Langit sudah menggelap ketika Kagami Taiga membawa baki berisi makanannya yang menggunung dari meja kasir. Sang kasir tampaknya sudah terbiasa dengan Kagami dan pesanannya yang menembus logika dan dimensi, sehingga tidak ada lagi bisik dan komentar.

Pemuda berambut merah itu menemukan sebuah meja kosong dan meletakkan baki serta tasnya di meja. Dengan sedikit susah payah, Kagami menggeliat duduk dan bersandar di tempat duduk yang tersedia, berusaha melemaskan otot-ototnya yang masih terasa kaku.

"Kagami-kun," Kuroko Tetsuya mengangguk ketika tatapan Kagami sampai kepadanya. Mendadak muncul di hadapannya, atau mungkin Kuroko memang sudah ada di sana sejak awal, karena pemuda berambut biru itu sudah duduk manis dengan satu gelas minuman di mejanya.

Kagami sudah terlalu lelah untuk berteriak, namun rekannya itu dapat melihat darah meluncur turun dari wajahnya ketika Kagami menangkap sosok Kuroko saking terkejutnya.

.

.

Kiseki Change! is a collaboration project between Arleinne Karale and Azureinne Karale. This chapter written by Azureinne Karale

Kuroko no Basket belong to Tadatoshi Fujimaki

Inspired by A picture belong to Akixx ( www . zerochan 1639628 )

A semi-canon, lot of typos, possibly out of character story with no actual pairing

Bonus Chapter

.

.

"Makananmu lebih banyak dari yang biasanya," Kuroko berkomentar.

Kagami mengangguk, membuka satu bungkus hamburger dari bakinya, "Aku lapar sekali. Hari ini Pelatih lebih kejam dari biasanya," Kagami bergumam sembari menggigit makanannya. Ingatannya melayang kepada gadis berambut cokelat tua pendek yang tampak lebih spartan hari ini dibandingkan hari-hari yang lalu.

"Koganei-senpai bilang Pelatih sedang PMS," Kuroko berujar datar, suaranya bahkan tidak berubah ketika kata legenda itu meluncur keluar dari bibirnya. Tatapannya terpancang pada minumannya yang sudah setengah kosong.

Kagami menyemburkan makanannya, lalu terbatuk.

"Ap—serius!?" pertanyaan Kagami hanyalah sebuah gumaman setengah seruan yang tidak dapat Kuroko mengerti. Namun sebelum sang bayangan menjawab pertanyaan Kagami, sesuatu berwarna kuning dan merah muda meluncur ke arahnya dengan kecepatan penuh.

"Aaaaaah! Kurokocchi! Aku tahu kau pasti ada di sini jam segini!"

"Tetsu-kuuun! Selamat malam!"

Seketika, Kuroko menemukan dirinya terhimpit di antara Momoi Satsuki dan Kise Ryouta. Gerakan keduanya yang tiba-tiba membuat minuman Kuroko yang ada di atas meja miring ke satu sisi dan tumpah ke lantai. Mata biru milik Kuroko menggelap seketika.

Kagami menggeser tubuhnya jauh dari Tempat Kejadian Perkara.

"Oi, Kise, bawa sendiri makananmu!" teriakan Aomine Daiki terdengar dari arah kasir.

Momoi adalah yang pertama melepaskan pelukannya dan berlari menuju kasir, kemungkinan besar memesan makanan yang belum sempat ia pesan ketika gadis itu melihat Kuroko. Aomine kemudian berjalan menuju meja Kagami dan Kuroko, bersama dua baki yang salah satunya ia letakkan di atas kepala Kise dengan tampang tanpa dosa yang menyebalkan.

"Apa yang kau lakukan di sini, Aomine?" Kagami mengunyah makanannya.

Aomine memutar kedua bola matanya sebelum menyeringai, "Makan. Apakah otakmu sudah penuh dengan basket hingga kau bahkan tidak dapat memproses hal yang sudah jelas?"

Hal itu lantas membuat Kagami emosi.

Kise memutar kedua bola matanya melihat kedua rekannya kini terlibat pertengkaran sepihak. Dengan bosan, pemuda berambut pirang itu melempar tatapannya keluar jendela Maji Burger, pandangannya dengan cepat menangkap kepala hijau dan kepala ungu yang sangat ia kenali.

