Operation : Fumizuki Academy
Chapter 6 : They're Coming!

Disclaimer(s) :
Katekyoushi Hitman Reborn © Amano Akira-sensei
Baka to Test Shoukanjuu © Inoue Kenji-sensei

.

.

.

Warning(s) :
OOC, Possibly OOT, Hidden Plot, Typo(s), Bad Language, Smart!Akihisa, SlightBadass!Tsuna, Hint Shonen-ai. DLL.

.

.

.

Don't Like, Don't Read!


Author POV

Aneh.

Sangat mencurigakan.

Benar-benar pemancing nafsu kepo.

Tsuna hampir 1 minggu tidak bisa tidur hanya karena hal sepele ini.

First, Reborn sepertinya kembali berulah. Sejak insiden 'Sang Guru MKKB' yang sempat menjadi trending topic di penjuru sekolah, tragedi bermunculan dimana-mana. Beberapa murid secara bergiliran akhir-akhir ini ditemukan babak belur, atau seperti orang kesurupan.

Kabarnya–dan bagi Tsuna itu buruk, murid-murid tersebut adalah dalang dibalik artikel itu.

Sampai sekarang baru ingin membayangkannya saja, ada saja yang memutarkan musik backsound horror. Mematahkan semangat dan keberanian Tsuna.

And second

Tsuna melirik orang sebelahnya a.k.a. sohib merangkap rekan di kelasnya, Yoshii Akihisa–the prodigy hacker, yang sedang konsentrasi menatap layar laptopnya.

Pose berpikir. Mengetik sesuatu, kemudian menggeram. Menatap ke langit-langit. Ambil kertas, mencatat sesuatu. Mengetik lagi, dan kembali ke awal. Menggaruk kepala dengan brutal.

Sungguh membuat cemas Mama-Tsuna.

Yang membuat Tsuna semakin cemas, ini sudah berlangsung selama 5 hari berturut-turut. Bahkan Akihisa sering melewatkan istirahat siang, kalau tidak diseret oleh Tsuna. Itu pun belum lepas pandangannya dari laptop.

Dan sekarang, tekad Tsuna sudah bulat.

"…Ano… Yoshii-san…"

"…"

"Yoshii…san?"

"…"

"Yoshii-san!"

"…"

Elpiji pun meledak.

"…MINNA! HOT NEWS NIH! FRESH DARI MUTSURINI! BARU DICETAK! ADA FOTO YOSHII AKIHISA L–"

"OI, JANGAN DISEBAR BEGO!"

"MAKANYA DENGERIN ORANG NGOMONG!"

"IYAAAA! TAPI GAK USAH SEBAR AIB ORANG JUGA KALI! SANA BALIK KE ALAM LO!"

"GIMANA CARANYA GUE BALIK WOI!? GUE DIHIMPIT JENDELA SAMA TUBUH LO! OGAH GUE TRISOM SAMA JENDELA!"

"YAUDAH, SITU SENDIRI WAJAHNYA UKE POLOS!"

"IDIH, OGAH! LO AJA YANG JADI TENGAHNYA! SANA GIH, PUAS-PUASIN BERCUMBU SAMA TEMBOK!"

"TAPI KAN–"

"…Ehem."

Sontak dua bocah bishota nan uke menoleh ke sumber suara.

"…Eh, Tetsujin…"

"Yoshii Akihisa, Sawada Tsuna. Berdiri di koridor. Sekarang."

"Ha-ha'i!/Hieeee!"

"Dan…Yoshii."

"Ha'i?"

"…Walaupun kau sudah belok, nyerangnya juga jangan ditempat ramai."

Jleb!

Akihisa merasakan tembok harga dirinya mulai diserang para titan.

Aburegul~ Amesuyu~ Bahrelway, bahrelway~!

"…Saya belum belok, pak. Ini hanyalah sebuah kesalahpahaman…"

Tetsujin menepuk bahu Akihisa. Wajahnya memancarkan aura penuh pengertian.

"Nggak usah dijelasin. Selama kamu bahagia, bapak ikhlaskan…"

"…"

Tidak hanya Akihisa, harga diri Tsuna pun perlahan-lahan runtuh.


"…Gomenne, Yoshii-san. Gara-gara aku, jadinya…"

Akihisa tertawa canggung. "A-ah, daijoubu. Lagipula… aku juga salah, tidak mendengar panggilanmu…"

Cue awkward silent. Akihisa kembali tenggelam dalam pikirannya, membuat Tsuna kembali gugup.

"Nee, Sawada-kun…"

Hampir saja dia menyundul dinding saking kagetnya. "Ha-ha'i?"

Akihisa terdiam sesaat sembari menyenderkan tubunya ke dinding, menatap lurus ke langit. Angin sepoi dengan malu-malu masuk melalui jendela, menggoyangkan helaian honey brown miliknya pelan. Ah, damn hormone.

