Let Out The Beast


Semua pandangan teralih menuju pintu ruang utama yang diketuk tadi. Suara berat seorang pria dibalik pintu yang ditutup itu membuat mereka merinding dibuatnya. Panik, tentu saja mereka panik terutama kedua namja ini Kai dan Luhan.

Dengan segera Injeon beranjak menuju pintu utama rumah gubuk mereka. Postur tubuhnya memberi isyarat kepada Kai dan Luhan agar segera pergi keluar dari ruangan ini. Kedua namja itupun mengangguk mengerti.

Kai berjalan menuju pintu belakang rumah diikuti oleh Luhan dibelakangnya yang berjalan cukup kepayahan karena kondisi kakinya masih belum sepenuhnya sembuh. Namja besurai silver itu sama sekali tak memperdulikan kondisi Luhan, ia tetap berjalan dengan terburu-buru menjauh dari rumah.

Keringat sudah berlinangan dipelipis Luhan, tangan mereka terasa sangat lengket oleh keringat dingin. Didalam pikiran mereka sekarang hanya tercuat pertanyaan itu.

'apa yang akan terjadi bila aku tertangkap?'

Sekarang semua bisa saja terjadi ditambah kejadian selebaran pengumuman yang beredar membuat orang-orang semakin nekat untuk mengejar anak spesial yang memiliki kekuatan.

Mereka bedua tengah sibuk dengan pikiran mereka masing-masing sehingga tidak memperdulikan Jooeun yang tidak mengikuti mereka keluar dari rumah seperti perintah dari Paman Injeon.

"Dimana nuna-mu?" tanya Luhan setelah menyadarinya terlebih dahulu Jooeun tidak mengikuti mereka keluar. Kai segera melihat sekelilingnya seperti orang kebingungan mencari nuna-nya.

"Bukankah nuna-ku tadi ikut berjalan mengekor dibelakang kita?"

Hening. Tiada suara yang terdengar kecuali hembusan angin. Mereka saling bertukar tatapan hingga menatap satu sama lain dengan air muka yang tak bisa dimengerti. Suasana hening semakin membuat mereka merasa panik dan takut lagi.

"Nuna-mu jelas tidak mengikuti kita Kai" jelas Luhan akhirnya mengeluarkan suaranya.

Namja yang Luhan tatap sekarang hanya kembali memandang rumahnya, tatapannya memperlihatkan rasa khawatir pada orang-orang dirumah itu. Mereka tidak mungkin kembali kerumah itu lagi sekarang karena mereka berdua telat bersembunyi dihutan rimbun gelap ini.

Luhan ikut memandang rumah kecil ditengah hutan itu dari kejauhan, sekarang mereka hanya bisa menunggu sampai ada hal yang dapat menandakan mereka harus menunggu, pergi atau bahkan kembali masuk menuju rumah tersebut.


Injeon perlahan memutar kenop pintu utama rumah. Terlihat beberapa pria berbadan cukup besar sudah menunggu pintu untu dibuka dengan tidak sabaran. Tampang mereka nampak seperti para preman pasar atau pemburu bayaran. Wajah mereka sama sekali tak menunjukkan keramahan sedikitpun kecuali namja yang berbadan agak kecil dari yang lainnya.

"Selamat malam, apa Kai dan Luhan ada disini?" tanya Pria itu mencoba untuk bersikap sopan, ia terlihat seperti pemimpin dari kelompok itu.

'Luhan?' ulang Injeon didalam hatinya saat mendengar nama itu keluar dari bibir Pria didepannya.

"Permisi kami datang kesini untuk mencari kedua orang itu. Bisakah anda menyerahkan kedua orang itu pada kami sebelum kami melakukan kekerasan atau menggeledah rumah kalian" tegas Pria itu sekarang masih mencoba untuk bersikap ramah pada Injeon.

"Mereka tidak ada disini, kau pasti salah.." Jooeun keluar menghampiri mereka karena sudah tidak sabar menunggu didalam dapur dengan melihat aura mendesak para kelompok ini. Wajahnya terlihat sangat dingin dan kesal.

