabelle sabagai manager. Kenapa dia tak meminta tolong saja pada mereka berdua?. "Baiklah. Aku akan terima tawaranmu. Kita habiskan hari ini berdua. Kau. Aku. Clovelly" ujar Jaejoong sebelum akhirnya menelepon kedua teman sekaligus pegawainya tersebut. Ia harap, pengorbanannya tak sia-sia.

XoXoXoXo

Jalanan berbatu yang licin akibat sisa air hujan semalam membuat Yunho dan Jaejoong harus berhati-hati agar tidak terpeleset. Beruntunglah jalanan disini masih bersih dan belum berlumut karena kalau sudah berlumut pasti akan makin sulit bagi mereka untuk berjalan.

"Jadi, akan sarapan dimana kita?" tanya Yunho. Mereka memutuskan untuk sarapan diluar saja karena tak ingin merepotkan keluarga Huselton sekalian berpamitan. Bagaimana pun mereka ingin pulang lebih cepat.

"Aku tau tempat makan yang enak" ujar Jaejoong. Ia berjalan disamping Yunho, sembari menuntun kekasihnya ke sebuah café sederhana bernama La Puss.

Lonceng kecil diatas pintu berbunyi pelan ketika mereka berdua memasuki café tersebut. Jaejoong mengangkat tangannya, memanggil salah satu pelayan disana. "Pancake blueberry dan teh madu untuk dua orang" ujarnya pada seorang pelayan wanita berambut hitam keriting yang mengenakan seragam lusuh berwarna biru.

"Jadi apa demammu sudah turun?" tanya Jaejoong. Tangannya kembali memegang dahi Yunho. "Hmmm….sepertinya kau sudah tidak demam" simpulnya saat merasakan dahi Yunho yang sudah tidak sepanas tadi malam.

Yunho menarik tangan Jaejoong dan menggengamnya erat. "Sedikit banyak karenamu juga. Terima kasih sudah menghangatkanku semalam" ujar Yunho dengan senyuman jahilnya yang membuat Jaejoong blushing. Ia tau apa maksud perkataan Yunho.

"Ish!" Jaejoong mendecih melihat senyum Yunho. Ditariknya tangannya dari tangan Yunho. Tidak taukah namja bermata musang itu jika saat ini Jaejoong harus menahan rasa nyeri di pantatnya? Tadi malam adalah pengalaman pertamanya dalam bercinta sekaligus bercinta dengan sesama lelaki.

"Kemana lagi kita setelah ini?" tanya Yunho setelah mereka berdua selesai makan.

"Bagaimana kalau ke pelabuhan?" usul Jaejoong. "Pelabuhan disini sangat indah, kau tau?"

"Benarkah?" ujar Yunho. Jaejoong mengangguk menanggapi kata-kata Yunho.

Mereka berdua berjalan bersama menuju pantai sembari menikmati pemandangan indahnya kota Clovelly. Cottage-cottage berwarna putih berjejer dengan cerobong asapnya yang khas di pinggir jalan. Tak hanya itu, café dan toko souvenir pun juga banyak berdiri di pinggir jalan. Sesekali mereka menjumpai keledai milik warga yang tengah mengangkut barang dari pelabuhan.

Kini mereka berjalan menghampiri sebuah bangunan mirip pintu masuk tanpa gerbang dengan bagian atas yang melengkung yang menandakan mereka sudah sampai di pelabuhan. Tak jauh berbeda dengan jalan setapak yang mereka lalui tadi, jalanan di pelabuhan pun ternyata terbuat dari bebatuan yang telah ditata sedemikian rupa rapinya.

"Ah indahnya….." Jaejoong berteriak girang sembari berlari kecil kesana-kemari memandangi laut berwarna biru muda yang terhampar di hadapannya. Meski jam sudah menunjukkan pukul setengah sembilan pagi namun untunglah matahari pagi ini tidak bersinar terlalu terik sehingga mereka tidak perlu berpanas-panasan disini.

