NAMANYA LUHAN

.

Main Cast:

Xi Luhan

Oh Sehun

Kim Jongin

Do Kyungsoo

Wu Yifan (Kris)

Huang Zitao

Other Cast:

EXO Members

.

.

.

Minggu pagi di kediaman Keluarga Kim sangatlah tenang, jam dinding sudah menunjukkan pukul 10 tapi belum ada tanda-tanda kehidupan disana.

KRIINGGG.

Tiba-tiba telepon di ruang tenang berdering.

Akan tetapi tidak ada satupun dari penguni rumah yang tampaknya berniat untuk mengangkat teleponnya.

KRIIINGGG.

Telepon masih setia berbunyi.

"ARGGHH! Kenapa tidak ada yang mau mengangkat sih!" keluh seorang namja bertubuh tinggi menjulang dan berambut blonde yang keluar dari kamarnya dengan gontai.

"Yeoboseo!" Kris, namja itu mengangkat telepon dengan nada ketus.

"Waddup Krease, ini Chanyeol—"

Kris memutar bola matanya malas.

"Kau gila atau apa sih! Kenapa menelepon lewat telepon rumah segala!" amuk Kris.

"Hehe maaf aku sekarang sedang berada dirumah nenekku di desa tidak ada signal handphone" jelas Chanyeol sambil nyengir di seberang sana.

"Lalu ada apa kau meneleponku?" tanya Kris sebal.

"Aku mau membolos kuliah besok, titip absen ya—"

"Ugghhh kau meneleponku sepagi ini dan mengganggu waktu tidurku hanya untuk mengatakan itu!" Kris bertambah geram.

"Hehehe aku takut kelupaan" kata Chanyeol, lagi-lagi disertai cengiran.

"Haahh, baiklah baiklah, tapi omong-omong kenapa sekarang kau jarang ke rumahku? Selesai kelas juga kau langsung melesat pergi entah kemana" Kris menginterogasi.

"Ehm—aku sekarang menjadi penyanyi café, jadi sepulang kuliah biasanya aku langsung ke café" jelas Chanyeol.

"Eh? Kenapa kau tidak bilang padaku? Kenap—"

TUT..TUT..TUT..

Tiba-tiba sambungan telepon terputus.

"Sial!" umpat Kris.

Namja itu berniat kembali ke kamarnya untuk melanjutkan tidurnya ketika—

TING TONG.

—kali ini bel yang berbunyi.

Kris mengacak rambutnya dan dengan langkah gontai berjalan ke pintu depan.

Kenapa hari ini aku sial sekali sih? Kris membatin.

"Eh? Appa?" Kris terkejut saat membuka pintu ternyata appa-nya yang datang.

"Appa hanya pulang sebentar mengambil beberapa dokumen, ini ada oleh-oleh, berikan pada tetangga sebelah juga, kita ada tetangga baru kan?" kata Tuan Kim ambil berjalan ke dalam dan memasuki kamarnya.

Bahkan tidak ada pelukan? Setelah sekian lama tidak bertemu, appa? Kris membatin sedih.

Dalam beberapa menit Tuan Kim sudah bersiap pergi lagi.

"Kris, sampaikan salam appa untuk Luhan dan Jongin, appa pergi dulu" kata Tuan Kim sambil menepuk bahu Kris.

"Ne, hati-hati appa" kata Kris lirih.

Dan dalam sekejap mobil Tuan Kim telah menghilang lagi dari halaman rumah.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

"KIM LUHAN, KIM JONGIN, BANGUUUNN!" teriak Kris.

Tapi tidak ada tanda-tanda mereka berdua bangun.

"KALAU BEGITU AKU HABISKAN SAJA SEMUA AYAM INI—"

Disertai suara gerudak-geruduk Jongin menuruni tangga dengan tergesa, takut ayamnya benar-benar dihabiskan oleh Kris.

"Mana ayamku? Mana? Mana?" tanya Jongin tidak sabaran.

