Regret

.

Author : soororo

.

Cast :

Kim Minseok

Kim Jongdae

and other EXO, Super Junior, SHINee, DBSK, and B.A.P. members

.

Rate :T

.

Genre : Hurt/Comfort, Drama

.

.

YOHOO! Soororo is back!

adakah yang kangen dengan author yang maha ketjeh ini? tidak? baiklah.

jadi, kali ini soororo balik dengan membawa chapter terakhir dari ff ini.

buat kalian kalian yang sudah menunggu selama 3 bulan. terimakasih banyak!

.

.

.

.

REGRET

.

.

Kai menatap malas surat yang ada di tangannya. Sungguh, ini adalah kabar baik yang tidak ingin kai dapatkan.

"ajusshi seirus, ini punya umma?"tanya kai pada siwon. Siwon mengangguk.

Sepulang sekolah tadi, siwon menelfon kai, menyuruhnya datang ke rumah sakit tempatnya bekerja. Ada berita penting katanya. Dan siwon tidak berbohong. Beritanya sangat penting.

"yah, mana mungkin aku berbohong."jawab siwon.

"mungkin ajusshi salah diagnosa?"kai mencoba meyakinkan.

"aku sudah menjadi dokter semenjak suho belum lahir. Menurutmu? Bahkan kibum juga aku suruh memeriksa eommamu."siwon meyakinkan.

"umma sudah terlalu tua, ajusshi."rengek kai.

"hei, ummamu masih belum mencapai usia 40 an. Appamu yang sudah tua. Ummamu belum."jawab siwon lancar.

"siapa saja yang sudah mengetahui hal ini?"tanya kai.

"appamu, ummamu, kangin, leeteuk noona, kau, aku, dan kibum."jawab siwon santai.

"bahkan putramu tidak kau beri tahu."kai menggelengkan kepalanya heran.

"hei, suho mulutnya lebih ember dari seorang yeoja penggosip kau tahu. Kalau suho tau, pasti yixing tahu, kalau yixing tahu, berita ini pasti sampai pada minseok. Dan pasti appa dan eommamu kena omel ibu hamil itu. hei, aku dengar, minseok yang hamil sama buasnya dengan beruang yang kau ganggu masa hibernasinya?"kai mengangguk.

"tapi tetap saja, ajusshi. Minseok noona pasti akan tahu cepat atau lambat."

"memang. Tapi, biar mereka sendiri yang bilang. Aku tidak mau ikut ikut."siwon mengangkat kedua telapak tangannya. Kai tersenyum.

"arra. Aku pulang dulu ajusshi."pamit kai.

.

"hihihi, eomma, geli."junhong tertawa saat minseok menggelitiki perut tambunnya.

"dasar anak nakal. Kenapa bakpau umma kau makan, hah?"minseok kembali menggelitiki perut junhong.

"habic, umma pelit. Junhong kan juga mau. Hihi, umma, cudah. Junhong capek."junhong berusaha menjauhkan tangan minseok dari perutnya.

"arra. Sini umma pangku."minseok membantu junhong duduk di pangkuannya. "aigoo, rasanya seperti memangku batu. Kau terlalu banyak makan, junhong ah."minseok mencubit pipi junhong.

"tapi, kai hyung bilang, junhong macih dalam maca peltumbuhan. Jadi, halus banyak makan."jawab junhong sambil menirukan kata kata kai.

"walaupun begitu, kau tidak perlu makan sebanyak itu. nanti, kalau kau terlalu banyak makan, bukannya tumbuh ke atas, malah badanmu jadi berat, tidak mau naik tingginya. Yang naik berat badannya saja. Mau? Nanti kau jadi baozi."

"cepelti umma? –A-AWWww.. umha, hihi hunhong!"junhong mencoba melepas kedua tangan minseok yang sedang menarik pipinya berlawanan arah.

"dasar nakal. Enak saja ummamu kau katai baozi."minseok melepaskan kedua tangannya. Junhong segera menangkup kedua pipinya dengan mata berkaca kaca. Pipinya merah sekali.

"cakit umma…"rengeknya. Minseok melirik putranya. Kasihan juga anak ini.

"arra, sini, umma cium."junhong mendekatkan wajahnya ke wajah ummanya. Minseok mencium kedua pipi junhong bergantian. "nanti, kalau adikmu sudah lahir, junhong tidak boleh manja, ne? jangan iri kalau nanti umma akan lebih memperhatikan adikmu. Junhong kan sudah ada kai hyung dan teman temannya. Ada yongguk hyung juga. Jadi, junhong jangan iri kalau nanti umma sama adik bayi terus." Minseok mengelus pipi junhong. Junhong mengangguk. Appanya juga sering bilang begitu.

"nanti junhong bantu umma jaga dongceng."ucap junhong penuh percaya diri.

"nah, itu baru anak umma. Sini, umma cium lagi."junhong tertawa kecil karena bukannya menciumnya, ummanya malah menggelitik lehernya. "aigoo, kau harus mengurangi beratmu, junhong ah. Kau sampai tidak punya leher begini. Besok ikut kai hyung dan jonghyun hyung lari pagi, ya?"junhong merengut mendengarnya.

"lelah umma."

.