Lain Jaejoong, lain lagi dengan Yunho. Namja bermata musang itu menatap hamparan laut luas di depannya dengan intens. Seulas senyum terukir di bibirnya ketika sebuah kenangan indah terlintas dipikirannya.

Melihat Yunho yang diam saja membuat Jaejoong penasaran dan menghampiri kekasihnya. "Kenapa diam saja?" tanya Jaejoong.

Yunho menggeleng pelan. Senyum kecil masih menghiasi wajah tampannya. "Tidak. Aku hanya teringat sesuatu" ujar Yunho.

"Oh ya? Apa itu? Apa kau teringat rumahmu di Korea sana?" tanya Jaejoong.

"Yeah….kurang lebihnya begitu" ujar Yunho tanpa memandang wajah Jaejoong. "Tapi sebenarnya aku sedang memikirkan seseorang" ujar Yunho masih dengan senyumannya, namun kali ini ekspresinya berubah menjadi sedih.

"Siapa?" tanya Jaejoong hati-hati. Dalam lubuk hatinya, ia berharap seseorang yang dimaksud Jung Yunho adalah dirinya.

"Mantan kekasihku, Jang Yu Mi–"

Entah mengapa dada Jaejoong terasa sesak saat Yunho menyebut nama mantan kekasihnya.

"–dia cinta pertamaku"

Dan perkataan Yunho selanjutnya sukses membuat Jaejoong menahan nafas dan menahan air mata yang sebentar lagi sepertinya akan muncul di kedua bola mataanya.

Yunho menarik nafas dalam dan menghembuskannya perlahan. Ia menoleh untuk mengetahui reaksi kekasihnya. Ekspresi Jaejoong tak terbaca. Wajahnya tenang namun ia dapat melihat dari sorot mata namja cantik itu terlihat….errr…..cemburu?

"Memang apa hubungannya laut dengan dia?" tanya Jaejoong dengan nada sedatar mungkin. Meski sebenarnya ia kurang suka karena Yunho tiba-tiba mengungkit-ungkit masalah mantan kekasihnya.

Yunho menggeleng pelan. "Tidak ada" ujarnya. Ia kemudian mulai melangkahkan kakinya menyusuri bibir pantai. Jaejoong mengikuti di sampingnya. "Aku hanya merasa sifatnya mirip denganmu. Dia baik hati dan periang. Dia juga perhatian sama sepertimu, tapi tidak keras kepala" ujarnya sembari tersenyum kecil.

Jaejoong mempoutkan bibirnya mendengar kata-kata Yunho.

"Lalu dimana dia tinggal?" tanya Jaejoong.

"Seoul, sama sepertiku. Kami 1 kelas setidaknya sampai kelas 2 SMA" ujar Yunho.

"Aku harap kau tak akan bertemu dengannya lagi kalau sudah di Seoul nanti" balas Jaejoong dengan nada ketus. Pemikiran mengerikan tentang Yunho yang akan bertemu lagi dengan Yu Mi dan jatuh cinta lagi mendadak terlintas di benaknya. Ia tak ingin hal itu terjadi.

Yunho memandang Jaejoong. Senyum kecut terukir diwajahnya, sorot matanya memancarkan kesedihan ketika ia berujar, "Tenanglah. Aku tak akan pernah bertemu lagi dengannya" ujar Yunho. Saat Yunho mengatakan hal itu, Jaejoong merasakan perasaan aneh menghampiri hatinya. "Karena dia sudah tenang di alam sana" lanjut namja bermata musang itu sembari mendongakkan kepalanya ke langit biru yang luas. Saat itulah Jaejoong tau apa maksud perkataan Yunho.

"Maafkan aku. Aku tak bermaksud untuk mengungkitnya" ujar Jaejoong. Ia merasa bersalah karena telah cemburu pada orang yang sudah tiada.