"Tidak ada ayam, aku hanya ingin membangunkanmu saja" kata Kris kalem.

"APA-APAAN SIH!" amuk Jongin geram.

"YA YA! Aku ini hyung-mu jangan berteriak-teriak seperti itu!" teriak Kris sambil mengacungkan sendok ke arah Jongin.

Jongin mengerucutkan bibirnya kesal.

"Tadi appa pulang, hanya sebentar, dan dia membawa oleh-oleh ini" jelas Kris sambil manunjukkan sebuah bungkusan.

"Sushi? Aku tidak suka sushi, aku mau tidur lagi saja" kata Jongin sambil beranjak menuju kamarnya.

"YA! Antarkan dulu ini ke rumah Sehun! Tadi appa menyuruhku membaginya dengan tetangga sebelah!" teriak Kris lagi.

"Kau saja kenapa sih hyung! Semalam aku pulang larut habis malam mingguan, kau kan tidur cepat tadi malam, tidak punya pacar sih!" Jongin beralasan.

Dasar dongsaeng kurang ajar! Batin Kris geram.

Sambil menggerutu akhirnya Kris mengalah untuk mengantarkan oleh-oleh kepada keluarga Oh.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

TOK TOK TOK.

"Permisi" Kris mengetuk pintu rumah keluarga Oh dengan sabar.

Ia mencoba-coba membuka gagang pintunya, dan ternyata tidak terkunci.

"Apa masuk saja ya?" gumam Kris.

Baru beberapa langkah Kris masuk tiba-tiba ada seorang yeoja berkursi roda menghampirinya.

Pandangan mereka bertemu.

Kris terkejut dan menjatuhkan begitu saja barang yang dbawanya.

"Zi-zitao? B-bagaimana bisa?" Kris membekap mulutnya sendiri. Ia sangat terkejut dengan apa yang dilihatnya. Yeoja yang selama ini ia cari-cari ada dihadapannya.

Kris mendekati yeoja bernama Zitao, yang merupakan kakak Sehun itu.

Zitao tampaknya ingin mengatakan sesuatu tapi tidak ada sepatah katapun keluar dari mulutnya karena ia memang sudah lama tidak bisa berbicara. Hanya air matanya yang berlinang terus-menerus.

"Zi, aku merindukanmu—"

Tapi tidak demikian dengan Zitao, ia terus-menerus bergerak mundur tiap kali Kris melangkah maju. Air matanya semakin deras mengalir dalam diam.

"PERGI!" akhirnya Zitao mengeluarkan suara yang bertahun-tahun tidak diperdengarkannya pada siapapun.

"Zi—kenapa begini? Aku mencarimu selama ini kau kemana sa—"

"KUBILANG PERGI!"

"Noona! Kris hyung ada apa ini?" Sehun datang setengah berlari karena shock mendengar teriakan noona-nya.

"Aku ingin menjelaskan sesuatu pada Zitao—"

"TIDAK! AKU INGIN KAU PERGI! SEKARANG!" Zitao kembali berteriak dengan air matanya yang tak berhenti mengalir.

Sehun kebingungan menghadapi semua ini.

"Hyung, lebih baik kau pergi dulu, biar aku bicara dengan noona ku" akhirnya Sehun menengahi.

Kris menunduk lesu.

"Baiklah, tapi kumohon bujuk dia agar mau bicara denganku" pinta Kris lirih.

Sehun hanya mengangguk.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Sehun teringat akan perkataan dokter yang menangani noona-nya ketika ia mengalami kecelakaan.

"Nona Zitao mengalami cedera otak yang cukup berat, sehingga ia mengalami amnesia dan kesulitan bicara. Kejadian yang dialaminya sebelum ia mengalami kecelakaan membuat penyembuhannya semakin sulit, sepertinya ia ingin menghapus ingatan akan kejadian itu dari otaknya. Mungkin penyebab dari sesuatu yang terjadi pada nona Zitao bisa membuat dia kembali bicara, tapi entahlah saya tidak bisa memastikan…"

Sejak saat itu Sehun bertanya-tanya sebenarnya apa yang terjadi pada kakaknya sebelum kecelakaan itu terjadi sehingga ia ingin menghapus semua ingatannya akan hal ia harus bertanya pada siapa? Semenjak kecelakaan Tao tidak lagi bisa berbicara. Dan hari ini semuanya terjawab begitu saja.

