Disclaimer :

All Characters and Setting Belongs To JK. Rowling

Plot and OOC Story By : Petite Veela

(Timeline : Tahun ke 6. Dumbledore dan Cedric masih hidup. Voldemort mati sajalah(?))

"Watch your step! Mudblood.."

Hermione mendongak setelah sedetik merasakan sakit yang tiba-tiba dibahu kanannya, Ia sedang dalam perjalanan terburu-buru menuju Quidditch Pitch untuk menonton pertandingan Gryffindor melawan Hufflepuff yang akan dimulai 5menit lagi ketika ia tak sengaja menabrak bahu seseorang. Dia baru akan meminta maaf ketika entah siapa yang ditabraknya itu mengucap kata-kata paling tabu baginya dan sebagian besar masyarakat sihir, Draco 'si Brengsek' Malfoy.

Hermione, meggertakkan giginya untuk mencegah dirinya mengumpat didepan si Pirang sialan ini. Ia memutuskan untuk berlalu dari hadapan Draco secepat dia bisa, tapi baru saja mengambil satu langkah si Ferret Busuk sialan itu menarik rambutnya.

"Arrrggghhh! Lepaskan kau Pria pengecut!" teriak Hermione.

Geram pada apa yang dikatakan Hermione, Draco tidak lagi hanya menarik rambut Ketua Murid itu, kali ini ia juga menarik lengan Hermione. Tak bisa bergerak, dengan kepala agak mendongak menahan sakit karena rambutnya ditarik kencang-kencang dan tangannya yang tertahan oleh Draco, yang bisa dilakukan Hermione hanya menggertakkan giginya dan memejamkan mata rapat-rapat, harga dirinya terlalu tinggi untuk memohon pengampunan dari berandalan Slytherin itu.

Puas akan apa yang bisa dilakukannya pada musuh bebuyutannya itu, Draco menyeringai.

'PRIA BRENGSEK SIALAN! BANCI!' teriak Hermione dalam hati.

"Sakit Granger? Mau yang lebih sakit dari ini?" Ejek Draco yang kemudian menyeret Hermione ke balik pintu kelas yang terbuka.

Pertandingan kurang 2menit lagi, Hermione tak mau melihat Harry dan Ron kecewa karena tak melihat mereka bertanding sejak awal.

"Apa maumu, Brengsek?" desisnya sambil berjuang mehahan sakit.

"Wohoo, Santai saja, Granger," Draco tiba-tiba melepaskan tangannya yang tadinya menarik rambut Hermione, meletakkannya ke balik pinggang perempuan itu dan menariknya tepat kehadapannya, sementara tangan satunya memegang erat tangan Hermione didepan dadanya, hanya menyisakan jarak beberapa centi diantara mereka.

Hermione mendelik ketika Draco memandang kedalam matanya, lalu menjatuhkan pandangannya kebibirnya.

Draco –tanpa disadari olehnya- menjilat bibirnya sendiri, mendekatkan mukanya ke muka Hermione.

Sementara Hermione kelabakan mencoba melepaskan diri, tapi tenaga Draco terlalu kuat untuknya. Ia menutup mata dan bibirnya rapat-rapat, Mencoba sekuat tenaga menjauhkan dirinya dari si Malfoy muda.

'Bruuuukkk!'

Sakit. Hermione merasakan hentakan dipantatnya dan merasa mungkin tulang ekornya telah patah. Ia membuka matanya dan melihat si Keparat Malfoy terbahak.

Rupanya Draco melepaskan Hermione tepat ketika si Ketua Murid Perempuan itu mengerahkan seluruh tenaganya untuk melepaskan dirinya.

"Kau pikir aku sudi menciummu, Eh Mudblood kotor?" Seringainya.

"SIALAN KAU!" teriak Hermione.

Baru saja Draco akan membalas perkataan Hermione, tiba-tiba pintu kelas terbuka, diikuti kemunculan seorang murid perempuan berdasi hijau dengan mata cokelat gelap dan rambut sewarna dengan matanya.

"Draco?" Suaranya begitu lembut dan halus.

Murid itu terlihat bingung dengan apa yang dilihatnya. Draco dan Hermione menoleh secara bersamaan.

Hermione menelengkan kepala mencoba mengenali murid itu.

"Astoria," Draco berkata pelan.

"Draco, apa yang kau lakukan disini? A.. aku mencarimu kemana-mana," Kata gadis yang dipanggil Astoria itu menghampiri Draco.

Draco mendengus.

"Hanya bermain-main," Ia menyeringai mengerling Hermione.

"Draco, ayo kita pergi, kau kenapa mengisengi orang seperti dia?" Suara Astoria sangat lembut, namun nadanya sangat tajam dan langsung menembus ulu hati Hermione.