'Ka-kakkoi… Gah, damn puberty!' Tsuna merasakan pipinya memanas.

Sang pemilik rambut honey brown itu menghela napas pelan. "Sekolah ini… benar-benar misterius…"

"Ma-maksudmu?"

Sebuah buku kecil mendarat di kepala Tsuna. "Setiap data pada Shoukanjuu[1] tidak memiliki motif yang sama dengan induknya. Tapi, saat dicocokkan dengan gen dari muridnya, ada sebuah keterkaitan pada datanya, seakan-akan Shoukanjuu dan pemiliknya merupakan saudara kandung." Jelasnya saat Tsuna membaca buku tersebut.

"Dan," Lanjutnya, "Hal yang paling mengejutkan… Kau sudah bisa menebakknya kan?"

Tsuna mengangguk pelan. "Ha'i. Data didalam shoukanjuu itu–"

"EEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEHHHH!?"

Sebuah teriakan beruntun dari kelas 2-F, menutupi suara Tsuna. Untungnya, Akihisa masih bisa mendengarnya.

"…Itu benar. Hanya saja… Apa yang menyebabkan itu? Y'know, it will be imposs–…! No. …Is not… Impossible…" Mata Akihisa terbelalak kaget, saat menemukan jawabannya.

Dengan cepat, hyper intuition Tsuna menyadari apa yang dia maksud. Matanya ikut melebar. "…Tapi… siapa? Hanya orang tertentu yang bisa mengeluarkannya!" Bantahnya.

Akihisa menggeram pelan. "Justru karena itu, semuanya akan menjadi mungkin, Sawada-kun. Argh… Kurasa aku harus menyutujui saran Reborn-san…"

Mendengar kata 'Reborn', Tsuna sedikit memucat. "Me-memangnya… A-apa yang Reborn dan Yoshii-san rencanakan!?"

Oh, God. Takdir memang cocok mengambil peran di opera sabun, sebagai ibu tiri.

Dia hanya menanggapinya dengan senyum misterius.

"You'll see, tomorrow. I bet you will damn surprised."


Keesokan Harinya

Tsuna tidak mempercayai ini.

Sama sekali tidak mempercayai.

Tapi, kebenaran berada didepan matanya.

Disampingnya, sohib merangkap rekannya itu menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

"Haha… Sepertinya… Memang terlalu berlebihan ya…"

"…"

"Yah, tapi ini permintaannya, mau bagaimana lagi."

"…Seriously, Akihisa Yoshii. APA YANG SEBENARNYA TERJADI!? JELASKAN, SEKARANG!"

"A-ahaha… Hanya… Membuat kelas… jadi layak pakai?"

Yap. Seperti penuturan Akihisa.

Kelas 2-F sudah dirombak habis-habisan dalam 1 malam, dari jendela sampai lobang kecoak. Dalam waktu singkat, para penghuni tanpa malu–bangsa semut, kecoak, hingga tikus terpaksa pindah ke tempat lain.

Mungkin ini juga alasan mengapa dari kemarin para murid 2-F tersenyum nista sepanjang hari.

Tapi yang membuat Tsuna sedikit stress adalah,

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

KELAS INI MIRIP BANGET SAMA KELASNYA DI NAMIMORI.

Akihisa memandangi kelas itu sekilas. "Hee… Jadi ini kelasnya Namimori-chuu ya," Ujarnya pelan seraya menaruh tas di meja. "Pantas saja dia begitu keras kepala."

"De-de-de-demo!" Tsuna tetap tidak percaya. "Kenapa dari luar tidak terlihat apa-apa!? Jangan bilang–"

"Aku hanya memasang 'kabut' sebagai 'pelindung'~"

"Jadi…"

"…Begini-begini aku autodidak lho."

Tsuna langsung teringat dengan pembicaraan kemarin. "Lalu, apa yang Yoshii-san bilang ke–"

KRIIIIIINNNGGGGGG!

"Ah. Sudah bel."

Lagi.

Lagi-lagi.

Ada saja yang memotong omongannya.

Akihisa mengacak-acak rambut Tsuna geli, berusaha menghiburnya.


Tetsujin berdehem agak keras. "Jadi… Kita mempunyai dua murid baru laki-laki. Silahkan perkenalkan diri kalian."

"Che, Gokudera Hayato."

"…Hibari Kyoya."

Krik.

"Ck, laki-laki lagi." "Kelas ini perlu pencuci mata!" "Aku rapopo…" "Pak, kenapa harus ikemen!? Kenapa nggak shota saja!?" "…Membosankan…" "ANTI IKEMEN! HIDUP SHOTA! HIDUP CROSSDRESS! HIDUP TRAP! FANSERVICE, JAYA!" "…Aku… kan… perempuan…"–Dan bermacam-macam protes mengalir keluar dari para murid.

