UPDATE SSU~

Chiyoko hana chapter 10! Akhirnya sampe juga chapter 10-nyaaa~ XDD
Yak! Memang beginilah sifat Saki, update sesuka hati, perintah orangtua buat belajar di abaikan~ nyahahahaha~ *dibantai*

Uhuk, lupakan.
daann, setelah dilihat-lihat, rupanya ada banyak diantara reader-tachi yang bertanya-tanya siapa itu Hanamiya Makoto dan apa hubungannya dengan [name].

Dan jawabannya akan ada di chapter depan! Bukan chapter ini~ *slap*
chapter kali ini dijamin bakal panjaaaangggg~ karena akan ada banyak konflik didalamnya, eaa~
dan tentu akan ada fanservice juga~ khusus! Siapakah orangnya? Silahkan lihat sendiri. *tendang*

Desclaimer: Kuroko no Basuke milik Fujimaki Tadatoshi-sensei! Kalau KnB punya Saki, Aomine akan berkulit putih, Kuroko jadi tinggi~ (kayak Karoku dari anime K*rneval!), dan Momoi akan 'rata'! *dibunuh fans Momoi*. Chiyoko Hana milik Saki seorang dan OC yang muncul milik pemiliknya masing-masing, haha :v *duagh*

Dan terima kasih banyak buat beta reader Saki, yaitu adik Saki sendiri yang mau-maunya disuruh Saki buat ngedit fic super panjang ini, nyahahahaha~
tapi kalau tetap masih ada TYPO, ya sori

Genre : Humor, Friendship, Romance, SchoolLife, canon? Nggak deh kayaknya,

Rated : T

WORDS COUNT : 12.982 words

WARNINGS! : Abal, OC everywhere, TYPO(S) bertebaran, alur maju mundur, POV berganti sesuka hati, dan warning-warning lainnya yang silahkan dicari sendiri sebab Saki malas nyebutinnya. *bakar*.

Siapkan diri kalian karena chap kali ini memang panjang banget...

DON'T LIKE DON'T READ~ *berubah lagi... -_-*

OK! Langsung saja~

READY...

GO!

.

.

.

READER POV

'Nii-chan! Ne~, nii-chan, ayo kita kesana!' tangan kecilku meraih pergelangan tangannya yang jauh lebih besar dariku. Aku menariknya menuju salah satu permainan kesukaanku. Komedi putar. Ia sempat memintaku untuk tidak berlari bahkan ia langsung mengangkat tubuhku. Setibanya di pinggir komedi putar ia membantuku menaiki tempat duduk berbentuk kuda, saat komedi putar itu mulai berputar, ia terus menatapku sambil tersenyum. 'Ahaha~ nii-chan!' aku berseru sambil melambaikan tanganku padanya.

Tak lama kemudian, komedi putar itu berhenti, aku melompat turun dari atas mainan berbentuk kuda itu dan berlari kearah dimana ia berdiri. Merentangkan tangannya lalu merengkuh dan mengusap kepalaku. Aku tersenyum tentu saja.

Setelah itu, kami membeli es krim. Aku rasa vanilla sementara ia membeli rasa coklat. Kami memakan es krim itu sambil duduk di salah satu bangku yang ada.

Saat aku sedang menjilat es krimku, tiba-tiba saja ia berdiri. 'Tunggu disini sebentar ya, ada yang ingin nii-chan lakukan.' Aku mendengar ia berkata seperti itu seraya mengusap kepalaku. Aku menganggukkan kepalaku dan sentuhan itu pun menghilang. Bersama dengan punggungnya yang berjalan menjauhiku.

Aku terdiam, sambil terus menghabiskan es krimku. Suara riuh disekitarku tak ku hiraukan. Orang-orang yang berlalu lalang seakan-akan tidak pernah ada. Aku sibuk dengan duniaku sendiri. Menanti sampai ia kembali.

Tiba-tiba saja aku merasakan ada yang menepuk pundak kananku. Aku berpikir bahwa itu adalah dia, tapi ternyata bukan. Alih-alih seorang kakak yang selalu berada disisiku, yang kutemukan adalah seorang paman bermasker. Aku terdiam.

Kalau ada orang asing yang mencurigakan, biarkan saja, tidak usah diladenin. Itu kata tou-san.

Paman itu tiba-tiba saja berjongkok didepanku dan mengeluarkan sesuatu. "Adik manis, namamu siapa?". Aku menatap paman itu.

Hm, jika ada orang bertanya harus dijawab, ingat sopan santun. Itu kata kaa-san.

"[name], namaku [name]." Aku menundukkan kepalaku. Es krim kesukaanku kini kubiarkan. Aku terlalu gugup. "Maaf, paman siapa ya?" tanyaku, paman itu tidak menjawab, malahan aku merasakan ia berdiri, dan terdengar sedang mencari sesuatu dari kantung jaketnya.

"Paman punya permen loh, ini enak. Mau?" aku menatap wajah paman itu, lalu melihat kearah permen ditangannya.

.

.

.

.

.

.

"Tidak paman, terima kasih, aku tidak suka permen. Kata nii-chan permen bisa membuat gigiku berlubang dan gigi berlubang itu rasanya tidak enak." Jawabku sambil menatap paman itu lekat-lekat. Aku melihat paman itu menepuk dahinya. Kenapa? Apa aku salah jawab?

Jangan pernah menerima barang dari orang tidak dikenal. Itu salah satu dari ratusan nasihat yang nii-chan katakan.

Kulihat paman itu kembali berjongkok didepanku.

"[Name]-chan mau ikut paman? Kita main ke taman bermain." Ucap paman itu. Aku mengernyitkan dahi. Aku menjawab. "Loh? Paman ini lupa atau gimana? Kita kan sudah ada didalam taman bermain?" dan kali ini kulihat paman itu berdiri dan membenturkan dahinya ke pohon didekatku.

Aku salah lagi? Nggak kan ya? ini kan memang sudah di taman bermain.

Paman itu berjalan lagi menghampiriku. "Adik manis datang kesini sama siapa?" aku tersenyum. "Sama nii-chan!" aku menjawab dengan semangat. "Ohh, dimana dia?" tanya paman itu.

"Nii-chan sedang pergi sebentar, mungkin kekamar mandi?" aku tidak tahu kemana ia pergi, jadi itulah yang kujawab.

"Kalau begitu mau cari nii-chan mu sama paman?" tawar paman itu. Aku tertegun. Gimana ini?
ah, aku ingat sesuatu.

"Tidak, terima kasih paman. Nii-chan berkata aku harus menunggunya disini dan tidak pergi kemana-mana." Aku tersenyum kecil mengingat apa yang tadi ia katakan padaku.

Tiba-tiba saja aku merasakan sesuatu yang lengket mengalir di tanganku. Ah! Es krimnya!.

Aku segera berdiri dan berjalan meninggalkan paman itu kearah tempat sampah terdekat. Membuang es krim itu dan berjalan kembali ke tempat dudukku tadi. Baru beberapa detik aku duduk, terdengarlah suara orang yang kutunggu dari tadi.

"Yo [name]-chan. Maaf menunggu lama ya, tadi toiletnya benar-benar ramai." Aku tersenyum dan segera berlari kearahnya.

"NII-CHAN! Aku sudah menunggumu dari tadi loh!" aku memeluknya erat. Setelah melepas pelukanku, aku meraih tangannya, kulihat ia mengernyitkan dahinya.

"Tanganmu kok lengket, [name]-chan?" aku tertawa kecil. "Gomenne, tadi es krimnya meleleh." Ia segera mengeluarkan sapu tangan, ia membasahinya sedikit dengan air lalu membersihkan tanganku. Setelah itu dia menggendongku. Aku sudah berumur enam tahun tapi ia bilang aku sama sekali tidak tambah berat, aneh ya?

Kulihat tatapannya menuju kearah paman yang tadi. "Siapa?" kudengar ia bertanya pada paman itu. Loh, paman itu kenapa? Kok panik begitu? "Ah, nii-chan paman itu menemaniku dari tadi." Aku menjawab padahal bukan aku yang ditanya. Tatapannya berganti arah menuju wajahku. "Benarkah? Oh baguslah kalau begitu." Ia berjalan mendekati paman itu, menurunkanku dari gendongannya lalu meraih tanganku. "Ayo kita pulang" ucapnya, aku hanya menganggukkan kepalaku.

Saat berjalan pergi, aku sempat mendengar ia mengucapkan sesuatu.

"Jangan coba-coba mendekati adik manisku, sialan."

.

.

.

PLIK

Aku membuka mataku, mengerang pelan karena cahaya matahari yang langsung menerpa kedua mataku. Aku mendudukkan diriku, mengumpulkan nyawaku yang masih berpencar kemana-mana lalu tiba-tiba aku teringat mimpiku barusan.

"Hnng? ...Tadi itu...

.

.

... apa?"

.

.

.

SKIP TIME

.

.

Hari ini benar-benar cerah, setelah berpisah dengan Kuroko-kun yang katanya ingin pergi ke Gym olahraga karena ada urusan aku berjalan kembali menuju kelasku namun terhenti ketika mendengar suara yang terbilang kencang memanggilku.

"[Name]-chan! Ohayou~" aku menoleh kearah datangnya suara yang ternyata adalah Misa-chan. "Un, Ohayou mo, Misa-chan. Yang lain mana?" pertanyaan dariku hanya dijawab dengan gelengan kepala.

"Entahlah, aku juga tidak lihat, aku aja baru nyampe, hehe~" aku tersenyum kecil. "Hee~ tumben nggak bareng. Biar kutebak, sengaja ninggalin ya?" Aku menatap langsung kearah Misa-chan yang terkekeh pelan. "Ufufufu~ yaa, gitu deh aku sengaja ninggalin mereka~ ahahaha~ habisnya lelet sih~" aku hanya bisa diam.

Aneh...

"Ah, [name]-chan" aku menoleh kearah Misa-chan yang kini tersenyum lebih lebar dari biasanya. "Ada apa?", "Kemarin kan aku sudah mampir ke kelas [Name]-chan, kali ini [Name]-chan yang mampir ya?" oh. Soal itu. Hmm, gimana ya.

"Baiklah, nanti aku akan mampir kalau ada waktu." Jawabku.

"Serius?!" Misa-chan tiba-tiba saja langsung melotot kearahku, bahkan sampai memegang kedua tanganku. "Kalau begitu kutunggu kehadiranmu ya [Name]-chan!" kali ini Misa-chan menggoyangkan tubuhku kedepan dan kebelakang.

"Ukh, y-yame-te.." dan tubuhku pun berhenti di goyangkan secara tidak berperikemanusiaan oleh Misa-chan.

"Oke, untuk info, event kelas kami diadakan di GYM, jadi datangnya kesana saja ya!" aku hanya menganggukkan kepalaku pelan. "Kalau begitu aku duluan ke kelas ya! ingat loh! [Name]-chan harus datang!" dan setelah mengatakan itu, Misa-chan pun pergi sebelum akhirnya menghilang, meninggalkanku yang facepalm di tempat.

Mengangkat bahuku, aku pun segera pergi ke kelasku.

"Ya sudahlah, nanti aku akan mampir kesana saat jam istirahat."

.

.

.

KRING!

Suara lonceng yang terletak di atas daun pintu berbunyi, menandakan ada pelanggan yang baru masuk.

"Selamat datang di Miracle of Chinese Cafe!" seruku sambil tersenyum pada para pelanggan yang baru masuk. Menghampiri mereka, aku pun bertanya sambil mengeluarkan senyum terbaikku. "Untuk berapa orang?"

"A-ah... untuk empat orang..."

Aku menganggukkan kepala, "Baiklah, mari saya tunjukkan tempatnya." Akupun berjalan menuju salah satu meja berwarna coklat gelap dengan taplak berwarna merah dan jahitan emas di pinggirannya yang menutupi sebagian permukaan meja. Di atas meja itu tersedia tempat berisikan sumpit-sumpit, meja ini disiapkan khusus untuk empat orang, setelah mempersilahkan mereka duduk, akupun menyerahkan menu lalu undur diri setelah berpesan untuk memanggil saat mereka sudah menentukan menu yang akan mereka pilih.

Aku berjalan mendekati counter lalu berhenti sejenak. Mataku menatap ke sekeliling ruangan, kali ini Akashi-kun memilih tema 'Cina', dan inilah hasilnya. Untuk dinding, 2/3 di bagian atas berwarna putih gading sementara sisanya berwarna coklat gelap dan ada beberapa lukisan yang dipasang, di langit-langit yang berwarna putih ada beberapa lampu yang terbuat dari bambu yang dirangkai lalu dilapisi kertas tipis yang digantung dan menjadi sumber penerangan meski ruangan tidak terlalu terang tapi menurutku lumayan bagus, lalu setiap beberapa meter ada beberapa pot bambu air dan diatasnya terdapat lampu-lampu neon berwarna merah lainnya, lantainya dilapisi karpet merah dengan jahitan emas yang membentuk ukiran-ukiran tertentu, di dekat jendela ada sebuah akuarium besar berisikan berbagai macam ikan, lobster, dan udang, ah bahkan ada kepiting di dalamnya, lalu di counter terdapat beberapa toples manisan dan diatasnya terdapat kain merah bergambar naga emas yang meliuk-liuk, yeah, menurutku tema kali ini lumayan bagus, meskipun...

"Yo, [name]-chan! Yang semangat ya! karena aku sudah bersusah payah memilihkan baju untukmu! Ahahaha~" seru seseorang dari balik counter, nah tanpa berbalikpun aku tahu bahwa yang barusan berbicara itu adalah sekretaris dari kelasku. Haha... dan ya, dialah orang yang selalu membuatku berakhir dengan pakaian-pakaian aneh dan membuat hariku menjadi sial.

Contohnya saat ini coba tebak apa yang aku kenakan.

Cheongsam* super pendek dan ketat yang memperlihatkan dengan jelas siluet tubuh dan hampir seluruh kaki'ku? Ditambah stocking putih dan sepatu yang senada dengan pakaiannya? Nah, kalau kalian berpikir seperti itu karena kali ini tema kami adalah Cina, maka aku dengan senang hati akan menendang wajah kalian.

