Aku berusaha keras menciptakan kesan sebagai seorang turis yang paling berpengalaman, tetapi aku tidak sepenuhnya yakin bisa melakukannya. Dan mungkin aku tidak tampak secerdas yang aku banyangkan, menjadi orang pertama yang nongkrong di gerbang bandara setengah jam sebelum serombongan besar peserta tur datang.

Dan sini...aku benar –benar mengudara sekarang, mengudara menuju daratan Amerika untuk pekerjaan baruku. Aku duduk tegak dan menarik nafas dalam,

"Hidup baru, aku datang!"

.

NEARLY -WEDS

(Novels remake)

Main Cast:

Lee Sungmin

Cho Kyuhyun

Lauren

Henry

OC

.

Rate : M

YAOI

.

Genre : Romance, Family, Drama

note: IDE CERITA ini ASLI milik PENULIS "Jane Costello" dengan judul yang sama. Saya hanya me-remake- dengan penulisan cara saya sendiri (Alakadar-nya), disini saya tidak memiliki maksud apapun selain menuangkan ide cerita yang telah ada ini ke dalam sebuah fanfiction dengan Main Cast kesayangan kita "KYUMIN".

Jika anda tidak berkenan, saya anjurkan untuk meninggalkan laman ini... terngkyuuu...

.

Di dedikasikan untuk semua JOYer yang mencintai OTP tercintaah kita ini...

Well...

Happy Readiiiing

.

.

Sumarry : Lee Sungmin yang dicampakkan tepat di hari pernikahannya memutuskan untuk pergi menyeberangi lautan menuju ke Amerika. Di sana dia bertemu dengan Pria asal Korea, Cho Kyuhyun, seorang vice president di kantornya sekaligus duda beranak dua yang pemarah, sinis, dan cuek, namun luar biasa seksi.

.

.

Nealy –Weds

Chapter 1

-o0o-

Aku mondar –mandir di ruang tunggu bandara, berusaha untuk tidak terlalu lama mempelajari papan-papan informasi penerbangan dengan tampang putus asa untuk berjaga-jaga seadainya aku memberi kesan pada siapa pun bahwa aku tidak tahu apa yang harus ku lakukan, dan aku diliputi berbagai pemandangan dan suara asing. Logat yang membuat kemampuan bahasa Inggrisku sedikitku ragukan. Aku sudah merasakan sensasi ini saat aku bicara dengan bosku melalui telepon minggu lalu. Aku akan menjadi pengasuh bagi Summer (tiga setengah tahun) dan Katie (dua tahun), putri –putri pasangan Josh dan Karen.. Keluarga Josh menjalankan sebuah perusahaan mereka sendiri di Kalamazoo,Michigan, yang merupakan tujuan terakhirku hari ini. Benar-benar menyenangkan dan sangat, yah, ke – Amerika-an.

Karen berusaha keras menekankan betapa bahagianya ia dan Josh menerimaku – " Seorang pengasuh dari Korea Selatan yang sangat berkelas" –dirumah mereka.

Selain itu, aku mendapatkan mobil sendiri, tidak akan diminta melakukan tugas –tugas rumah tangga dan mereka menginginkanku pergi berlibur bersama mereka di Bermuda bulan depan, dengan semua biaya ditanggung.

Aku merasakan ponselku bergetar. Ada pesan baru dari agen tempatku terdaftar, British Supernannies. Agen Korea Selatan dengan pertumbuhan pesat di Amerika.

"Ini pesan untuk Sungmin Lee," ujar suara Hyo Jin, sekretaris agak gagap yang berurusan denganku beberapa minggu terakhir ini. "Aku sangat menyesal tentang ini,Sungmin-ah, tetapi ada perubahan rencana. Hubungi aku jika kau sempat...dan, yang paling penting sebelum kau naik ke penerbanganmu selanjutnya." Aku menghubunginya.

Pesan itu disusul percakapan panjang, yang mengungkapkan bahwa tujuanku bukan lagi ke Kalamazoo. Aku sekarang harus pergi ke Hope Fall di dekat Boston. Yang ini berarti aku tidak akan tinggal bersama Karen dan Josh. Atau mengemudi mobil pemberian mereka. Atau pergi liburan ke Bermuda.

Hope Fall –harapan tuntuh ? yang benar saja.

.

KYUMIN

.

Aku sekarang akan menemui Mrs. Cho, yang ternyata adalah warga asli Korea Selatan – Sedikit melegakan. Orang tua tunggal, untuk menjaga kedua anaknya ; Lauren, yang hampir berusia enam tahun, dan Henry yang baru berusia tiga tahun. Ternyata ada perubahan rencana di saat terakhir. Karen dan Josh memiliki pengasuh yang bekerja pada mereka tahun lalu dan tiba –tiba kembali bisa bekerja setelah mereka mencapai kesepakatan tentang kenaikan gaji.

