Tikoro Andon Peso

(mendekati seseorang yang akan menyakiti atau menghakimi kita)

sebab dendam tidak akan membawamu kemanapun, kecuali dalam pusaran yang menyakitkan.

.

.

WARNING : Karakter hanyalah nama. Ide dan tema yang mirip tidaklah disengaja. Plagiatisme adalah tindakan murahan bagi seorang pengarang. Hak kalian untuk menyukai ataupun membenci, tapi usahakan jangan dibaca bila tidak suka.

.

words : 1,233 / rate : M / genre : drama romance

.

.

"Ah!"

Luhan semakin keras memasuki tubuh Minseok melalui lubang anusnya. Rambut Minseok yang bersemburat jingga lepek dan seluruh tubuhnya yang berkulit hampir seputih salju kuyup oleh keringat. Jemari mungil berkuku agak panjangnya mencengkram bahu dan menggores punggung Luhan, meninggalkan bekas cakaran merah yang kentara.

"Ah!"

Desahan kembali keluar dari bibir manis Minseok, begitu pula dengan air mata yang tak henti mengalir dari mata yang berbentuk mirip buah almond itu. Sedangkan seluruh indera Luhan seakan dikabuti oleh kenikmatan seksual, sehingga tidak menyadari betapa tidak inginnya Minseok melakukan semua ini. Terlentang di atas kasur dengan Luhan yang terus menggenjot bokong Minseok tanpa ampun.

Betapa Minseok tidak menginginkannya.

"Ah! Ah!"

Erangan Minseok berasal dari kesakitan seorang lelaki yang tak pernah tersentuh namun dipaksa untuk siap meski dia tidak mau. Desahan Minseok berasal dari harga dirinya yang terluka. Nikmat memang saat Luhan memasuki dirinya dengan tempo yang menggila, tapi semakin menjadi kenikmatan yang dialami Minseok, semakin itu menggerogoti nuraninya yang telah bersumpah bahwa tubuh, jiwa dan hatinya sesungguhnya hanya milik Baekhyun seorang.

"Ah!"

Minseok ingat bagaimana sulitnya melawan Luhan yang tengah berada di bawah pengaruh alkohol. Minseok ingat saat dia dimasuki Luhan secara paksa, setelah sebelumnya dua jari Luhan melebarkan jalannya terlebih dahulu. Minseok ingat betapa sakitnya ketika kepala penis Luhan merobek tubuh bagian bawahnya, dan terasa olehnya sedikit darah mengalir akibat lecet oleh perlakuan sang pemuda Cina yang kasar. Minseok ingat ketika Luhan tidak mau mendengar ringisan, tangisan, maupun teriakannya yang meminta berhenti.

Pada saat itu terbayang senyum Baekhyun di pelupuk mata Minseok yang basah.

Nyeri dari rasa bersalah yang mulai menjalar di pikirannya membuat Minseok menangis sesenggukkan, bahkan ketika Luhan ambruk di atas tubuhnya setelah mencapai klimaks secara bersamaan. Perlahan dan perih, Minseok melepaskan kejantanan Luhan dari anusnya. Dia juga meremas dinding anusnya dari dalam, membuang semua sperma Luhan yang tertampung di sana. Minseok melihat bagaimana cairan putih itu mengalir keluar lubangnya dan menetes ke sprei di bawahnya, membuat kasur tempatnya berbaring sekarang menjadi lebih basah dan tidak nyaman untuk ditiduri.

Jijik.

Ternoda.

Sembari memeluk dirinya yang telanjang tanpa sehelai benang pun, Minseok terisak pelan, terbesit di benaknya bahwa dia tak ingin membangunkan Luhan dan membuat keadaan semakin kacau. Berbagai pertanyaan timbul di benak Minseok yang tengah kebingungan;

—mengapa Luhan melakukan hal ini padanya? Bukankah masih ada anggota EXO lain untuk ditiduri meskipun pikiran Luhan racau oleh alkohol? Mengapa harus Minseok, yang jelas-jelas Luhan tahu bahwa pemuda itu telah menjalin komitmen untuk berhubungan dengan Baekhyun? Bukankah tidak seharusnya sahabat berlaku seperti ini, jika Luhan mengakui Minseok sebagai sahabat lelaki cantik itu?—

Minseok sungguh tidak habis pikir. Dia merutuki keadaan anusnya yang perih diobrak-abrik, ketidakmampuannya untuk mempertahankan diri, serta erangan-erangan seksi yang tidak sengaja dia keluarkan membuat suasana semakin panas serta merangsang Luhan tadi. Ini pukul dua pagi, ketika udara menusuk dan bintang-bintang tak lagi malu tampil di angkasa yang pekat.