"Luu..."Rengek minseok. Luhan menatap minseok malas. Sungguh. Minseok terus merengek sejak tadi. Ibu hamil ini, rewel sekali.

"Ayolah min, kau ini. Ini pernikahan keduamu. Dan calon mempelaimu sama dengan yang pertama. Apa bedanya?"Tanya luhan. Minseok mempoutkan bibirnya.

"Hei, jangan mengomel seperti itu! Kalau sampai nanti kau juga merengek seperti minseok, aku pukul kau."Sahut yixing.

"Kalau aku merengek, wajar, xing. Ini pernikahan pertamaku! Sedangkan dia?"Luhan menunjuk minseok.

"Min. Ayo."Ryeowook memanggil minseok. Luhan dan yixing membantu merapikan gaun minseok. Minseok tidak memakai gaun pendeknya. Gaun pendeknya ia gunakan saat resepsi nanti. Ia menggunakan gaun yang sama dengan gaun yang ia pakai pada pernikahannya yang dulu. Banyak kenangannya, katanya.

.

Minseok merebahkan tubuhnya di tempat tidur. Lelah sekali. tamu yang datang hari ini lebih banyak dari pada pernikahannya yang pertama dulu. Belum lagi usia kandungannya yang sudah mencapai bulan ke 8. Artinya bulan depan minseok akan melahirkan. Itupun kalau perkiraan dokter benar. Kalau salah, yam seperti junhong dulu, sedikit meleset. Tapi setidaknya, adik junhong memiliki nasib yang lebih baik dari pada junhongnya. Akan ada lebih banyak orang yang menemani kelahirannya. Tidak ada yang menolak kehadirannya.

Minseok mengelus perutnya. Jongup-nama yang keluarganya pilihkan untuk adik junhong- menendang lagi. Jongup memang sedikit lebih aktif dari pada junhong dulu. Huh, mungkin nantinya jongup kalau sudah besar juga akan lebih aktif dari junhong. Minseok terkekeh mengingat bagaimana ia dan sohee mengejar junhong yang baru bisa berjalan. Anak itu lincah sekali. pasti nanti kai, jonghyun dan teman temannya akan lebih kesulitan lagi merawat anak anak itu. belum lagi di tambah anak luhan dan yixing besok.

Minseok menghela nafas berat. Ajusshinya masih belum mengijinkan dia, jongdae dan junhong tinggal di apartemen milik jongdae. Masih belum saatnya, katanya. Sebenarnya minseok tidak masalah. Tapi dia kasihan pada jongdae. Rumah pamannya terlalu jauh dari kedai.

Kasihan kalau jongdae harus bolak balik dengan jarak seperti itu. Pasti jongdae lelah. Apalagi kalau ngidamnya sedang kambuh. Untung saja, sekarang minseok sudah jarang meminta yang aneh aneh dari jongdae. Paling hanya sesekali minta bakpau rasa jeruk.

Tok tok tok

Sebuah ketukan pintu membuyarkan lamunan minseok. "jie jie."panggil seseorang yang minseok yakini itu sohee. Gadis china itu datang dengan keluarganya dan tunangannya. Ia bertunangan 3 bulan yang lalu, minseok tidak bisa datang karena semua keluarganya melarangnya. Takut minseok kenapa kenapa katanya. Akhirnya yesung dan ryeowooklah yang datang. Oh, iya, omong omong, tunangan sohee itu, chen. Namja yang dulu sempat paman zhoumi jodohkan dengannya dulu.

"masuklah sohee-ah."minseok bangun dari rebahannya.

"jie jie sudah tidur?"tanya sohee. Minseok menggeleng.

"ada apa?"tanya minseok.

"eng, jongdae oppa bilang, tadi jie jie pesan baozi rasa jeruk. Itu, jongdae oppa sudah datang."sohee membantu minseok bangun. Mungkin karena terlalu di manjakan, kehamilannya kali ini membuat minseok tidak selincah kehamilannya yang dulu.

.

"eh? Mana bakpauku?"tanya minseok saat mendapati meja makan kosong.

"loh? Tadi aku letakkan di sini. kau melihatnya, kan kai?"tanya jongdae pada kai. Kai hanya mengangguk kaku.

"siapa yang mengambilnya?"tanya minseok sambil berjalan menuju dapur. "eh? Ajhumma? Kenapa bakpauku di makan? Itu punyaku!"minseok merajuk.

"ah, ajhumma ingin makan ini, minseok-ah. Untuk ajhumma saja, ya?"pinta ryeowook sambil terus memakan bakpau minseok.

"aah, ajhumma. Kenapa tidak minta yang lain saja. Jangan yang ini."minseok mengambil 3 buah bakpau yang tersisa. Ryeowook sudah makan 5 buah rupanya.

"tapi ajhumma masih mau. Buat ajhumma saja, ne?"mata ryeowook nampak berkaca kaca. Minseok mencelos melihatnya. Akhirnya ia mengalah dan memberikan 2 bakpaunya.

"baiklah. Aku makan satu saja. Yang dua untuk ajhumma."ryeowook tersenyum lebar menerima 2 bakpau dari minseok.

Jongdae mengrenyitkan alisnya. Ada yang aneh. Ryeowook tidak pernah terlihat seperti itu. seperti anak kecil.