Yunho tersenyum dan mengacak gemas rambut kekasihnya. "Tidak apa-apa. Aku tau kau tak bermaksud begitu" ujarnya maklum. "Lagi pula aku kan sudah memilikimu meski kau sedikit pemalu, cerewet, munafik, susah ditebak–" godanya yang membuat Jaejoong blushing.

"Ya! Ya! Hentikan! Aku tidak seburuk itu!" protes Jaejoong mendengar penuturan Yunho yang berhasil membuatnya kembali blushing dan langsung berjalan mendahului kekasihnya. Entah kenapa ia masih tidak bisa menghilangkan kebiasaan malu-malu kucingnya setiap Jung Yunho berhasil menggodanya.

Yunho hanya tersenyum kecil melihat kelakuan kekasihnya. Meski Jaejoong bukan cinta pertamanya, namun ia berjanji akan menjaga Jaejoong dan menjadikan namja cantik itu adalah cinta terakhir di hatinya. Selamanya.

XoXoXoXo

30 December 2013

Jam menunjukkan pukul tujuh malam waktu setempat. Jaejoong sedang duduk bersama Annabelle untuk menghitung biaya pengeluaran dan pemasukkan café selama bulan desember ketika terdengar suara Hyun Joong.

"Hai, Jaejoong, Annabellle" sapanya. Senyum kecil menghiasi wajah ramahnya.

"Hai" Annabelle mendongak membalas sapaan Hyun Joong. Sementara Jaejoong hanya tersenyum kemudian melanjutkan kembali pekerjaannya.

"Eung….Annabelle, can I talk with Jaejoong?" tanyanya. "Just me and he" imbuh Hyun Joong sembari menunjuk dia dan Jaejoong.

"Sure" jawab Annabelle. Ia kemudian berdiri dari kursi dan membereskan pekerjaannya.

"Sepertinya kau banyak pekerjaan" ujar Hyun Joong sembari melirik berbagai macam catatan dan struk yang tersebar di meja depannya.

"Yeah….begitulah" ujar Jaejoong tanpa mengalihkan matanya dari buku catatan kas bulanan cafenya. Tangannya sibuk menulis dan memencet-mencet tombol kalkulator.

"Jadi, bagaimana kabarmu belakangan ini? Apa kau baik-baik saja?" tanya Hyun Joong.

"Hmmm….yeah seperti yang kau lihat" Jaejoong masih menjawab tanpa menatap Hyun Joong.

Dalam hati, Hyun Joong sedikit kesal juga karena ia diabaikan oleh Jaejoong.

"Apa Yunho masih tinggal denganmu?" tanya Hyun Joong tiba-tiba.

Kali ini Jaejoong menghentikan gerakan menulisnya dan menatap Hyun Joong dengan pandangan ingin tau. "Yup. Aku rasa dia baru akan pulang sekitar tanggal 3. Kenapa, hyung?"

Hyun Joong menggeleng sembari tersenyum kecil. Namun kemudian ekspresinya tiba-tiba saja berubah serius. "Kau tidak curiga padanya atau bagaimana? Maksudku….bagaimana pun dia kan orang asing. Aku harap kau berhati-hati saja dengan kebaikan yang ia berikan padamu. Aku hanya tak mau kau salah paham" cerocos Hyun Joong panjang lebar.

Jaejoong mengerutkan dahinya. Ia tak mengerti perkataan kata sepupunya barusan. "Untuk apa aku curiga? Sejauh ini Yunho memerlakukanku dengan baik" ujar Jaejoong sedikit tak terima dengan kata-kata Hyun Joong.

"Kau tidak tau, Jae. Bagaimana pun, sikap Yunho terhadapmu terlalu berlebihan untuk ukuran orang asing. Aku hanya memeringatkanmu, aku harap kau tidak termakan semua tipuannya. Bisa jadi dia tak sebaik yang kau kira. Aku bisa melihatnya" jelas Hyun Joong lagi.

