Sejujurnya, tanpa perlu bersusah payah mereka semua sudah tahu bagaimana hasil akhir pertandingan sore ini….

"Tetsu! Oper kesini!" terutama lelaki berambut biru gelap dengan kulit kehitaman yang tampak eksotis jika dibandingkan dengan rekan satu timnya yang lain, yang apabila berdiri menggunakan baju berwarna hitam di malam hari maka bisa dipastikan tidak ada satu orang pun yang bisa melihatnya….

Dalam diam, pemuda berambut biru muda yang hawa kehadirannya setipis sehelai rambut dibagi tujuh itu mendorong bola dengan telapak tangannya, membelokkan laju bola yang dioper oleh anggota tim lawan ke rekannya. Dan sekejap mata kemudian, Kuroko Tetsuya sudah tidak berada di tempat dimana ia membelokkan laju bola tadi….

"Yosh! Kerja bagus, Kurokocchi!" membayangi lelaki berambut biru gelap, pria muda berambut pirang itu berlari mengikuti rekannya sambil memastikan bahwa dirinya berada pada jarak yang aman—tentu saja tidak ada satu orang pun di dunia ini yang mau bersenggolan dengan seorang Daiki Aomine yang sedang asyik bermain basket, bukan? Apalagi Kise Ryouta sudah berkali-kali bersenggolan dengan seorang Daiki Aomine yang sedang asyik bermain basket dan hasilnya… mari kita katakan tidak telalu bagus buat badan.

Daiki Aomine, yang apabila dilihat sekilas tidak mirip dengan orang Jepang itu, dengan mudah melompat kemudian melempar bola oranye yang ia pegang hingga masuk dengan mulus melewati ring yang jika diukur dari lantai memiliki berbedaan tinggi sekitar 3.05 meter.

Tim lawan mengambil bola dan mendribel menuju ring seberang. Di halangi oleh Kise, membuat pemain yang mendribel bola tidak memiliki pilihan lain selain mengopernya. Kuroko yang sudah tahu akan strategi ini kemudian kembali membelokkan laju bola. Kali ini Midorima Shintarou yang mendapatkan operan dari Kuroko. Berdiri agar jauh dari ring tim lawan, lelaki itu berdiri dengan kedua tangannya di atas kepala.

"Dengan Lucky Item yang sudah aku beli hari ini, tidak mungkin bola ini tidak masuk," komentarnya sebelum membiarkan bola oranye itu melayang di udara, dengan mulus masuk ke dalam ring dan beberapa detik kemudian memantul ke lantai.

Kemudian wasit meniup peluit yang menandakan bahwa pertandingan sore itu telah usai. Dengan skor 175 untuk Teiko Junior High School.

.

.

Kiseki Change! is a collaboration project between Arleinne Karale and Azureinne Karale. This chapter written by Arleinne Karale

Kuroko no Basket belong to Tadatoshi Fujimaki

Inspired by A picture belong to Akixx ( www . zerochan 1639628)

A semi-canon, lot of typos, possibly out of character story with no actual pairing

Read at your own risk

.

.

"Kerja yang bagus, Kurokocchi!" seperti seorang anak kecil yang kelebihan energi dan semangat, Kise Ryouta melompat-lompat gembira ketika menyambut rekan satu timnya yang berambut biru muda yang baru saja meninggalkan lapangan basket dan melangkah ke arah bench.

"Kau berisik sekali, Kise," Midorima Shintarou berkomentar setelah menandaskan botol minumnya dalam sekali tenggak. Lelaki berkacamata itu kemudian duduk di bench dan mulai membungkus jari-jarinya dalam perban putih, kebiasaan yang selalu ia lakukan dengan dalih agar selalu bisa menembak dari jarak yang jauh dengan tepat.

Kise mengabaikan Midorima, yang memang selalu berkomentar tentang apa saja yang dilakukan oleh Kise dengan nada yang tidak suka, dan setengah berlari mendekati Kuroko Tetsuya sambil menyerahkan botol air minum bagian lelaki yang manik biru pucatnya selalu kosong itu, "Kurokocchi, terima kasih atas kerja kerasmu di pertandingan ini!"

"Berisik kau, Kise!" Aomine Daiki terang-terang memukul bagian belakang lelaki berambut pirang itu, yang tidak hanya sekali ia nilai sebagai lelaki yang menyebalkan.

"Aominecchi! Sakit tahu!" Kise mengelus bagian belakang kepalanya yang bertemu dengan kecepatan yang tidak manusiawi dengan tangan Aomine, "Akashicchi, Aominecchi memukulku. Sakit… bagaimana kalau aku tidak bisa main lagi?"