"ajhumma kenapa, tumben suka makan bakpau jeruk juga?"tanya minseok sambil duduk di samping ryeowook.

"ingin saja."jawab ryeowook.

"Ajhumma aneh."Ucap jongdae. Ryeowook menghentikan acara makannya, lalu menatap jongdae memelas.

"Aku aneh?"Jongdae mengangguk. Mata ryeowook berkaca kaca.

"Hiks.. Hiks..."

"E-eh? Ajhumma kenapa menangis?"Jongdae dan minseok seketika panik saat melihat ryeowook terisak.

"J-jongdae.. Hiks.. Bilang aku aneh..."Ucap ryeowook di sela isakannya.

"H-habisnya ajhumma kelihatan berbeda."Jongdae mengacak rambutnya saat melihat ryeowook makin keras menangis. "M-maksudku, ryeowook ajhumma kelihatan berbeda dari biasanya, lebih cantik dari biasanya."Ucap jongdae cepat. Seketika tangisan ryeowook berhenti.

"Ya! Apa maksudmu? Kau mau menggoda bibiku?"Bentak minseok. Seketika jongdae makin panik.

"B-bukan begitu. Kau tentu lebih cantik."Jongdae mengusap sayang kepala minseok.

"Hiks hiks, jadi minseok lebih cantik dari aku?"Ryeowook kembali menangis.

"E-eh.. Ajhumma tetap cantik, kok. Ajhumma itu, awet muda, tetap cantik seperti biasa."Ucap jongdae.

"Oh, jadi aku tidak awet muda, begitu? Oh, jadi karena aku sekarang sudah hamil anak kedua, jadi aku kelihatan makin gendut, jelek, keriput, begitu?"Kini giliran minseok yang ngambek.

"B-bukan begitu. Bagiku, kau yang paling cantik min. Mau kau tambah gendut dan keriput, kau tetap yang paling cantik."Jongdae mengecup puncak kepala minseok.

"Tapi dari tadi kau terus memuji bibiku. Kau mau menggoda bibi ku, ya?"Minseok masih sewot.

"Bukan, habisnya tadi ajhumma menangis."Jawab jongdae.

"Jadi, yang tadi itu hanya untuk menghiburku? Jadi tadi hanya bohong?"Ryeowook mulai berkaca kaca lagi.

"B-bukan. Bukan begitu.. Aduh, sudahlah, aku bingung. Aku masuk dulu."Jongdae pergi meninggalkan dua yeoja hamil itu di dapur.

Dua? Ya, ryeowook mengandung. Tapi belum banyak yang tau. Sebenarnya yang tidak tau hanya minseok saja. Yang lain sudah tau. Mereka hanya malas mendengar ocehan panjang lebar dari minseok saat mengetahui bibinya yang sudah hampir berkepala empat itu mengandung lagi. Entah kenapa, tapi minseok semakin cerewet semenjak mengandung anak keduanya.

.

Minseok menghempaskan tubuhnya ke sofa. Ia baru saja mengantar sohee dan keluarganya ke bandara.

"Umma, pelan pelan. Nanti dongceng cakit."Junhong duduk di samping minseok lalu mengusap usap perut buncit ummanya.

"Dongceng, maafkan umma, ya? Umma tadi bikin dongceng kaget, ya? Umma nakal, ya?"Junhong berbicara dengan adiknya.

Nyut

"Aagh! Uha hihi hunghong!"Junhong meronta. Kedua pipinya di tarik oleh ummanya.

"Enak saja mengatai ummamu nakal."Cibir minseok.

"Haah. Haah uha. Hunghong hingha haah. (Maaf. Maaf umma. Junhong minta maaf.)"Junhong menepuk nepuk tangan ummanya yang masih anteng di kedua pipinya. Minseok pun melepas kedua pipi junhong dari tangannya, lalu pergi ke dapur untuk memasak.

"Kau sih, nakal."Kai duduk di samping junhong yang sedang mengusap kedua pipi merahnya.

"Cakit hyung."Rengek junhong dengan mata berkaca kaca.

"Sini. Hyung cium."Jonghyun datang lalu mendekatkan wajahnya ke pipi gembil junhong.

"Cilo!"Pekik junhong seraya berlari menjauhi jonghyung dan kai yang terbahak. "Umma!"Junhong berlari mencari ummanya.

"apa?"sahut minseok dari arah dapur.

"umma! Jonghyun hyung nakal!"adu junhong sambil terus berlari menuju dapur.

"sudah, biarkan saja. Seperti baru tau kalau jonghyun nakal saja."sahut minseok santai. Junhong mempoutkan bibirnya.

"Junhong lapal umma."Rengek junhong saat mendapati ummanya memasak ayam goreng.

"Iya sebentar. Umma masih masak."

"Umma macak ayam?"Tanya junhong yang masih asik bergelayutan di kaki ummanya.

"Iya."Jawab minseok sambil meniriskan ayamnya.

"Umma umma, aku yang macukkan!"Pekik junhong saat minseok mengambil sepotong ayam yang akan di masukkan ke penggorengan. Minseok tersenyum. Junhong memang suka sekali ikut memasukkan gorengan ke penggorengan seperti ini.