Jaejoong menarik nafasnya dalam-dalam dan menghembuskannya perlahan. "Hyung, langsung saja pada intinya. Aku tak paham maksudmu" ujar Jaejoong.

Hyun Joong mengetukkan jari-jarinya ke meja. Matanya diedarkan kesana kemari, seolah memastikan tak ada seorang pun yang mendengar mereka. Dan Jaejoong kembali dibuat bertanya-tanya atas sikapnya ini? Memangnya siapa lagi yang tau tentang Yunho di café ini selain mereka berdua? "Percayalah, Yunho tak sebaik yang kau kira. Aku yakin Yunho menyembunyikan sesuatu darimu. Aku hanya tak mau kalau yeah….dia memermainkanmu. Aku tau kau punya perasaan padanya" ujar Hyun Joong. Ia kemudian bangkit dari tempatnya duduk. "Aku pergi dulu. Ada urusan. Kalau ada apa-apa, hubungi saja aku. Aku akan selalu ada untukmu" ujarnya sembari mengacak rambut Jaejoong pelan.

Jaejoong hanya terdiam di tempatnya. Ia merasa kalau sentuhan Hyun Joong kali ini beda. Tak seperti biasanya, tak layaknya sentuhan hangat yang diberikan seorang kakak kepada adiknya. Bolehkah Jaejoong mengatakan kalau sentuhan tadi lebih mirip sentuhan seorang lelaki terhadap kekasihnya?

Bau gosong tercium dari dapur, membuat Yunho yang tadinya diam saja sembari menunggu masakan Jaejoong masak kini berlari menghampiri dapur dan cepat-cepat mematikan kompornya.

"Omo! Telurnya gosong!" Jaejoong yang baru sadar dari lamunannya kini menatap kaget telur di wajannya yang sudah berubah warna menjadi cokelat kehitaman. Yunho yang tadinya berada di ruang tengah kini langsung berlari menghampiri dapur karena takut terjaadi apa-apa dengan kekasihnya. Jaejoong hanya berdiri menatap Yunho, membiarkan kekasihnya itu memberesi semuanya, membuang telur yang gosong dan menyingkirkan wajan itu ke wastafel, mengalirinya dengan air sebelum mencucinya.

Kata-kata Hyun Joong tadi sore terus menerus terngiang-ngiang di kepalanya bagaikan alarm peringatan yang berbunyi tanpa henti. Jaejoong bukannya tak mengerti apa yang dimaksud Hyun Joong. Ia tahu apa maksud kakak sepupunya tentang Yunho. Jaejoong juga tau Yunho tipe lelaki penggoda. Ia tau dari pertama kali mereka bertemu, dari perlakuan Yunho padanya. Namun entah mengapa, ia merasa seperti terjebak oleh kebaikan dan kelembutan seorang Jung Yunho dan tak bisa lari dari semua itu. Meski begitu, di dalam hatinya saat ini, tak dapat ia ingkari ia takut akan sesuatu. Ia takut jika kata-kata Hyun Joong itu ada benarnya. Jika Yunho tak sebaik yang ia kira dan ada sesuatu yang Yunho sembunyikan darinya. Bagaimana kalau kenyataannya Yunho masih mencintai Yu Mi dan ternyata wanita itu belum meninggal seperti yang Yunho katakan? Bagaimana jika selama ini Yunho hanya memermainkannya dan ternyata dia sudah menjadi milik orang lain diluar sana? Semua pertanyaan itu kini berputar-putar di benak Jaejoong.

"Jaejoong? Kau baik-baik saja?"

Sebuah sentuhan lembut menyadarkan Jaejoong dari lamunannya. Hangat. Itulah yang hati Jaejoong rasakan setiap kali Yunho menyentuhnya. Jaejoong menatap balik sepasang mata musang didepannya yang tengah menatapnya intens.