"Kise, kau berisik. Kalau kau tidak bisa main lagi, silakan keluar dari tim basket Teiko," jawab singkat lelaki berambut merah itu. Kedua manik mata Akashi Seijuuro yang berwarna senada dengan rambutnya bagaikan permata ruby yang berkilat ketika ia membaca statistic anggota timnya yang diberikan oleh pengganti manajer mereka yang sakit.

"Hidoi! Murasakibaracchi, aku di bully!" Kise berseru dengan heboh, mendatangi pemuda yang bertubuh paling tinggi di antara yang lainnya yang sibuk menikmati maibou di tangannya. Remah-remah makanan tingan itu tertinggal di sekitar mulutnya, bahkan ada beberapa yang jatuh ke lantai. Tapi buat Murasakibara Atsushi, yang penting adalah makanannya. Dunia kiamat besok pun, selagi ia masih bisa mendapatkan camilan yang ia suka, ia tidak terlalu memusingkannya.

"Hm…? Ya sudah kau keluar dari tim saja, Kisechin…" jawab Murasakibara singkat.

Merasa frustasi, Kise mengangkat kedua tangannya ke atas tanpa mengetahui bahwa di belakangnya berdiri pemain favorit semua orang, 'Bugh!'

"Eh…?" Kise segera menoleh untuk mendapati tubuh yang lebih pendek darinya itu terpental ke belakang. Di lihat dari manik biru pucatnya yang tersembunyi di balik kelopak matanya, Kise bisa memastikan bahwa Kuroko Tetsuya tidak sadarkan diri.

"KUROKOCCHI!"

"TETSU!"

"KUROKO!"

"KUROCHIN!"

"KUROKO!"


Nijimura Shuuzo tidak tahu apa yang telah terjadi tapi ia menemukan enam tubuh anggota tim regular yang notabene adalah adik kelasnya terbaring di atas lapangan dalam keadaan tak sadarkan diri dan saling bertumpang-tindih. Tidak melihat adanya pilihan lain, kapten dari Teiko itu pun meminta bantuan untuk membawa keenamnya ke ruang kesehatan.


Mengerang, Aomine Daiki membuka matanya untuk mendapati langit-langit putih dan bau antiseptik yang menyengat hidung menyapa indranya. Seragam basket putih dengan sentuhan warna biru muda di pinggirnya belum ia ganti, tertutupi selimut putih.

Kepalanya terasa agak berat, sepertinya benturan dengan kepala Kise dan lantai akhirnya menunjukkan konsekuensinya. Bukan hanya kepalanya saja yang terasa aneh, tapi Aomine merasakan tubuhnya mengecil. Ada perasaan aneh yang menyusup ke benaknya, yang memberikan sugesti bahwa ia semakin pendek. Tapi tidak mungkin bukan…?

Lelaki yang seharusnya memiliki kulit gelap dengan rambut biru tua itu menoleh ketika mendengar suara pintu berdecit dan terbuka, menampakkan kapten mereka, Nijimura Shuuzo yang satu tahun diatas mereka mendekat ke arahnya, "Kerja yang bagus, Akashi," ujarnya datar, lengkap dengan poker face yang selalu terpasang bagaikan topeng yang tidak pernah ia lepas itu.

"Hah…?" adalah komentar cerdas Aomine yang lolos dari mulutnya, "Aku Aomine!"

"Kau sakit, Akashi?" Nijimura malah bertanya, "Aku tidak tahu apa yang terjadi tapi mungkin sebelum pingsan kau terbentur sesuatu…? Kusarankan kau pergi ke rumah sakit sebelum kepalamu makin parah."

"A-aku bukan Akashi! Aku Aomine! Daiki Aomine!" Aomine masih berkeras. Samar-sama ekor matanya menangkap bayangan rekan-rekannya yang satu per satu sadar dari pingsan mereka. ia menangkap bayangan Kuroko Tetsuya, yang memandang ke arahnya dengan wajahnya yang datar. Tapi Aomine cukup mengenal Kuroko sehingga berhasil menangkap sorot keheranan di matanya.

"Nijimura-senpai," lelaki yang memiliki tipe permainan berbeda dari yang lainnya itu membuka suaranya, "Apakah kau memiliki cermin?"

"Ada di kamar mandi. Untuk apa kau—"

Keheningan langsung menyapa Nijimura karena secepat kilat, enam orang adik kelasnya itu langsung meresat dari tempat tidur mereka dan keluar dari ruang kesehatan.