"Sini."Junhong mengulurkan kedua tangannya untuk membantuk minseok menggendongnya.

"Uwa!"Junhong memekik senang saat melihat ayam yang ia masukkan membentuk busa busa.

"Hati hati, nanti kau terciprat minyaknya."Minseok membantu mengarahkan tangan junhong.

"Uwa! Umma, lihat! Ayamnya!"Junhong kembali memekik senang.

Jongdae yang mendengar keributan dari arah dapur menghampiri istri dan putranya. "Ada apa ini? Kenapa ribut sekali?"Tanya jongdae.

"Appa! Cini! Kita macak ayam!"Junhong melambaikan tangannya memanggil jongdae.

"Hei, jangan terlalu banyak bergerak! Nanti terkena-"

Nyes

"Huwa! Umma! Panac!"

"Dae! Cepat gendong junhong!"

"Appa! Panac!"

.

"Jadi..."Siwon menatap bingung ketiga orang di depannya. Minseok yang masih berderai air mata, junhong yang tertidur dengan tangan kanan yang di lilit perban, lalu jongdae yang keadaannya acak acakan.

"Junhong tidak apa apa, kan, ajusshi?"Tanya jongdae.

Plak!

"Tidak apa apa apanya? Sudah jelas jelas tangannya di perban begitu!"Minseok memukul lengan jongdae.

"Minseok-ah. Junhong baik baik saja. Hanya melepuh sedikit. Nanti juga hilang, bekasnya. Tadi juga sudah aku beri penghilang rasa sakit."Ucap siwon. "oh iya, bagaimana kandunganmu?"tanya siwon.

"dia aktif sekali ajusshi. Sering menendang. Lebih sering dari pada junhong dulu. Mungkin nanti akan lebih aktif dari junhong."jawab minseok.

"lebih aktif dari junhong? Kasihan anak anak itu. menjaga junhong saja sudah susah. apalagi menjaga adiknya. Belum lagi anak anak luhan dan yixing."'dan ryeowook.'tambah siwon dalam hati.

"mereka sudah mengajukan diri dengan senang hati ajusshi."

"ya sudah. Haah, kalau begini aku jadi tidak sabar menunggu cucuku."siwon tersenyum senang,

"suho masih belum menikah, ajusshi."jongdae mengingatkan.

"iya iya."

"Baiklah, kalau begitu kami pamit dulu, ajusshi. Terima kasih."Jongdae membungkukkan badannya.

.

"argh, dae, tunggu sebentar. Duduk dulu."minseok mencengkram tangan jongdae.

"menendang lagi?"tanya jongdae. Minseok mengangguk.

"tapi, kali ini terasa lebih sakit."minseok mulai mengatur nafasnya.

"atau jangan jangan, mau lahir?"tanya jongdae.

"sepertinya belum, kibum ajhumma bilang, masih 2 minggu lagi."minseok kembali mengatur nafasnya. Keringat dingin sudah mulai merambat di wajahnya.

"ya sudah. Kita tunggu saja sampai sakitnya mereda."minseok mengangguk.

"eh? Hyung? Belum pulang?"tanya kai yang tiba tiba muncul.

"belum. Kau sendiri sedang apa di sini?"tanya jongdae.

"membayar obat milik yixing jie jie. Tadi kyungsoo dan suho hyung lupa membawa uang."jawab kai.

"dasar pasangan aneh. Yixing kan dokter di sini, lagi pula, bukannya di sini ada siwon ajusshi dan kibum ajhumma?"gerutu jongdae. Kai terkekeh.

"hyung sudah tau mereka seperti apa. Eh, noona? Gwencahana?"kai mengusap dahi minseok yang penuh peluh.

"Aakh, dae! Sakit!"minseok memegang perutnya.

"eh? Bayinya menendang lagi?"tanya jongdae. Minseok menggeleng. Ini bukan bayinya yang menendang. Ia tahu, ini bayinya akan keluar.

"aku mau melahirkan, b-bodoh!"minseok memukul kepala jongdae. " "s-sepertinya sudah waktunya, d-dae."

"eh? K-kai, gendong junhong."jongdae menyerahkan junhong pada kai, lalu menggendong minseok. "aku akan membawa minseok ke UGD, kau panggil kibum ajhumma."kai mengangguk patuh, lalu berlari menuju ruangan kibum.

"eungh? Kai hyung? Appa mana?"tanya junhong.

"appamu mengantar ummamu ke ugd, ummamu mau melahirkan."ucap kai sambil terus berlari.

"eh? Umma mau melahilkan?"Junhong segera menegakkan badannya. Kai mengangguk.

.

"Hiks. Hiks. Hiks."Junhong mulai terisak melihat ummanya kesakitan.

"Sudah, jangan menangis, ummamu tidak apa apa."kai mencoba menenangkan junhong.

"Umma kacian."Junhong memeluk kai erat.

.

"Kkamjong!"Seru luhan saat memasuki koridor rumah sakit.

"Noona? Kenapa baru datang?"Tanya kai.

"Minseok bagaimana? Tadi mobilku di bengkel, jadi aku harus menunggu tuan manager yang maha sibuk untuk menjemputku. Minseok bagaimana?"Tanya luhan.

