Title: I Dreamed a dream

Author: Nikun

Naruto By Masashi Kishimoto

Warning: Yaoi, OOC, Typo bertebaran, Mpreg (maybe?)


Hari itu tidak seperti biasanya. Matahari yang seharusnya menampakan diri kini enggan menyinari sudut kota yang biasanya terlihat hangat. Suara tawa dan kecupan hangat pun kini menjadi sesuatu yang langka.

"Moshi, moshi Sasuke Uchiha disini. Aku tidak bisa mengangkat telefon saat ini, tolong tinggalkan pesan setelah bunyi beep—"

Pemuda berambut pirang itu menuntup sambungan telefon saat hanya voice mail dari suaminya yang kembali terdengar. Tiga puluh kali sudah ia mencoba mencoba menghubungi orang bernama Sasuke itu, tiga puluh kali pula ia gagal.

Mata birunya menatap layar handphone dan jendela secara bergantian, tatapan khawatir dan gelisah terlukis jelas di mata jernih itu.

'clek—'

Suara pintu terbuka mampu membuatnya mengalihkan pandangannya dari arah jendela. Seorang dokter wanita berambut pirang tampak keluar dari salah satu ruangan yang berada di lorong yang dipenuhi warna putih tersebut, dengan sigap ia menghampiri wanita itu dengan wajah yang mengambarkan kekhawatiran yang berlipat ganda.

"Bagaimana keadaanya?"

"Naruto, duduklah"

Mendengar perintah itu pemuda bernama Naruto kembali terduduk di kursi pelastik berwarna biru, kedua kakinya lemas namun ia tak melepaskan pandangannya dari dokter yang kini duduk disampingnya.

"Keadaanya memburuk, ia harus di operasi secepatnya" jelas dokter itu dengan nada prihatin.

Hancur sudah pertahanan diri Naruto. Pemuda itu kini tak lagi sanggup menahan air matanya. Tubuhnya mungkin ambruk kelantai jika saja dokter wanita itu tidak dengan sigap memeluknya dan mengelus pelan punggung pemuda itu.

"A-apa yang harus aku lakukan Baa-chan? Sasuke hiks di-dia tidak bisa dihubungi sama sekali" ia berujar pelan di antara isakannya. Dokter yang di panggil Baa-chan itu hanya bisa terdiam, ia tidak peduli pada jaket putihnya yang kini basah oleh air mata karena kini pun air mata sudah tergenang di pelupuk matanya.

"Apa yang harus aku lakukan? Tidak bisakah aku saja yang menjadi donor?" ucapan itu lebih terdengar seperti pernyataan putus asa ketimbang sebuah pertanyaan.

"Naruto—"

Dokter bername tag Tsunade itu mengangkat kepala Naruto dan memaksanya menatap ke arahnya. Sepotong hati Tsunade hancur saat melihat wajah pemuda yang sudah ia anggap anak tersebut penuh dengan keputus asaan.

"Kau tahu hanya dia yang mungkin cocok dan memenuhi kreteria menjadi donor. Kau, kita sudah mencobanya dan kita berdua tahu kalau kau tidak mungkin menjadi donor" sambungnya lembut sembari mengusap air mata di mata biru tersebut.

"Tap—"

"Kita sudah membicarakan ini sebelumnya Naruto, dan kau sudah berjanji kepadaku bahwa kau tidak akan memaksaku melakukan ini padamu"

"Tapi ini tentang anakku Baa-chan, aku tak mungkin membiarkan anakku mati karena ke egoisanku. Persetan dengan kesehatanku, anakku—" Pemuda itu menunduk, ia tak berani melihat sepasang mata yang ada di hadapannya itu.

"Harusnya kau mengerti, Anakku jauh lebih berharga baa-chan" sambungnya pelan. Tubuhnya kembali bergetar hebat saat ia kembali menangis.