Karena yang kukenakan saat ini adalah Cheongsam berwarna biru tua panjang, pinggiran kainnya berwarna kuning keemasan, dan ada motif berbentuk bunga berwarna merah dengan pinggiran emas di beberapa bagian, lalu ada belahan di samping dari bawah sampai sebatas paha atas, aku memakai stocking putih panjang sampai batas paha atas—tepat dimana belahan baju dimulai—, rambutku diikat namun hanya pada bagian bawahnya saja dengan menggunakan pita berwarna biru, dan untuk sepatu, aku memakai flat shoes berwarna biru tua dan bergambar bunga berwarna merah yang sama dengan yang ada pada pakaianku.

Seperti yang kubilang tadi, tema kali ini lumayan bagus, aku pasti akan memberikan pujian pada Akashi-kun atas idenya dan kekreatifannya dalam mendesain ruangan ini—dia yang memberitahukan padaku kalau ia medesain semuanya— namun aku tidak setuju dengan pakaian nista ini.

Karena pakaian ini sama seperti pakaian yang kupakai sejak beberapa hari yang lalu. Membuatku banyak digoda oleh beberapa pelanggan yang minta digampar dengan nampan...

"[name]-chan..." aku terkejut saat mendengar suara lain dari sampingku, saat aku melihat Haru-chan yang berdiri dengan wajah datarnya.

Aku meneliti penampilan Haru-chan dari atas sampai bawah sebelum akhirnya tertawa lepas.

"Pfft! Ahahahahaha~ H-Haru-chan! Kamu cocok sekali berpakaian seperti itu!" ucapku sambil menepuk bahu Haru-chan pelan, "Cih, cocok apanya? Tidak lihat kalau aku harus menahan diri agar tidak menimpuk wajah para pelanggan dengan nampan yang kupegang?" aku langsung menatap Haru-chan yang memasang wajah kesalnya.

"Yaaah, mau gimana lagi? Habis Haru-chan manis sih~"

Aku nggak bohong kok, ingat tidak dengan bayangan soal Cheongsam super pendek yang sempat kusebut-sebut? Aku berpikir seperti itu bukan tanpa alasan, melainkan karena kini di dekatku, ada korban yang terpaksa mendapatkan pakaian seperti itu, yakni Haru-chan bedanya Haru-chan menambahkan bando telinga kucing kesayangannya, manis banget!

"U-urusai! Jangan berpikir hanya karena kamu memanggilku manis maka aku senang ya!" aku hanya bisa speechless saat melihat tsunderenya kambuh lagi. "Iya iya, terserah deh."

Aku menatap kearah akuarium yang terletak tidak jauh dariku sebelum akhirnya teringat sesuatu, aku langsung menatap Haru-chan. "Ne, Haru-chan, tadi aku diajak sama Misa-chan untuk datang ke event kelasnya, mau ikut nggak?".

Haru-chan melihat kearahku lalu menjawab. "Hm? Memangnya mereka membuat apa?" aku melihat ekspresi Haru-chan yang langsung berubah panik, namun tepat sebelum ia menyangkal kalimatnya sendiri aku langsung menjawab "Tidak tahu, tadi Misa-chan cuma minta agar aku datang.", Haru-chan langsung mendengus pelan,"Entahlah, nanti deh lihat keadaan dulu, kalau memungkinkan aku ikut." Aku tersenyum kecil sebelum akhirnya segera beranjak pergi ketika ada pelanggan yang memanggilku, "Aku lanjut bertugas lagi ya, jaa~", sekilas aku melihat Haru-chan menganggukkan kepalanya sebelum berjalan masuk ke staff room.

.

.

.

GLEK GLEK GLEK

"Haahhh~ segarnyaa~" aku meletakkan gelas berisikan lemontea yang tadi kuminum diatas meja lalu melihat kearah jam, setengah satu siang, dan Akashi-kun dengan tumben-tumbennya mengizinkan untuk beristirahat sampai pukul setengah tiga nanti, aku melihat keseliling cafe yang hanya berisikan beberapa orang saja, itupun cuma duduk-duduk atau bergossip, aku yakin sisa murid yang lainnya memilih untuk pergi keluar cafe dan berkeliling sekolah sampai tepar hahaha~

Tiba-tiba aku teringat dengan janjiku untuk mampir ke kelas Misa-chan, aku segera mengambil ponselku dari dalam tas lalu mengirim E-mail ke Misa-chan.

To: Misa-chan

Misa-chan, kelasku diberi waktu istirahat sampai jam setengah dua nanti, jadi aku ke kelasmu sekarang ya?

.

Belum sempat aku mengembalikan ponselku ke dalam tas tiba-tiba balasannya sudah datang.

From: Misa-chan

Yosh! Kalau begitu akan kutunggu di depan kelasku sekarang ya! w

.

Aku hanya tersenyum kecil lalu membalas,

To: Misa-chan

Ha'i Ha'i, aku segera kesana.

.

Akupun memasukkan ponselku kedalam tas, dan berjalan masuk kedalam staff room untuk meletakkan tasku disana, namun tiba-tiba mataku melihat kearah dua orang gadis di pojok ruangan, satunya berambut pirang satunya lagi berambut merah, keduanya memakai Cheongsam yang sama pendeknya, yang membedakan mereka adalah satu berwarna hijau, satu lagi berwarna merah dan juga bando telinga kucing yang dipakai gadis berambut merah. Ah tentu aku tahu siapa gadis berambut merah dengan Cheongsam merah pendek serta telinga kucing yang kini tengah dipojokkan yang tak lain tak bukan adalah Haru-chan.

Dan aku tahu siapa gadis lainnya yang kini tengah memojokkan Haru-chan dan menghalangi Haru-chan untuk pergi. Yukimura Ayame. Salah satu rekan sekelasku yang entah kenapa terlihat sangat membenciku. Dengan perlahan aku berjalan mendekati mereka, samar-samar aku mendengar suara Yukimura Ayame-san yang terdengar mengancam.

"Dengar Shouma-san, jauhi [Full Name]..." aku tertegun mendengar hal itu,saat aku melihat Haru-chan yang terdiam, namun matanya yang berwarna keemasan menatap dingin kearah Yukimura-san. Aku langsung berhenti mendekat dan memutuskan untuk bersembunyi dibalik beberapa kostum-kostum yang digantung pada sebuah tiang tidak terlalu jauh dari mereka namun setidaknya aku bisa melihat wajah mereka dari samping. Aku menajamkan pendengaranku, nggak sopan sih karena ini artinya aku menguping, tapi karena yang di obrolkan itu aku, nggak apa-apa kan?

"Kenapa aku harus menjauhinya?" aku mendengar Haru-chan membalas dengan... dingin?, tiba-tiba aku mendengar suara tembok yang dipukul lalu diikuti oleh suara decihan Yukimura-san "Karena aku tidak ingin kau berteman dengan gadis sepertinya! dia itu tidak cocok memiliki seorangpun teman! Coba saja lihat sifatnya yang angkuh namun rendahan itu! Aku heran kenapa gadis yang menurutku lumayan bagus sepertimu harus berteman dengan seorang gadis seperti [Full name]! Dia itu murahan! Kau lihat bagaimana para laki-laki memujanya?! Kau juga lihatkan ia memakai pakaian-pakaian yang seksi untuk menarik perhatian laki-laki?!"

"..." aku terdiam mendengar semua itu, rasanya dadaku sakit mendengar ada orang lain yang berbicara seperti itu tentangku, tenggorokanku terasa tercekat, bahkan untuk menelan ludah pun susah. Bagaimana aku lupa akan hal ini? yang dikatakan Yukimura-san memang salah, tapi bagaimana kalau Haru-chan percaya padanya?

Aku terdiam dan memutuskan untuk mendengar apa yang akan Haru-chan katakan, bahkan jantungku berdegup semakin kencang. Lalu aku mendengar suara helaan nafas.

" Haahh...Apa maksud perkataanmu itu? Oh ayolah, aku tidak menyangka kalau gadis yang tergolong pintar didepanku ini ternyata hanyalah gadis bodoh nan angkuh dan judes yang hanya melihat orang sekilas dan langsung menuduhnya macam-macam tanpa mengetahui asal-usulnya terlebih dahulu." Aku mengintip sedikit dan melihat Haru-chan yang sedang berkacak pinggang dan menatap Yukimura-san dengan pandangan meremehkan namun aura tegasnya tetap terasa.

"Dengar ya, aku mengenal [Name]-chan bahkan sebelum aku masuk ke SMP ini, karena itu aku mengenal banyak hal tentang dirinya lauh lebih banyak darimu, dan kau tahu? Tidak ada satupun hal yang dilakukan oleh [Name]-chan yang menunjukkan bahwa ia itu murahan, justru sebaliknya, ia adalah perempuan paling hebat yang pernah kulihat. Belum lagi apa tadi kau bilang? [Name]-chan memakai pakaian seksi untuk menarik perhatian laki-laki?" mendengus sekali lagi, Haru-chan bahkan kini menarik kerah baju milik Yukimura-san sampai jarak mereka tidak lebih dari 10 cm. "Heh, kutanya, ingat dengan sekretaris kelas kita yang isengnya minta ampun itu? Dialah yang meminta [Name]-chan untuk memakai pakaian seperti itu, dan [Name]-chan yang terlalu baik hati tentu tidak bisa menolaknya! Kau dengar itu?! Dan kenapa para laki-laki tertarik padanya? Itu karena dia memang cantik dan baik hati, semua kelebihan yang dimiliknya memang pantas dikagumi oleh semua orang, kau mengerti?! " aku tertegun saat Haru-chan menyelesaikan omongannya sambil menyentak Yukimura-san kebelakang sambil melepaskan pegangannya sehingga Yukimura-san mundur beberapa langkah.

"Cih, menjelaskan hal sepele itu dengan panjang lebar pada orang sepertimu membuat leherku sakit." Haru-chan tampak memegangi tenggorokannya, "Ini pertama kalinya aku berbicara sepanjang itu pada orang lain, kau harusnya bersyukur karena hal itu." Aku melihat Haru-chan yang hendak berjalan pergi, namun ia tiba-tiba saja berhenti dan menoleh sedikit kearah Yukimura-san yang masih terdiam dengan wajah memerah.

"Ah iya, dan soal 'jauhi [Full Name]' tadi, aku dengan senang hati menolak." Sebuah seringai terpasang di wajah Haru-chan, "Aku menolak, memangnya siapa kau sampai bisa menyuruhku seperti itu? Hidup-hidupku, nyawa-nyawaku ini, jadi suka-suka aku dong mau berteman dengan siapa?" setelah itu aku melihat Haru-chan yang berbalik lalu berjalan pergi keluar staff room. Aku masih tertegun mendengar semua yang dikatakan oleh Haru-chan. Aku tersenyum kecil. Ternyata meskipun tsundere Haru-chan itu baik banget ya, bodohnya aku sampai meragukan posisi'ku sebagai teman Haru-chan.

DUAGH! PRANG!

Aku tersentak dan langsung melihat kearah Yukimura-san yang baru saja menendang meja di sampingnya, bahkan vas bunga yang ada diatas meja itu kini sudah jatuh dan pecah di lantai dan air kini menggenang di sekitar pecahan itu.

"Beraninya..." aku mendengar Yukimura-san mendesis tidak suka, wajahnya bahkan sangat merah sekarang! Aku semakin menajamkan pendengaranku, penasaran dengan apa yang akan dikatakan oleh Yukimura-san. "Beraninya... BERANINYA DIA MENGATAKAN HAL ITU PADAKU!" aku speechless melihat Yukimura-san yang kini berteriak-teriak mengucapkan entah berapa kata yang sangat tidak sopan, bahkan sesekali nama penghuni kebun binatang keluar. Wah, ini langka!

Tapi kalau dipikir-pikir sebaiknya aku segera keluar ya? mumpung Yukimura-san kini sedang marah-marah sambil membelakangi pintu keluar. Aku pun berjalan dengan pelan dan sangat hati-hati, lalu meletakkan tas ku diantara tas murid lainnya sebelum akhirnya berjalan menuju pintu keluar.

Saat sudah berada di dekat pintu keluar, aku pun bersiap-siap agar nanti segera membukanya lalu berlari, namun saat aku sudah memegang knop pintu namun..

"Kau..."

Aku membeku saat mendengar suara Yukimura-san yang berada tidak jauh dari tempatku.

Mati aku!

.

.

.

.

HARUKA POV

Aku berjalan sambil menghentakkan kakiku dengan keras. Percayalah, meskipun aku sudah mengeluarkan semua uneg-uneg yang ada di otakku tadi tetap saja apa yang terjadi di dalam staff room tadi masih membuatku kesal. Maksudku, memangnya siapa dia? Seenaknya saja menyuruhku menjauhi [Name]-chan!

Aku berjalan kearah pintu keluar cafe masih dengan langkah yang dihentakkan, namun saat aku baru membuka pintu disaat yang bersamaan ada yang membuka pintu.

BUGH..

Aku langsung mundur beberapa langkah sambil memegangi hidungku yang terasa nyut-nyutan karena menabrak orang di depanku. Dengan ganas aku melirik kearah tersangka yang membuat hidungku seperti ini, dan coba tebak apa yang aku temukan? Seorang pemuda tinggi berambut hijau dengan kacamata berframe hitam yang membingkai matanya. Oh siapa lagi kalau bukan Midorima Shintarou?

"Ah, summimasen nanodayo." Ucapnya meminta maaf, aku hanya bisa menganggukkan kepalaku lalu bergumam 'Hm' pelan. Kulihat mata emerald miliknya menelusuri sekeluruh ruangan, kemungkinan besar hendak mencari seseorang, dan saat matanya kembali menatap kearahku bisa kutebak bahwa ia pasti akan bertanya padaku.