.

"…"

"Ti-tidak mungkin…" Aomine menatap pantulan dirinya di cermin. Bukan kulit kecokelatan dengan wajah eksotis dan rambut biru gelap yang sangat familiar yang menyapanya. Melainkan wajah seorang lelaki yang selalu memiliki aura superioritas di sekelilingnya, dengan rambut merah dan manik ruby yang tampak selalu berbinar berbahaya. Entah apa yang terjadi, Aomine Daiki sang ace yang sangat kece, keren, dan hebat terjebak dalam tubuh seorang Akashi Seijuuro yang sangat… Akashi, "A-aku jadi pendek!" Aomine berseru heboh.

Sementara Akashi hanya bisa menahan dirinya untuk tidak meninju Aomine detik itu juga. Sejujurnya, ia sedikit terpesona dengan pantulan yang balik menatapnya di cermin, sesosok lelaki yang tidak lebih tinggi darinya, yang memiliki hawa kehadiran di bawah rata-rata dan selalu mengenakan topeng tanpa emosi yang seolah menjadi trademark miliknya. Rambut biru gelapnya tidak pernah mau rapi. Manik biru pucat tampak kontras dengan manik merah yang dulu biasa menyapanya dari cermin. Akashi Seijuuro terjebak dalam tubuh Kuroko Tetsuya, "Kuroko lebih pendek daripada aku."

Mungkin kalau Kuroko Tetsuya berada dalam tubuhnya sendiri, ia akan merasa tersinggung. Tapi ketika Kuroko terjebak dalam tubuh lelaki berambut pirang yang jelas lebih tinggi darinya, Kuroko tidak bisa membawa perasaannya untuk merasa tersinggung. Manik cokelat yang hangat tampak tidak familiar, berbeda dengan manik biru muda yang tidak hangat namun juga tidak dingin miliknya. Kuroko Tetsuya terjebak di tubuh Kise Ryouta, "Sepertinya hidupku akan merepotkan."

"Hidoi, Kurokocchi! Seharusnya kau bersyukur kau bisa merasakan menjadi aku!" Kise Ryouta berseru heboh, tidak habis pikir kenapa ada orang yang tidak bersyukur bisa ada di posisinya. Kise tidak memiliki masalah dengan perbedaan tinggi badan seperti Aomine, melainkan masalah penglihatan. Ketika kacamata hitam ia lepas, manik hijaunya hanya bisa menangkap bayangan-bayangan yang tidak jelas. Padahal menurutnya kacamata itu sangat tidak fashionable. Plus, rambut hijau yang sekarang ia miliki membuatnya mendadak merindukan dirinya yang lama. Kise tidak tahu akan jadi apa karirnya dalam dunia model karena menurutnya Midorima Shintarou sangat tidak fashionable. Ya, Kise Ryouta terjebak dalam tubuh Midorima Shintarou, "Aku merindukan aku yang tampan…."

Midorima meletakkan jari telunjuknya di dekat hidung, bermaksud untuk membenarkan letak kacamatanya, kebiasaan yang ia lakukan ketika ia tidak tahu apa yang harus ia perbuat—dan kebiasaan yang bisa membuatnya terlihat keren. Tapi ketika tidak menemukan kacamata disana, Midorima seperti ditendang balik ke kenyataan. Di cermin, bagian atas kepalanya nyaris tidak terlihat. Tapi helaian-helaian ungu menyentuh pundaknya, membuat Midorima risih. Ia pun mengeluarkan karet dari sakunya—yup, tepat! Lucky item Midorima hari ini adalah karet gelang—dan mengikat helai-helai ungu menjadi satu sehingga kini rambut ungunya tertata rapi. Setengah puas, manik ungunya menatap hasil karyanya dari cermin sebelum ia menghela napas, "Apa yang terjadi pada kita?" karena Midorima Shintarou terjebak di dalam tubuh Murasakibara Atsushi.

"Are…? Mido-chin, kau tinggi sekali…" Murasakibara merogoh saku jaketnya dan wajahnya berubah kecewa ketika ia tidak menemukan makanan. Kemudian ia sadar dan merogoh saku Midorima untuk mengeluarkan maibou dari sakunya. Manik biru gelapnya menatap bosan pantulannya di cermin. Rambut biru mudanya pendek, berbeda dengan miliknya dulu yang nyaris menyentuh bahu. Perubahan yang aneh tapi Murasakibara merasa lebih sejuk. Sepertinya masalah yang akan menjadi masalah adalah tinggi badannya. Karena bagaimanapun, Aomine tidak setinggi Murasakibara dulu, "Mine-chin sangat pendek dan tidak menyimpan makanan di saku jaketnya," sebab biasanya Murasakibara menyimpan makanan di jaketnya. Sekarang, Murasakibara Atsushi terjebak di dalam tubuh Aomine Daiki.