"Ah, itu Midorimacchi dan Murasakibaracchi, kan?"

Pertanyaannya membuat Kagami dan Aomine menoleh.

"Oh, kau benar," Kagami bergerak menuju jendela. "Yang satu lagi ... Akashi!?"

Aomine melompat menuju jendela, "Hah, serius!? Sedang apa dia di sini!?"

Keributan mereka membuat tiga orang yang sedang ditatap menoleh. Akashi Seijuuro mengerjap sejenak sebelum menunjuk Kise, Kagami, dan Aomine di dekat jendela sebelum menoleh ke arah kedua rekannya. Midorima Shintaro dan Murasakibara Atsushi mengangguk, ketiganya kemudian melangkah masuk ke dalam Maji Burger.

"Oi, oi, oi, serius, nih?" Aomine menjauhkan tubuhnya dari jendela, menatap sosok Akashi yang berjalan ke arah meja mereka dengan senyum tipis. Di belakangnya Midorima memutar bola matanya, dan Murasakibara mengunyah sesuatu seperti biasa. Ketiganya tidak menyadari genangan minuman di dekat meja Kuroko dan Kagami yang masih diratapi nasibnya oleh Kuroko.

"Aku tidak menyangka akan melihat kalian di—" Akashi yang pertama terpleset.

Reflek keenam orang yang ada di tempat Kejadian Perkara adalah membantu pemuda berambut merah itu, atau setidaknya menghalangi ia terjatuh, namun tempat sempit yang tidak memungkinkan membuat mereka saling menubruk kepalan satu sama lainnya.

"Maaf menunggu, aku harus ke toilet dul—" Momoi menjatuhkan bakinya ketika melihat teman-temannya bergelimpangan di atas lantai. Saling bertumpuk seperti sandwhich manusia super gede yang tidak akan laku biarpun dijual mahal.

"Oi, ouch, Murasakibara, hati-hati dengan sikumu!"

"Matamu kemana, Kagami-chin, aku di sini."

"Akashi, kau tidak apa-apa?"

"Kau berbicara dengan siapa, Midorima? Aku di sini."

"Akashi, kau yang berbicara dengan siapa. Aku di kirimu."

"Tetsu, awas kakimu!"

"Aominecchi, itu kakiku! Ouch, ow, sakit sakit!"

"Aku di sini, tolong jangan tekan wajahku, Kise."

Ketujuh pemuda itu bangun satu-persatu. Setelah pandangan mereka jernih, mereka semua saling pandang. Dan seketika, keenam mantan anggota Teiko Junior High School itu sadar.

"Dari sekian banyak orang kenapa aku harus terjebak di dalam tubuh Aominecchi!?"

"Tunggu, tunggu, itu siapa yang ada di dalam tubuhku!?"

"Aku, Kagami."

"Akashi!? Kamu Akashi, kan!? Dan kenapa rambutku jadi ungu!?"

"Dulu Akashi, sekarang Tetsu, aku salah apa!?"

"Mido-chin, berapa banyak makanan yang bisa kau makan sampai kenyang?"

"Kise! Kembali ke tubuhmu sekarang juga! Lebih baik aku terjebak di tubuh Kagami sekalian daripada kau, nanodayo!"

"Melihat situasi ini, jadi sekarang aku akan sekolah di Rakuzan? Bukankah di sana sudah ada seorang bayangan?"

Tampaknya hari ini sejarah akan terulang kembali. Dan takdir memutuskan untuk melempar Kagami Taiga ke dalam kekacauan absurd yang tidak akan dapat dipecahkan dengan logika matematika dan fisika.

.

.

Owari

.

.

Dilema Arleinne dan Azureinne:

Azu: "Yosh! Terima kasih sudah membaca bonus chapter yang sangat tidak penting banget ini!"

Aru: "Dengan ini, Kiseki Change resmi tamat! Terima kasih banyak atas semuanya!"

Azu: "Mohon maaf atas segala kesalahan yang mungkin terjadi, dan kalimat yang tidak mengenakkan di chapter-chapter sebelumnya, ahaha,"

Aru : "Akhir kata, kami tunggu kalian di kotak review dan silakan tunggu kami di project kolaborasi selanjutnya~"