Aku mencengkram ranselku,mengingat diriku bahwa aku lelaki kuat, percaya diri, dan mandiri yang dengan senang hati akan menjalani kehidupan yang tidak menentu dan mengubah rencana jika di perlukan.

Aku menuju sebuah toko untuk membeli sebotol air mineral. Dan ketika aku menghampiri kasir untuk membayarnya, seorang pegawai toko blasteran Amerika –Afrika berporsi tubuh subur melayangkan senyum padaku.

"Berlibur kemana, Tuan ?" ujarnya berseri –seri.

"Oh, Boston. Urusan kerja," jawabku, memberi kesan yang cukup samar bagi orang –orang lain di antrean di belakangku,

"Boston ya ?, Well, semoga kau bersenang –senang,"

"Tentu saja, terima kasih."

Aku mengambil botol itu darinya dan berusaha memasukannya ke ranselku sebelum beranjak. Tetapi tali bagian atas ranselku tidak bergerak. Aku membebaskan tanganku dengan menjejalkan dompetku ke mulut, lalu berusaha menjejalkan botol itu kebagian depan tas. Tetapi tak berhasil dengan mudah.

Setelah mendorong, menarik, dan bergumul, aku sama sekali belum berhasil memasukan botol itu kedalam tasku, dan sekarang aku menyadari kalau antrean semakin panjang. Karena wanita ini berdecak sebal, aku membuka saku belakang tas, memasukkan botol, menegakan badanku dengan jengkel.

Pada saat inilah gesper dompetku, yang masih terjepit di gigiku berulah sendiri. Dompetku mendadak terbuka dan recehan logam menyembur keluar. Wanita di belakangku seolah –olah menghembuskan nafas putus asanya. Yang lain bergegas maju untuk menawarkan bantuan dan aku merangkak kesana –kemari, dengan kikuk berusaha memunguti uangku, pipiku merah menyala menahan malu.

"Umm.. trims,oh, maaf,aku, emm... terima kasih banyak, maaf," ocehku. Ingin melarikan diri, aku menjejal dompet kosongku di antara lutut dan terpincang –pincang keluar, dengan lengan penuh unag logam, karyu –kartu bank,dan ransel, sambil memaksakan diri mengabaikan tawa cekikikan yang tertahan dari orang –orang yang kulewati.

"Semoga bersenang –senang, Tuan!" seru pegawai toko di belakangku,

"Oh, Sial"

.

0o0

.

Setelah naik monorel ke Grand Central Station, aku duduk untuk menunggu kereta ke Boston lalu membaca sebuah koran yang ada disana. Seseorang duduk sebelahku dan menghirup seberkas aroma aftershape yang langsung menusuk inderaku.

Calvin Klein Truth. Aku bisa mengenali aroma itu dimana saja. Itu adalah aftershape yang di pakai Donghae setiap pagi, tepat setelah merapikan rambutnya dan meluruskan darinya dengan cara yang sangat teliti yang sudah amatku kenal. Sejenak aku melupakan tempatku berada sekarang. Aku mendongkak ke atas, denyut nadiku berpacu. Itu bukan Lee Donghae. Aku belum melihatnya selama hampir dua bulan, jadi apa alasanku mengira ia bisa disini di Amerika ?. Dan orang di sebelahku ini adalah seorang pria gembul yang melayangkan senyum padaku. Aku balas tersenyum lalu kembali pada koranku.

.

0o0

.

Lee Donghae dan aku bertemu saat usiaku dua puluh tahun dan usianya dua puluh tiga tahun, perbedaan usia yang sangat kecil. Hal pertama yang harus kutekan tentang Donghae adalah bahwa ia akuntan yang paling tidak biasa yang pernah di jumpai orang. Ia salah satu orang yang bisa berbaur dengan begitu cepat dengan siapapun yang di jumpainya. Aku mendapatinya mempesona, menarik, dan sangat tampan. Ia membuat orang menoleh kemanapun ia pergi. Donghae memiliki tampang yang rupawan dan sekarang pada usia tiga puluh tahun, ia masih mempertahankannya. Ia agak kurus dan tinggi beberapa sentimeter dariku, tetapi wajah dan senyumnya sangat menawan. Ia jantung hatiku, dan aku tergila –gila padanya. Perasaanku berkembang menjadi sesuatu yang semakin kuyakini sebagai cinta yng mendalam dan abadi. Aku tidak mengatakan bahwa setelah tujuh tahun kami masih saling berpandangan seperti anak yang di mabuk cinta. Tetapi kami saling tahu kelemahan masing –masing dan tetap saling mencintai terlepas dari hal itu. Setelah begitu lama bersama,cinta kami tidak menggebu –gebu seperti pertama dulu. Tetapi cinta itu kokoh. Cinta sejati. Dasar untuk membangun kehidupan bersama seumur hidup. Setidaknya begitulah menurutku.