"Tidak tau, noona. Kenapa lama sekali? Apa dulu, waktu junhong, juga lama?"Tanya kai.

"Hiks. Hiks. Nuna.."Junhong menarik narik kaos luhan.

"Aigoo, sini sayang. Pasti kau cemas, kan?"Junhong mengangguk sambil di angkat luhan. "Sudah, tidak apa apa. Dulu, nuna yang menemani ummamu saat melahirkan junhong."Luhan duduk di salah satu bangku sambil memangku junhong.

"Jinjja?"Luhan mengangguk. "Apa umma juga kecakitan?"Tanya junhong.

"Tentu. Waktu itu, noona mau menemani ummamu membeli perlengkapan bayi. Tidak taunya, malah berganti jadi menemani ummamu melahirkan bayi."Jawab luhan.

"Lalu, appa?"Tanya junhong lagi.

Mendadak semuanya terdiam. Luhan menatap ke arah kai yang duduk di samping kirinya.

"Appamu saat itu sedang bekerja. Lalu, luhan noona menelfon appamu, setelah itu, appamu langsung cepat cepat ke sini. Dulu appamu juga menemani ummamu, di dalam."Sahut sehun.

"Jinjja?"Sehun mengangguk sambil mengelus kepala junhong.

"Sini, hyung pangku. Kasihan noonamu. Kau ini, kenapa bisa seberat ini, sih?"Tanya sehun sambil mengankat junhong ke pangkuannya.

"Enak caja. Belat Junhong cudah tulun, hyung."Junhong mempoutkan bibirnya. "Lagi pula, hyung juga gendut."Junhong menusuk nusuk perut sehun yang tampak menambun.

"Nah, bukan aku saja, kan, yang bilang. Junhong juga. Kau tambah gendut hunnie. Pantas wookie ajhumma mengeluh terus. Ternyata karena ukuran bajumu bertambah terus, kan?"Sehun hanya tersenyum kaku. Kai menatap takjub pasangan hunhan saat itu. Baru ini ia melihat sisi lain seorang oh sehun. Biasanya ia hanya melihat sehun adalah orang kalem dan berwibawa (duh, gak cocok banget sama aslinya).

"Arra. Kalau begitu, aku akan diet. Kau juga, kalau belajar masak, jangan aku terus yang makan. Aku jadi tambah gendut, kan?"Sehun mencubit hidung luhan.

"Omong omong makanan, junhong lapaal..."Rengek junhong.

"Kau ini, katanya diet. Kenapa cepat sekali minta makannya?"Sehun mencubit hidung mungil junhong. Junhong nyengir lebar. "Kajja, kita ke kantin. Sepertinya masih ada yang buka."Sehun mengangkat junhong.

"Aku tidak ikut, ne? Kasihan kai kalau sendirian di sini."Sehun mengangguk.

"Kau titip apa?"Tanya sehun.

"Susu coklat, hyung."Jawab kai semangat. Sehun mengangguk lalu berjalan menuju kantin. Junhong yang ada di gedongan sehun membuat gerakan lucu dengan menggerakkan telapak tangannya perlahan sambil berkata 'pay pay' pelahan lahan. Kai dan luhan terkekeh melihatnya.

"Oh iya, kenapa kau sendirian? Orangtuamu dan jongdae ke mana?"Tanya luhan.

"Appa dan kangin ajusshi, pergi ke ruangan siwon ajusshi. Biasa, mereka kan suka seperti itu. Lalu, umma dan teuki ajhumma ada di kamar inap minseok noona, tidur. Lalu, jonghyun mengambil beberapa perlengkapan bayi. Ada yang ketinggalan katanya."Luhan manggut manggut mendengarnya.

"Kau.. Tidak takut, sendirian di sini?"Tanya luhan.

"Tentu saja takut! Noona tau sendiri aku ini paling takut untuk hal hal seperti ini. Noona juga, kenapa lama sekali datangnya?"Rengek kai. Luhan terkekeh.

"Sudah. Noona kan ada di sini. Kau ini, apa semanja ini, kalau bersama kyungsoo?"Tanya luhan saat kai dengan santainya meletakkan kepalanya di paha luhan. Menjadikannya bantal.

"Ahni, aku hanya manja pada noona dan minseok noona."Jawab kai.

"Kalau sehun dan kyungso tau, bisa di botaki, kau."Ucap luhan sambil mengelus kepala kai.

"Aku ngantuk noona."Rengek kai.

"Arra, tidurlah."

Sejenak koridor kembali hening. Luhan melihat ke arah kanan kiri. Sepi. Ia melirik jam tangannya. Pantas, sepi sekali 00.00. Ia hampir saja ikut tertidur sampai terdengar sayup sayup terdengar suara anak kecil sedang tertawa. Awalnya luhan merinding. Tapi ia ingat, ada junhong. Pasti itu junhong dan sehun yang sedang bercanda. Benar saja, tidak lama kemudian terlihat junhong yang belari dengan segelas bubble tea rasa coklat di tangannya. Anak itu tertawa. Pasti itu milik sehun. Luhan terkekeh.

"Eh? Kai hyung tidul?"Tanya junhong. Luhan mengangguk.