Dan, hanya ada satu cara untuk menghentikannya. Yaitu–

Bruuuaakkk!

Spontan, seluruh pasang mata menoleh ke sumber suara, termasuk dua ikemen di depan kelas.

"Itte-te…"

Ini.

Tidak hanya bangku, Tsuna juga hampir membanting mejanya hingga terbalik. Menahan sakit, dia mengembalikan posisi semula meja dan bangkunya dibantu oleh Akihisa–berhubung juga duduk disebelahnya.

'J-jyuudaime jatuh! …Kono yarou… Berani-beraninya dia memegang tangan suci Jyuudaime-ku! Tidak akan kubiarkan!' Air muka Gokudera yang sempat cerah, kembali menjadi jauh lebih seram.

Kecemburuan juga tak luput menguasai Hibari. '…Herbivore…' Kalau saja dia berada di Namimori-chuu, sudah sedari tadi dia meng-kamikorosu Akihisa.

Tsuna tertatih-tatih kembali duduk di kursinya sebelum menatap dua pemuda yang sangat dikenalnya. "Go-Gokudera-kun! Hibari-san! Nande kokoni–!?"

Akihisa tertawa kecil. "Aku meminta kepada Reborn-san untuk mengirim dua dari para guardian-mu sebagai bala bantuan." Bisiknya, tidak sadar dengan glare yang ditujukan padanya.

Gokudera seketika berubah menjadi human-puppy(?) saat 'Jyuudaime'-nya menyebut namanya. "Jyuudaime! Saya akan melindungi, dan mengikuti semua perintah anda! Yoroshiku onegaishimasu[2]!"

Hibari hanya membuang muka. "Hn. Omnivore."

Geh. Dasar tsundere akut.

"Hee… Kalian sudah mengenal Sawada rupanya. Jaa… ah. Gokudera, duduk di depan Akihisa. Dan Hibari, duduk di belakang Sawada. Akihisa, angkat tanganmu agar mereka tahu dimana posisi mereka."

Akihisa mengangkat tangannya, membiarkan kedua pemuda itu duduk di tempatnya masing-masing. Tsuna sedikit pucat saat merasakan aura dari storm guardian dan could guardian-nya.

Dan hari itu menjadi sangat panjang untuk Tsuna.


Oi, teme. Jangan seenaknya menyentuh Jyuudaime dengan bebas."

Akihisa membuka sebelah matanya. Hei, sekarang sudah jam istirahat. Dia hampir begadang setiap hari demi mengupas rahasia sekolahnya, wajar kan dia mengantuk? "Maksudmu… Sawada-kun? Yadda." Dia menenggelamkan kepalanya dalam lipatan tangannya.

Gokudera menggertakkan giginya. "How dare you–"

"Lagipula kalau itu kulakukan, bukannya 'tugas' kalian akan 'tercontek'? Nee, 'Smoking-Bomb Hayato'?"

Pemuda berambut silver terlonjak mendengar penuturan itu. "Kimi, dare ga!?" Geramnya pelan sambil menarik dasi Akihisa, namun berhasil ditepis.

"Hei, hei. Tenanglah, aku bukan musuh. Demo, nakama ga. Tanyakan saja pada Sawada-kun, dia akan menceritakan semuanya…" Tuturnya pelan sambil menguap. Gokudera menggeram melihat ketenangan orang didepannya.

"Eto… Aku merasa namaku disebut…" Ah, pucuk dicinta, ulam pun tiba. Tsuna duduk di mejanya sambil membawa 4 roti. "Yoshii-san, teman-temanmu bilang tidak bisa bertemu untuk hari ini, akan ada rapat untuk sebuah acara."

Akihisa tersenyum kecil. "Sudah disiapkan rupanya…" Bisiknya pelan, namun masih terdengar.

Tsuna memiringkan kepalanya. "Eh?"

"Daripada itu, ada yang lebih penting lagi, Jyuudaime! Kau mengenal orang ini!? Siapa dia!?" Seru Gokudera tidak sabaran. Berani-beraninya seseorang yang dia tidak kenal, bisa dekat dengan Jyuudaime tersayangnya!

Hibari yang sedari tadi hanya mendengarkan melirik Tsuna. "Hn. Ceritakan sebelum ku-kamikorosu dia."

Pemuda berambut chocolate brown itu sweatdrop, bingung dengan sikap over-protective guardiannya. "Sa-saa ne… Um… Yoshii-san?"

Akihisa mengangguk mengerti. Dia memasang barrier di sekililing mereka.

Gokudera dan Hibari kaget saat melihat flame Akihisa. "Mi-mist flame! Dia–!?"