"Kau sudah aku anggap anak Naruto, aku tak bisa melakukan ini saat aku tahu bahwa kita masih punya pilihan lain"

"Tapi kau juga tahu kalau 'pilihan' lain itu hampir tidak mungkin, Aku sama sekali tidak bisa menghubungi nya Baa-chan. Sudah empat bulan dia tidak ada kabar"

Tsunade merasakan kemarahan yang membakar di dalam hatinya. Sejak awal ia tahu bahwa pemuda bernama Sasuke itu memang brengsek dan kini ia harus menyaksikan kebenaran dari pemikirannya saat itu, tetapi rasa marah justru lebih ditunjukan pada dirinya sendiri. Ia telah gagal, ia gagal saat ia membiarkan anaknya menikah dengan pemuda bermarga Uchiha tersebut sepuluh tahun silam dan kini Naruto lah yang harus menerima konsekuensi dari kebodohannya itu.

"Ak-aku ingin ke Toilet dulu, tolong beritahu aku jika Menma sudah sadar" dan dengan begitu pemuda tersebut bangkit dan berjalan meninggalkannya dengan langkah lunglai.

"Ya tuhan, kenapa harus seperti ini"


Naruto menatap bayangan wajahnya di cermin, ia bahkan hampir tidak mengenali wajahnya sendiri saat ini.

Kantung mata yang kini semakin menghitam membuat mata birunya menjadi terlihat lebih kelam, bahkan rambut pirangnya yang dulu ia kira terlalu cerah kini terlihat berwarna kuning pucat. Kejadian berapa bulan ini memang benar-benar menyita seluruh tenaganya. Ia bahkan sudah tidak ingat kapan terakhir kali ia tertidur atau makan dan minum.

Dipikirannya kini hanya tertuju pada dua orang yang ia cintai melebihi apapun didunia ini.

Menma dan Sasuke. Dua nama yang tak berhenti berputar di kepalanya, bahkan saat Tsunade membiusnya untuk membuatnya tertidur beberapa waktu lalu.

Menma, anak yang baginya adalah keajaiban. Anak yang kini tengah terbaring lemah di salah satu ranjang di rumah sakit ini. Anak yang kini tengah berjuang melawan penyakitnya. Sungguh, baginya melihat anaknya dalam kondisi seperti itu merupakan siksaan terberat yang pernah ia rasakan.

Dan Sasuke,

Hanya ada kekhawatiran dan kekecewaan saat ia mengingat nama itu. Bagaimana tidak, saat suami yang dulu sudah berikrar untuk setia menemanimu kini hilang bagai ditelan bumi. Tanpa kabar, dan sama sekali tidak bisa dihubungi. Bukan sekali-dua kali ia mencari sosok yang sangat di rindukannya itu. Tak ada nama yang ia ingat yang tidak ia tanyakan perihal keberadaan pria itu. Tapi usahanya nihil, Sasuke seolah tidak ingin ditemukan.

Kondisi anaknya yang memburuklah yang membuat Naruto berhenti mencari sang suami ke seluruh pelosok negri, tapi bukan berarti ia menyerah. Tak ada hari yang tidak dihabiskan Naruto untuk mencoba menghubungi suaminya itu.

Apalagi,

Apalagi setelah ia tau bahwa hanya pria berambut hitam itu yang mampu menyelamatkan nyawa putranya. Hanya pria itulah yang menjadi satu-satunya tumpuan harapannya saat ini, maka ia telah bersumpah pada dirinya sendiri untuk menemukan Sasuke.

Lagipula Menma membutuhkan Tou-sannya seperti ia membutuhkan suaminya.

Dengan satu tarikan nafas panjang ia memutuskan untuk kembali mencoba menghubungi ponsel suaminya.

"Moshi, moshi Sasuke Uchiha disini. Aku tidak bisa mengangkat telefon saat ini, tolong tinggalkan pesan setelah bunyi beep—"

"Sasuke, ini aku Naruto. Aku mengerti jika kau tidak lagi mencintaiku, tapi kumohon pulanglah. Bukan untukku tapi untuk anak kita. Kondisinya memburuk, Menma membutuhkanmu. Kau boleh membenciku, tapi kumohon padamu. Pulanglah untuk Menma, untuk anakmu"

Dan tangisanpun kembali pecah di tengah kesunyian.


AN:

Nikun tau masih banyak fic Nikun yang belom di lanjutin dan malah buat fic multi chapter yang lain, Gomen nee~

Nikun bakal berusaha konsisten sama semua fic Nikun yang lainnya. Mohon maaf kalau masih banyak kekurangan dan kalau ceritanya terlalu pasaran.

Feedback and review akan sangat membantu Nikun memperbaiki segala kekurangan Nikun.