Namun...betapa melesetnya dugaanku.

.

Kyumin

.

Aku sudah berada di kereta api selama lebih dari tiga jam. Aku menghabiskan waktu untuk mengobrol dengan orang sebelahku. Ini, seperti segala sesuatu yang mencegahku untuk memikirkan Donghae (meskipun hanya sementara).

Setelah melewatkan waktu dua puluh menit berikutnya dengan membaca majalah, aku memasukan majalah itu ke dalam tasku, barulah melihat amplop tersebunyi di dasar tasku. Aku mengambilnya dan memeriksa bagian depannya, tempat nama "Sungmin-ee" tertulis dengan tulisan tangan eomma ku. Ini mengingatkanku betapa eomma dan appa terang –terangan menujukan bahwa mereka lebih suka aku tidak pergi untuk perjalanan ini. Dan jika eomma memiliki pendapat sesuatu, ia tidak ragu –ragu mengutarakannya...

Sungmin sayang,

Jika kau membaca surat ini, itu berarti kau sudah nekat melakukannya dan sekarang sedang dalam perjalan menuju Amerika. Kau sudah tahu pendapatku tentang ini, jadi kita tidak akan membicarakannya lagi.

Jika ini menurutmu harus kau lakukan, jelas kau melakukannya. Secara pribadi, kurasa kau lebih berhasil membuat "sialan" itu jengkel jika kau tetap disini. Cara apa lagi yang lebih baik untuk menunjukan padanya bahwa hidup terus berjalan tanpa dirinya ?.

Dan mungkin tak sebanding dari yang kau alami, intinya adalah, kau tidak sendirian, ada banyak orang di sekelilingmu yang tahu apa yang kau rasa.

Satu-satunya yang kuminta adalah agar kau mendengarkan beberapa nasihat dari seseorang yang sudah hidup jauh lebih lama darimu.

Pertama –tama, waspadalah terhadap teroris, jika kau melihat orang bertingkah mencurigakan, segera telepon polisi atau aku. Kedua, -jangan salah paham- kau perlu mengawasi berat badanmu. Kau dulu mempunyai bentuk tubuh yang indah sayang. Dan eomma tahu, jika diet tidak ada di pikiranmu saat ini.

Bagaimanapun, eomma sudah mengatakan semua yang ingin eomma katakan sekarang. Yang berarti satu –satunya yang tersisa adalah, ucapan selamat jalan, manisku, putra kecilku, aku akan merindukanmu...

Peluk cium,

eomma

xxx

aku baru selesai membacanya, aku mendongkak dan sadar bahwa beberapa menit lagi kami akan tiba di Boston. Aku mulai mengemasi barangku, ketika sesuatu yang tidak terduga terjadi.

Kereta api itu terlonjak. Wanita disebelahku -yang memegang botol minuman keras ilegal- meluncur kedepan. Aku membantunya berdiri, tapi yang terjadi minuman dalam botol itu tumpah menyiram rambut, wajah dan ke pori –poriku. Dan kenyataannya aku sudah beraromakan alkohol saat ini.

"Aku...uhh...apa...," ujarku tercengang,

"BRENGSEK!" raung wanita itu, tidak mengacuhkanku sambil melayangkan tinjunya ke udara.

Aku berjalan melewatinya sambil menyeret koperku dan menjejalkan diriku sendiri ke beserta koperku ke toilet di ujung gerbong. Aku punya waktu beberapa menit sebelum waktu kereta berhenti di stasiun.

Ruangan ini luar biasa kecil, tapi ini satu –satunya cara untuk segera berganti pakaian, aku merogoh isi koperku mencari baju ganti.

"Oh, Tuhan," gumamku selagi memeriksa koper,

"Oh Tuhan, Oh, Tuhan. Oh, Tuhan..." waktunya sangat sempit, bahkan saat aku memasang bajuku, sadar jika kereta sudah semakin kosong. Satu –satunya pikiran positifku adalah setidaknya Donghae tidak melihatku, pemandangan ini hanya akan menegaskankan bahwa meninggalkanku adalah pilihan yang tepat.

Oh Tuhan...Mrs Cho, Kuharap kau wanita yang pengertian, sungguh.

.

0o0

.

Jelas bahwa orang yang mengangkat papan tanda dengan namaku tertulis disana bukanlah Mrs. Cho. Bukan karena papan nama itu tidak bertuliskan "Sungmin Lee" dengan huruf hangul hitam yang begitu besar, sehingga bisa dilihat dari luar angkasa. Atau karena yang orang ini tidak menunggu tepat di bawah jam, sesuai yang diberitahukan agenku sebagai tempat yang harus ku tuju. Atau karena dua anak kecil yang melompat –lompat di belakang tidak cocok dengan ekpresi Lauren dan Henry. Melainkan karena hal lain, orang yang memegang papan nama ku adalah seorang pria.