"Apa kau melihat [Name]-san?" aku menaikkan sebelah alisku. Sudah kuduga. Siapa lagi orang yang akan ditanyakan kepadaku selain [Name]-chan ketika hanya gadis yang merangkap sebagai ketua kelompok kamilah yang paling dekat denganku di kelas ini?. "Ah, aku bertanya seperti itu bukan karena aku khawatir padannya, hanya saja ada yang ingin kubicarakan dengannya!" lanjutnya membuat aku menaikkan alisku semakin tinggi.

Aku sedang malas untuk berbasa-basi mengingat moodku yang memburuk karena seorang gadis menyebalkan, jadi aku hanya mengangkat kedua bahuku lalu berucap "Tidak tahu." . kulihat alisnya langsung berkedut kesal, "Oh terima kasih kalau begitu nanodayo." Ia terlihat ingin masuk kedalam jadi aku mempersilahkannya lewat. Namun sekilas aku teringat dengan janjiku dengan [Name]-chan untuk pergi ke kelas Yuka-chan, Yuki-chan, dan Misa-chan nanti, karena itu aku langsung menahan tangan pemuda berambut hijau itu lalu berucap.

"Saat ini aku tidak tahu dia dimana, namun aku sudah berjanji dengannya untuk bertemu di event milik kelas 1-B. Jadi kemungkinan besar ia akan kesana." Ia terlihat menatap kearahku sekilas lalu menaikkan kacamatanya. "Kalau begitu aku akan kesana. Terima kasih infonya nanodayo" dia segera berbalik dan hendak pergi ke kelas 1-B, dengan cepat aku menahan tangannya dan saat ia menatapku dengan heran dengan cepat aku berucap "A-aku akan kesana sekarang, aku yakin kau tidak tahu jalannya kan?, jadi ayo kesana bersama". Tidak lama kemudian aku tersadar dengan ucapanku lalu menambahkan. "B-bukan khawatir kau akan tersesat! Hanya saja akan merepotkan apabila nanti akan ada pengumuman berisikan 'ada anak hilang berambut hijau dan berkacamata'!" dan setelah itu aku langsung berjalan mendahulinya tanpa mempedulikan apa reaksinya.

Ukh, memiliki sifat yang susah jujur itu merepotkan!

Ah, dan kira-kira apa yang dilakukan si Yukimura itu ya? cih, buat apa aku memikirkannya? Paling-paling ia sedang berteriak-teriak di dalam staff room kan?

.

.

.

AUTHOR POV

Tak lama setelah Haruka pergi, kamu pun keluar dari ruang staff, raut wajahmu menyiratkan kepanikan dan kekhawatiran disaat yang bersamaan, kamu melihat keseluruh penjuru kelas untuk mencari seseorang namun sayangnya yang dicari tidak dapat ditemukan, saat itulah kamu melihat Akashi yang baru memasuki cafe, sontak kamu berlari kearahnya.

"Akashi-kun!" panggilmu seraya menghampirinya, sementara Akashi segera berhenti dan menatapmu. "Apa?"

"Um, Akashi-kun, ngeliat Haru-chan nggak?" tanyamu dengan cepat, Akashi menatapmu dengan satu alis terangkat. "Haru-chan?" kamu langsung menepuk dahimu pelan.

'Aduh, salah! Mana mungkin Akashi-kun tahu 'Haru-chan' mana yang kucari!' pikirmu.

Dengan segera kamu meralatnya. "Maksudku Shouma Haruka! Ituloh! Yang suka make bando telinga kucing di kelas!" ucapmu sambil memeragakan seolah-olah kamu menggunakan bando telinga kucing. Akashi menganggukkan kepalanya. "Oh, kalau yang kamu maksudkan adalah Haruka, aku tadi melihatnya sedang berjalan bersama Shintarou," ucapnya sambil menatapmu yang kini tengah berbinar-binar. "Serius?!" tanyamu yang dibalas dengan anggukkan kepala.

"Oke! Terima kasih ya Akashi-kun! sekarang aku harus mengejarnya!" ucapmu sambil membungkukkan badanmu sebentar lalu membuat ancang-ancang untuk berlari keluar namun berhenti karena ditahan oleh Akashi, kamu pun langsung menatapnya heran "Ada apa?"

"Aku ikut, kebetulan ada yang ingin kubicarakan dengan Shintarou." Ucapnya membuatmu semakin bingung. "Kalau begitu saat melihat Midorin tadi kenapa nggak langsung bicara aja?" tanyamu. Akashi terdiam sejenak sebelum akhirnya menjawab. "Aku baru ingat sekarang."

Kamu menghela nafas sebelum akhirnya setuju. "Baiklah, tapi kita harus cepat!" tukasmu yang langsung berlari, untung saja kamu memakai flat shoes jadi tidak perlu repot-repot melepasnya ataupun mendapatkan luka akibat goresan maupun keseleo. Akashi yang ditinggalkan olehmu pun ikut berlari mengejarmu yang berlari dengan cepat.

Rambutmu yang langsung bergerak kesana kemari membuat ikatan yang ada di ujung rambutmu melonggar sehingga ada beberapa helai rambut yang berhasil lolos, suara langkah kakimu yang berlari dengan cepat tidak terlalu terdengar karena suasana koridor yang berisik, belum lagi gerakanmu yang gesit ketika menghindari orang-orang yang berlalu lalang baik dari arah depan, kanan, maupun kiri, saat sedang berlari Akashi tiba-tiba saja sudah ada di sampingmu.

"[Name]" panggilnya, kamu masih terus berlari dan tak menghiraukannya, "[Name]" panggilnya lagi, kamupun langsung menatapnya. "Apa?"jawabmu, "Pelankan larimu, seorang wanita tidak cocok berlari seperti itu." Kamu menatapnya dengan heran, "Aku tahu, tapi saat ini ada yang harus kulakukan, dan ini darurat!" jawabmu sambil terus berlari. Namun tak lama kemudian kamu pun bertanya lagi.

"Mereka kearah mana?" tanyamu sambil berlari, "Dilihat dari arahnya, mereka menuju kelas 1-B" kamu mengangguk lalu semakin mempercepat larimu, wajahmu yang sekilas terlihat serius membuat Akashi menahan keinginannya untuk bertanya apa yang membuatmu seperti itu.

Tidak lama kemudian kalian tiba di event kelas 1-B yang berada di GYM olahraga, kamu melihat ada seorang gadis yang berdiri di depannya sambil bersidekap dengan wajah menahan kesal, saat gadis itu melihat kedatangan kalian gadis yang ternyata adalah Misaki itu langsung berseru.

"YAK! [Name]-chan! Kenapa lama sekali?!" serunya kesal, saat kamu sudah berada di depannya kamu langsung tertawa kecil, "Nah~ Gomenne~ tadi ada yang harus kulakukan, hahaha~" balasmu sambil menggaruk bagian belakang kepalamu yang tidak gatal. Sementara itu Akashi yang ada di sebelahmu hanya terdiam, memilih untuk tidak mengganggu pembicaraan kalian.

"Oh iya! Misa-chan!" panggilmu membuat Misaki langsung menatap kearahmu, "Ngeliat Haru-chan nggak?" tanyamu dengan serius membuat Misaki memilih untuk tidak bermain-main. "Ngeliat kok, kenapa memangnya?"

"Dimana?" tanyamu lagi, Misaki langsung menunjuk kearah kelasnya. "Di dalam" kamu menganggukkan kepalamu, "Oke, kalau begitu aku kedalam ya." ucapmu dan berjalan menuju pintu masuk, namun tepat sebelum kamu membuka pintu, Misaki langsung menarik rambutmu yang tentu saja membuatmu meringis dan berbalik menatapnya.

"Aduh, rambutku jangan ditarik dong!" serumu sambil menarik rambutmu yang tadi ditahan oleh Misaki. Sementara itu Misaki hanya menatapmu dengan serius. "Ada apa?" tanyanya ambigu. Kamu yang mengerti maksud pertanyaannya pun menatap Misaki sejenak sebelum akhirnya mengucapkan beberapa kata dengan nada pelan namun sanggup membuat Misaki membulatkan matanya.

"Haru-chan dalam bahaya."

.

.

.

.

FLASHBACK

READER POV

Saat sudah berada di dekat pintu keluar, aku pun bersiap-siap agar nanti segera membukanya lalu berlari, namun saat aku sudah memegang knop pintu namun..

"Kau..."

Aku membeku saat mendengar suara Yukimura-san yang berada tidak jauh dari tempatku.

Mati aku!.

.

.

Apa dia mengetahui keberadaanku? Dengan perlahan aku menoleh kebelakang, dan aku masih terdiam ketika melihat Yukimura-san yang masih menghadap kearah dinding. Aku pun memutuskan untuk berdiri disitu sedikit lebih lama untuk mendengar apa yang ingin Yukimura-san katakan.

"Kau akan menerima balasannya karena sudah merendahkanku, Shouma Haruka..." ucapnya diiringi desisan yang membuatku mengernyitkan dahiku. Apa-apaan itu?!

Kulihat ia mengambi ponsel dari meja tidak jauh darinya lalu menekan beberapa tombol sebelum akhirnya mendekatkan ponselnya ke telinganya, aku memang tidak tahu siapa yang Yukimura-san panggil, tapi aku tahu bahwa Yukimura-san merencanakan sesuatu, dan benar saja, mataku membola ketika mendengar apa yang Yukimura-san ucapkan.

"Hancurkan Shouma Haruka, tidak, tidak perlu dibunuh, hancurkan saja beberapa tulangnya atau minimal sampai dia dirawat di rumah sakit, jangan banyak tanya, ini perintah."

Dan setelah itu aku langsung berlari keluar ruangan, tidak peduli apakah Yukimura-san mengetahui keberadaanku atau tidak, yang penting aku harus menyelamatkan Haru-chan!

FLASHBACK OFF

.

.

.

AUTHOR POV

Setelah menceritakan semua yang terjadi pada Misaki kamu langsung menunggu reaksi gadis berambut oranye kemerahan sebahu itu. Jangan salah, meskipun Misaki dan Haruka sering bertengkar justru hal itulah yang membuat mereka sangat dekat. Misaki kini terlihat memasang pose berpikir, bahkan terlihat sangat serius, ekspresi yang hampir tidak pernah dikeluarkan oleh gadis bermanik emerald itu.

Tidak lama kemudian Misaki menjentikkan jarinya seraya bergumam 'Aha!' yang membuat kamu langsung menaruh perhatianmu padanya. "Jadi gimana?" tanyamu sementara gadis didepanmu hanya tersenyum lebar seperti biasanya.

"Kita biarkan saja dulu!" ucapnya membuatmu mengernyitkan dahimu, "Biarkan?" ulangmu ragu namun dibalas anggukkan dari Misaki, "Kita biarkan saja ia melakukan apa yang ia mau, jangan beritahu Haru-chan," saat kamu hendak menyela Misaki mengangkat tangan kanannya seolah memberikan isyarat untuk jangan menyelanya. "Saat ia beraksi, barulah kita melakukan apa yang harus kita lakukan, pernah mendengar 'Menyerang jika diserang'?" kamu menganggukkan kepalamu mulai mengerti arah pembicaraannya. "Jadi, untuk sementara ini kita hanya perlu berada di sekitar Haru-chan saja dan jangan biarkan ia sendirian kan?" ucapmu dibalas dengan anggukkan antusias dari Misaki. Kamu menghela nafas pelan, "Baiklah kalau begitu." Sambil tersenyum kecil, sementara itu Akashi yang dari tadi terus diam dan mendengarkan akhirnya memilih untuk membuka mulutnya.

"Kalian yakin akan menjaga Haruka dengan tangan kalian sendiri? Aku bisa membantu kalian kalau kalian mau." Ucapnya dengan nada berwibawa seperti biasa dan membuatmu serta Misaki langsung saling berpandangan dan memulai percakapan lewat kontak mata mereka.

'Astaga kita lupa kalau ada Akashi disini!' ucap Misaki dengan panik—tentu hanya dimengerti olehmu saja.

'Aku juga lupa dia ada disitu!' balasmu dengan cepat sambil sesekali melirik kearah Akashi yang masih berdiri di dekat kalian berdua.

'Gimana ini?' tanya Misaki padamu.

'Aku tidak tahu, itu masalah kita kan? Bisa saja kita memintanya untuk tidak repot-repot, tapi...'

'Tapi apa?'

'Dia bisa saja berkilah dan memaksa untuk membantu!'

'Masa?'

'Kau saja yang tidak tahu bagaimana sifatnya itu, Misa-chan. Dia itu keras kepala tahu.'

'Tapi dia tidak perlu bertanggung jawab untuk melakukan hal ini kan? Maksudku, Haru-chan tidak ada hubungannya dengan dia kan?'

'Kau benar, tapi dia punya hak untuk melakukan apapun yang ia mau, dan itu bisa membuatnya menolong kita kan? Dan soal hubungan mereka berdua...' kamu menghentikan percakapan lewat matamu sejenak dan berpikir sebentar.

'Ada apa diantara mereka berdua?' tanya Misaki bingung.

'Tunggu... jangan-jangan...' ucapmu sambil menatap kearah Misaki horror.

'J-jangan-jangan secara diam-diam Akashi suka sama Haru-chan?!' seru Misaki lalu menatap kearah Akashi dengan pandangan yang tidak bisa diartikan yang tentu membuat Akashi speechless karena melihat dua gadis dihadapannya yang entah sedang mengobrol apa karena Akashi sendiri tidak mengerti bahasa mata yang mereka gunakan, apalagi beberapa kali ia melihat kedua gadis itu menatapnya dengan aneh, tapi yang pasti, Akashi yakin ada kesalah pahaman di dalam obrolan mereka.

'Mungkin?' jawabmu enteng.

'T-tapi tadi Haru-chan masuk bareng Midorima loh!' ucap Misaki yang membuatmu menaikkan sebelah alismu. Midorima-kun juga? Pikirmu sambil membayangkan sesuatu.

'Maksudmu selain Akashi-kun, Midorima-kun juga menyukai Haru-chan?' tanyamu bingung.

'Kemungkinan besar begitu!' balas Misaki yang entah kenapa malah semangat membicarakan hal ini.

'Repot juga ya? cinta segitiga nih!' balasmu ikut semangat.