"Jangan di bangunkan. Kasihan dia. Besok pagi harus sekolah."Luhan mencegah sehun membangunkan kai. "Jangan memasang wajah begitu. Aku sudah akrab sekali dengan kai. Sudah ku anggap adikku sendiri."Junhong terkikik melihat sehun yang cemberut.

"Nuna, aaaa~"junhong menyodorkan sepotong ddeokbokki ke arah luhan. Luhan menerimanya dengan senang hati.

"eh? Tangan junhong kenapa?"tanya luhan.

"tadi junhong membantu umma memacak, malah telkena penggolengan. Panac nuna."rengek junhong. Sehun dan luhan tersenyum melihat tingkah imut junhong.

"Apa tidak apa apa, kai hanya di beri susu?"Tanya sehun saat menyadari semua makanan yang ia beli tadi habis. Hanya tersisa susu coklat pesanan kai.

"Sudah untung susu coklatnya tidak ikut di minum junhong."Jawab luhan sambil melirik junhong yang tertidur di pangkuan sehun.

"Yixing dan suho bagaimana?"Tanya sehun.

"Yixing demam tinggi. Suho menemani. Membantu kyungsoo merawat yixing. Baekhyun juga ke sana, membantu kyungsoo. Baekhyun barusan menelfonku."Sehun mengangguk. Pantas baekhyun tadi tidak ikut. Biasanya kan dia yang paling ribut kalau sudah akan bertemu junhong.

"Membantu kyungsoo? Membantu kyungsoo merawat yixing, atau membantu kyungsoo agar tidak canggung menghadapi suho sendirian?"Gumam sehun. Takut kai mendengarnya.

"Dua duanya. Kau pikir enak, merawat kakak sepupumu bersama dengan calon suaminya yang dulu adalah orang yang pernah kau sukai?"Sehun mengangguk. Ia menangkup sebelah kepala luhan lalu mengarahkannya ke pundaknya.

"Tidurlah."Bisik sehun. Luhan menyamankan posisi kepalanya di pundak lebar sehun. Tangannya sesekali mengelus kepala kai.

Pikiran sehun menerawang. Ia tidak bisa tidur kalau tidak di tempat tidur. Yah, kecuali saat ia benar benar kekelahan setelah lembur belajar atau kerja.

Sepertinya banyak sekali yang terjadi akhir akhir ini. Terutama pada hubungannya dan luhan. Jujur saja, ia sangat merasa bersalah pada luhan selama ini. Ia selalu saja sibuk dengan dunianya. Ia memang sangat suka belajar. Aneh memang. Untuk apa seorang putra pemilik usaha yang sudah maju harus belajar sekeras itu? Bukannya nantinya ia sudah jelas akan melanjutkan usaha keluarganya?

Tapi sehun tetaplah sehun. Sehun yang suka membaca. Sehun yang bisa bertahan seharian penuh di perpustakaan sampai melupakan makan atau kebutuhan alamnya saat ia sudah tenggelam jauh kedalam dunianya.

Sampai ia bertemu luhan. Yeoja yang benar benar bisa membuat sehun lupa dengan kekasih abadinya(baca:buku). Yeoja bermata rusa yang ia kenal dari teman temannya, jongdae dan suho.

Sungguh, sehun harus berterima kasih pada jongdae dan suho yang saat itu memperkenalkannya pada kris, luhan, minseok dan yixing. Kris, mahasiswa arsitektur. Luhan dan minseok mahasiswi manajemen. Sedangkan yixing mahasiswa kedokteran. Sehun yang sejak kecil merupakan anak yang tertutup pun mulai ikut berbaur dengan teman teman suho dan jongdae. Belum lagi karena 'insiden' penembakannya yang penuh dengan kecanggungan. Dari situlah ia mulai membuka dunianya. Ia mulai mengenal keluarga dari teman temannya. Mulai dari kedua orang tua suho yang ternyata dokter. Lalu jongdae yang memiliki seorang adik laki laki bernama jonghyun. Lalu minseok yang tinggal dengan keluarga pamannya. Luhan yang hanya tinggal berdua dengan adiknya. Lalu kris yang ternyata adalah sepupu luhan. Dan yixing yang tinggal dengan adik sepupunya. Dan juga, adik jongdae, adik sepupu minseok, adik luhan dan adik sepupu yixing yang ternyata seumuran dan satu sekolah.

Terkadang sehun sendiri bingung, bagaimana bisa ia berubah menjadi seramah ini pada orang? Bagaimana bisa ia dengan mudahnya akrab dengan si kecil junhong? Bagaimana ia bisa jadi seceria ini? bagaimana bisa ia menggoda jongdae dan luhan dengan berpura pura mendekati minseok? Maksud sehun, sehun yang 7 tahun yang lalu tidak seperti ini.

Sudah 7 tahun, ya?

"hei, kau memikirkan apa?"tanya luhan dengan suara seraknya.

"ahni, aku hanya berfikir. Kenapa sekarang aku jadi seceria ini, ya? Seingatku, dulu aku adalah orang yang tertutup."jawab sehun. Luhan terkekeh.

"bukannya sampai sekarang kau masih tertutup, ya?"

"hei, kau tidak tahu, dulu aku seperti apa. Bahkan jongdae dan suho adalah teman pertamaku."