Dan jawabannya adalah—

—Kris?

"Noona sebenarnya ada apa antara kau dan Kris hyung?" tanya Sehun sambil duduk bersimpuh didepan kursi roda Tao.

Tao menunduk, air matanya kembali berlinang, mengingat Kris hanya membuat luka hatinya kembali menganga.

Masih teringat jelas diingatannya ketika hari itu ia dan Kris berencana bertemu di sebuah café, hari itu mereka berencana menemui eomma Tao untuk meminta persetujuan akan hubungan mereka.

Tao berjalan tergesa menuju café itu, takut Kris menunggu terlalu lama.

Tapi ketika ia membuka pintu café, pemandangan yang pertama kali tersuguhkan untuknya adalah Kris tengah mencium seorang yeoja, yang dikenalnya sebagai kakak angkatannya—Bae Suzy.

Tao melangkah pulang dengan hati hancur, tidak peduli dengan tatapan sekelilingnya karena ia berlari dengan menangis sesenggukan.

Dan terjadilah kecelakaan itu.

Sebuah mobil menabraknya ketika ia tengah menyebrang.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Luhan tengah menunggu Sehun untuk berangkat bersama, tapi yang ditunggu tidak kunjung muncul juga. Ia memutuskan berangkat dengan Jongin, walaupun Jongin sempat protes karena ia jadi tidak bisa berangkat dengan Kyungsoo.

"Heylooo everybody!" sapa Luhan ceria ketika memasuki kelas. Makhluk aneh dengan gaya khas celana training di balik roknya itu berjalan ke arah bangkunya sambil terus menebarkan senyum.

"Menang taruhan bola lagi?" jawab Baekhyun cuek sambil terus memainkan ponselnya.

"Tidak, sedang senang saja. Mana yang lain?" tanya Luhan sambil mendudukkan diri di sebelah Baekhyun.

Yang ditanya hanya menggedikkan bahunya.

Beberapa saat kemudian Minseok datang dengan wajah tak kalah berseri-seri.

"Yo~yo ada apa denganmu Minseok-ah?" tanya Luhan sambil merangkul sahabatnya itu.

"Hihihi kemarin Jongdae baru saja menyatakan perasaannya padaku" jawab Minseok sambil terkikik. Rona merah terlihat jelas diwajahnya.

Luhan melongo. Baekhyun mengeluakan ekspresi yang sulit diartikan.

"Whoaaa daebak si tukang bikin rusuh akhirnya berani juga menyatakan perasaannya padamu eh?" goda Luhan setelah berhasil mengatasi keterkejutannya.

Luhan memeluk Minseok dan memberi selamat padanya.

Sedangkan Baekhyun?

Mematung tanpa ekspresi.

"Ehm—selamat ya" ucap Baekhyun akhirnya.

Luhan tahu betul apa yang dirasakan Baekhyun. Tapi ia tak bisa berbuat banyak. Baekhyun sahabatnya, begitu juga Minseok.

"Wah wah ada apa ini? Sepertinya aku ketinggalan sesuatu ya?" Kyungsoo datang mencairkan kecanggungan yang sempat muncul.

Minseok menceritakan semuanya, dari awal Jongdae memberinya kejutan, kemudian menyatakan perasaan dengan cara yang romantis. Benar-benar sesuatu yang tidak terduga mengingat selama ini yang mereka tahu Jongdae adalah si tukang membuat onar.

Baekhyun menghela nafasnya.

"Baek ada apa denganmu? Tampaknya kau sedang tidak sehat ya?" tanya Minseok mencurigai gelagat aneh Baekhyun. Luhan dan Kyungsoo hanya bertatapan penuh arti.