'Kalau begitu kita biarkan saja?' tanya Misaki lagi, kamu berpikir sejenak lalu menganggukkan kepalamu.

'Oke, aku yakin Akashi-kun pasti khawatir dengan Haru-chan makanya ia mau membantu, jadi kita iyakan saja~' jawabmu, dan setelah itu percakapan kalian berdua diputuskan. Kamu melihat kearah Akashi sambil tersenyum kecil. "Kalau tidak merepotkan.." dan dibalas dengan anggukkan kepala oleh Akashi. "Kalau begitu aku akan meminta (baca: menyuruh) yang lainnya untuk membantu kalian." Sementara kamu dan Misaki hanya bisa tersenyum sambil menganggukkan kepala.

"Oh iya, [name]-chan." Panggil Misaki kepadamu. "Apaan?" jawabmu sambil menatap gadis berzodiak gemini didepanmu yang kini sedang tersenyum penuh arti. "Mau masuk kedalam event yang dibuat kelasku nggak?" tanyanya, kamu berpikir sejenak.

"Oh iya! Aku sudah janji untuk mampir kesini ya? oke deh, aku masuk." Kamu pun berjalan menuju pintu masuk namun berhenti di depan pintu ketika mendengar suara teriakan kencang dari balik pintu. Kamu langsung menatap kearah Misaki yang sedang tersenyum lebar.

"Misa-chan... itu kok ada teriakan?" tanyamu sambil berjalan mundur namun sayangnya Misaki menahan tubuhmu lalu mendorongmu mendekati pintu. "Nyahahahaha~ itu paling-paling cuma pelanggan kami yang ketakutan~"Jawab Misaki dengan ringannya. Kamu langsung mengernyitkan dahimu "Ketakutan? Memangnya kelas kalian membuat apa?" kamupun langsung menatap ke papan nama di atas gedung GYM yang dari luar terlihat biasa-biasa bahkan tanpa hiasan sama sekali ini. namun tepat setelah kamu melihat tulisan yang ada di papan itu, kamu langsung melepas pegangan Misaki pada tubuhmu lalu berjalan mundur dengan cepat, bahkan keringat dingin mulai membanjiri wajahmu.

"M-Misa-chan..." suaramu yang terdengar bergemetar membuat Akashi menaikkan sebelah alisnya lalu menatapmu yang kini sedang merapatkan diri ke dinding koridor di belakangmu sementara Misaki kini berjalan mendekatimu secara perlahan. "Nani? [Name]-chan?" tanya Misaki sambil tersenyum manis yang membuatmu semakin merapatkan diri ke dinding, tiba-tiba kamu menyadari pakaian yang digunakan oleh Misaki bukanlah pakaian yang menurutmu 'normal'

Misaki terlihat sangat pucat—meski susah dibedakan megingat kulit aslinya memang tergolong putih—namun pakaiannya itu loh! Sebuah dress merah selutut dengan beberapa bagian yang lusuh dan sobek, bahkan ada beberapa bercak merah kecoklatan, di tangannya entah sejak kapan terdapat payung merah dengan pita serta ujung yang runcing dan bercak-bercak yang sama juga ada di payung itu.

Kamu gemetar saat Misaki mendekatimu. Mati aku!. Batinmu sambil menangis dalam hati, seharusnya kamu bertanya pada Misaki tadi pagi tentang apa yang kelas gadis itu buat, kalau sudah begini mau gimana lagi?

"[Name]-chan, ayo masuk! Jangan cuma diluar saja~" senandungan yang Misaki buat membuatmu semakin berkeringat dingin, matamu langsung menatap kearah Akashi yang masih berdiri dengan tenangnya tak jauh darimu. Oh ayolah, bagaimana bisa Misaki memintamu untuk masuk kedalam dengan mudahnya, jangankan masuk kedalam, hanya dengan melihat papan bertuliskan 'GHOST CORIDOR' saja sudah membuatmu ketakutan setengah mati.

Yah, bisa dibilang ini adalah salah satu ketakutan terbesarmu.

Hantu.

Kamu sangat membenci hantu, entah itu yang laki-laki ataupun wanita, baik muda, tua, anak-anak, utuh maupun tidak utuh, baik itu tertawa, bisu, berbicara, belum lagi yang berjalan, terbang ataupun mengesot dilantai, baik berbentuk manusia, hewan apalagi tak berbentuk, kamu membencinya. Dan yang membuatmu kesal adalah, jelas-jelas Misaki tahu akan ketakutanmu yang satu ini namun masih menyuruhmu masuk kedalam sana?

Dengan cepat kamu menggelengkan kepalamu. "Tidak! Tidak mau!" serumu kencang membuat Misaki semakin terkekeh, "Ayolaah~ sekali saja kok!" rayu Misaki, namun tentu saja kamu tidak termakan rayuan itu.

Sementara itu Akashi yang menyadari ketakutanmu akan Hantu tadi langsung berpikir.

'[Name] takut pada hantu? Hmm... ' dan pada detik itu jugalah Akashi langsung memasang evilsmirknya meski hanya sebentar. Ia menemukan ide yang bagus.

"[Name].." panggil Akashi sambil berjalan kearahmu yang terus menolak tawaran dari Misaki yang masih merayumu agar masuk kedalam event buatan kelasnya. Kamu langsung menatap kearah Akashi yang berjalan mendekatimu. "A-apa Akashi-kun?"

"Ayo masuk kedalam" ucap Akashi membuatmu semakin memasang tampang horror. "Nggak! Nggak mau!" kamu memang tidak berteriak namun tetap saja suaramu yang tergolong agak tinggi terdengar cukup nyaring. Akashi berhenti beberapa meter darimu sementara Misaki kini berdiri dan menatap kalian berdua sambil menduga-duga apa yang ingin Akashi lakukan. Menolongku membuat [Name]-chan masuk kedalam mungkin?. Batinnya tidak jelas.

Kamu menatap Akashi lalu berseru. "Akashi-kun! jangan berkomplotan dengan Misa-chan seperti itu dong!" serumu sambil menunjuk Akashi tepat di hidungnya. "Meskipun Akashi-kun yang menyuruhku masuk, aku dengan senang hati menolak!" Akashi terdiam dan hal itu membuatmu hendak kembali berbicara namun terhenti ketika kamu melihat Akashi yang malah menjulurkan tangan kanannya. "Aku tidak memintamu untuk masuk kesana sendirian, kita masuk bersama." Ucapnya sambil tersenyum kecil dan membuatmu melongo. Serius?. Pikirmu.

"No! Aku tetap tidak mau! Lagipula buat apa masuk kesana?" balasmu sambil menunjuk kearah kelas 1-B yang terlihat sepi namun malah membuatnya jadi terlihat menyeramkan. Akashi yang masih menjulurkan tangan kanannya kini terkekeh pelan. "Ayo, kita kesana untuk mencari Haruka dan Shintarou." Ucapnya. Kamu berpikir sejenak.

Buat apa Akashi-kun mencari mereka berdua? Pikirmu, namun kamu tersadar akan sesuatu.

Oh! Jangan bilang kalau Akashi-kun cemburu sama Midorin yang pergi bersama Haru-chan jadi mau menyusul mereka sebelum sesuatu terjadi! Pikirmu asal sebelum akhirnya menatap wajah Akashi lalu menatap kearah tangan Akashi yang masih menjulur.

Misaki yang melihat kejadian ini langsung memutar otaknya, berusaha untuk mencerna apa yang terjadi, dan ternyata apa yang dipikirannya sama persis dengan apa yang kamu pikirkan barusan. Misaki hanya tersenyum lebar lalu menunggu reaksimu, lumayan, kalau kamu berhasil masuk kedalam meskipun bersama Akashi setidaknya ia bisa melihat wajah ketakutan sang ketua kelompoknya yang biasanya pemberani ini.

Tidak lama kemudian kamu meraih juluran tangan Akashi lalu memegangnya erat. "Oke deh, tapi jangan tinggalin aku ya." ucapmu sambil menatap Akashi dengan puppy eyes, sementara itu Akashi sedang berusaha keras menahan degup jantungnya yang semakin cepat serta menahan rona merah diwajahnya agar tidak terlihat jelas lalu mengeluarkan senyum gentleman yang sering diajarkan padanya dirumah. "Tentu, nona."

Misaki hanya bisa bersiul dalam hati, siapa yang menyangka kalau gadis yang paling anti dengan hantu didepannya kini mau bertemu dengan mereka hanya dengan permintaan seorang Akashi Seijuuro?

Misaki pun segera berjalan menuju pintu masuk kelasnya lalu mempersilahkanmu dan Akashi untuk masuk kedalam. "Selamat menikmati~" ucapnya sambil tersenyum manis sementara kamu hanya bisa merapal doa dalam hati dan menggenggam tangan Akashi semakin erat saat melewati kusen pintu.

Terus Akashi gimana? Dia sedang senyam-senyum dalam hati karena rencananya berhasil. Haha...

.

.

.

Sementara itu di dalam sana, Midorima dan Haruka kini sedang berjalan bersama-sama di lorong yang gelap itu. Mereka berdua heran, bagaimana bisa GYM yang sebesar itu kini diubah menjadi lorong-lorong yang dingin dan gelap? Bahkan pencahayaan disini sangat kurang. Namun, meskipun mereka merasa heran tetap saja ekspresi di wajah mereka tidak berubah sama sekali.

Sama-sama terlihat kesal.

Nah, siapa saja pasti akan merasa kesal apabila tiba-tiba saja ada orang yang memaksa mereka masuk kedalam tempat yang mereka tidak inginkan bukan?

Dan itulah yang terjadi pada mereka berdua. Dipaksa masuk oleh gadis serba merah di pintu masuk tadi membuat mood Midorima menjadi jelek, belum lagi Haruka yang sejak awal moodnya jelek kini semakin memburuk saja.

Dan bagaimana dengan rumah hantu yang kini mereka masuki? Yah, beberapa kali mereka sempat kaget namun itu hanya sebatas kaget saja, tanpa teriakan apalagi tangisan. Tapi kalau dilihat baik-baik, bisa dilihat kalau Haruka lebih hebat menghadapi semua ini karena daritadi ia ekspresi yang ia keluarkan hanya matanya yang sedikit terbelalak, tidak lebih, sementara Midorima beberapa kali sempat melangkah mundur ataupun memperbaiki kacamatanya yang melorot ketika ada hantu yang muncul dari balik jendela.

"Tempat ini membosankan." Celetuk Haruka sambil membenarkan bando telinga kucingnya yang sempat bergeser karena terantuk lampu yang dibuat sangat rendah. Midorima hanya bisa mendengus pelan, "Hah, aku tidak tahu kalau ada gadis yang tidak takut hantu sepertimu." Tukas Midorima membuat Haruka langsung mendelik kesal kearahnya.

"Memangnya kenapa? Toh mereka tidak asli ini, buat apa aku takut? Memangnya aku sepertimu yang langsung bergetar ketakutan hanya karena seseorang berpenampilan korban kecelakaan dengan wajah hancur dan usus terburai keluar dari dalam mobil ambulans?" jawab Haruka sarkatik dan segera berjalan mendahului Midorima yang wajahnya kini memerah malu karena ternyata gadis disebelahnya memperhatikan gerak-geriknya dari tadi. Midorima menambah kecepatan langkahnya dan dalam beberapa langkah, ia kembali berjalan di sebelah Haruka yang masih memasang wajah kesal.

"Sudah ah, aku pengen nyari jalan keluar secepatnya, kalau kau berjalan dengan lambat akan kutinggalkan." Ucapnya dengan dingin membuat Midorima mengernyitkan dahi sebelum akhirnya menghela nafas. "Terserahmu sajalah nanodayo."

.

.

.

Di lain tempat, tepatnya disalah satu tempat persembunyian yang gelap terlihat ada dua orang pemuda. Dengan cahaya temaram lampu yang sesekali menyala terang sebelum akhirnya kembali mati dan terus berulang seperti itu, bisa terlihat dengan jelas siapa dua pemuda itu. Satu pemuda berambut merah kehitaman, dan satu lagi berambut biru tua dengan kulit yang tak kalah hitamnya. Samar-samar terdengar suara dari arah mereka.

"Cepat masukkan Ahomine!" seru pemuda berambut merah-hitam tadi, "Ck! Sabar! Susah tau!" balas pemuda berkulit hitam yang entah sedang apa.

Pemuda berambut merah-hitam yang bernama Kagami Taiga kini terlihat semakin panik, "Astaga, masa masukin itu aja nggak bisa sih?! Cepat sebelum ada orang yang datang!" dan dibalas dengan geraman pemuda lainnya.

"Iya ah! Bawel! Jangan berisik!" sentak pemuda lain—Aomine Daiki sambil memukul lengan Kagami dengan cukup keras. "ADUH! SAKIT!" seru Kagami dan balas menjambak rambut Aomine. "ADUDUDUH! SAKIT! LEPASKAN RAMBUTKU BAKAGAMI!" seru Aomine kesal lalu menampik tangan Kagami, dengan wajah yang benar-benar marah ia menunjuk wajah Kagami dengan tidak sopannya.

"Tutup mulutmu dan jangan berisik! Kau kira mudah apa memasukkan boneka ini kedalam lemari yang dipenuhi berbagai macam alat penyiksa begini?! Tanganku sampai pisaunya tahu!" serunya kesal sambil terus berusaha memasukkan boneka perempuan sebesar anak kecil kedalam lemari.

Sementara itu Kagami hanya melihat kesekelilingnya dengan wajah membiru. Ia tidak suka dengan tempat ia berada sekarang. Lorong gelap dengan suara air menetes dan lampu yang berkedip-kedip membuat Kagami yang memang hanya besar badan namun nyalinya sebesar kuaci tentu saja merasa ketakutan.

Bagaimana kalau dari lorong didepan sana muncul seseorang?, batin Kagami yang mulai ketakutan.