"jinjja? Kau baru mempunyai teman saat masuk perguruan tinggi?"tanya luhan. Sehun mengangguk.

"ya, dan tidak lama kemudian, aku juga mendapatkan cinta pertamaku. Pacar pertamaku."wajah luhan memerah. "kau tau, sehun yang dulu tidak akan bisa bicara seperti ini."

"dari mana kau belajar kata kata menjijikkan itu?"tanya luhan.

"suho yang mengajariku."

"itu menjijikkan. Jangan di lakukan lagi."

"hei, kau tau, banyak yeoja di luar sana yang ingin di rayu seperti ini. kenapa kau malah jijik? Aku berusaha untuk ini. sungguh."

"tanpa kau melakukan itu, aku jauh lebih bahagia. Tidak perlu berusaha untuk melakukan hal menggelikan itu. lagi pula, aku buka yeoja yeoja di luar sana yang bisa jatuh dengan mudahnya pada kata kata semacam itu. kalau memang seperti itu, aku tidak akan memakai cincin ini sekarang. Kau itu tidak ada romantis romantisnya."luhan mencubit hidung mancung sehun.

"memang. Aku mana bisa berlaku romantis macam kris atau suho. Aku merinding sendiri membayangkannya."

"makanya, jangan lakukan."sehun mengangguk. "eh, lampunya mati."luhan menunjuk lampu merah di atas pintu masuk ruang operasi yang baru saja mati. Menandakan bahwa operasi baru saja selesai. Tidak lama kemudian, kibum keluar. "kai, irona."luhan menepuk pipi kai.

"eum? Ada apa noona?"tanya kai.

"kibum ajhumma sudah keluar."kai segera menegakkan tubuhnya.

"bagaimana ajhumma?"tanya luhan.

"adik junhong laki laki. Sehat. Sebentar lagi minseok akan di pindahkan ke kamar inap."

.

"huwa, umma! Dongceng junhong lucu cekali!"pekik junhong saat melihat adiknya di gendongan ummanya.

"hei, jangan berisik. Nanti adikmu menangis."kai mengingatkan.

"umma, dongceng kecil cekali? Apa dulu junhong juga cekecil ini?"tanya junhong. Minseok mengangguk.

"malah dulu, junhong lebih kecil."jawab minseok.

"jinja? Huwa, daebak."mata junhong membulat. Yang lainnya terkekeh. anak ini semangat sekali.

"kalian sudah menyiapkan nama?"tanya siwon.

"sudah. Appa, umma, jongwoon ajusshi dan ryeowook ajhumma yang memilihkannya."jawab jongdae. "jongup. Kim jongup."ucap jongdae sambil mengelus pelan kepala jongup.

"hah, 9 bulan lagi, kita ke sini lagi."kai menggaruk pipinya malas.

"sudahlah. Terima saja nasibmu."jonghyun menepuk pundak kai.

"hei, aku sudah terlalu tua untuk mendapat adik baru. Iya kalau junhong, masih kecil. Pantas. Aku? aku sudah sebesar ini. aku juga sudah punya yeojachingu."kai mengacak rambutnya. Junhong menatap kai bingung.

"eh? Junhong mau dapat dongceng lagi?"tanya junhong.

"mau?"tanya jongdae. Junhong mengangguk semangat.

Plak

"tidak. 2 anak cukup."ucap minseok setelah memukul kepala jongdae keras keras. "mesummu tidak berkurang sama sekali."cibir minseok di amini yang lain.

"bukan junhong yang akan dapat adik lagi. Tapi kai hyung."jawab leeteuk.

Minseok yang sedang menatap wajah jongup pun segera mengalihkan pandangannya pada leeteuk yang menutupi mulutnya karena kelepasan. "AP-mmhpft"minseok meronta saat jongdae menutupi mulutnya.

"sst, jangan teriak. Nanti jongup bisa tuli karena suara lumba lumbamu."ucap jongdae. Saat merasa minseok sudah cukup tenang, jongdae melepaskan bekapannya.

"ajhumma mengandung? Ya tuhan ajusshi! Ajhumma sudah terlalu tua!"minseok menatap garang yesung.

"dia tidak setua itu, min. usianya saja belum sampai 40. Masih boleh, mengandung. Masih aman, kok."leeteuk mencoba membela.

"tap-"

"sudahlah min. ryeowook tidak akan kenapa kenapa. Lagi pula sudah terlanjur. Mau bagaimana lagi?"sela kibum. minseok terdiam. Kalau kibum bilang tidak apa apa, baru minseok percaya.

"baiklah, tapi, aku tanya, kenapa kalian tidak memberitahuku soal ini?"tanya minseok.

"ocehanmu saat mengandung jauh lebih menyebalkan, min. lagi pula kau tidak boleh stress. Dan kami yakin kau akan stress setelah mengetahui bahwa bibimu juga mengandung."jawab yesung.

.

"miin, aku gugup sekali."luhan merengek.

"nah, begini tahu rasa kau. Kemarin kau mengomeli minseok. Sekarang kau sendiri gugup, kan?"omel yixing.