Dengan melihat ekspresi wajah Jooeun, senyuman diwajah Pria pemimpin itu semakin terkembang dibuatnya. Ia seperti mencoba menahan tawanya.

"Wah siapakah wanita ini? Ingin mencoba berbohong padaku?" ledek Pria itu.

Kepala Jooeun mulai terasa memanas karena Pria didepannya, Injeon mencoba untuk menenangkan Jooeun dengan menepuk bahunya pelan.

"Maaf kami tidak tahu dimana Kai dan Luhan, kalian pasti salah rumah" jelas Injeon sekarang yang berusaha untuk meyakinkan mereka.

"Terlihat sangat jelas wanita ini sangat emosi dan menginginkan kami pergi.." Pria itu menatap para anggota kelompoknya dan mereka semua saling tertawa satu sama lain. Suara Pria itu benar-benar tedengar menyebalkan dipendengaran Jooeun.

"Kalian orang bodoh! Cepat pergi dari rumah kami!" kepala Jooeun sudah mendidih sekarang, emosinya begitu saja meluap hingga mengucapkan kata yang cukup keras pada pemimpin kelompok.

Tanpa menunggu perubahan atau reaksi dari Jooeun, Pria ini sudah menatap yeoja itu dengan tatapan dinginnya yang sangat datar.

"Mereka disini. Cepat geledah rumah mereka" perintah sang ketua anggota.

Satu-persatu tanpa ijin orang-orang anggota kelompok Pria itu masuk kedalam rumah, Jooeun dan Injeon tentu saja semakin panik. Dengan segala cara Injeon menghentikan mereka agar tak menggeledah lebih dalam rumah mereka.

"Kalian tidak boleh masuk" Jooeun mencoba menhan pria berbadan besar yang adalah bodyguard dari pemimpinnya.

"Seharusnya kau tidak berbohong padaku" Ia menarik rambut hitam panjang Jooeun dengan emosi, dijambaknyalah dengan keras. Pria itu menjabak rambut Jooeun hingga terasa membuat ubun-ubunnya perih dan panas. Serasa semua rambut Jooeun akan lepas saat itu juga.

"KYAAAH"


"KYAAAAH"

Mendengar suara teriakkan dari nuna-nya Kai segera mengalihkan pandangannya pada rumah itu, dan segera melangkahkan kakinya kembali. Tetapi tiba-tiba saja tangan Luhan menarik lengan namja itu, berusaha menghentikan Kai yang akan kembali kerumahnya.

"Tunggu, sebaiknya kau jangan kembali kerumah.." ingat Luhan.

Kai terdiam. Menatap Luhan dengan tatapan dinginnya, melepas tangan Luhan yang memegang lengannya. Luhan terdiam tidak mengerti menatap Kai yang menunduk.

"Aku akan menyelamatkan mereka" gumam Kai pelan.

Luhan kembali menarik lengan Kai, mencengkramnnya dengan cukup keras hingga membuat namja itu menatap Luhan sekarang. Wajah Luhan terlihat panik, tentu saja dengan ide Kai yang ingin kembali kerumahnya. Apa namja didepannya ingin mengorbankan hidupnya dengan kembali kerumah itu?

"Kau bisa dibunuh mereka kau tau? Kau mempunyai kekuatan?!" suara Luhan mulai meninggi karena emosi. Ia mencengkram kerah baju Kai agar namja itu mau mendengarnya.

"Untuk apa kau mempunyai kekuatan bila tak menggunakannya untuk menolong seseorang yang sangat kau sayangi?"

Suara dingin Kai terdengar, membuat cengkraman tangan Luhan dikerah bajunya mengendur. Perkataan namja itu seakan menamparnya kedunia nyata. Kai benar, mereka mempunyai kekuatan.. Kenapa mereka tak mengeluarkan kekuatan itu untuk membantu orang lain dan malah kabur meninggalkan orang yang tidak bersalah disana.