Tidak lama kemudian,Aomine pun berhasil memasukkan boneka itu kedalam lemari meski harus melewati adegan jambak-jambakan, cubit-cubitan, pukul-pukulan maupun adu mulut dengan Kagami. Mereka pun segera berjalan menjauhi tempat mereka berada tadi dan pergi menuju jalan pintas untuk keluar. Mana mau mereka masuk kedalam tempat menyeramkan seperti ini andai saja tidak ada seorang gadis berambut hitam panjang yang membawa kipas raksasa dengan aura gelap yang memaksa mereka untuk membetulkan perabotan yang rusak atau tidak berada pada tempatnya. Pendeknya, mereka kedapatan peran sebagai staff aja, nggak lebih dari itu.

Selama berjalan menuju jalan keluar, kedua makhluk yang lumayan kekar ini beberapa kali berteriak ketakutan karena jebakan yang mereka pasang sendiri. Aduh, susah ya kalau dua orang bodoh dijadiin satu?

Saat ini mereka sedang berjalan melewati lorong gelap nan panjang yang tidak kelihatan ujungnya, Kagami kembali berkhayal yang aneh-aneh sementara Aomine mengawasi sekitar—takut kalau ada 'sesuatu' yang tiba-tiba muncul lalu menerkamnya.

Suasana yang mencekam dan sepi—bahkan yang terdengar hanya suara angin yang berhembus dan suara jam yang berdetak pelan namun membuat kedua ACE klub basket ini langsung menggigil ketakutan.

"Oy Ahomine.." suara Kagami memecah udara, membuat perhatian si navy blue jatuh pada pemuda disebelahnya. "Apaan manggil-manggil, Bakagami?!" balasnya pelan. Sementara itu Kagami mengusak rambutnya kasar.

"Serius, aku nggak tahu apa yang ada dipikiran Yushira saat menyuarakan ide-nya untuk membuat rumah hantu seperti ini." ucap Kagami pelan, menghela nafas Aomine mengendikkan bahunya. "Entahlah, lagipula tidak hanya dia saja yang memiliki ide seperti itu kan? Itu tuh, si sulung dari dua anak kembar yang anehnya diizinkan sekelas itu juga memberikan ide yang sama kan?"

"Yah, tapi harus banget di GYM ya? kalau ternyata tempat ini berhantu kan bahaya!" ucap Kagami dengan kesal, sementara Aomine langsung menaikkan sebelah alisnya. "Berhantu?", Aomine memasang pose berpikir lalu menjentikkan jarinya.

"Ah! Aku ingat!" Kagami langsung memandang Kagami seolah bertanya 'Ingat-apaan?'. Aomine memberi isyarat pada Kagami untuk mendekat sebelum akhirnya berbisik. "Rumornya, tempat ini memang angker!" Kagami memukul kepala Aomine seraya berdesis. "Jangan nakut-nakutin napa?!" Aomine yang kesal langsung balas memukul Kagami seraya berseru "Aku serius! Katanya dulu pernah perempuan yang mati disini karena terkunci disini dengan pakaian serba putih dan memakai payung sehinga wajahnya tidak terlihat karena tertutupi oleh bayangan payungnya." melihat Aomine yang berbicara dengan serius mau tidak mau membuat Kagami percaya dan menelan ludah. Sial, ia jadi membayangkan bagaimana rupa hantu itu!

Suasana kini semakin awkward.

Mereka terus berjalan, dan tepat saat melewati sebuah jendela buatan, tiba-tiba saja...

KRATAK..

Terdengar suara dari arah jendela di itu, sontak dengan gerakan patah-patah Aomine melihat kearah jendela namun tidak ada apa-apa disana.

"Cih! Bikin kaget saja!" Aomine pun berjalan mendekati jendela itu, hendak mengecek jendela itu namun terganggu dengan suara pekikan tertahan Kagami yang langsung menarik-narik sweater biru tua miliknya. Dengan kesal Aomine menoleh kearah Kagami sambil memelototinya, namun entah kenapa rasa kesalnya langsung hilang saat melihat Kagami yang berwajah pucat serta bola mata yang mengecil.

"O-oy, l-l-lihat i-i-itu..d-d-di-didepan..." ucap Kagami ketakutan, perlahan Aomine melihat kearah dimana Kagami melihat dan ia segera menelan ludahnya kasar saat mengetahui apa yang Kagami lihat itu bukanlah hal yang bagus. Oh betapa berharapnya seorang Aomine Daiki agar bisa mengulang waktu dan memilih untuk tidak melihat kelorong didepan sana.

Di depan sana, ia melihat seseorang sedang berdiri, dengan baju loli berwarna putih yang kotor dan kumal serta payung berenda yang membuat wajahnya ditutupi oleh bayang-bayang payung dan sekilas, Aomine dan Kagami bisa melihat kilatan mata sosok itu yang terasa tenang namun seolah-olah mampu masuk kedalam jiwa kedua ACE tersebut. Kedua pemuda itu terdiam, tidak bisa bergerak sedikitpun. Sementara itu bibir pucat milik sosok itu bergerak dan mengeluarkan gumaman pelan.

"Aomine-kun... Kagami-kun" samar-samar telinga Kagami dan Aomine bisa mendengar suara lirih itu.

Mati! Darimana dia tahu namaku?!, batin kedua pemuda itu ketakutan.

Entah bagaimana caranya, Aomine dan Kagami langsung memutar badan mereka sebelum akhirnya berlari kencang kearah berlawanan secara bersamaan sambil berteriak kencang sampai-sampai terdengar di seluruh sekolah.

"LAAARRIIIIIII!"

.

.

.

.

10 minutes before.

.

READER POV

Aku melihat ke sekelilingku dengan hati-hati, terkadang aku mempererat genggaman tanganku pada Akashi-kun ketika melihat sesuatu yang 'ganjil'. Aku sempat menjerit kecil ketika tembok di sebelah Akashi-kun diketuk pelan, iseng aku melihat reaksi yang diberikan Akashi-kun siapa tahu dia ikut kaget?

Saat aku melihat wajahnya... nihil! Sama sekali nggak ada rasa takut di mata Akashi-kun! bahkan anehnya aku malah melihat raut... senang? Bahagia? Entah apalah itu yang jelas sekilas aku bisa merasakan ada bunga yang bertebangan di sekitar Akashi-kun.

Cih, padahal tempat ini menyeramkan, bukannya takut eh malah senang.

biarin aja deh, Akashi-kun kan rumornya raja dari para setan, jadi maklum kalau dia senang bisa bisa berkunjung ke habitat asalnya (?).

setelah berjalan beberapa meter kemudian ada jalan buntu, namun sebelumnya ada sebuah ruangan yang tertutup. Karena aku tidak berani melihat apa yang akan muncul saat pintu itu dibuka, aku pun memberikan isyarat pada Akashi-kun agar membukakan pintunya sementara aku bersembunyi dan megintip sedikit dari balik punggung Akashi-kun.

CKLEK.. KRIEEETTT...

Suara pintu yang terdengar mengerikan itu membuatku bergidik, Akashi-kun perlahan-lahan mendorong pintu itu dan hendak melangkahkan kakinya kedalam, namun terhenti ketika tiba-tiba saja ada sosok berwajah hancur muncul dibalik pintu.

"KYYAAAAAAAAAAAAAAAAAA!"

Dengan cepat aku memeluk pinggang Akashi-kun dari belakang dan menenggelamkan wajahku disana, serius! Hantunya serem banget! Berdarah-darah dan hancur begitu! Meskipun cuma riasan tapi tetap aja membuatku takut!

Aku punya trauma dengan yang namanya hantu tahu!

Tanpa sadar air mataku mengalir, hanya sedikit dan aku berusaha menghentikan isakanku, ah aku yakin Akashi-kun pasti mendengar isakanku, terasa dari badannya yang sedikit tersentak saat aku terisak tadi.

Aku masih menenggelamkan wajahku pada punggung Akashi-kun, aku tidak peduli apa yang terjadi disana tapi aku yakin bahwa aku mendengar suara desingan dan suara tancapan meski tidak terlalu jelas karena aku sendiri sedang sibuk menenangkan diriku sendiri.

Tapi tiba-tiba saja aku merasakan Akashi-kun berbalik menghadap kearahku lalu melingkarkan kedua lengannya di pinggangku dan menarik tubuhku kearahnya. Aku hanya bisa tertegun dan tidak bisa mengatakan apapun, apalagi ketika aku merasakan ada usapan di kepalaku dan aku mendengar suara Akashi-kun yang di dekat telingaku.

"Shh... sudah, jangan menangis lagi [Name], tenanglah aku ada disini, kau tidak perlu takut..." ucapnya menenangkanku, dan harus kuakui perlahan-lahan isakanku mulai mereda meskipun masih ada sedikit air mata di ujung mataku, saat aku hendak melap air mataku dengan punggung tanganku tiba-tiba saja aku merasakan ada kain bertekstur lembut yang dilapkan ke wajahku dengan lembut, dan saat aku melihat siapa yang melakukannya, aku membeku ketika mengetahui jarak wajahku dan Akashi-kun yang sangat dekat, aku merasakan telapak tangan Akashi-kun berada di pipi kananku, mengusap bekas air mataku dengan pelan.

Entah kenapa dalam jarak sedekat ini aku tidak bisa melakukan apa-apa, otakku terasa blank dan masih memproses apa yang terjadi. Mataku hanya bisa terfokus pada kedua bola mata Akashi-kun yang berwarna merah dan emas, wajah Akashi-kun yang entah kenapa baru kusadari kalau dia itu ehem—tampan—ehem, belum lagi raut wajahnya yang terlihat khawatir membuatku tidak bisa mengatakan apapun.

Sampai akhirnya aku tersentak lalu memisahkan diriku dari pelukan Akashi-kun. aku merasa pipiku memanas, uhuk, apakah ini yang dinamakan blushing?!

Aku langsung menundukkan kepalaku "G-gomen! Hontou ni gomenasai, Akashi-kun!" seruku lalu saat aku mengangkat kepalaku untuk menatap wajah Akashi-kun, entah kenapa pipiku kembali memanas dan detak jantungku kembali berdetak cepat. Ini aneh! serius!

Apalagi saat aku menatap matanya yang dwi warna itu...

Suasana terasa canggung seketika. Apalagi Akashi-kun tetap tidak berbicara sedikitpun sejak kejadian tadi. Aku hendak berbicara namun terhenti ketika merasa ada seseorang yang berjalan mendekat dari arah belakang sana.

Perlahan aku menoleh kearah sumber suara, dan coba tebak apa yang aku temukan disana. Seorang anak kecil dengan wajah hancur sebelah, kaki yang terseret-seret dan tangannya seolah-olah ingin menggapaiku.

"WHAT THE?! ANAK SIAPA ITU—?!" pekikku, saat aku melihat kearah Akashi-kun, TIDAK ADA REAKSI APAPUN DARINYA!

Ukh, untuk saat ini, aku tidak bisa mengharapkan apapun dari Akashi-kun yang sedang berdiam seperti patung kan?! Aku harus berlari menuju pintu keluar secepat mungkin, hanya itu satu-satunya cara agar tidak tertangkap oleh para hantu itu! dengan cepat aku melihat sekeliling, mencari jalan kabur dari hantu itu. Lalu saat aku melihat kearah pintu yang didekat kami telah terbuka—meskipun ada seonggok makhluk yang sedang tergeletak di daun pintunya—aku segera berlari menuju pintu itu.

"A-Aku duluan ya, Akashi-kun!" dan setelah melangkah melewati makhluk yang tergeletak seraya berbisik 'permisi' pelan akupun segera berlari—meninggalkan Akashi-kun dbelakang sana sendirian.

.

.

.

Aku berlari melewati lorong-lorong yang gelap dan dingin ini dengan cepat, tanpa menoleh baik ke kanan, ke kiri, apalagi ke belakang, terkadang aku mendengar suara-suara seperti suara pintu yang dicakar (?), suara benda tajam—sepertinya sih pisau—yang ditancapkan, suara dentingan pipa besi, bahkan terkadang aku melihat beberapa penampakan ataupun benda-benda yang dipenuhi darah, misalnya sebuah kapak besar yang menancap dan membelah perut sosok—yang kusadari adalah patung—yang sedang terduduk di lantai, ada juga beberapa darah yang berceceran dari langit-langit dan sempat mengenaiku beberapa kali, boneka kayu yang jatuh dari atas diiringi suara tawa anak kecil, suara auman serigala (?) dan derap kaki yang ramai, bahkan beberapa kali aku sempat menabrak hantu-hantu yang menghalangi jalanku, dan baru saja aku harus menambah kecepatanku ketika ada sebuah boneka seorang gadis berambut putih dan berpita putih dengan pakaian hitam dan apron putih yang keluar dari dalam lemari besar dengan pisau ditangannya—itu cukup membuatku jantungan sesaat sih.

Entah sudah berapa lama dan berapa jauh aku berlari, yang jelas saat ini aku berada di sebuah lorong panjang dengan lampu yang berkedip. Lagi.

Aku memperlambat lariku karena entah kenapa jebakan-jebakan disini sudah berkurang drastis.

TAP TAP TAP

Suara langkah kakiku bergema sampai keujung lorong, aduh, apa ini berarti sebentar lagi akan ada hantu lain yang menghampiriku karena mengetahui keberadaanku?

Sesampainya di ujung lorong, aku melihat ada persimpangan jalan, mana yang harus aku pilih? Kanan? Yang kelihatannya adem ayem bahkan terang, atau kiri yang jauh lebih gelap dari lorong lainnya?

Kanan? Atau kiri?

Kalau orang normal dan masih pengen hidup pasti akan memilih kanan, selain karena jauh lebih terang, banyak orang bilang kalau kanan itu pasti membawa keberuntungan... tapi kalau ternyata itu jebakan dan malah membuat orang semakin sengsara?

Aku mengusak rambutku dengan cukup kencang, bodohnya aku karena harus bingung hanya karena masalah ini, akupun mulai berjalan ke arah lorong yang lebih gelap. Ke kiri.

Namun saat baru selangkah berjalan di lorong yang gelap ini, aku merasa ada yang menyentuh bahuku. Hanya sentuhan pelan tapi sukses membuat bulu kudukku meremang, dengan perlahan aku menolehkan kepalaku kebelakang...

