Regret

.

.

.

.

.

Author : soororo

.

Cast :

Kim Minseok

Kim Jongdae

.

Rate :T

.

Genre : Hurt/Comfort, Drama

.

Summary : Minseok hamil anak Jongdae, tapi, jongdae mencintai Yixing. Keluarganya juga. EXO, Suju fanfiction. GS. DLDR.

.

DISC : para cast hanyalah milik tuhan YME, orang tua, dan SM Ent, soo cuma minjem. Sedangkan ff nista ini, milik saya, berserta idenya.

.

.

.

.

.

Warning : Typo membabi buta, alur maksa, kecepetan. Mohon maklum, author baru :D

.

.

.

Yoho! Soororo di sini. Aku dapet ide buat ff ini waktu lagi nulis ffku yang lost. Jadi, nanti mungkin akan ada sedikit sambungan(?) sama lost.

Oya, buat judul dan cerita yang gak nyambung, aku minta maaf, ya?

.

.

.

.

NO FLAME, NO BASH CHARA, NO PLAGIAT, NO SILENT READERS

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Don't forget to leave your Review.

.

.

.

.

.

.

.

DON'T LIKE, DON'T READ!

.

.

.

.

.

I TOLD YOU BEFORE!

.

.

.

.

.

.

.

.

If you don't like them, or me, just click the X button

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Soororo present

.

.

.

.

.

.

.

Regret

Tangan Minseok bergetar memegang kertas yang ada di tangannya. "Ajusshi, ini..."Ia tidak bisa melanjutkan kata katanya.

"Kau harus memberitahu appa dari bayi itu, seokki. Dia harus bertanggung jawab."Ucap dokter bername tag 'Choi Siwon' tersebut.

Oh, tidak. Minseok tidak bisa memberitahu appa bayi ini. Tidak bisa. Namja itu tidak mencintai Minseok. Namja itu mencintai yeoja lain. Teman Minseok.

"Kau tidak mungkin berpikiran untuk menggugurkan bayimu, kan?"Siwon mengangkat satu alisnya. Minseok menggeleng. Yeoja chubby itu tidak sampai hati kalau harus membunuh seorang bayi yang bahkan melihat dunia saja belum, terlebih lagi itu bayinya sendiri. Darah dagingnya sendiri.

"Ajusshi, aku mohon, jangan beritahu siapapun. Aku akan menceritakannya sendiri saat aku siap."Mohon Minseok. Siwon menghela nafasnya. Kalau Minseok bukan putri dari almarhum sahabatnya, kim kyuhyun, dia pasti sudah memberitahu jongwoon, paman Minseok, yang sekarang merawatnya.

"Jadi, kapan kau akan siap? Saat bayimu lahir? Atau saat bayimu sudah bisa memanggil namamu?"Tanya siwon. Ia tidak bisa menyembunyikan banyak hal dari jongwoon. Si pemilik cafe tersebut bisa mengorek informasi apapun saat mencium gelagat yang tidak beres. Instingnya kuat.

"Tidak, tidak akan lama. Aku akan memberitahu appa bayi ini dulu. Saat sudah ketemu jalan keluarnya, aku akan memberitahu mereka. Aku mohon, ajusshi, jangan beritahu mereka."Minseok menangkupkan kedua tangannya di depan dadanya. Siwon menghela nafas lagi. Ia menyayangi Minseok seperti ia menyayangi putrinya sendiri. Ia tidak bisa berkata tidak pada gadis berpipi bakpau tersebut.

"Baiklah. Aku akan berusaha sebaik mungkin untuk tidak mengatakan apapun pada pamanmu yang selalu ingin tahu. Tapi, besar kemungkinan, kalau pada akhirnya aku akan memberitahukan soal hal ini. Kau tahu sendiri, pamanmu bisa menjadi seorang detektif profesional kalau sudah tertarik pada satu hal."Minseok mengangguk. Mata almondnya menyimpan kepercayaan yang besar pada siwon.

"Gomawo ajusshi."Ucap Minseok. Siwon mengangguk. Minseok bangun dari tempat duduknya, membungkukkan tubuhnya, lalu pergi meninggalkan siwon.

"Kyu, gadismu sudah dewasa. Kau tidak ingin melihatnya menikah, ya? Pergi secepat itu."Ucap siwon sambil memandang foto yang menampilkan dirinya bersama seorang namja lain. "Gadis kecilmu mendapat masalah, kyu. Dia hamil sebelum menikah. Sepertinya bukan namja yang baik. Gadismu terlihat takut saat aku bilang dia harus memberitahukan kepada appa dari bayinya. Gadismu sudah semester akhir, kyu. Semoga dia bisa menyelesaikan kuliahnya. Oh, iya, titip salam untuk min bunnymu."Siwon tersenyum. Ia merindukan pasangan evil-bunny itu.