"sudahlah xing. Wajar, semua yeoja pasti akan gugup di hari pernikahannya. Tenang saja, semua akan baik baik saja, lu."minseok mengusap kedua pundak luhan. "lihat ke cermin."minseok menegakkan tubuh luhan. "lihatlah. Ada seorang gadis cantik duduk di depan cermin. Dia mengenakan gaun pengantin. Hari ini ia akan mengucap janji suci dengan pria yang ia cintai. Tapi ia masih merasa gugup. Aneh, ya? Seharusnya ia merasa bahagia hari ini."ucap minseok. Luhan tersenyum. "hei lihat, dia tersenyum. makin cantik, ya?" yixing tersenyum melihat minseok yang bisa dengan mudahnya menenangkan luhan. Memang minseok sudah seperti ibu bagi mereka. Mengingat usianya yang paling tua. Selain itu, ia tumbuh tanpa kedua orang tuanya, membuatnya harus dewasa sebelum waktunya. Belum lagi ia juga lah yang paling awal menikah.

"min, besok, saat hari pernikahanku, kau temani aku seperti ini, ne?"pinta yixing. Minseok terkekeh sambil mengangguk.

"jongup dan junhong ke mana?"tanya luhan.

"mereka bersama orang tua jongdae. Eh? Gadis gadis itu kemana?"tanya minseok sat menyadari para briedsmaid tidak ada di ruangan tersebut.

"yaah, kalian ini."yixing terkekeh saat mendapati apa yang di cari minseok tadi malah asik berselca. Minseok terkekeh.

"iya iya, kalian cantik."minseok membantu tao merapikan gaunnya.

"banyak sekali, han."yixing memperhatikan bridesmaid luhan. Baekhyun, taemin, kyungsoo, tao, dan dua yeoja yang tidak yixing ketahui.

"teman teman baekhyun. Mereka juga yang menjadi bridesmaid minseok kemarin. Dan sepertinya akan menjadi bridesmaidmu juga, kan?"tanya luhan.

"sepertinya."yixing tampak berfikir. Luhan dan minseok mencibir. Pasti lupa lagi.

"noona, ayo."kai memanggil luhan.

.

"huwa, umma, lu-nuna cantik cekali!"junhong menatap luhan dengan mata berbinar binar.

Minseok tersenyum saat melihat luhan dan sehun berciuman. Junhong merengek saat mendapati kedua matanya di tutup oleh kangin.

Yixing menyandarkan kepalanya pada pundak suho. "sebentar lagi giliran kita."bisik suho. Yixing mengangguk malu malu.

.

Junhong tampak berjalan kebingungan di antara tamu undangan pernikahan luhan dan sehun. Ia memeluk erat boneka keto matonya. Matanya berbinar saat melihat apa yang ia cari.

"hyuung."panggil junhong pada kai yang tampak berbincang dengan kyungsoo.

"ada apa?"tanya jongin.

"junhong mau itu."junhong menunjuk ke arah kue yang ada di tangan kai. Sejak tadi junhong kelaparan. Setiap akan mengambil makanan yang ada di atas meja, junhong selalu gagal karena tinggi badannya. Kai terkekeh. kyungsoo mengambilkan salah satu kue coklat, lalu memberikannya pada junhong. "gomawo."

.

Minseok menyusuri koridor lantai dua tempat resepsi pernikahan luhan. Pemandangannya bagus sekali di sini. bulan tampat penuh. Belum lagi bintang bintang di sekelilingnya, di sambung dengan gemerlap lampu kota. Minseok suka sekali pemandangan seperti ini. ia berjalan menuju balkon, lalu menyandarkan tubuhnya di sana. Menikmati pemandangan malam hari.

Ia tersenyum saat menyadari ada sepasang tangan kekar yang melingkari perutnya.

"sedang apa di sini?"tanya jongdae.

"pemandangannya bagus, dae. Aku suka melihatnya."

"aku lebih suka melihat senyummu, min."jawab jongdae sambil mengeratkan pelukannya. "saranghae."jongdae mengecup puncak kepala minseok. "saranghae."jongdae membalik posisi minseok agar menghadapnya. "saranghae."jongdae mengecup kening minseok. "saranghae."jongdae mengecup kedua mata minseok. "saranghae."jongdae mengecup kedua pipi minseok. "saranghae."jongdae mencium bibir minseok.

Minseok tersenyum. ia memeluk jongdae erat. "nado."ucap minseok. "aku juga sangat mencintaimu, bebek mesumku sayang."

End

Kyaaa!

Jijik!

Ini geli!

Sebenernya aku bingung mau nulis apa di chap ini. aku baru sadar, sampai memasuki bulan november ini, aku masih belum nulis chap apa apa untuk kelanjutanya regret. Dan akhirnya, setelah uts, aku dapet waktu buat nulis ini. aku tau, hutangku banyak banget.

Ff ku yang lain belum tersentuh sama sekali. aku malah bikin ff baru. Mulai dari deer diary, love chain, dan yang lain lain.

Oh iya, aku berencana buat bikin ff one shoot. Settingnya make settingnya regret sama lost. Yah, tokoh tokohnya itu itu aja.

Aku punya 3 opsi. Yang mana dulu yang di bikin?

Jongno(jonghyun jino)

Banghim(yongguk himchan)

Daejae(daehyun joungjae)

Jawab di review, ya?