Main Cast: Xi Luhan, Oh Sehun, Kai

SC: All EXO official couple

Warning: Yaoi/ Boy x Boy. Do not bash!

Happy reading~

.

.

.

.

.

Panasnya terik matahari tak menyurutkan semangat keenam namja yang sedang asyik bermain voli pantai. Padahal matahari tepat berada di ubun-ubun kepala yang artinya waktu sudah menunjukkan pukul 12.00 siang. Baekhyun mengelap keringat yang membanjiri dahinya menggunakan ujung kaos yang sedang di pakainya saat itu.

" Awas Baek!"

Teriakan Chanyeol membuat ia sontak mengangkat kepala, tapi-

BUG !

Sebuah bola mendarat mulus di wajahnya membuat ia terjengkang beberapa centi ke belakang. Kepalanya terasa pusing dan ia merasakan ada cairan kental yang mengalir keluar dari lubang hidungnya.

" Shit!" Kris mengumpat pelan. Ia benar-benar tidak menyangka kalau Baekhyun sedang lengah saat ia melakukan smash.

" Tunggu sebentar ku ambilkan obat!"

Kyungsoo yang kebetulan sedang duduk mengobrol dekat situ bersama Tao, segera berlari masuk ke dalam rumah. Sedangkan yang lain langsung mengerubuni Baekhyun dan mencoba menghentikan pendarahan di hidungnya. Betapa bodohnya ia menawarkan diri mengambil obat sedangkan ia tidak tahu dimana letak kotak obat berada. Sedikit tergesa ia mencari Suho untuk bertanya pada sang pemilik rumah tapi langkahnya tiba-tiba terhenti ketika melihat Kai tiba-tiba keluar dari kamar belakang yang ditempati Luhan dan Sehun. Ia tampak terkejut melihat Kyungsoo tapi Kyungsoo sendiri tidak mengambil pusing. Baekhyun adalah prioritas uatamanya saat ini. Ia langsung menuju dapur ketika ekor matanya menangkap bayangan Suho dan Yixing sedang memasak. Setelah medapat kotak obat yang tadi dicarinya, ia buru-buru keluar. Baekhyun sudah duduk di kursi teras dengan tangan Chanyeol pada hidungnya.

" Tidak perlu obat, Kyung. Hidungnya cukup ditekan menggunakan tangan dan darah akan berhenti"

Penjelasan Jondae membuat ia merasa semakin bodoh. Dilepasnya kotak obat itu sembarangan kemudian duduk disamping Baekhyun.

" Gomawo sudah mencarikanku obat. Kau baik sekali Kyungie" Baekhyun tersenyum geli sambil mencubit pipi Kyungsoo dengan gemas. Kyungsoo tersenyum tapi ia kemudian kembali teringat pada Kai. Ia buru-buru mendongkak dan menatap teman-temannya satu per satu. Hanya Luhan dan Kai yang tidak ada disitu. Yixing dan Suho sedang berdua didapur. Tanda tanya besar muncul dibenak Kyungsoo dan ia dapat merasakan sesuatu menghimpit dadanya.

" Dari mana saja kalian?" Xiumin bertanya ketika melihat Luhan dan Kai baru saja muncul dari dalam. Kyungsoo menatap mereka dalam diam. Baru saja Luhan membuka mulut untuk menjawab, Suho dan Yixing tiba-tiba muncul.

" Mana Baekhyun? Apanya yang terluka?" Yixing tampak panik.

" Eyy, aku baik-baik saja. Tidak usah sepanik itu"

" Syukurlah"

" Sudah, lebih baik kita makan saja. Aku dan Yixing sudah selesai memasak" ucap Suho dengan senyum angelic nya.

Mendengar kata makan membuat semua yang ada disitu segera menyerbu masuk dengan girang. Tak terkecuali Baekhyun walaupun hidungnya masih cukup sakit.

" Yak! Byun Baekhyun! Kesini dulu. Hidungmu nanti berdarah lagi" Chanyeol terpaksa ikut mengejar namja mungil itu.

.

.

.

.

.