Kali ini giliran Hermione (yang omong-omong sejak tadi masih dalam posisinya ketika jatuh terduduk) yang mendengus.

"Tentu, ayo kita pergi" Kata Draco yang masih menatap Hermione, kemudian langsung melenggang meninggalkan ruang kelas diikuti Astoria yang melemparkan pandangan menghina kepada Hermione.

Hermione mendengus lagi.

'Dasar ular-ular licik' pikirnya. Ia berdiri membersihkan jubahnya dari debu lantai. Menahan sakit yang kini mulai menjalar keseluruh tubuhnya, kemudian ikut meninggalkan kelas menuju Quidditch Pitch, tempat yang harus dicapainya 10menit lalu, sebelum Draco mengganggunya.

'Harry dan Ron akan membunuhku jika aku tak bisa menjawab apa yang mereka tanyakan pada pertandingan ini' omel Hermione dalam hati.

Gryffindor seri dengan Hufflepuff, dan ini membuat seluruh tim (yang sebagian besar adalah teman Hermione) uring-uringan di meja makan asrama saat makan malam.

Dan tepat seperti dugaannya, Harry dan Ron, bahkan sekarang Ginny bertanya mengenai pendapatnya tentang pertandingan tadi.

"Bukankah Harry mendapatkan snitchnya sebelum si Fleet memasukkan Quaffle terakhir? Harusnya kita yang menang, ya kan Hermione?" Cerocos Ron.

"Aku heran akan permainan Tim Gryffindor hari ini, bisa-bisanya Quaffle hanya masuk sekali" Geram Harry.
"Mereka yang terlalu keras berusaha atau kita yang terlalu meremehkan?" Omel Ginny.

Hermione hanya menimpali sesekali. Ia tak begitu mengerti dan tentu tak begitu suka Quidditch. Terbang adalah sesuatu yang tidak dikuasainya.

Ia menyesap jus labunya ketika tak sengaja matanya memandang arah tepat didepannya yang ternyata adalah meja Slytherin, ia terbatuk ketika melihat si Licik Malfoy mengangkat gelas seolah bersulang kepadanya. Untung ketiga temannya masih mengobrol seru tentang pertandingan sehingga tak memperhatikannya. Hermione mengerling sekali lagi kearah Malfoy yang ternyata sudah mengalihkan perhatiannya pada perempuan yang diciumnya dengan Hot di meja Slytherin, sekali lihat kali ini Hermione tahu bahwa itu adalah perempuan tadi siang, Astoria kalau dia tak salah ingat.

Hermione mendengus, menoleh ke maja para guru yang ternyata semua sama sibuk mengobrolnya seperti teman-teman Gryffindornya.

'Pantas tak ada yang melihat kelakuan Malfoy' Omel Hermione dalam hati.

Ruang Rekreasi Slytherin

Draco sedang tertawa-tawa bersama teman-teman Slytherinnya ketika seorang murid kelas pertama dengan takut-takut memberikan surat untuknya. Draco menerima amplop yang distempel lambang Malfoy itu.

Mengerutkan kening karena heran akan datangnya surat yang tiba-tiba dari orang tuanya, Draco pamit kepada teman-temannya untuk kembali ke kamar. Astoria cemberut ketika pacarnya melepaskan pelukan darinya. Draco duduk diatas ranjangnya, menyobek amplop surat dan membaca isinya.

"My Dearest Son, Draco,

Kau akan terheran-heran dengan kedatangan surat kami yang begitu tiba-tiba. Terlebih kau akan terkejut dengan akhir surat ini. Kementrian Sihir baru saja memutuskan tentang Undang-Undang pernikahan di dunia sihir. Dan coba tebak apa isi undang-undangnya? Mereka melarang semua keturunan darah murni menikah dengan sesama darah murni untuk memperluas kekerabatan antar penyihir. Mereka hanya mengizinkan kita menikahi para Mudblood. Ibu dan Ayahmu tentu sama sekali tidak setuju akan hal ini, tapi kurasa kita sudah tak bisa lagi menyogok kementrian secara Perusahaan Ayahmu sedang mengalami masa-masa tak stabil. Kami kira kita harus cepat mendapatkan Mudblood terbaik sebelum ia diambil yang lain. Setelah melakukan riset dokumen dikementrian ayahmu menemukan satu nama yang bagus : Hermione Granger.

Kami sudah mengajukan undangan makan malam untuk kedua Muggle Granger yang tentu saja disambut mereka dengan bingung. Kami juga sudah meminta izin Dumbledore untuk mengizinkanmu dan si Anak Granger untuk datang ke Manor saat makan malam itu.

Kami harap kau bisa bekerja sama demi nama baik ayahmu, Draco.

With Love,

Narcissa ."

Draco ternganga.

Tbc