Minseok menangisi nasib, berbelasungkawa dan merasa iba untuk dirinya sendiri, di kamarnya yang seharusnya dibaginya bersama manajer-hyung—tik-tok jarum jam dinding menemani isakan pelannya, sedangkan Luhan di sampingnya tertidur pulas tanpa menyadari perbuatannya telah menghancurkan setengah hati Minseok.

.

.

Biasanya Junmyeon dibantu Minseok untuk membangunkan 8 anak sapi lainnya (minus Yixing dan Kyungsoo yang rajin bangun pagi untuk menyiapkan sarapan, walau terkadang Chanyeol juga telah terbangun pukul setengah enam), tapi pintu kamar lelaki tertua di EXO itu belum terbuka. Sambil menggerutu mengapa hari ini Minseok ikut-ikutan bangun kesiangan, Junmyeon membangunkan teman-teman sekamarnya terlebih dahulu, kemudian beralih ke kamar sebelah tempat Jongin, Chanyeol, Tao dan Baekhyun tengah tertidur pulas meski jarum jam telah menunjukkan angka enam lebih tiga puluh.

Baekhyun sesungguhnya telah terjaga semenjak tadi, namun matanya masih dia katupkan dan selimut masih melingkari bagian tubuhnya dari pinggang. Dia menunggu seseorang yang biasa membangunkannya dengan tepukan pelan di pipi, juga kecupan lembut di kening. Baekhyun menunggu Minseok.

Ketika suara pintu dibuka dan secercah cahaya lampu dari ruang tengah memasuki kamar mereka yang gelap, Baekhyun merasa jantungnya berdetak lebih cepat dari biasanya. Dia bahkan tidak bisa menyembunyikan senyumannya saat merasakan ada seseorang yang mendekat ke arahnya. Tapi semakin dekat orang tersebut, Baekhyun dapat menebak bahwa orang itu bukanlah Minseok yang didambakannya. Harum tubuh mereka berdua berbeda, dan Baekhyun memberanikan diri untuk membuka kemudian mengerjapkan matanya yang ternyata masih begitu berat.

"Suho?" tanya Baekhyun dengan suara serak.

"Maafkan aku bukan Minseok-hyung," ujar Junmyeon cepat, menjawab pertanyaan Baekhyun yang bahkan belum sempat diutarakan. Sebegitukah jelasnya kekecewaan Baekhyun di mata Junmyeon? "Sepertinya Minseok-hyung hari ini bangun kesiangan," lanjutnya sembari menggoyang-goyangkan tubuh Chanyeol keras, bocah satu ini merupakan seorang light sleeper yang sepertinya semenjak kedatangan Suho ke kamar mereka, dia sudah merasa terusik.

"Sebaiknya kamu segera bangkit, mandi, lalu sarapan, Baekhyun. Meski hari ini off bukan berarti kita harus selamanya bermalas-malasan di kasur."

Diliriknya kasur di samping Chanyeol yang telah rapi, berarti Tao telah terbangun dan giliran Jongin untuk dibangunkan. Tiba-tiba Junmyeon merasa ragu, sebab dia tahu pemuda berkulit eksotis ini biasanya pulang latihan pukul tiga pagi. Jumyeon merasa sedikit bersalah untuk membangunkannya, sebab beberapa lainnya di EXO tertidur pulas setelah pesta soju, sementara Jongin sibuk berlatih.

Tapi Junmyeon tidak diajari untuk pilih kasih terhadap anggotanya. Dia menepuk-nepuk bahu Jongin, membuatnya terjaga dan ketika mata Jongin yang kemerahan itu menatapnya, Junmyeon memutuskan misinya di dua kamar telah selesai. Tinggal satu kamar lagi, tidak termasuk kamar Minseok-hyung bersama manajer.