Namja bersurai silver didepan Luhan segera melepas tangan Luhan dari kerah bajunya. Namja itu berjalan kembali menuju rumah meninggalkan Luhan yang masih terdiam ditempatnya berdiri.

Berbagai pikiran berkecamuk diotaknya, namja ini benar-benar pengecut. Ya pengecut yang sangat besar, ia tak mengakui dirinya sendiri, mengakui dirinya yang menyimpan kekuatan besar didalam dirinya sendiri.

Dia benci untuk mengakui dirinya sendiri, untuk itu jelaslah namja ini harus dipanggil sebagai pengecut sekarang. Pengecut yang hanya bisa berlari dari kenyataan.

"Argh! Sial!"

Umpat Luhan menendang udara kosong didepannya.


"Hentikan jangan sakiti dia" pinta Injeon. Pria yang memegangi Jooeun sama sekali tidak perduli walau Injeon sudah memohon padanya. Salah satu dari orang itu malah menendang Injeon, hingga membuat Pria paruh baya itu terjungkal kebelakang.

"Lepaskan aku!", pekik Jooeun yang sudah marah, dikedua matanya sudah terlinang airmata.

Melihat kejadian ini orang-orang asing yang berada rumah kecil itu malah tertawa, seakan melihat pertunjukkan yang sangat dramatis didepan mereka.

"Ini salah kalian sendiri tidak mau memberitahu dimana bocah-bocah pengecut itu"

Pria ini menarik rambut Jooeun yang telah didenganggamnya, berusaha membuat Jooeun segera menatapnya. Dengan tatapan penuh amarah Jooeun menatap Pria itu. Wajah Pria didepannya sangat santai, bahkan tersenyum puas pada Jooeun.

"Kau mau lebih sakit dari ini?" Tanya Pria itu.

Jooeun tak menjawabnya, wajahnya semakin keras. Ia terdiam sambil terus memandang Pria didepannya, lalu dengan sengaja meludah kewajah Pria yang menjambaknya. Refleks, Pria itu segera melemparnya kelantai.

"Dasar wanita jalang!"

Jooeun segera memejamkan matanya untuk menunggu pukulan keras atau tamparan keras yang akan datang padanya.

"Jangan sentuh nuna-ku! Sialan"

Suara berat namja itu terdengar, namja yang memang berumur lebih muda dari Jooeun. Perlahan Jooeun membuka matanya yang terpejam, terlihat didepannya Kai yang sedang menahan tangan Pria yang tadi menjambaknya. Jooeun menatap adiknya tidak percaya, seharusnya namja itu sudah pergi dari sini.

"Kai?! Apa yang kau lakukan disini?" Tanya Jooeun panik.

"Aku tidak mungkin membiarkan nuna, dan paman-ku terluka" desis Kai yang sekarang telah mencengkram tangan Pria itu dengan kuat.

Clap Clap Clap

Suara tepukkan tangan terdengar dari pemimpin kelompok ini, ia tertawa melihat Kai yang sedang emosi bahkan sangat emosi didepannya. Sepertinya rencana pemimpin kelompok itu berhasil, dia memang harus membuat Kai marah agar mengeluarkan kekuatannya.

"Kai! Tahan dirimu cepat pergi dari sini!" teriak Jooeun sudah benar-benar terlihat panik.

"Ya betul, larilah Kai, seperti dulu saat kalian bertiga meninggalkan istana. Pengecut, orangtua kalian juga penghianat negara, bagaimana bisa mereka menjadi Raja dan Ratu?"

Dep

Saat itu juga pandangan Kai terasa buram dan gelap, amarah benar-benar menguasai dirinya. Ia mencengkram dengan kuat tangan Pria yang tadi menjambak Jooeun dan melemparnya hingga membentur dinding.

"Kai?! Andwae?!" teriak Jooeun mencoba mengalihkan fokus Kai tetapi tetap saja namja itu sudah tidak bias mengontrol dirinya lagi sekarang.