.

"Dae, bisa kita bicara sebentar?"Minseok mendekati jongdae yang sedang membersihkan salah satu meja di sebuah kedai es krim.

"Mau bicara apa, min? Aku sedang sibuk."Ucap jongdae tanpa menghentikan pekerjaannya.

"Dae, aku mohon. Ini sangat penting."Paksa Minseok.

"Ayolah, xiumin, kau lihat, aku sedang sibuk. Kedaiku baru buka, kalau kau terus menggangguku, kau malah menambah pekerjaanku."Jongdae menatap Minseok kesal. Xiumin, nama kecil Minseok. Jongdae selalu memanggilnya seperti itu.

"5 menit."Jongdae mendesah pelan. Lalu mengangguk. Minseok tersenyum.

"Jadi, ada apa?"Tanya jongdae. Minseok mengambil sebuah amplop kecil dari tasnya, lalu menyerahkan amplop itu pada jongdae. Jongdae memandang amplop tersebut dan Minseok bergantian.

"Baca isinya."Ucap Minseok. Jongdae mengambil amplop tersebut, lalu membukanya dan mengambil isinya. Mata jongdae melebar saat membaca isi surat tersebut.

"Kau..."Jongdae menghentikan kata katanya. Minseok hamil. Yah, jongdae memang pernah melakukannya dengan Minseok beberapa kali. Gadis bakpau itu menyukainya. Mencintainya malah. Dia menuruti apapun kata jongdae. Termasuk saat jongdae memintanya.

"Aku takut, dae. Bagaimana, ini?"Minseok hampir menangis.

"Apanya yang bagaimana? Gugurkan, bodoh!"Sentak jongdae. Untung saja jongdae sempat menarik Minseok ke ruang pegawai, jadi, tidak ada yang bisa mendengar kata katanya.

"Tapi, dae, aku tidak mau menggugurkannya."Minseok memegangi perutnya yang masih datar.

"Lalu apa? Kau ingin aku menikahimu?"Minseok mengangguk. "Shirreo! Aku hanya akan menikah dengan yixing. Zhang yi xing."Ucap jongdae dengan penuh penekanan. Minseok menangis. Ia tahu, ia akan berakhir seperti ini, hamil dan mendapat penolakan dari jongdae.

"Aku mohon, dae."Minseok menangkupkan kedua tangannya di depan dadanya.

"Waktu 5 menitmu sudah habis. Gugurkan saja bayinya. Aku tidak mungkin menikah dengamu."Jongdae meninggalkan Minseok yang masih terpaku. Jadi, begini akhirnya? Ia harus membunuh bayi yang belum genap sebulan ini?

.

Minseok berjalan dengan malas. Tatapan matanya kosong. Ia kalut. Apa yang harus ia katakan pada paman bibinya? Minseok merasa sudah cukup merepotkan dengan tinggal bersama mereka sejak kedua orangtuanya meninggal dalam kecelakaan saat ia masih sekolah dasar. Sekarang, ia malah hamil di luar nikah. Oh, Minseok merasa sangat kurang ajar dan tidak tahu diri.

"aku pu-"

"kim min seok. Jelaskan pada ajusshi apa yang terjadi?"yesung-paman Minseok- memotong ucapan Minseok. Minseok terdiam. Tubuhnya seolah membeku. Seperti ada tombol 'pause' di tubuhnya. Ia melihat sekelilingnya. Ada bibinya-kim ryeowook- yang sedang menangis, di sebelahnya ada kai-sepupunya- yang sedang membaca selembar kertas entah apa, di sebelah kai ada siwon. Sejak kapan siwon ada di sana? Oh tidak! Jangan bilang siwon mengatakannya.

"sudah ajusshi bilang, cepat atau lambat mereka akan tahu."ucap siwon. Minseok masih dalam freeze mode nya. yesung menatap Minseok dengan tatapan dingin. Ia tidak marah pada Minseok. Hanya merasa kecewa.

"ajusshi…"lirih Minseok. Airmatanya sudah mengalir. Ia tidak tega melihat ryeowook yang sudah ia anggap ummanya sendiri menangis tersedu seperti itu. "mianhae…"lirihnya. Minseok menjatuhkan kedua lututnya di lantai. Ia menangis. Ia sangat lelah. Terlalu banyak hal yang ia lalui. Mulai dari kenyataan bahwa ia sedang mangandung, penolakan jongdae, kemarahan yesung, tangisan ryeowook. Minseok ingin tenggelam saja rasanya.