Tentu saja, aku tidak boleh menujukkan bahwa hal ini telah membingungkanku – demi kesan pertama- jadi aku berjalan melewati pintu utama berusaha tampak antusias, percaya diri, dan lebih dari segalanya.

Pria itu menatapku. Ekpresinya keras, tetapi bukannya tidak menarik. Sama sekali tidak. Malah, ia...oh, Tuhan...ia menakjubkan. Terlalu tampan.

.

0o0

.

Ia memiliki rambut coklat gelap, bermata gelap khas Asia, dan fisik yang akan membuat lutut siapapun lemas : Tinggi, putih nyaris pucat, berbahu lebar, dengan otot yang pas, fisik yang jauh mencolok dari fisik Donghae.

Disisi lain, orang tampan ini bukanlah pria yang bakal di sebut ibuku "Orang berselera bagus". Ia jelas tidak seminggu tidak bercukur, dan T-shirt dan Levi's-nya mungkin di cuci di Sungai Han. Tetapi entah bagaimana, ia sangat cocok dengan penampilan itu. Ia sangat tampan, tetapi juga liar dan berantakan. Ketampanannya kasar dan alami,hampir dekil. Dan sangat berbeda dari...oh, Tuhan, kenapa aku membandingkan semua pria yang ku jumpai dengan Donghae ?

"Hai!" aku mendapati diriku menggerakan mulut dangan spontan ketika mendekat.

Tetapi pria ini tidak bergerak, dan tidak tersenyum. Tidak diragukan lagi jika kedua anak ini anaknya. Keduanya memiliki mata yang sama, dan rambut yang sama yang menuruni punggung gadis kecil itu.

Aku terus berjalan ke arah mereka, barulah setelah tinggal setengah meter aku sadar jika ayah mereka menunjukan ke khawatiran.

"Kau pasti...Sungmin ?" tanyanya, nyaris enggan.

"Betul!" jawabku, aku mengulurkan tangan, "Senang bertemu dengan anda," lanjutku, "Bagaimana kau tahu tentangku Sungmin –ssi ? saya rasa anda sudah mendengar tentang selera berpakaian Korea yang terkenal, ya ?" ucapnya sedikit menyidir, aku melirik pakaianku, tidak heran jika ia tidak terkesan.

Celana panjangku adalah celana piyama yang di belikan bibiku sebagai hadiah perpisahan. Belum lagi polanya kotak –kotak pink yang perpijar bila terkena cahaya. Belum lagi baju yang ku pakai dengan teknik tergesa-gesa tadi.

Mendengar ucapannya aku hanya bisa menggaruk kapalaku yang tidak gatal, sambil menggerutu dalam hati.

"Ikut aku," perintah pria itu, sambil mengangkat koperku dan berderap pergi, dengan anak –anak yang melompat lompat di belakangnya.

"Oh, anda... baik sekali" gumamku dan berusaha mengejar,

Ia mendahuluiku ke mobil, menaruh koper di bagasi, memasang sabuk pengaman untuk anak –anak dan menyalakan mesin sebelum aku selesai melepas ransel dari punggung dan naik ke kursi penumpang.

Saat kami keluar dari lapangan parkir, jantungku berdebar karena senang bercampur gugup – dan meskipun aku nyaris tidak bisa mempercayainya, karena sejak pertama kali perasaan itu muncul, ada sedikit garirah.

Sebagian karena ingin mengalihkan pikiranku dari bentuk lengan pria ini, aku memutuskan ini mungkin saat yang tepat untuk menjernihkan sesuatu.

" Jadi...dimana Mrs. Cho ?"

Mata pria itu menyipit, dan dalam sedetik ia tampak sangat mirip seperti Terminator,

"Apa itu lelucon ?" tanyanya

"Tidak." Aku mengerutkan dahi, "Maksudku, aku baru berbicara dengan agen yang memberitahuku bahwa aku bekerja untuk Mrs. Cho,"

"Maaf, sayang...aku Cho, Cho Kyuhyun. Dan, seperti yang kau lihat aku bukan seorang Mrs." Setelah ucapannya aku pun melongo, Orang Korea tempatku akan bekerja adalah seorang Pria ? jadi sepanjang perjalan menuju kemari aku salah paham jika ia adalah seorang yang ku anggap Mrs. Cho...Ya Tuhan.

.

.

.

TBC

Next or delete ?

.

.

Hallo hai,

Saya kembali lagi... setelah menghilang lebih dari 3 bulan..hehehehe...

Saya membawa cerita baru remake dari sebuah novel terjemahan. adakah yang pengen lanjuuut ?

Review yaa...

.

.

Thank