.

.

Hanya untuk melihat sepasang bola mata berwarna biru cerah yang sangat kukenali.

.

.

.

"Tetsuya-kun?"

"Iya, ini aku sendiri [Name]-san."

Aku mengedipkan mataku beberapa kali, sebelum mencengkram kedua bahu pemuda di depanku dengan kecang, "Ini beneran Tetsuya-kun?" tanyaku lagi, sekedar memastikan. Aku melihat ia menganggukkan kepalanya, dan sontak aku langsung memeluknya.

"Tetsuya-kun! ini beneran Tetsuya-kun! yokatta..." ucapku sambil mengeratkan pelukanku, aku merasa tubuh Tetsuya-kun kaget, namun langsung kembali rileks, bahkan aku merasa ia mengusap rambutku pelan. "Iya ini aku, [Name]-san."

Aku melepaskan pelukanku dari Tetsuya-kun, dan memperhatikan Tetsuya-kun dari atas kebawah.

Baju loli putih yang kotor dan kumuh, payung yang ditutup dan dipegang oleh Tetsuya-kun dengan satu tangan, stocking putih yang sudah sobek-sobek dan sepatu berwarna putih, intinya semua serba putih kecuali rambut biru muda dengan panjang sebahu dan mata birunya.

"Sejak kapan Tetsuya-kun berubah jadi cewek?" ucapku spontan—mengeluarkan pertanyaan yang baru saja timbul di benakku. Aku memang tidak bisa melihat wajah Tetsuya-kun karena saat ini ia sedang membelakangi cahaya, namun beberapa tahun bertetangga dengannya sudah cukup membuatku mengenal gerak-gerik Tetsuya-kun, saat ini aku pastikan ia sedang malu.

"Misaki-san yang menyuruhku memakai pakaian ini," aku menaikkan sebelah alisku. "Dan Tetsuya-kun terima-terima aja dikasih baju kayak gitu?" tanyaku sambil tersenyum kecil. "Misaki-san berjanji akan mentraktirku vanilla shake selama dua minggu, dan aku setuju."

Aku hanya bisa facepalm, kok aku bisa lupa kalau Tesuya-kun itu gampang banget disogok pakai minuman yang diturunkan oleh dewa—kata Tetsuya-kun—bernama vanilla shake itu?. Aku akhirnya hanya menganggukkan kepalaku, memutuskan untuk tidak bertanya lebih lanjut.

Aku merasa ada yang sedang menatapku, dan ternyata itu adalah Tetsuya-kun, jika tadi aku yang memperhatikannya dari atas ke bawah, kali ini ia yang menatapku dari bawah ke atas. Aku melihat ia terdiam, dan karena Tetsuya-kun bukanlah tipe orang yang suka memulai pembicaraan, alhasil akulah yang bertanya lebih dahulu.

"Apa ada yang salah denganku, Tetsuya-kun?"

menggelengkan kepala pelan, "Tidak, hanya saja kenapa [Name]-chan berantakan seperti ini?"

Mendengar itu aku segera mengecek penampilanku, dan kuakui, penampilanku yang berambut acak-acakan dan sudah tidak diikat lagi karena pita yang tadi aku gunakan sepertinya terlepas ketika aku berlari tadi, baju yang dipenuhi debu dan bercak darah, serta wajah dengan riasan yang berantakan pasti bisa membuatku dikira salah satu penghuni tempat ini—hantu maksudnya.

Aku hanya tertawa kecil, "Yah, mau gimana lagi, habisnya aku berlari terus daritadi, dan aku juga sempat menabrak beberapa properti, dan taraa~ beginilah hasilnya~" aku menggaruk tengkuk leherku yang tidak gatal sedikitpun, sementara itu Tetsuya-kun terlihat menghela nafasnya.

"Kalau begitu, apa [Name]-san mau lanjut? Biar aku antarkan." Tawar Tetsuya-kun yang langsung aku jawab dengan anggukkan cepat, "Boleh nih? Makasih banyak ya, Tetsuya-kun! Tetsuya-kun memang baik!" akupun mencium pipi kanan Tetsuya-kun dengan cepat, entah kenapa aku ingin menciumnya, ehm, mungkin karena dia imut? Atau cantik? Yah, siapa tahu kalau aku mencium pipinya kecantikannya akan tertular padaku~ ahahaha~

Aku hanya bisa menatap Tetsuya-kun bingung ketika melihat Tetsuya-kun yang menutup wajahnya dengan kedua tangannya—ah payungnya jatuh dilantai!—, aku melambaikan tangan kananku di depan wajah Tetsuya-kun yang masih ditutupi oleh tangannya.

"Halo? Tetsuya-kun? kok malah nutupin muka? Ayo kita segera pergi dari sini, aku nggak mau disini lebih lama lagi." Ucapku, dan dengan itu, Tetsuya-kun menurunkan kedua tangannya dan salah satu tangannya menggenggam tanganku lalu menarikku masuk lebih dalam ke dalam lorong yang gelap itu.

"E-eh? Tetsuya-kun, memangnya pintu keluarnya memang kearah sana?" tanyaku bingung, walau tidak terlalu jelas aku melihat Tetsuya-kun menganggukkan kepalanya, dan aku hanya bisa menurutinya.

.

.

.

"Oi Kagami.."

"Apaan?"

"Kayaknya ada orang deh dibelakang sana."

"Ahomine, bisa jangan nakut-nakutin orang nggak? Udah tahu gelap gini, lagipula..."

"Lagipula apa?"

"Kau dimana sih? Di depanku, di sampingku atau dibelakangku?"

"OI! NYINDIR YA?!"

"Sejujurnya sih ENGGAK, tapi KALAU merasa baguslah."

"NYARI RIBUT NIH ANAK!"

"HEH, KENYATAAN KOK!"

"BR*NGSEK! SINI KAU BAKAGAMI!"

.

.

.

"Err... Tetsuya-kun, di depan ada orang ya?" tanyaku pada Tetsuya-kun, sayangnya lorong ini benar-benar gelap, sehingga aku tidak bisa melihat apapun, tapi sepertinya lorong ini kosong—karena sampai saat ini, kami bahkan tidak tersandung apapun.

"Aku tidak tahu, tapi itu mungkin saja." Aku hanya menganggukkan kepalaku.

Suasana hening seketika...

"Tetsuya-kun.." panggilku.

"Iya?" aku mendengar Tetsuya-kun menjawab, "Kita berjalan lebih cepat ya?".

"Memangnya kenapa?" aku menggelengkan kepalaku pelan, meskipun aku tahu bahwa Tetsuya-kun pasti tidak bisa melihatnya. "Aku hanya ingin keluar dari sini lebih cepat, aku benci rumah hantu." Jawabku, dan aku yakin Tetsuya-kun pasti akan bertanya alasannya padaku setelah ini.

"Benarkah? Aku tidak tahu kalau [Name]-san membenci rumah hantu," ucapnya, aku hanya bergumam sebagai penggangti jawaban 'Iya'.

"Kenapa?" tanya Tetsuya-kun padaku, aku tahu pertanyaan Tetsuya-kun itu ambigu, bermakna ganda, dan aku yakin Tetsuya-kun ingin aku menjawab keduanya, tanpa sadar aku tersenyum kecil.

"Misa-chan yangmembuatku masuk kesini, dan Akashi-kun juga ikut turun tangan untuk membuatku masuk kedalam tempat ini." aku menjawab, tapi itu baru satu jawaban dari dua jawaban, jadi aku memutuskan untuk melanjutkan omonganku.

"dan, dulu aku juga pernah masuk kedalam rumah hantu bersama seseorang, tapi di tengah jalan aku kehilangannya, waktu itu aku masih kecil, dan coba bayangkan bagaimana perasaanmu ketika ditinggal satu-satunya orang yang kamu ketahui di tempat yang gelap dan dipenuhi makhluk-makhluk yang menyeramkan?" aku terkekeh kecil saat mengingat pengalaman yang membuatku trauma akan segala hal berbau hantu, "aku bahkan ingat saat aku dibimbing keluar oleh seseorang yang berpenampilan seperti sadako, dan berakhir berada di pelukannya sambil menangis kencang." Lanjutku sambil terkekeh kecil, namun aku tiba-tiba tersadar dengan sesuatu dan langsung menghentikan langkah kakiku.

Aku tahu Tetsuya-kun pasti bingung mengapa aku berhenti, namun ada yang lebih penting dari itu.

"Hmm... nii-chan.." gumamku pelan, "Aku memanggilnya 'Nii-chan'..."

Tunggu dulu...

.

Aku selalu memanggilnya 'Nii-chan'...

Gantungan di ponsel'ku memang berinisial 'H', aku ingat ia memberikannya padaku dulu saat aku berulang tahun ke 8 tahun...

.

.

Tapi...

.

.

Aku tidak ingat nama aslinya...

.

.

.

"[Name]-chan?"

Aku tersentak saat mendengar suara Tetsuya-kun tepat di depan wajahku, "I-iya, Tetsuya-kun?" jawabku. "Kenapa berhenti?" aku terdiam lalu menjawab, "Tidak, tidak ada apa-apa, ayo kita lanjutkan" akupun segera menarik tangan Tetsuya-kun untuk berjalan lebih cepat.

.

.

.

"Ahomine"

"Diem kau, Bakagami, lihat ulahmu, wajahku jadi babak belur."

"Nggak kelihatan, eh di belakang ada o—"

"NGEJEK YA?!"

"TAU AH! DIEM DULU KALAU ORANG MAU NGOMONG!"

"MEMANGNYA KAMU ITU ORANG?!"

"NGGAK! MACAN!"

"Haha! Nyadar!"

"DIEM!"

.

.

.

Meskipun gelap, aku yakin kalau tidak jauh dari kami, ada orang lain. Terdengar dari suaranya, kemungkinan besar lebih dari satu orang dan kedua-duanya laki-laki. Aku dan Tetsuya-kun tidak memelankan langkah kami justru sebaliknya, aku menarik Tetsuya-kun agar berjalan lebih cepat kearah sumber suara.

Aku memberi isyarat pada Tetsuya-kun agar berusaha untuk tidak mengeluarkan suara apapun ketika melangkah ketika kami sudah berada dekat dengan sumber suara tersebut.

Suara itu berasal dari belokan yang berada di depanku, mau gimana lagi, kayaknya rumah hantu ini memang di desain seperti labirin padahal seharusnya GYM nggak seluas ini, atau jangan-jangan mereka ngebuat rumah hantu sampai halaman di belakang GYM juga mereka pakai? Entahlah, aku terlalu malas untuk bertanya pada Tetsuya-kun.

Suara perdebatan itu sebenarnya sudah berhenti sejak beberapa detik yang lalu, dan itu agak aneh ketika ada dua orang sedang berdebat namun berhenti secara tiba-tiba, karena itu dengan perlahan aku mengintip ke balik tembok.

Dan melihat sosok berwajah hitam berada tepat didepan wajahku.

"KYYYAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA!"

DUAGH!

Reflek aku meninju wajah itu dengan kencang lalu segera berjongkok dan menutup wajahku.

"SAKIT!" aku mendengar sosok itu berteriak kesakitan,

"PFFTT! BWAHAHAHAHA! MAKAN TUH PUKULAN MENTAH-MENTAH!" dan ini sepertinya suara laki-laki yang lainnya deh... tapi suara mereka kayak kenal..

"DIAM KAU BAGAKAMI!"

...Bakagami?

"AHAHAHAAHAHAHA~ Bagaimana rasanya dipukul cewek, Ahomine?"

...Ahomine?

Kayaknya kenal julukan itu deh...

Akupun mengangkat kepalaku dan melihat disana, beberapa meter dariku, Aomine-kun sedang terduduk dilantai sambil mengusap wajahnya, sementara itu didekatnya ada Kagami-kun yang sedang menertawai Aomine-kun.

"E-eh? Aomine-kun? Kagami-kun?"

Dan saat itu jugalah sepasang mata navy blue dan sepasang mata berwarna crimson menatapku disaat yang bersamaan.

.

.

.

AUTHOR POV

di tempat Midorima-Haruka.

"Haah...akhirnya sampai juga dipintu keluar." Ucap Haruka sambil menghela nafas dan sedikit melakukan peregangan setelah perjalanan yang menurutnya cukup panjang dan biasa-biasa saja itu, sementara itu Yuka yang sedang berada tidak jauh darinya langsung berlari menghampiri.

"Haru-chan! Seruan Yuka membuat Haruka menatap langsung kearahnya, "Apa?" tanya Haruka dengan nada datarnya. Yuka yang sudah berada di depan Haruka dan Midorima menatap mereka berdua dengan pandangan aneh.

"Kalian masuk berdua?" tanyanya, dibalas dengan anggukan oleh Haruka. Yuka yang mendengar itu langsung bersemangat, bahkan mata hitam raven miliknya terlihat berbinar senang. "Serius? Aku tidak tahu kalau kalian berpa—" dengan sigap Haruka langsung menutup mulut Yuka dan men-deathglarenya, "Jangan sembarangan ngomong, Misa-chan yang membuatku harus terperangkap bersama si hijau ini di dalam sana." Desis Haruka namun sayangnya tidak cukup untuk membuat seorang Kumika Yuka, yang merangkap sebagai kakak kembar dari Kumika Yuki ketakutan, malah ia hanya mengangkat kedua bahunya. 'Whatever'.

Sementara itu, Midorima yang merasa tidak ada lagi yang harus ia lakukan di tempat itu pun bersiap untuk pergi tanpa berpamitan terlebih dahulu.

"Eh, tapi Haru-chan tahu nggak? Katanya [Name]-chan ikut masuk ke dalam rumah hantu loh!" suara nyaring milik Yuka membuat pergerakan Midorima berhenti seketika.

'[Name]-san ada di dalam...' batinnya.