"Kau baik-baik saja?" ulang Yunho ketika Jaejoong tak menjawab pertanyaannya yang pertama. Jujur saja, Yunho sedikit khawatir dengan Jaejoong. Sikap kekasihnya ini sedikit berubah sejak ia menjemputnya di café Jaejoong beberapa menit yang lalu. Yunho merasa ini ada hubungannya dengan Hyun Joong karena sesaat sebelum ia melihat Jaejoong keluar, ia sempat melihat Hyun Joong keluar duluan.

"Hyung" ujar Jaejoong lemah.

Tiba-tiba saja namja cantik itu memeluk Yunho dan menyandarkan kepalanya di dada bidang sang kekasih.

Hal ini membuat namja bermata musang didepannya mengerutkan kening bingung karena pelukan yang tiba-tiba ini. "Ne? Apa ada sesuatu?" tanya Yunho.

Dapat Yunho rasakan, Jaejoong menggeleng pelan di dadanya. Tangan namja cantik itu masih memeluk pinggangnya erat seolah tak ingin kehilangan dirinya. "Tidak" ujar Jaejoong pelan. "Aku hanya tak ingin kehilanganmu. Aku harap kau tak menyembunyikan sesuatu dariku. Aku harap, saat kemarin kau menyatakan cinta padaku itu benar. Bukan kebohongan. Aku benci dibohongi. Bohong itu menyakitkan" cerocos panjang lebar dengan suara yang masih pelan.

Yunho tak tau apa maksud perkataan kekasihnya. Dilepaskannya kedua tangan Jaejoong yang berada ditubuhnya. Dipegangnya kedua bahu Jaejoong dan ditatapnya dalam-dalam sepasang doe eyes indah didepannya. "Kim Jaejoong" panggil Yunho pelan, "Kau tak perlu khawatir dan meragukan perasaanku. Karena tak ada yang kusembunyikan darimu. Kau tak perlu khawatir kehilanganku, oke? I was single, but now I'm yours. Hanya kau seorang yang memiliki hatiku saat ini" ujar Yunho. Dituntunnya tangan kanan Jaejoong dan ditempelkannya ke dada kirinya. "See?" ujar Yunho. "Jantungku selalu berdegup kencang setiap aku berhadapan denganmu, Jaejoong-ah. Kau tau apa artinya kan?" ujar Yunho.

"Eung!" Jaejoong mengangguk pelan saat ia merasakan jantung Yunho yang berdebar-debar. Ia kemudian menatap sepasang mata musang Yunho. "Lalu, bagaimana dengan Yu Mi? Dia cinta pertamamu. Bukankah cinta pertama sulit hilang? Apa kau masih mencintainya?" berondong Jaejoong.

Yunho menggeleng pelan. "Tidak, Jae. Dulu mungkin aku memang mencintainya. Tapi dia sudah tidak ada. Aku ingin dia tenang di alam sana dengan merelakan cinta itu" ujar Yunho panjang lebar. Ia kemudian kembali menatap Jaejoong. "Cintaku saat ini hanyalah satu, hanya kau seorang"

"Are you sure?" tanya Jaejoong.

"Yeah. I'm sure" ujar Yunho. "And I love you" ujarnya sebelum akhirnya ia membungkam cherry lips Jaejoong dengan sebuah ciuman, meyakinkan segenap hati jika ia hanya mencintai namja cantik itu.

Untuk saat ini, Jaejoong bisa tenang. Meski hatinya belum sepenuhnya yakin dengan perkataan Yunho.

TBC

Anyeong. Maaf kalo updatenya lama -_-
Tapi tenang aja, saya lagi mikirin ide buat chapter terakhir kok. Jadi ini fict kagak terlantar kayak fict sebelumnya. Sebenernya bukan terlantar juga Cuma belum ada waktu buat ngetik -_- "

Ya sudahlah, terima kasih buat yg sudah review, favourite atau follow.

Oke. Saya pamit dulu. See ya in next chap :D

Sign

Duckymomo