Ziiing

Tiba-tiba Kai berdiri tepat didepan pimpinan kelompok itu, dengan kecepatan seperti kilat kepalan tangan Kai sudah melayang sampai akhirnya menyentuh wajah pimpinan kelompok itu dengan sangat keras. Pria itu terpental hingga menabrak sofa diruang tamu. Selanjutnya Kai kembali menggunakan kekuatan teleport-nya saat ia ingin dipukul atau ingin menyerang mereka. Orang-orang itu cukup kuwalahan melawan Kai yang bias menghilang begitu saja, kekuatan Kai benar-benar baru mereka lihat sekarang. Kekuatan namja itu sangatlah berbeda

Saat ingin memukul salah satu anggota kelompok itu, tiba-tiba saja serasa kepala Kai dipukul oleh benda tumpul dari belakang, refleks Kai segera membalikan badannya dan menyikut leher orang yang memukulnya dari belakang. Sambil menahan perih dikepalanya Kai terus berusaha untuk melawan kedua orang itu.

Injeon segera membantu dengan menyikut dagu orang yang menahannya, lalu menendang perut orang itu dengan dengkulnya dan memukul wajahnya hingga orang itu pingsan sesaat. Injeon berlari untuk menghampiri Jooeun yang masih tidak berdaya dilantai, entah sejak kapan tangan yeoja itu telah terikat. Pria paruh baya ini segera membuka ikatan ditangan Jooeun.

Ikatan ditangan Jooeun terlepas, Injeon baru saja ingin membantu Jooeun untuk berdiri terlihat Kai yang ambruk didepan mereka. Terasa seperti slow motion saat Kai perlahan terjatuh, ingin menyentuh lantai.

Orang yang tadi memukul kepala Kai segera berdiri, berniat untuk melakukan pukulan kedua ke sasaran empuk didepannya. Jooeun syok melihatnya dan menggeleng.

"Andwae?!"

Praaak

Jooeun dan Injeon terdiam. Kai masih berusaha untuk bangkit berdiri sementara kepala orang itu sudah berlinangan darah, sedetik itu juga orang itu langsung ambruk kelantai. Sepertinya tadi ada yang melayang dan memukul kepala orang itu dengan keras.

Mereka masih terdiam dengan bingung, lalu muncullah namja yang sangat familier untuk mereka. Namja itu berlari masuk kedalam, menghampiri Kai yang sedang menahan perih dikepalanya.

"Kau tidak apa-apa?" tanya Luhan khawatir.

Kai hanya menggeleng, lalu ia berusaha bangkit lagi. Luhan membantu Kai berdiri.

"Biar aku yang mengurus mereka, terimakasih telah menyelamatkanku tadi" ucap Kai dengan nada memerintah, menahan Luhan disampingnya.

Reaksi Luhan menimbulkan tanda tanya pada Kai, namja disampingnya itu hanya terkekeh pelan. Kai menatap Luhan, Luhan menyeringai dengan semangat.

"Sepertinya asik juga kalau aku ikut bermain" gumam Luhan lalu tiba-tiba pot besar disudut ruangan melayang hingga memukul sekerumunan orang yang ingin menyerang mereka.

Tentu saja Kai terlihat kaget, dahinya mengerut menatap Luhan dengan heran.

"Jangan bilang kau.."

"It's show time"

Luhan memotong perkataan Kai lalu dengan cueknya maju melawan orang-orang asing yang ingin menangkap mereka. Kai tak kuasa menahan seringaiannya, ia-pun ikut melawan kelompok itu walau kepalanya belum terasa mendingan sepenuhnya.

Mereka akhirnya mengeluarkan kekuatan masing-masing. Kai dengan teleport -nya, sementara Luhan dengan telekinesis -nya. Kelompok itu benar-benar tidak bisa melawan kekuatan kedua namja ini hingga akhirnya mereka memutuskan untuk lari, termasuk ketua kelompok mereka.