"Heh? Maksudmu aku pendek?" Aomine dalam tubuh Akashi protes.

"Jaga kata-katamu, Aomine-kun, aku lebih pendek darimu," Kuroko dalam tubuh Kise mengingatkan.

"Ya, kau sangat pendek Kuroko," Akashi dalam tubuh Kuroko menyetujuinya.

"Akashicchi hidoi! Jangan mengejek Kurokocchi dong!" Kise dalam tubuh Midorima protes, "Aku tidak bisa melihat apa-apa tanpa kacamata!"

"Makanya pakai kacamatamu, Bodoh!" Midorima dalam tubuh Murasakibara membentak.

"Tidak mau, Midorimacchi! Kacamatamu sangat tidak fashionable," Kise merengek, seperti anak kecil yang tidak di beri izin untuk membeli balon oleh ibunya, "Bagaimana kelajutan karir modelingku kalau aku tidak segera kembali ke tubuhku?"

"Heh…?" mengepalkan tangannya yang besar, Midorima merasakan urat-urat muncul di dahinya, "Maksudmu aku tidak pantas berkarir di dunia modeling?"

Sibuk mengunyah maibou, Murasakibara dengan santainya berkomentar, "Dibandingkan Kise-chin, kau tidak memiliki kesempatan di dunia modeling, Mido-chin."

"Bagaimana kalau sekarang kita pikirkan bagaimana caranya kita kembali ke tubuh awal?" Akashi dalam tubuh Kuroko bertanya, sambil mengeluarkan aura tidak mengenakkan dan sebuah senyum yang dipaksakan yang jelas-jelas digunakan untuk menutupi emosi-emosi yang tidak bisa ia sampaikan jelas-jelas.

"…Akashi, kau membuat Kuroko jadi terlihat menyeramkan," Aomine berkomentar. Tangannya bersedekap di depan dada selagi ia bersandar pada tempat cuci tangan.

"A-aku tidak pernah membayangkan Kurokocchi menjadi semengerikan ini," Kise mundur, menjauhi Kuroko yang di dalamnya terdapat jiwa seorang Akashi.

"Aka-chin mengubah malaikat Kuro-chin menjadi iblis," Murasakibara yang mengunyah maibou miliknya yang kesekian berkomentar. Remah-remah maibou kini terlihat jelas di sekitar bibir Aomine, yang didiami oleh jiwa Murasakibara.

"Murasakibara! Jangan makan terus! Kau itu tidak pernah kenyang apa? Melihatmu makan saja aku sudah kenyang. Jangan samakan perutku dengan perutmu! Dan bersihkan remah-remah di bibirku!" perintah Aomine sambil menunjuk ke arah tubuhnya yang dikendalikan oleh Murasakibara.

"Are…? Mine-chin pantas ada di tubuhnya Aka-chin… Aka-chi suka meributkan hal-hal yang tidak penting…" masih mengunyah maibounya, Murasakibara merogoh saku jaket Midorima dan mendesah kecewa ketika mendapat tidak ada apa-apa lagi di dalam sana.

"Sebetulnya kau mengantongi berapa maibou?" Midorima bertanya.

"Mungkin kalau kita bisa tahu penyebabnya, kita bisa menemukan jalan keluarnya," Kuroko menyuarakan pendapatnya.

"Terakhir sebelum pingsan, kita semua berusaha menangkap Kurokocchi. Mungkin waktu itu kita semua bertabrakan…?" Kise berusaha mengingat-ingat.

"Dan itu mengingatkanku kalau kau penyebab Tetsu pingsan…" masih dengan wajah yang tampak bosan—yang jelas sangat tidak pas karena Aomine ada dalam tubuh Akashi—Aomine berkomentar.

"Ahahaha, gomen, gomen," Kise menundukkan kepalanya berkali-kali.

"Jadi, basically, kalau Kise tidak membuat Kuroko pingsan, kita tidak akan berada dalam posisi ini? Tidak salah kalau aku buat kesimpulan bahwa semua ini adalah salah Kise?" Midorima kembali seperti membetulkan letak kacamatanya. Tapi ketika tidak menemukan apa-apa, lelaki itu kembali menghela napas.