" Kai"

Tubuh Kai sedikit menegang mendengar suara Kyungsoo memanggilnya. Mereka sedang berdua dikamar saat ini. Ia menatap Kyungsoo yang sedang duduk dipinggiran jendela sambil menatap keluar. Otaknya berpikir keras mencari alasan jika Kyungsoo mengungkit soal ia yang tadi keluar dari kamar Luhan dan Sehun. Tadi Sehun ikut bermain voli sedangkan Luhan tidak terlihat diaman pun. Jadi ia rasa Kyungsoo cukup pintar untuk membaca situasi yang ada. Ia pasti menyadari kalau kemungkinan besar Kai bersama Luhan di kamar itu. Lagipula, apa yang Kai lakukan dikamar itu kalau sang penghuni kamar sendiri tidak disitu.

" Maukah kau menemaniku jalan-jalan sore nanti? Aku ingin melihat matahari terbenam"

Kai tersenyum lega. Ternyata Kyungsoo tidak membahas hal itu. Sedikit aneh memang, tapi biarlah. Toh ia juga masih tidak tahu akan menjawab apa kalau Kyungsoo sampai menyanyakan hal itu.

" Tentu saja, Kyungie"

Kai memeluk namja itu erat. Kepala Kyungsoo merapat ke dada bidang Kai. Dihirupnya wangi parfum Kai yang merupakan hadiahnya saat ulang tahun Kai barusan. Ia buru-buru menggosok wajahnya dengan cepat ketika setetes cairan bening meluncur dari kelopak matanya. Kai tidak tahu, Kyungsoo sedang menangis dipelukannya.

.

.

.

.

.

Xiumin tertawa senang sambil membanting kartu merah kecil yang sedang dipegangnya.

" Aku menang lagi!"

Baekhyun hanya memasang wajah cemberutnya sedangkan Luhan mengerang frustasi. Bagaimana ia bisa kalah terus selama 15 ronde berturut-turut. Ia memang sangat payah jika menyangkut permainan kartu.

" Sudah, cukup! Aku tidak mau main lagi" ucap Luhan sambil meninggalkan kamar Xiumin denga kesal. Ia kemudian menuruni tangga dengan sedikit berlari, kebiasaannya sejak kecil.

" Lulu" Luhan tersenyum lebar mendapati Sehun yang sedang menatapnya dari ruang tengah.

" Siapa yang kau panggil Lulu, eoh?" tanya Luhan pura-pura ngambek. Sehun hanya tertawa pelan.

" Ayo, kita jalan-jalan sebentar"

Tanpa menunggu persetujuan Luhan, Sehun menarik tangannya keluar dari rumah itu. Mentari sudah hampir tenggelam. Tanpa mengenakan alas kaki, mereka berjalan menyusuri pasir putih yang menghampar dengan indahnya. Luhan menggigit bibir bawahnya dengan gugup. Sejak tadi Sehun menggenggam tangannya, membuatnya tak berkutik seperti saat ini. Apalagi mereka hanya berjalan dalam diam. Tidak ada rasa canggung, hanya saja ia merasakan gugup yang luar biasa.

" Luhan"

Luhan menoleh dan mendapati wajah Sehun yang hanya beberapa inci dari wajahnya. Ia hampir saja tersentak kebelakang, tapi manik cokelat itu lagi-lagi mengunci pergerakannya. Entah apa sihir yang ada pada kedua mata elang itu. Selalu berhasil membuat Luhan merasa kehilangan kendali atas tubuhnya sendiri. Jantungnya memompa berkali-kali lebih cepat membuatnya berharap tidak akan terkena serangan jantung tiba-tiba akibat terlalu lama bertatapan dengan wajah tampan dihadapannya ini. Ia dapat merasakan jemari panjang itu membelai pipinya dengan lembut, menghantarkan sengatan-sengatan kecil pada tubuhnya. Sehun kemudian melepaskan tautan tangannya dari Luhan. Ia merangkup wajah mungil itu dengan keduan tangannya dan mulai mempersempit jarak diantara mereka. Luhan seperti tersadar dari mimpi dan spontan mendorong tubuh Sehun menjauh. Dapat ia lihat sorotan terkejut dan terluka pada tatapan mata Sehun. Terluka? Tentu saja. Luhan baru saja terang-terangan menolak ciuman darinya.

" A-aku.." Luhan bingung harus berkata apa. Rasa bersalah menelusup kedalam hatinya melihat cara Sehun menatapnya tadi. Tapi ia sendiri tidak tahu harus bagaimana sekarang.