Sebagian sisa dari mereka hanya merintih kesakitan dilantai, bahkan ada yang sudah pingsan disana. Luhan segera membantu Kai berjalan, karena kondisi kepalanya belum terlalu baik, sementara Injeon dan Jooeun ikut membantu disampingnya. Mereka keluar dari sana, berlari masuk kedalam hutan lagi, sama seperti saat Kai melarikan diri dari istana. Ia merasakan kembali seperti de ja vu, sebelum akhirnya pandangannya benar-benar gelap.


Keempat orang itu menghentikan kegiatan melarikan dirinya karena merasa sudah berada jauh kedalam hutan. Sinar matahari masuk melalui sela-sela dedauan yang bergoyang karena terbawa angin. Suara air terjunpun terdengar disekitar mereka, tidak ketinggalan air itu membawa suara gemericik yang menenangkan pikiran siapapun yang mendengarnya.

Setelah mengecek keadaan Kai yang masih tidak sadarkan diri. Yeoja bersurai hitam itu segera menghampiri satu namja lainnya yang berada disana. Ia menghampiri Luhan yang sedang duduk menyandarkan dirinya dibatang pohon sambil memejamkan matanya.

"Luhan"

Sontak namja yang dipanggil segera membuka matanya yang terpejam, ia melihat Jooeun yang sekarang berjalan kearahnya lalu menempatkan diri untuk duduk didepan namja itu.

"Kakimu telah sembuh?" tanya yeoja didepannya sambil melirik kaki Luhan yang sudah benar-benar sembuh.

Dengan pelan Luhan menganggukkan kepalanya. Saat namja ini menggunakan kekuatannya pasti apa yang sedang sakit langsung sembuh dengan sendirinya. Luhan takut, tentu saja namja ini takut. Ia merasa seperti makhluk yang aneh, oleh karena itu Luhan memilih tidak memakai kekuatannya dalam kondisi apapun dan membiarkan luka-lukanya sembuh dengan pengobatan normal. Tetapi kemarin adalah hal yang mengharuskannya untuk menggunakan kekuatan yang dimilikinya, Luhan gagal untuk menyembunyikan telekinesis yang dimilikinya.

Jooeun merasa Luhan enggan untuk menatapnya. Yeoja ini mengerti, Luhan tidak ingin Jooeun bertanya lebih lanjut tentang apa yang tadi terjadi. Sepertinya namja itu benar-benar tidak ingin kekuatannya diketahui oleh orang-orang selain dirinya. Ditambah lagi, ia harus menutupi kenyataan itu karena mereka menjadi incaran kerajaan.

"Paman Injeon tadi menemukan buah-buahan yang cukup segar dan bisa mengisi perutmu sesaat" ucap Jooeun tersenyum pada Luhan. Jooeun merasa namja itu sangat ketakutan tidak seperti Kai yang memang memiliki orang-orang untuk mendukung kekuatan yang dimilikinya.

Baru saja Jooeun ingin berdiri dan kembali menghampiri Kai, suara Luhan akhirnya terdengar.

"Aku seorang monster kan?"

Pertanyaan itu keluar seperti bisikkan kecil dari bibir Luhan.

Jooeun mengalihkan pandangannya menuju Luhan yang masih belum bergerak sedikitpun dari posisi duduknya tadi.

"Apa yang kau bicarakan?"

Entah mengapa mendengar pertanyaan balik Jooeun, Luhan malah memaksakan tawa sakratisnya kepada yeoja itu. Sekarang namja ini menatap Jooeun sambil tersenyum sinis.

"Aku memiliki dosa ini, kekuatan ini" Luhan menunduk, menatap kedua tangannya dengan tatapan kosong. Hal itu tentu saja membuat Jooeun prihatin melihat namja itu, jelas terlihat dari matanya Luhan membenci dirinya sendiri karena mempunyai kekuatannya.

Dengan hati-hati Jooeun kembali berjalan kearah Luhan, yeoja ini menempatkan dirinya untuk duduk disamping Luhan tanpa sepengetahuan namja itu. Hening, Luhan masih sibuk bergelut dengan pikirannya sendiri sementara Jooeun memastikan waktu yang tepat untuk mengajak namja itu mengeluarkan suaranya lagi.