"Jangan bercanda, [Name]-chan takut kepada hantu, dan kita semua tahu akan hal itu, bagaimana ia bisa ada di dalam sana?" Meski tidak diperlihatkan, namun bagi sesama penganut tsundere, Midorima tahu ada nada khawatir di dalam perkataan Haruka. "Bukannya aku peduli atau apa loh ya! kan repot kalau kita harus menggotong [Name]-chan kalau penyakit 'malas jalan'-nya kambuh lagi."

Yuka tersenyum kecil, Midorima tahu hal itu karena ia sedari tadi berdiri menatap kedua gadis yang sedang mengobrol seolah-olah dirinya itu tidak ada.

"Yah, kudengar [Name]-chan mau masuk karena Akashi-kun menemaninya~", Haruka yang mendengar ini langsung melirik kearah Midorima—ingin melihat ekspresi Midorima—, dan entah apa yang Haruka pikirkan ketika melihat raut wajah Midorima yang terlihat tidak senang.

"Kalau gitu biarkan saja mereka, bilang pada [Name]-chan segera ke kelas setelah keluar nanti, waktu istirahat sudah hampir habis, aku akan kembali ke kelasku duluan, jaa." Ucap Haruka sebelum akhirnya berlalu pergi, tanpa menoleh sedikitpun kebelakang ataupun mengajak Midorima untuk kembali ke kelas bersama-sama, lagipula ia tahu, Midorima pasti akan menunggu gadis yang ia sukai dan memastikan keadaanya.

"Haah... Sayangnya [Name]-chan itu orangnya nggak peka sama orang lain." Gumam Haruka sebelum akhirnya berjalan menjauh—menuju kelas 1-A dan membantu yang lainnya disana.

.

.

.

Lorong gelap yang tadinya terasa menyeramkan kini justru dipenuhi oleh canda dan tawa dari kedua pemuda dan seorang gadis yang tidak berhenti berbicara sedari mereka bertemu tadi.

"Hahahaha~ aku nggak nyangka kalau hantu bermuka hitam tadi itu Aomine-kun!" ucapmu sambil tertawa, membuat yang dibicarakan tidak terima. "Siapa yang hitam?!"

Kagami ikut tertawa karena merasa mendapat sekutu untuk menghina si dim. "Akui saja kalau kau memang hitam, Ahomine!"

"Diam!"

"Sudah ah, jangan bertengkar terus, aku jadi kayak ngeliat Misa-chan dan Haru-chan di depanku.." ucapmu melerai mereka sebelum pertengkaran mereka berlanjut. "Mending kita lanjut jalan lagi, iya kan?"

Aomine dan Kagami berpandangan sejenak, sebelum akhirnya Kagami membuka mulutnya.

"Y—", "[Name]-san benar, kita tidak bisa terlalu lama disini karena [Name]-san benci hantu."

Kagami bengong. Aomine bengong.

Tadi bukan suara Kagami, apalagi Aomine, dengan cepat mereka berdua membalikkan badan mereka dan melihat sosok hantu yang pernah mereka lihat sebelumnya.

"GYAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA!"

Kamu hanya facepalm, mereka cowok kan? Kok teriak sambil berpelukan gitu sih?

"HUSH! HUSH! PERGI SANA! " kamu semakin speechless saat melihat Aomine membentuk gerakan mengusir kucing ke sosok di depannya, "JANGAN GANGGU AKU! AKU NGGAK ENAK DIMAKAN!" kali ini Kagami yang berteriak sambil menutup kedua matanya.

Kamu menghela nafas. "Kagami-kun, Aomine-kun, itu Tetsuya-kun loh."

"Eh?"

Kamu membuat gestur untuk mengajak Kuroko berjalan mendekat kearahmu yang berada di sebelah Aomine, lalu menurunkan lalu menutup payung putih berenda yang entah kapan dipakai oleh Kuroko.

Aomine dan Kagami hanya bisa terdiam dengan rahang yang jatuh kebawah saat mereka melihat sosok yang mereka ketahui sebagai bayangan mereka kini tengah ber-cosplay menjadi hantu.

"PFFTTT!" Kagami segera membalikkan badannya lalu menutup mulutnya—menahan untuk tidak tertawa, lain lagi dengan Aomine yang langsung tertawa terbahak-bahak namun langsung berhenti karena terkena ignite pass tepat di ulu hati oleh Kuroko.

"Pfftttt...uhuk...aduh maaf, Kuroko, kau cocok memakai pakaian seperti it—oke maaf, aku nggak akan ngomong lebih lanjut." Kagami langsung mengambil jarak beberapa langkah dari Kuroko, tidak ingin tewas seperti Aomine yang kini tengah tepar di lantai.

"Tapi tunggu dulu, [Name], kau nggak kaget dengan kemunculan Kuroko?" tanya Kagami padamu, kamu langsung memasang pose berpikir. "Iya juga ya... ah mungkin karena aku sudah terlalu sering di kagetkan hari ini?" jawabmu sambil mengangkat bahu.

"Memangnya bisa begitu?" tanya Kagami lagi sambil menaikkan sebelah alisnya. "Entah." Kagami sweatdroped seketika.

"Udah ah! Pokoknya ayo lanjut, aku nggak mau disini lama-lama, untung aja di lorong ini nggak ada hantu yang muncul." Kamu menunjuk keujung lorong. "Pintu keluarnya tidak jauh lagi kan? Ayo kita jalan." Ucapmu lalu mulai berjalan terlebih dahulu dengan yakin dan berani—karena sampai saat ini kamu belum melihat satupun hantu yang muncul entah darimana—diikuti oleh Kagami, Kuroko dan Aomine yang diseret oleh Kagami yang memegang kaki kanannya.

Setelah berjalan sekitar 5 menit, kamu melihat ada tanda panah yang menunjukkan jalan keluar, kamu tentu saja semakin semangat untuk pergi menuju arah yang ditunjukkan oleh panah itu, kondisi lorong kini tidak lagi segelap sebelumnya, tapi masalahnya, ada banyak cermin disana, baik yang digantung, ataupun didirikan dengan berbagai macam bentuk.

Entah kenapa hal itu malah membuat perasaanmu tidak enak, dan sepertinya Aomine dan Kagami sependapat dengan hal itu.

Setelah berjalan lebih jauh, kalian melewati sebuah cermin yang cukup besar.

SRET...

Kamu langsung berhenti berjalan.

'Kayaknya ada yang aneh dengan bayanganku di cermin tadi...' pikirmu, dengan hati-hati kamu mencoba mendekati cermin besar tadi lalu berdiri di depannya. Kamu melihat ada sosok yang sangat mirip denganmu berada di dalam cermin itu.

'Nggak ada yang aneh... apa Cuma perasaanku aja?' batinmu sambil berjalan kembali untuk melanjutkan perjalanan untuk menuju pintu keluar.

Dan tidak melihat bayangan seorang laki-laki berumur 20 tahunan yang muncul dari cermin besar tersebut.

Mata laki-laki itu melirik ketempatmu berjalan.

'Hmm? Kukira ia takut pada hantu. Ah sudahlah, yang penting aku tidak sabar menunggu hari esok tiba'

.

.

.

"YATTA! AKHIRNYA KELUAR JUGA!" serumu sambil menari-nari kecil setelah melewati pintu keluar.
kamu melihat Yuka yang berada tidak jauh darimu. "Yuka-chan!" panggilmu dan yang dipanggil langsung melihat kearahmu, "[Name]-chan!"

"[Name]-chan! Kamu nggak apa-apakan? Nggak luka kan? Nggak ada yang sakit kan? Tadi jatuh nggak? Mau kuantar ke UKS? Atau ke Rumah Sakit? AH! Atau ke rumah [Name]-chan aja?" dan serbuan pertanyaan segera diberikan oleh Yuka padamu saat ia sudah berada di depanmu, kamu hanya bisa tertawa miris.

"Nggak apa-apa kok, tadi sempat shock dan nangis sedikit sih, tapi lama-kelamaan biasa kok!" jawabmu sambil mengusak rambutmu.

Yuka mengangguk-anggukkan kepalanya. "Baguslah kalau begitu..."

Tiba-tiba saja kamu teringat akan sesuatu. "Oh iya! Yuka-chan ngeliat Haru-chan dan Midorima-kun?"

"Hm? Haru-chan dan Midorima-kun? ngeliat kok, mereka udah keluar dari tadi. Haru-chan sih udah pergi duluan, kalau Midorima-kun... tuh orangnya lagi duduk disana" Jawab Yuka sambil tersenyum lebar dan menunjuk Midorima yang tampaknya menyadari keberadaanmu dan kini sedang berjalan kearahmu. "Memangnya kenapa?"

"Nggak... nggak apa-apa kok." Balasmu sambil tersenyum kecil, "Cuma nanya aja~"

"[Name]-san" Kamu langsung menoleh kearah sumber suara. "Ah? Iya, Midorima-kun?"

Midorima menaikkan kacamatanya, "Kau tidak apa-apa? Bukannya aku peduli, tapi karena nanti aku akan menjadi dokter maka aku mencoba mengatasimu terlebih dahulu nanodayo!" kamu hanya terkekeh pelan. "Midorima-kun, perkataan dan pengelakkanmu itu nggak nyambung loh, hahaha~" dan kamu semakin tertawa ketika melihat wajah Midorima yang tampak memerah.

Yuka menaikkan sebelah alisnya. 'Midorima-kun kok aneh? tadi dia nggak kayak gini ah...' Yuka memasang pose berpikir sebelum akhirnya membuat gerakan tangan kanan yang dikepalkan lalu dipukulkan ke tangan kiri sebagai alasnya. 'Aku tahu! Jangan-jangan Midorima-kun ada rasa sama [Name]-chan?' kini Yuka langsung senyam-senyum sendiri.

"[Name]-chan! Midorima-kun!" panggil Yuka, sontak kamu dan Midorima menoleh kerah gadis berambut raven itu di waktu yang sama.

"Ada apa?" tanyamu.

"Ekhem, jadi gini, tadi Haru-chan ngomong sesuatu tentang 'segera kembali ke kelas karena waktu istirahat sudah hampir habis'," ucap Yuka, kamu langsung mengernyitkan dahimu. Hampir habis?

"Memangnya sekarang jam berapa?"

Yuka menunjukkan ponselnya padamu. "Jam 14:05,"

kamu langsung kaget, "Serius?! Itu nggak salah kan?!" tanyamu pada Yuka yang langsung menganggukkan kepalanya. "Serius, aku nggak bohong." Kamu mendecakkan lidahmu, "Yasudah kalau begitu aku ke kelas dulu ya! Jaa~" ucapmu sambil menarik tangan Midorima dan segera berlari menuju kelasmu, meninggalkan Yuka yang terdiam sambil tersenyum kecil, Aomine dan Kagami yang tampak kembali bertengkar sejak melewati pintu keluar, dan Kuroko yang terlupakanpun berjalan masuk kembali ke dalam rumah hantu.

.

.

.

.

.

TBC

.

.

.

OMAKE

1#

Setelah [Name] pergi meninggalkan Akashi sendirian, tidak lama kemudian Akashi pun tersadar.

'Ukh, wajahnya saat habis menangis benar-benar manis...' batin Akashi sambil mengusap wajahnya kasar, berusaha menghilangkan rona merah yang mungkin masih terlihat jelas di kedua pipinya.

Setelah merasa lebih tenang, Akashi melihat kesekelilingnya. Yang ia lihat, pertama, hantu yang tergeletak didekat pintu akibat serangan gunting miliknya karena telah menakuti [Name], yang kedua, dari arah lorong, ada seorang anak kecil, oke sekarang masalahnya... dimana [Name]?.

Akashi memutar otaknya—bukan secara harafiah tentu saja—dan setelah ia mengetahui apa yang terjadi, Akashi langsung menatap anak kecil itu dengan tatapan tajam.

"Kau telah membuat [Name] ketakutan, karena itulah ia berlari meninggalkanku, aku benar kan" itu sebuah pernyataan tentu saja. Perlahan, Akashi berjalan mendekati anak itu yang kini tengah gemetaran dibawah pandangan sadis sang emperor, jika 'pandangan bisa membunuh' maka bisa dipastikan anak kecil itu akan menjadi hantu sungguhan sekarang.

Setelah Akashi berada di depan anak itu, seringai tercipta dibibirnya.

"Tidak peduli kau anak kecil, kau telah membuat [Name] takut. Mati sana."

Dan setelah itu,suara raungan dan tangisan pun terdengar di seluruh penjuru lorong. Sedangkan hantu yang tergeletak di dekat pintu yang sudah sadar dari beberapa saat yang lalu lebih memilih kembali pingsan dengan cara memukulkan dahinya ke lantai daripada menjadi korban sang emperor yang tengah mengamuk.

2#

"Hey Tetsu." Panggil Aomine pada Kuroko yang sudah berganti baju seperti semula. Kuroko langsung menatap Aomine, "Ada apa, Aomine-kun?".

Aomine tersenyum lebar sambil berucap.

"Kapan-kapan pakai baju kayak tadi lagi ya! cocok loh! Nanti kujadikan pacarku deh!"

Dan setelah itu, Aomine Daiki pun ditemukan oleh anggota kelas 1-B lainnya dalam kondisi mengenaskan setelah diberikan Ignite Pass Kai dengan gratis oleh Kuroko.

BEHIND THE SCENE

1#

.

Paman itu berjalan lagi menghampiriku. "Adik manis datang kesini sama siapa?" aku tersenyum. "Sama nii-chan!" aku menjawab dengan semangat. "Ohh, dimana dia?" tanya paman itu.

"Nii-chan sedang pergi sebentar, mungkin kekamar mandi?" aku tidak tahu kemana ia pergi, jadi itulah yang kujawab.

"Kalau begitu mau cari nii-chan mu sama paman?" tawar paman itu. Aku tertegun. Gimana ini?
ah, aku ingat sesuatu.

"Tidak, terima kasih paman. Nii-chan berkata aku harus menunggunya disini dan tidak pergi kemana-mana." Aku tersenyum kecil mengingat apa yang tadi ia katakan padaku.

Tiba-tiba saja aku merasakan sesuatu yang lengket mengalir di tanganku. Ah! Es krimnya!.