"Mido-chin benar… semua ini salah Kise-chin," Murasakibara menyetujui.

"Ap—"

"Kalian…" Akashi memejamkan matanya, mengepalakan kedua tangan Kuroko. Kepalanya berdenyut-denyut, ia tidak tahu kalau Kuroko sering terserang sakit kepala seperti dirinya juga. Atau itu karena ia berada dalam tubuh Kuroko, "Kita harus mencari jalan keluar bukan mencari kambing hitamnya."

"Mungkin kalau kita bertabrakan lagi, semuanya akan kembali seperti sebelumnya?" Aomine menyarankan.

"Ide yang bagus, Mine-chin…" Murasakibara mengangguk malas-malasan, "Ayo cepat kita selesaikan lalu kembali ke lapangan. Kotak maibou milikku masih ada disana."

"Murasakibara-kun, Aomine-kun bisa terserang obesitas kalau kau makan terus," Kuroko mengingatkan.

"Baiklah, ayo kita bertabrakan!" Akashi akhirnya mengambil keputusan. Lima pasang manik berbeda warna menatapnya seolah-olah Akashi Seijuuro menumbuhkan kepala lagi, membulat sempurna. Tidak ada yang suka dengan keputusan lelaki berambut merah itu tapi tidak ada yang berani membantah iblis yang sekarang ada di tubuh malaikat itu.

"Oke…" Kise menarik napas panjang dan menghelanya, "Dalam hitungan ketiga. Satu, dua, tiga!"


Sungguh, Nijimura Shuuzo tidak tahu apa yang telah terjadi tapi ia menemukan enam tubuh anggota tim regular yang notabene adalah adik kelasnya terbaring di dalam kamar mandi perempuan dalam keadaan tak sadarkan diri dan saling bertumpang-tindih. Tidak melihat adanya pilihan lain, kapten dari Teiko itu pun meminta bantuan untuk membawa keenamnya kembali ke ruang kesehatan.


"Aku tidak tahu apa yang kalian pikirkan, tapi mungkin kalian bisa ceritakan kenapa kalian terbaring di kamar mandi perempuan, Akashi?" Aomine Daiki mengerang ketika lagi-lagi nama lelaki berambut merah itu yang disebut oleh kapten mereka. Hal itu menandakan bahwa usaha mereka sia-sia untuk kembali ke tubuh mereka yang asli.

"Hmm… kami ketakutan melihat hantu?" ditambah dengan sebuah cengiran, Aomine yang ada dalam tubuh Akashi menjawab.

"Sepertinya ada masalah dengan kepala kami, Nijimura-senpai. Kami akan pergi ke dokter untuk mengeceknya dan memastikannya," Akashi dalam tubuh Kuroko menjawab kemudian memberikan pandangan memperingatkan ke arah Aomine.

"Baiklah. Kalau begitu kalian silakan pulang sebelum rumah sakit tutup. Dan tolong jangan sampai ada kejadian memalukan lagi," Nijimura Shuuzo melangkahkan kakinya keluar dari ruang kesehatan. Tak berapa lama, anggota tim regular Teiko yang lain kembali ke alam sadar mereka.

"Apa yang terjadi? Aku masih di tubuh Midorimacchi?!" Kise berseru dengan hebohnya begitu menyadari pandangan matanya yang blur-blur tidak jelas tanpa kacamata yang tidak fashionable itu.

"Dan aku masih di tubuh Akashi…" Aomine menghela napas tidak senang.

"Kau tidak senang ada di tubuhku?" Akashi bertanya dalam tubuh Kuroko.

"Akashi-kun, tolong jangan buat aku jadi mengerikan," Kuroko meminta, masih di dalam tubuh Kise.

"…kapan kita bisa kembali ke tubuh kita?" Midorima bertanya, mencoba menggerakkan tangan dan kakinya yang kelewat panjang karena sekarang ia yang mengendalikan tubuh raksasa Murasakibara.

"Nikmati saja, Mido-chin… aku kan tinggi. Dan kau bisa makan sepuasmu," mendesah sedih karena tidak memiliki camilan, Murasakibara ikut menggerakkan anggota badannya. Terasa aneh karena ia sudah terbiasa dengan tubuh raksasanya. Menjadi Aomine membuat Murasakibara merasa kecil.

"Nikmati saja, katamu?!" Kise, Aomine, dan Midorima bertanya dengan hebohnya.