"Luhan.." gumam Jooeun yang akhirnya memutuskan untuk mengeluarkan suaranya duluan untuk memecah keheningan diantara mereka.

Luhan mengangkat sedikit kepalanya untuk melihat Jooeun. Yeoja itu menarik napasnya dalam, memastikan dirinya untuk berani menanyakan hal yang lebih jauh tentang namja disampingnya.

"Untuk apa kau pergi dari tiap desa ke desa lain?"

Mendengar pertanyaan itu Luhan hanya menghela napasnya. Ia tidak biasa menceritakan tentang dirinya kepada orang lain, entah mengapa Luhan tidak ingin banyak orang yang mengetahui mengenai dirinya lebih lanjut. Namja ini tepatnya memilih untuk menutup dirinya sendiri.

"A.. Aku hanya ingin mencari orangtuaku" jawab Luhan pelan.

Jooeun menunggu jawaban Luhan yang memang terdengar sengaja ia buat menggantung.

"Aku ingin mencari keluargaku kesetiap desa, mereka meninggalkanku saat aku berumur 6 tahun. Aku saat itu tidak mengerti apa-apa, Ayahku membawaku pergi kepasar untuk membeli makan malam kami lalu saat sampai didepan sebuah toko Ayahku memintaku untuk menunggunya karena dia melupakan sesuatu tetapi dia tidak kembali setelahnya dan aku terus menunggu sampai larut malam.."

"Saat itu ada wanita paruh baya yang menemukanku, aku dibawa kerumahnya dan dia merawatku sampai aku besar. Aku berusaha menutupi kekuatanku, aku tidak ingin memperlihatkannya karena aku tahu semua orang akan ketakutan saat aku menggunakannya, tetapi hari itu aku tidak sengaja menggunakan kekuatanku untuk melindungi wanita paruh baya yang selama ini merawatku"

Kenangan akan beberapa hari yang lalu, saat Luhan akhirnya memutuskan untuk menggunakan kekuatannyapun terputar dipikirannya. Terkadang ia menyesali keputusannya untuk memakai kekuatannya tetapi hal itu mungkin akan membuatnya semakin menderita melihat wanita paruh baya itu disiksa didepannya. Luhan menarik napasnya dengan sangat berat sementara Jooeun tetap menunggu cerita dari namja ini lebih lanjut.

"Hari sebelum Kai menemukanku, aku memutuskan untuk menggunakan kekuatanku. Wanita itu terlilit banyak hutang, para penagih hutang itu datang kerumah kami. Aku tentu saja tidak bisa membiarkannya disiksa seperti itu, hingga akhirnya aku melawan mereka.."

"Kau.. Monster!"

Siiing

Ucapan wanita yang selama ini merawatnya itu dan bahkan sudah namja ini anggap sebagai ibunya sendiri tertanam dipendengarannya. Kata itu keluar langsung dari bibir wanita itu dengan seluruh perasaan takut yang dimilikinya ketika melihat Luhan menggunakan kekuatannya. Sesaat itu juga namja ini lari, lari sekuat tenaga untuk meninggalkan wanita yang masih ketakutan saat melihatnya.

Luhan kembali memejamkan matanya, ia berusaha menetralkan pikirannya untuk kembali bercerita pada Jooeun.

"Tanpa sadar aku telah berlari meninggalkan rumah itu, dan orang-orang desa mengejarku. Keberuntungan berpihak padaku malam itu, aku berhasil meloloskan diri dari mereka"

Sekarang Luhan tersenyum walau senyuman itu terlihat sangat masam, Jooeun tahu Luhan merasa benar-benar bersyukur namja itu bisa melepaskan diri dari kejaran orang-orang desa.

Jooeun mengalihkan pandangannya dari Luhan kemudian melihat aliran sungai didepan mereka yang berjalan dengan sangat tenang. Suaranya membuat pikirannya menjadi tentram. Suasana itu sangatlah damai untuknya.