Aku segera berdiri dan berjalan meninggalkan paman itu kearah tempat sampah terdekat. Membuang es krim itu dan berjalan kembali ke tempat dudukku tadi. Baru beberapa detik aku duduk, aku tersadar akan sesuatu dan segera berdiri lagi dan berjalan menuju paman itu.

Setelah aku berada di depan paman itu, aku meraih jaket paman itu, lalu melapkan tanganku disana.

"Maaf ya paman, pinjam jaketnya sebentar buat ngelap tangan." Ucapku sambil tersenyum manis, menghiraukan tatapan menderita paman itu.

.

.

2#

.

KRING!

Suara lonceng yang terletak di atas daun pintu berbunyi, menandakan ada pelanggan yang baru masuk.

"Selamat datang di Miracle of Chinese Cafe!" seruku sambil tersenyum pada pelanggan yang baru masuk. Menghampiri mereka, aku pun bertanya sambil mengeluarkan senyum terbaikku. "Untuk berapa or—" aku berhenti bicara, facepalm seketika. "Karin-senpai, ngapain datang kesini?"

Sementara itu kulihat manager sekaligus pelatih klub basketku itu langsung berputar-putar di tempat. "Ahahahaha~ sekali-kali numpang eksis nggak apa-apa kan? Habisnya kami nggak muncul-muncul!"

Aku terdiam...

Mika-senpai tiba-tiba saja menarik kerah baju Karin-senpai. "Maafkan dia, kami akan membawanya kembali ke habitatnya. Selamat bekerja!"

Dan setelah itu Mika-senpai pun pergi sambil menyeret Karin-senpai dengan cara memegang kerahnya. 'Kuharap Karin-senpai baik-baik aja...'

.

.

3#

.

"Cih, menjelaskan hal sepele itu dengan panjang lebar pada orang sepertimu membuat leherku sakit." Haru-chan tampak memegangi tenggorokannya, "Ini pertama kalinya aku berbicara sepanjang itu pada orang lain, kau harusnya bersyukur karena hal itu." Aku melihat Haru-chan yang hendak berjalan pergi, namun ia tiba-tiba saja berhenti dan menoleh sedikit kearah Yukimura-san yang masih terdiam dengan wajah memerah.

"Ah iya, dan soal 'jauhi [Full Name]' tadi, aku dengan senang hati menolak." Sebuah seringai terpasang di wajah Haru-chan, "Aku menolak, memangnya siapa kau sampai bisa menyuruhku seperti itu? Hidup-hidupku, nyawa-nyawaku ini, jadi suka-suka aku dong mau berteman dengan siapa?" setelah itu aku melihat Haru-chan yang berbalik lalu berjalan pergi keluar staff room. Aku masih tertegun mendengar semua yang dikatakan oleh Haru-chan. Aku tersenyum kecil. Ternyata meskipun tsundere Haru-chan itu baik banget ya, bodohnya aku sampai meragukan posisi'ku sebagai teman Haru-chan.

DUAGH! PRANG!

Aku tersentak dan langsung melihat kearah Yukimura-san yang baru saja menendang meja di sampingnya, bahkan vas bunga yang ada diatas meja itu kini sudah jatuh dan pecah di lantai dan air kini menggenang di sekitar pecahan itu.

"..." aku terdiam. Yukimura-san juga terdiam. Ruangan hening seketika, namun tiba-tiba saja...

"SAKKIIITTTT! ADUH KAKIKU SAKIT! MEJA APAAN INI YANG KUTENDANG?! BESINYA KOK KUAT SIH?!"

Aku melihat Yukimura-san yang mengaduh kesakitan sambil memegangi kakinya, lalu aku mengalihkan pandanganku kearah meja yang baru saja ditendang oleh Yukimura-san...

"..."

Ya elah, udah tau itu meja besi, masih aja ditendang, besi mana coba yang lunak?.

.

.

4#

.

Rambutmu yang langsung bergerak kesana kemari membuat ikatan yang ada di ujung rambutmu melonggar sehingga ada beberapa helai rambut yang berhasil lolos, suara langkah kakimu yang berlari dengan cepat tidak terlalu terdengar karena suasana koridor yang berisik, belum lagi gerakanmu yang gesit ketika menghindari orang-orang yang berlalu lalang baik dari arah depan, kanan, maupun kiri, saat sedang berlari Akashi tiba-tiba saja sudah ada di sampingmu.

"[Name]" panggilnya, kamu masih terus berlari dan tak menghiraukannya, "[Name]" panggilnya lagi, kamupun langsung menatapnya. "Apa?"jawabmu, "Pelankan larimu, seorang wanita tidak cocok berlari seperti itu." Kamu menatapnya dengan heran, "Aku tahu, tapi saat ini ada yang harus kulakukan, dan ini darurat!" jawabmu sambil terus berlari. Namun tak lama kemudian kamu pun bertanya lagi.

"Mereka kearah mana?" tanyamu sambil berlari, "Dilihat dari arahnya, mereka menuju kelas 1-B", dan tiba-tiba saja kamu berhenti berlari, Akashi yang ikut berhenti menatapmu heran. "Ada apa?" kamu langsung berbalik arah dan kembali berlari sambil berteriak.

"KITA SALAH JALAN!"

5#

.

Meskipun gelap, aku yakin kalau tidak jauh dari kami, ada orang lain. Terdengar dari suaranya, kemungkinan besar lebih dari satu orang dan kedua-duanya laki-laki. Aku dan Tetsuya-kun tidak memelankan langkah kami justru sebaliknya, aku menarik Tetsuya-kun agar berjalan lebih cepat kearah sumber suara.

Aku memberi isyarat pada Tetsuya-kun agar berusaha untuk tidak mengeluarkan suara apapun ketika melangkah ketika kami sudah berada dekat dengan sumber suara tersebut.

Suara itu berasal dari belokan yang berada di depanku, mau gimana lagi, kayaknya rumah hantu ini memang di desain seperti labirin padahal seharusnya GYM nggak seluas ini, atau jangan-jangan mereka ngebuat rumah hantu sampai halaman di belakang GYM juga mereka pakai? Entahlah, aku terlalu malas untuk bertanya pada Tetsuya-kun.

Suara perdebatan itu sebenarnya sudah berhenti sejak beberapa detik yang lalu, dan itu agak aneh ketika ada dua orang sedang berdebat namun berhenti secara tiba-tiba, karena itu dengan perlahan aku mengintip ke balik tembok.

Dan melihat wajah Karin-senpai yang disoroti senter dari bawah tepat di depan mataku.

"KYYYAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA—eh?" aku cengo.

"KARIN-SENPAI NGAPAIN NONGOL LAGI?!"

"Aku juga pengen eksis!"

"Nanti ada saatnya kan?!"

"Nanti itu lama!"

Dan blablablabla... adu mulut itupun terus berlanjut sampai akhirnya Mika-senpai muncul dan menarik Karin-senpai lagi. Kali ini menarik rambutnya.

.

.

Haloha minna~

Gimana chapter kali ini? panjang banget kan ya? XDD
sebenarnya pengen dibuat dua chapter aja sih, tapi sebagai permintaan maaf karena sudah lama nggak update dan malah menyia-nyiakan liburan sebulan penuh yang diberikan sekolah untuk bersantai-santai di rumah hahahaha~

Ah iya, ngomong-ngomong kemungkinan besar Saki akan mengupdate chapter baru dalam jangka waktu cukup lama, mengingat Saki sudah kelas 9 alias 3 SMP, alhasil Saki harus membagi waktu Saki yang memang hanya tersisa sedikit untuk kegiatan lainnya, ah, adakah yang bernasib sama seperti Saki? Hahaha...

Tapi tenang saja, fanfic ini akan terus Saki update kok! Meski waktunya yang tidak menentu, ufu~...
btw itu OMAKE sama BEHIND THE SCENE'nya jadi abal ya? entahlah, kebanyakan ngetik dalam waktu singkat bikin otak jadi kental... uhuk.

*Cheongsam itu semacam pakaian khusus wanita di Cina, apalagi tema ff kali ini terinspirasi setelah Saki nonton anima B*ka t* test OVA, itulooohh yang mereka bikin cafe ala Cina~, kalau yang udah nonton coba lihat pakaian yang dipakai Him*ji, itu yang namanya Cheongsam, nah udah pada tahu bentuk bajunya kayak gimana kan? Pastinya sering ngeliat dong~ kalau nggak tahu, coba tanya ke Mbah Gugel~ XD

Oke sekarang saatnya balas review~

Sabila Foster

Nurufufufufu~ anggap aja Saki gilanya kambuh saat itu~ XD
kalau kolkolkol mungkin bisa sih... eh wait, hoata? Kayaknya pernah denger... siapa ya...*digigit*

Ini sudah dilanjut kok~
Terima kasih sudah mau mereview yaa~

Tsukuro Reiko

Ara~ hontou da? Yokatta, ureshii desu. *smile*

YEAH! Itu fandom lumayan seru~ sebenarnya Saki ini makhluk darimana sih kok baru tahu ada anime yang keren seperti itu?! XDD
aish, tapi kok Saki nggak pernah lihat ya? xixixixixi~

Emoh ah, nambahin mereka ntar menuh-menuhin words. *disabet pipa**digigit alien**disumpel scone**mati*

Yaahh... udah terlanjur disimpan *winks*
lagipula... Saki aja lupa sama siapa aja OC yang didaftarkan... *nah loh*

INI SERIUS ARU!
tidak, [name] hanya akan bersatu denganku da. *salah oi*
hmm~ menurut Saki chapter kali ini biasa aja tuh~

Saki juga sering ngotak-ngatik kok, bahkan lebih parah dari itu. Soalnya setelah diotak-atik, netbook Saki layarnya langsung gelap, jleb, nggak bisa nyala sampai harus di servis...

Hm? Bukannya nanti dijadikan lawan main basket ya? yakin mau muncul sekarang? *bingung*
200 review? Yah, doain aja ya bisa ya~

Okay~ terima kasih sudah mereview aru!

Akiyama Seira

Entah? Karena Saki udah kebal mungkin? Hii... Saki malah nggak pernah dirawat di rumah sakit kecuali pas baru lahir... *YDS*
hihihihi~ mau gimana lagi, menurut Saki menistakan Akashi itu seru~

Haruka Nanase? Aduh, kalau Haru-chan mah, jangankan [name], Saki aja pasti tepar kalau ngeliat dia~ *nge-fly*

Tau tuh, Tet-chan demen banget bayangin yang aneh-aneh..
iya juga ya... Midorin yang jarang senyum kalau tiba-tiba tersenyum itu agak... *merinding*

Nehi nehi *?*, semakin panjang semakin bagus kok! Artinya Saki bisa ngobrol lebih lama dengan Aki-san! (kalau nama panggilannya berubah lagi, ya maaf~ *dibakar*)

Ah iya, terima kasih sudah mau mereview lagi!

Megane v

Tekanan batin? XD
hm? Author-tan? Boleh deh, asalkan artinya bukan 'oranguTAN' tappi jangan 'auTAN' yang obat nyamuk juga dong~ *garuk meja*

hm..hm..hm..hm... entah? Bagaimana kalau Megane-san mikir jawabannya sendiri aja? Saki males jawab *dibanting*
itu Mickey kayaknya deh...
itu juga silahkan mikir sendiri... *dibantai*
uwah?! Yang ngepens ama Ayame ada lagi?! Huwaw, ini ajaib! *diganyang*

Ahahaha~okay ssu! Akan Saki lindungi kalian dari para kecoak! *padahal takut kecoak*

Oke deh, terima kasih sudah mau mereview yaa~ *wingk*

Guest
ufufufufu! Ini udah dilanjut kok!
dan awas, terbangnya jangan tinggi-tinggi, ntar jatuh~ XD

Terima kasih sudah mereview~ *nebar bunga*

Guest 1

Oh iya kah? Terima kasih~ XD
hm~ kalau itu akan terjawab di chapter selanjutnya~ hahahaha~

ah iya, terima kasih sudah mereview!

Shiro

Ini sudah update kok! Maaf menunggu! Semoga suka yaa~
terima kasih reviewnya~

Syifa-sama

Aahaha~ ini sudah di lanjutkan atuh! Maaf nunggu bahkan sampe ngereview dua kali! XD

*JLEB*

m-maksa ya? aduh, maaf kalau terkesan maksa banget... *mojok*
nah, AMIN! Semoga ide memang mengalir terus deh! XD

Makoto akan muncul tak lama lagi kok~

Terima kasih sudah mereview~

Shironanodayo

Ini sudah di update desu!

Selamat menikmati dan terima kasih sudah mereview~

Nikio Suzaka

Halo juga~
nah, kalau soal itu Saki maklum kok, soalnya pas chapter 1 di publish, kekurangan fict ini memang banyak banget, bahkan terkesan terlalu simpel dan kurang menarik, jadi kalau Niko-san menganggap fic Saki tidak layak pada awalnya itu memang biasa, ahahaha~
tapi setidaknya sekarang GoM udah muncul dan udah rada intens kan? *naik-turunin alis*

Hmm... yaa~ memang fic ini dibuat untuk nge-haremin [Name], tapi Saki nggak janji itu akan berlaku sampai fic ini tamat, soalnya ngebayangin chara lain yang sakit hati karena [Name] tidak memilih mereka itu rasanya agak...

Seandainya bisa, Niji-senpai bakal Saki masukin! XD
udah banyak loh yang nanya kayak gini, tapi Saki masih mempertimbangkan tentang Niji yang ikutan apa kagak karena... dia udah punya perannya sendiri nanti...*smirk*

Uhuk, Tet-chan meman manis, Saki juga sukanya ama dia! XD
ah, apakah FS diatas sudah cukup? Atau mau nambah lagi? *ketawa setan*

Yep, ini sudah di update, terima kasih sudah mereview ya! *melambaikan tangan*

Yosh! Minna! Tanpa banyak bacot lagi, kita akhiri chapter ini! XD

CONTINUED or DISCONTINUED IT?

REVIEW PLEASE!

PS: jika yang mereview banyak, kemungkinan besar Saki nggak akan update lama buat chap depan, ok? *wingks*