"Ti-tidak kok, ehm—hanya cuaca hari ini terasa sangat panas hahaha" Baekhyun tertawa canggung.

"Baiklah nanti siang kita makan-makan bagaimana? Sekalian merayakan baikannya Kyungsoo dengan Jongin" usul Minseok.

Kyungsoo mengangguk malu.

Baekhyun mau tidak mau ikut mengangguk setuju.

Kau harus kuat Byun Baekhyun, batinnya.

.

.

.

.

.

.

.

.

Sepulang sekolah mereka tengah menunggu namjachingu masing-masing, kecuali Baekhyun tentunya. Luhan menanti Sehun dengan cemas pasalnya sedari tadi pagi ia belum melihat Sehun, bahkan ketika jam istirahat di kantin ia tidak juga melihat wajah tampan kekasihnya bersama dengan Jongin dan Jongdae.

Jongin dan Jongdae sudah muncul sambil saling melempar gurauan.

Diikuti Sehun dibelakang mereka yang berjalan dengan wajah yang terlihat—marah?

Luhan agak mengernyit melihat Sehunnya.

"Aku ingin bicara" kata Sehun datar pada Luhan, tapi tanpa melihat wajahnya.

"Kalian duluan saja nanti aku dan Sehun menyusul" kata Luhan pada yang lain yang kemudian menatap mereka berdua dengan heran.

"Tidak apa-apa duluan saja" Luhan kembali meyakinkan. Dan akhirnya semuanya pergi sambil melempar tatapan khawatir pada Luhan dan Sehun.

Sehun menyandarkan bahunya pada dinding. Tampak bimbang untuk memulai bicara.

"Ada apa Sehunnie?" Luhan memulai pembicaraan dengan nada khawatir.

"Aku—"

"—ingin kita putus" ucap Sehun akhirnya.

APA?

Luhan merasa bola matanya memanas.

Ia berusaha menahan sekuat tenaga agar air matanya tidak keluar. Apa itu barusan? Kenapa Sehun tiba-tiba berkata seperti itu? Batinnya.

"Tapi—kenapa?" Luhan berusaha tegar dan menatap Sehun lekat-lekat. Benar-benar ingin tahu apa yang sebenarnya ada di pikiran kekasihnya itu.

"Bagaimana bisa—" suara Sehun sedikit bergetar, sepertinya ia juga menahan tangis.

"—aku berpacaran dengan adik dari seseorang yang telah menghancurkan hidup kakakku?"

Luhan membulatkan matanya. Apa maksud perkataan Sehun barusan?

"A-aku tidak mengerti.." Luhan berkata sambil menyeka air mata yang mulai menuruni pipinya.

"Tanyakan saja pada Kris hyung, si penghianat itu!" kata Sehun sambil berlalu tanpa menoleh sedikitpun pada Luhan.

Luhan tidak kuat lagi menahan berat tubuhnya. Ia terduduk di salah satu koridor sekolah dan menangis sejadi-jadinya. Untung saja tidak ada siswa atau guru yang kebetulan lewat situ.

Kenapa nasib cintanya menjadi seperti ini?

Cinta pertamanya terasa begitu rumit, kemarin baru saja ia bertengkar kemudian baikan, kenapa sekarang malah putus?

Dan ada apa antara Kris dan noona-nya Sehun?

Luhan merasa kepalanya sangat pening. Air matanya tidak mau berhenti mengalir.

.

.

.

.

.

.

.

Chapter ini sedih yak? :(

Bentar lagi mau ditamatin soalnya hehe

P.S: Saya suka sebel kalo ada yg bilang nggak suka pairing-nya lah, nggak suka kalo si ini dijadiin orang ketiga lah, duh kalo nggak suka nggak dibaca juga nggapapa kok, tapi jangan ngebash saya gitu bikin mood turun tau nggak? *sorry curhat* hihihi

Makasih yg udah mau repot-repot review, saya sangat menghargai review kalian kecuali yg ngebash duuhh.

Paipai~~