Air wajah yesung melembut. Bagaimanapun Minseok sudah ia anggap seperti putrinya sendiri. Ia berjalan mendekati Minseok lalu memeluknya. "siapa?"tanya yesung. Minseok menggeleng. Ia masih menangis.

"dia hanya bayiku."jawab Minseok di sela tangisnya. Yesung tidak bisa mengatakan apapun. Minseok tidak pernah membawa anak laki laki ke rumah kecuali kris, sahabatnya di sekolah, dan juga sehun, yang datang bersama luhan-sahabat Minseok- untuk menjemputnya berlibur ke pulau jeju. Sudah, tidak ada lagi. Minseok tidak terlalu dekat dengan banyak namja. Hanya suho, yang yesung ketahui sudah memiliki yeojachingu, dan jongdae, putra dari kangin, salah satu sahabatnya.

"istirahatlah noona. Kau terlihat lelah."kai membantu Minseok berdiri. Minseok lemas. Ia hampir saja jatuh kalau kai tidak menahannya. Kai yang menyadari bahwa tubuh minseok sangat lemah saat ini, segera menggendong Minseok. Kai menyayangi Minseok seperti saudara kandungnya sendiri. Kai anak tunggal, ia kesepian sampai orangtuanya datang dengan membawa Minseok yang menangis karena kedua orangtuanya baru saja meninggal. Dan kai menemukan hal lain dari Minseok. Kehadiran seorang kakak. Dengan segala kelembutan dan kehangatannya.

"gomawo, kai."ucap Minseok saat kai merebahkannya di tempat tidur. Kai tersenyum sambil memakaikan Minseok selimut. Kai mendudukkan tubuhnya di pinggiran ranjang Minseok. Ia memandang miris pada Minseok yang mulai memejamkan matanya. Ia merasa sakit saat mengetahui kenyataan bahwa Minseok mengandung. Minseok baru saja menyelesaikan skripsinya. ia bilang, ia akan bekerja setelah wisuda. Tapi, kalau seperti ini, apa Minseok bisa bekerja nantinya?

"noona."panggil kai. Minseok membuka matanya perlahan. "appa bayi itu… siapa?"tanya kai. Minseok tersenyum.

"dia bayiku, kai."jawab Minseok.

"tapi, noona, tidak mungkin, kan, nonna hamil tanpa ada yang melakukan itu pada noona."tanya kai. Oh, tentu kai mengerti soal hal ini, lihat saja tumpukan kaset di bawah tempat tidurnya.

"soal itu… noona tidak tahu."

"noona melakukannya dengan banyak namja? Ya tuhan, noona, aku pikir kau… auw! Noona, kenapa memukulku!"kai mengusap kepalanya yang di pukul oleh Minseok.

"jaga ucapanmu!"Minseok mengerucutkan bibirnya. Kai tersenyum.

"lalu? Noona di perkosa?"tanya kai. Minseok menggeleng.

Minseok tidak tahu ia di perkosa atau apa. Yang ia ingat, ia di ajak luhan untuk pergi ke sebuah club milik kenalannya. Saat ia sampai di sana, ternyata ada kris, sehun dan jongdae. Mereka menghabiskan malam mereka di sana. Mereka semua mabuk. Minseok tidak ingat apapun kecuali ia bangun hanya dengan selembar selimut yang menutupi badannya dan jongdae yang tertidur di sebelahnya. Semenjak kejadian itu, jongdae sering memintanya untuk melakukan hal tersebut lagi.

.

"seokki…"luhan berdiri di depan kamar Minseok.

"lu…"Minseok menatap luhan yang wajahnya memerah. Sepertinya ia menangis. "masuklah."Minseok merentangkan kedua tangannya. Luhan menghambur memeluk Minseok. Luhan kembali menangis. "uljima… aku yang punya masalah, kenapa kau yang menangis, lu?"

"bodoh! Kau yang mempunyai masalah, kenapa tidak menangis?"tanya luhan. Minseok terkekeh mendengar ucapan luhan di tengah tangisnya.

"aku sudah cukup menangis kemarin. Kau tahu dari mana?"tanya Minseok. Luhan melepaskan pelukannya.

"kai menelfonku. Aku benar benar terkejut. Siapa ayahnya? Jongdae?"tanya luhan. Minseok mengedikkan bahunya. "kau pernah melakukannya dengan yang lain?"tanya luhan. Minseok menoyor kepala luhan.

"kau ini! namjachingu saja aku tidak punya."ucap Minseok.