" Maaf" setelah berkata seperti itu, Sehun meninggalkan Luhan yang masih berdiri ditempatnya.

.

.

.

.

.

Luhan duduk di sofa sambil uring-uringan. Kejadian tadi membuat ia dan Sehun tiba-tiba menjadi canggung satu sama lain. Bahkan Sehun sama sekali tidak mengucapkan apapun dimeja makan saat mereka makan malam tadi. Untung saja ada Chanyeol dan Baekhyun yang meramaikan suasana dengan lelucon khas mereka, juga Jongdae yang cerewetnya minta ampun sehingga semoga saja teman-temannya tidak ada yang sadar soal masalah mereka berdua. Luhan dapat melihat Tao yang baru saja turun dari lantai atas datang menghampirinya.

" Ini sudah malam, Luhan. Kau belum tidur?"

" Kau sendiri?" Luhan malah balik bertanya, membuat namja bermata panda itu mendengus kesal.

" Kris dan Chanyeol sedang menonton film horror dikamarku. Mana bisa aku tidur kalau ada suara-suara mengerikan seperti itu. Bisa-bisa aku tidak tidur selama seminggu" ucap Tao yang terdengar sedikit melebih-lebihkan, tapi percayalah. Ia bahkan masih takut kalau ada monster di kolong ranjangnya.

" Kalau begitu kau mau menemaniku tidur disini?" tanya Luhan sambil tersenyum lebar.

" Mengapa kau tidak tidur di kamarmu sendiri?"

Luhan tidak menyahut. Setelah kejadian tadi, rasanya ia tidak sanggup kalau harus tidur disamping Sehun. Ia takut namja itu marah padanya akibat kejadian tadi.

" Apa terjadi sesuatu antara kau dan Sehun?" tanya Tao lagi.

" Aniya. Aku hanya ingin mengganti suasana. Lapipula sofa ini cukup nyaman" Luhan tidak peduli dengan alasan payah yang baru saja ia katakan. Ia memang tidak pandai soal berbohong. Tapi untunglah Tao tidak bertanya macam-macam lagi.

" Aku mau tidur dengan Baekhyun saja kalau begitu. Kau tetap disini?"

Luhan mengangguk. Ia dapat melihat Tao kembali kelantai atas.

" Apa yang harus kulakukan?" gumam Luhan kemudian. Ia kembali memikirkan Sehun. Tapi beberapa menit kemudian rasa kantuk mulai menyerang dan ia memutuskan untuk tidur.

.

.

.

.

.

Luhan adalah salah satu dari banyak orang yang punya obsesi sendiri terhadap kasur pribadi. Ia seringkali sulit tidur jika berada dikasur yang asing, apalagi tadi malam ia hanya tidur disofa. Tapi entah mengapa rasanya ia bisa tidur dengan nyenyak semalaman. Mungkin ia harus belajar tidur di sofa mulai sekarang. Cahaya matahari yang merembes masuk membuat ia menggeliat pelan. Masih sedikit malas untuk membuka mata. Ia memang bukan tipikal 'morning person', jadi jangan tanya soal kebiasaannya yang senang bangun siang. Sesuatu terasa melingkar dipinggangnya membuat kesadaran Luhan mulai meningkat. Bahkan selimut yang menutupi tubuhnya membuat ia semakin yakin kalau ia sedang tidak berada disofa seperti bayangannya tadi.

" Bangun, Lu" suara serak tadi sontak membuat Luhan sadar secara utuh sekarang. Rasa berat pada kedua kelopak matanya hilang entah kemana. Ia segera menjatuhkan dirinya dari ranjang saat melihat siapa yang sedang memeluknya dari belakang. Ya Tuhan! Bahkan hari masih pagi dan Sehun lagi-lagi membuatnya hampir terkena serangan jantung. Wajahnya terasa panas. Entah gara-gara memikirkan dirinya yang tidur berpelukan dengan Sehun sepanjang malam, atau akibat melihat wajah bangun tidur Sehun yang begitu menawan. Rambut acak-acakan dan mata yang membuka dengan malas terlihat begitu indah dimata Luhan. Ia bahkan tidak sadar kalau saat ini dirinya sedang duduk di lantai dengan ekspresi konyol.