"Kau tidak perlu membenci dirimu, bukan salahmu kau memiliki kekuatan itu.. Kau dan Kai memiliki kesamaan itu, dulu dia sangat membenci dirinya sendiri karena kekuatan yang dimilikinya tetapi karena kami sangat mendukung kekuatan yang dimilikinya ia perlahan berubah. Semakin lama Kai bisa menerima kekuatannya"

Yeoja bersurai hitam pekat itu merapihkan rambutnya yang berantakan karena terbawa angin, ia menyelipkan helai rambutnya yang tadi terbawa angin dibalik telinganya. Lalu yeoja itu tersenyum menatap Luhan.

"Kau harus belajar menerima kekuatan itu, aku yakin suatu saat nanti kekuatanmu itu akan sangat berarti bagi orang lain"

'berarti bagi orang lain'

Luhan terdiam mendengar akhir kata yang diucapkan oleh Jooeun. Ia bertanya kepada dirinya sendiri, namja ini tidak pernah berpikiran untuk menggunakan kekuatannya untuk membantu orang lain. Luhan menatap kedua tangannya lagi, mengepal tangannya dengan erat.

"Kau yakin kekuatanku akan berarti bagi orang lain?"

Suara namja itu terdengar sangat pelan dan ragu. Tanpa menjawab Jooeun mengangguk dengan yakin.

"Ada alasannya kenapa kalian menjadi 'spesial', saat ini kurasa kalian hanya tidak mengetahui alasan kalian menjadi 'spesial' itu. Satu-satunya awal cara kalian mengerti alasan ini adalah menerima kekuatan kalian dan jangan membenci diri kalian sendiri"

Jooeun kembali tersenyum pada Luhan, yeoja itu segera berdiri dari tempatnya duduk lalu menepuk bahu Luhan pelan. Jooeun seakan memberikan semangat pada Luhan, ia merasa Luhan sangat mirip dengan kejadian yang dialami adiknya dulu hingga membuat yeoja ini seperti harus mendukung Luhan juga sama seperti ia mendukung Kai dulu.

"Jooeun-nuna, Luhan. Paman Injeon menyuruh kita untuk bersiap-siap, ia menemukan tempat kita tinggal untuk sementara" ucap Kai berjalan menghampiri mereka berdua. Entah sejak kapan namja itu telah terbangun dari tidurnya tadi.

Sekarang Luhan yang bangkit dari duduknya, ia membersihkan debu dicelananya sebelum beranjak menghampiri Kai dan Jooeun yang sudah berjalan didepannya. Luhan menghela napasnya untuk kesekian kalinya saat itu.

"Jooeun, Kai"

Panggil namja itu pelan tetapi sangat jelas terdengar hingga membuat kedua kakak-beradik didepannya menoleh untuk melihat Luhan.

"Boleh aku bergabung dengan kalian?"

Pertanyaan Luhan terdengar sangat ragu. Ia ingin belajar dari Kai untuk menerima kekuatannya seperti yang tadi dikatakan Jooeun dan ia juga perlu mendapatkan dukungan dengan kekuatan yang dimilikinya ini. Luhan hanya tidak ingin sendirian lagi.

Senyuman Jooeun terkembang begitupula dengan senyuman Kai, mana mungkin mereka menolak seseorang yang membutuhkan mereka saat ini.

Tangan Jongin-pun terulur pada Luhan, membuat namja itu terdiam menatap tangan Kai yang terulur padanya. Namja itu menatap Luhan seakan memerintahkan namja ini untuk meraih tangannya. Dan Luhan melakukan hal yang diperintahkan oleh tatapan Kai, ia meraih tangan Kai. Terasa seperti slow motion saat Luhan meraih tangan Kai. Mereka menyambut namja ini dengan sepenuh hati.

Luhan tersenyum. Ia menemukan keluarga barunya.

To be Continued

Guilty update!
Finally!
Kyaaaa~ Kyaaaa~ (abaikan -_-v)

Akhirnya bisa lanjut ff ini setelah meng-hiatus setelah sekian lama.. *sobs*
Selamat membacaaa ^^

Daisukiiii~
Fighting!

-deerskin94