Melihat Junmyeon yang akan pergi, Baekhyun segera beranjak dan menawarkan bantuan. "Biarkan aku ikut membangunkan yang lainnya, hyung."

Junmyeon tersenyum, "Boleh saja, tapi bereskan dulu tempat tidurmu."

Mendengar jawaban Junmyeon, Baekhyun hanya mengangkat bahu dan membalas, "Nanti."

Keluar dari sana, ternyata mereka disambut oleh pemandangan di mana hampir semuanya telah terbangun. Ada yang duduk di sofa menunggu kamar mandi kosong, menggaruk-garuk perut atau menguap pertanda masih mengantuk. Semuanya ada, kecuali Minseok... dan Luhan?

Baekhyun menghela nafas. Bangun tanpa kecupan ringan Minseok di keningnya merupakan awal dari hari yang buruk bagi lelaki itu. Dia menolehkan kepalanya ke pintu kamar Minseok dan manajer-hyung yang masih tertutup, juga mungkin masih terkunci. Tapi Baekhyun benar-benar ingin bertemu kekasihnya itu, sehingga dilangkahkan kakinya menuju kamar tersebut. Diketuknya pintu dari kayu mahoni itu cukup keras, namun tidak begitu kasar.

"Minseok-hyung? Bangunlah, chagiya, hari sudah siang," ujar Baekhyun dari balik pintu. Dia tidak perlu menyebut nama manajer-hyung juga sebab beliau tidak tidur bersama Minseok.

Ini bukan Minseok yang biasanya. Tidak terdengar reaksi dari pemuda chubby itu setelah Baekhyun memanggil namanya. Setebal apapun pintu tersebut, ucapan Baekhyun pasti akan terdengar oleh Minseok dan suara kresek-kresek selimut dibuka akan terdengar pula oleh Baekhyun, kan? Tapi hening. Tidak ada jawaban dari Minseok. "Hei, bangunlah, cantik." Baekhyun mencoba lagi, sambil mengetuk pintu lebih keras. Namun lagi-lagi nihil.

Dicobanya untuk memutar kenop pintu dan ternyata...

Terbuka. Pintu itu tidak terkunci, membuat Baekhyun semakin kebingungan. Benar-benar bukan Minseok yang biasanya, meski pada awalnya Baekhyun tidak mempermasalahkannya sama sekali. Kamar itu gelap tanpa ada penerangan kecuali cahaya lampu dari ruang tengah yang masuk melalui lubang pintu. Ada seseorang berambut strawberry blonde tidur dengan dada telanjang, selimut menutupi bagian perutnya ke bawah. Baekhyun yakin benar pemuda itu tidak memakai apapun lagi di balik selimut tersebut.

Terkabuti amarah, Baekhyun segera berlari menerjang lelaki yang masih terlelap tersebut dan mencengkram bahunya keras. "Brengsek! Apa yang telah kau lakukan, hah?" Teriakan Baekhyun bernada begitu kasar dan penuh dendam membuat anggota EXO lain yang berada di luar kamar, berhamburan menuju ke lokasi. Dan betapa terkejutnya mereka mendapati sang diva, Baekhyun, hendak mencekik Luhan yang tengah dalam kondisi tak berbusana di kamar Minseok, tanpa ada jejak sang pemilik kamar di sana.

to be continued.

.

.

Makasih banyak buat yang review TAP chapter 1 :

FriederichOfficial, Xiubutt, AbigailWoo, XiaoLuhan, castangle, tata. , vlhm, luxiu, luminxx, Yamato Miyako Fujoshi, 1, Akira Naomi, me, Kim Eun Seob, , onlyxiuhan, xoxoxoxoxo, AngAng13, JanuaryLovy, Xiubaoo, Yuuhee, dan AQuariisBlue, , .73, Ve Amilla (btw ada yang ganti username yah, hehehe)

Thanks a bunch buat kalian reviewers di chapter pertama, kalian itu kaya obor yang membakar api unggun. Tanpa kalian, semangatku buat nerusin fic ini ga bakal berkobar. Jangan lupa silent readers yang seenggaknya nambahin grafik viewers, hahaha

Baca catatan perbaikan di chapter 2 yah.