"lalu? Siapa? Jongdae?"tanya luhan. Minseok kembali mengedikkan bahunya. Luhan menghela nafas. Minseok memang bukan tipe yeoja nakal yang sering tidur dengan banyak namja. Minseok hanya pernah melakukannya dengan jongdae saat ia mabuk malam itu, dan beberapa kali sesudahnya. Jongdae memanfaatkan perasaan Minseok padanya. hanya jongdae saja, setahu luhan. "kau sudah menemuinya?"tanya luhan. Ekspresi wajah Minseok seketika berubah. Ia kembali teringat ucapan jongdae.

"sudah, kemarin sepulang dari rumah sakit, aku menemuinya."

"lalu?"

"dia bilang aku harus menggugurkan kandunganku."jawab Minseok. Luhan membulatkan matanya.

"KAU GILA?!"serunya. Minseok menatap luhan yang tampak marah.

"kami melakukannya karena mabuk, lu. Tidak karena saling menginginkan."jawab Minseok. Luhan mendengus kesal.

"mabuk apanya? Jongdae masih sadar, bodoh! Dia sendiri yang membawamu ke hotel. Dan lagi, kau tidak hanya melakukannya sekali, seokki! Dia sering memintamu! Ya tuhan, jongdae! Aku membencimu! Aku harus menenui bebek kurus itu."luhan keluar dari kamar Minseok. Minseok mencoba mengejar, namun rasa mual datang menyerangnya. Minseok mengurungkan niatnya untuk mengejar luhan. Ia berlari ke kamar mandi.

Hoek. Minseok muntah. Hanya cairan kuning. Minseok tidak memakan apapun sejak semalam. Jelas saja hanya cairan kuning yang keluar. Samar samar terdengar suara ribut di luar. Oh, pasti luhan memberitahukan soal ayah dari bayinnya.

"noona…"kai memanggil Minseok. Minseok baru saja keluar dari kamarnya. "appa memanggilmu."ucapnya. Minseok mengangguk. Ia mengikuti kai menuju ruang tengah. Di sana ada luhan, ryeowook, sehun, kris, dan yesung. Minseok memilih duduk di sebelah ryeowook. Ia memeluk lengan ryeowook. Ryeowook mengelus tangan Minseok yang memeluknya.

"jongdae…"ucap yesung. Minseok masih terdiam. Ia takut, yesung selalu seperti ini kalau marah. Kata katanya tidak penuh. Tapi, semuanya mengerti apa maksudnya. "aku sudah menghubungi kangin. Dia dan keluarganya masih dalam perjalanan kemari."ucap yesung. Minseok terkejut. Ia memandang yesung dengan tatapan tidak percaya. "kita akan membicarakan soal pernikahan kalian."ucapnya. mata Minseok melebar. Pernikahan? Ia akan menikah dengan jongdae?

"ajusshi, jongdae tidak mencintaiku."ucap Minseok. Yesung memandang Minseok dingin.

"lalu? Kau mengandung anak jongdae! Masalah cinta, bisa di urus nanti. Yang penting, bayimu lahir dengan berstatus memiliki appa yang jelas."jawab yesung. Wajah Minseok berubah menjadi muram. "Minseok, bukan kami tidak mau merawatmu lagi, tapi, bagaimanapun, kau mengandung anak jongdae. Kalian harus menikah. Jongdae harus mempertanggungjawabkan perbuatannya."ucapan yesung melembut. Minseok masih diam. Ia memeluk lengan ryeowook erat.

Tok tok tok. Terdengar suara ketukan. Minseok membeku. Ia tidak siap . ia takut melihat ekspresi wajah keluarga jongdae. Ia tahu keluarga jongdae menginginkan yixing untuk menjadi menantu mereka. Yixing, zhang yixing, salah satu sahabat Minseok. Seorang mahasiswa kedokteran. Anak yang pintar dan cantik. Lembut juga. Banyak yang menyukainya. Minseok tahu itu. keluarga jongdae menginginkan yixing, bukan yang lain, termasuk Minseok.

Kai berjalan membuka pintu. Kangin dan keluarganya masuk. Yesung menyambut kangin. Kangin membalas sambutan yesung. Mereka tetap terlihat baik walaupun mereka mendapat masalah.

"jadi…"kangin menggantungkan kalimatnya sambil memandang Minseok yang sejak tadi memeluk lengan ryeowook. "kapan kalian akan menikah?"tanya kangin.

.

.

.

.

.

.

TBC

.

Yosh!

Soororo di sini.

Seperti yang udah aku bilang tadi, aku dapet idenya waktu lagi nulis ffku yang lost.

Aku juga lagi nulis ff lain, yah, masih seputar lost juga. tapi, main castnya, chanbaek. Mungkin ada yang mau? Tinggalin Pesan kalian di review, ne?

Jangan lupa tinggalin review, ne?

Biar cepet update juga