"Apalagi yang bisa kita lakukan?" Akashi turun dari tempat tidurnya, "Sampai kita kembali, kita harus bisa berperan dan berperilaku seperti tubuh kita. Jangan sampai ada yang sadar kalau kita berpindah jiwa."

"Tunggu, tunggu, Akashicchi! Itu sangat suliiiit," Kise mengerek.

"Kise, berhenti merengek dalam tubuhku! Itu menjijikkan tahu! Dan kita juga harus mencari cara bagaimana kembali ke tubuh kita, jangan sekadar menikmati peran saja," Midorima menambahkan, kembali menaikkan jarinya untuk membetulkan letak kacamatanya. Dan ketika tidak menemukan apa-apa, ia hanya bisa menghela napas lagi.

"Kita harus stay on character sambil mencari cara untuk kembali ke tubuh semula," Akashi berujar.

"Memangnya kau pikir aku bisa menjadi sepertimu?" Aomine bertanya sambil jari kelingkingnya mengorek hidung Akashi.

"Harus bisa dan jangan mengupil di depan umum. Akashi tidak akan mengupil di depan umum," Akashi mengingatkan.

"Lalu aku harus mengupil di rumahmu atau dimana?" Aomine bertanya.

"Ah, bagaimana kita pulang? Aku tidak tahu rumah Midorimacchi," model majalah zounen itukembali merengek.

"Midorima, berikan alamatmu ke Kise. Kise berikan alamatmu ke Kuroko. Kuroko berikan alamatmu padaku. Aku tidak perlu memberikan alamatku pada Aomine karena mobil jemputanku sudah menunggu. Aomine berikan alamatmu ke Murasakibara dan Murasakibara berikan alamat rumahmu ke Midorima. Di rumah, kalian harus berperan dengan sempurna dan cari cara kembali ke tubuh semula secepatnya. Mengerti?"

"Roger, Akashicchi!"

.

.

To be Continued

.

.

Dilema Arleinne dan Azureinne:

Aru : "Kembali lagi dengan kami, dalam multichapter collab kedua kami di fandom Kuroko no Basket Indonesia!"

Azu : "Ketiga, woy!"

Aru : "Kedua di Fandom Kuroko no Basket Indonesia! Yang satu lagi di Fandom Naruto Indonesia. Ah, kalau ada shipper Sasu-Saku disini silakan mampir ke multichapter collab pertama kami di Fandom Naruto Indonesia yang berjudul Pink Rhapsodia. Atau yang berminat baca Pirate!AU silakan berkunjung. Bisa di cek di profil kami~"

Azu : "Yak kembali ke cerita. Jadi ini settingnya adalah ketika mereka masih di tahun pertama di Teiko. Memang ada perbedaan dengan cannonnya. Kapten disini masih Nijimura dan kami aware sekali pas kaptennya Nijimura, Kise harusnya belum masuk ke first string. Tapi mari kita anggap kalau Kise udah masuk duluan jadi ketika Nijimura masih kaptennya, Kise udah masuk first string. Karena kami nggak merasa kalau cerita ini AU, maka kami golongkan ke dalam semi-cannon. Adakah pembetulan dari pembaca sekalian?"

Aru : "Dan karena disini mereka masih polos-polos dan unyu-unyu, makanya karakter yang dipake disini adalah Kinder!Akashi dan Pure!Aomine, dimana Akashi masih jadi Prince Charming pujaan semua orang dan bukan alter egonya yang menyebalkan dan suka main gunting tapi sexy itu dan Aomine masih menikmati basket dan jatuh cinta pada basket, masih minta di peluk dan di unyel-unyel(?). Siapa sih yang nggak suka Kinder!Akashi dan Pure!Aomine?"

Azu : "Genrenya semacam humor. Tapi… silakan tentukan sendiri apakah ini bisa disebut sebagai humor…?"

Aru : "Buat yang masih bingung, jadi pergantian tubuhnya adalah Kuroko di tubuh Kise, Kise di tubuh Midorima, Midorima di tubuh Murasakibara, Murasakibara di tubuh Aomine, Aomine di tubuh Akashi, dan Akashi di tubu Kuroko. Silakan mampir ke zerochan atau cari di google atau ketikkan alamat web yang kami sisipkan di atas (tanpa spasi) kalau masih belum ke bayang."

Azu : "Yap yap sekian bacotan dari kami. Terima kasih sudah mampir~"

Aru : "Sampai ketemu di chapter berikutnya~ jangan lupa isi kotak review~"