" Mengapa aku bisa tidur disini?" tanya Luhan akhirnya. Ia sadar kalau sepertinya Sehun memindahkannya kekamar mereka.

" Aku melihatmu ketiduran di sofa. Mana mungkin aku membiarkan mu disana sepanjang malam"

Dan tanpa berkata apa-apa lagi Sehun masuk ke dalam kamar mandi, meninggalkan Luhan yang masih duduk di lantai.

.

.

.

.

.

" Aku merindukanmu, Lu"

Kai menempelkan dagunya pada pundak Luhan. Menghirup aroma permen khas namja cantik itu. Entah bagimana caranya, Kai berhasil membawa Luhan menyelinap ke dalam hutan di bagian belakang rumah Suho. Mereka kini tengah duduk dibawah salah satu pohon dengan posisi Kai yang memeluk Luhan dari belakang. Suara kicauan burung dan binatang-binatang kecil lainnya menemani mereka.

" Kita setiap hari bertemu, Kai. Bahkan aku sudah bosan melihat wajahmu"

" Tidak mungkin ada orang yang bosan dengan wajah tampan dan sexy milikku ini"

Kai meringis ketika merasakan sikut Luhan pada perutnya. Sebenarnya Luhan melakukannya dengan pelan, hanya saja Kai yang bereaksi berlebihan.

" Bagaimana hubungan mu dengan Kyungsoo? Kulihat kalian tidak banyak berinteraksi belakangan ini"

" Sudahlah, jangan bahas soal Kyungsoo. Sekarang adalah waktu untuk kita berdua, Lu. Kau tahu betapa sulitnya mendapat kesempatan seperti ini"

Bibir Kai mulai mengecup tengkuk Luhan dengan perlahan. Lidahnya bergerak menelusuri kulit putih dan lembut yang membuatnya kecanduan setengah mati itu. Sementara tangannya mulai menelusup kedalam kaos yang dipakai namja itu. Menekan tonjolan kecil pada dada Luhan.

" Jangan menggigit bibir mu, Lu" tegur Kai yang melihat Luhan mati-matian menahan suara desahannya. Padahal Kai begitu ingin mendengarnya.

" Aku tidak ingin ada yang mendengar"

" Tidak apa, mendesahlah untukku"

Dan kali ini Luhan benar-benar tidak bisa mengontrol suaranya saat tangan nakal Kai meremas junior miliknya dari luar.

" Buka pahamu sayang"

Luhan menurut, membuat Kai semakin mudah memanjakan Luhan kecil yang sudah menengang itu. Bibirnya sekarang bermain pada pundak Luhan yang sudah terekpose. Meninggalkan jejak-jejak merah dan air liur yang tidak sedikit. Ia kemudian memutar tubuh Luhan hingga sekarang mereka saling berhadapan. Segera dilahapanya bibir mungil itu sementara tangannya masih memijat junior Luhan. Membuat sang empunya mengerang frustasi karena perbuatannya.

" K-kai" Luhan akhirnya bisa bersuara setelah mendorong Kai cukup kuat.

" Wae?" tanya Kai tak suka karena Luhan menghentikan permainan mereka secara tiba-tiba.

" Kurasa kita harus menghentikan ini sekarang"

Luhan menunduk, tidak berani menatap Kai langsung.

" Baiklah, kita lakukan kapan-kapan. Aku tidak akan memaksamu sekarang" ucap Kai sambil mengelus pipi Luhan dengan lembut. Menyalurkan kehangatan dari sentuhan jari-jarinya.

" Bukan itu maksudku"

Kai mengernyit bingung. Luhan terlihat ragu tapi kemudian ia mengangkat kepalanya dan menatap Kai dengan keduan manik cokelatnya.

" Maksudku hubungan kita Kai. Aku ingin mengakhirinya sekarang"

.

.

.

.

.

TBC

Akhirnyaaa selesai juga. Ini author buatnya buru-buru gara-gara sekalian pengen ngucapin

.

.

Happy Birthday Luhann gege #pelukcium

.

.

Maaf ya kalo chap ini banyak typo, rada2 gaje, aneh, dsb. Maaf juga kalo masih kurang panjang. Ini aku buatnya buru-buru banget soalnya. And, last but not least, Review pls ^^