Tsuna mengangguk. "Jadi… Yoshii-san, atau Yoshii Akihisa adalah–…"


"HONTOUNI GOMENASAI, BLUE BIRD-SAMA!"

"E-e-e-eto… Go-Gokudera-san… Kau tidak perlu minta maaf…"

"SAYA SUDAH MEREMEHKAN ANDA! HONTOUNI GOMENASAI!"

"…Yoshii-san, Gokudera-kun akan terus seperti itu sebelum mendengar jawaban dari Yoshii-san…"

"Ho-hontou? Ba-baikah… Gokudera-kun, aku memaafkanmu–walau sebenarnya kau tidak salah apa-apa sih. Jadi… kumohon angkat kepalamu. Ini ditempat umum…"

Gokudera tersenyum cerah. "Arigatou, Blue Bird-sama! Kau sama baiknya dengan Jyuudaime!"

Tsuna tertawa canggung melihatnya. "Demo… kenapa Gokudera sangat menghormati 'Blue Bird'?"

"Itu karena…" Gokudera mengeluarkan sebuah buku. "…Blue Bird-sama terkenal sebagai hacker yang bahkan bisa merusak program yang bahkan penciptanya tidak bisa! Dan karena itulah, pada umur 5 tahun saya selalu mengira Blue Bird-sama adalah U.M.A.! Sejak saat itu, U.M.A. adalah tujuan utama saya!" Jelasnya sambil memamerkan buku tentang U.M.A. kepada mereka bertiga.

"Be-begitu ya…" Ujar Akihisa pelan sambil pundung. 'Aku… dianggap alien…'

"A-ahaha…"

"…Jadi, not-so-herbivore, kau sudah berada di dunia mafia sejak umur 8 tahun?"

"…Eh?" Langkah Gokudera dan Tsuna terhenti mendengar perkataan Hibari. '…BENAR JUGA!'

Akihisa tersenyum kecil saat menatap langit sore. "Bisa dibilang begitu… Ah, chotto."

Dia mengecek handphone-nya, sebelum air mukanya menjadi keras. Dia kembali mengantongi benda itu, dan poninya menutupi matanya.

"Heh."

"A-ada apa, Yoshii-san?"

"…'Tugas' kalian, sebentar lagi harus 'dikerjakan'. Bersiaplah."


Meanwhile

"Oi, gaki. Sudah selesai?"

"Ha'i!"

Lelaki itu tersenyum licik. "Dengan ini… Sekolah ini–bukan, kekuatan ini… AKAN MENJADI MILIKKU!"


Tsuna langsung begidik saat merasakan hyper intuition-nya terus berteriak 'musuh'. Hal itu langsung disadari oleh yang lain.

"Jyuudaime! Daijoubu desu ka!?"

"…Sawada Tsunayoshi."

"Sawada-kun!"

Setelah dipanggil beberapa kali, akhirnya Tsuna kembali sadar. "Y-Yoshii-san… musuh…"

Akihisa mengangguk pelan. "Ya. Sudah kubilang bukan? Saatnya memulai persiapan." Dia memandang ketiga kouhai-nya itu.

"…Persiapan?"

"Benar."

Mereka menoleh ke sumber suara. "Rebor–Eh? Ki-kimi wa…"

Seorang pria berjas hitam dengan kemeja kuning dan berdasi hitam berdiri dibelakang Tsuna. Sebuah smirk tersungging di mulutnya, menambah ketampanan pada wajahnya. "Chaos."

"Ah! Ka-kau yang melindungiku saat aku bertarung dengan otou-san! Te-terima kasih saat waktu itu!" Tsuna membungkuk kepada lelaki itu, membuat gemas Akihisa.

Lelaki itu menjitak pelan kepala Tsuna. "Bahkan sampai sekarang kau tidak menyadari siapa aku, Dame-Tsuna. Sepertinya kau memang masih kurang latihan."

Tsuna memiringkan kepalanya–yang membuatnya terlihat terlalu imut– dan meniliti dari atas hingga bawah. Matanya melebar, saat sebuah nama terlintas di kepalanya. "Ma-ma-masakaAnata wa…"

Akihisa menghela napas pelan. "Itu Reborn-san, Sawada-kun."

Hening.

"HIEEEE!?"

Gokudera dan Hibari juga sama kagetnya dengan Tsuna, tapi tidak terlalu menunjukkannya.

Lelaki itu–yang ternyata adalah Reborn tersenyum penuh kemenangan. "Aku sudah bilang, sosok asliku jauh lebih keren dari wujud arcobaleno-ku."

Tsuna merasakan pipinya sedikit memanas, membuat Reborn semakin ingin menggodanya. "E-e-eto…"

Reborn menatap Akihisa–tidak memperdulikan pandangan tajam dari kedua guardian muridnya. "Oi, kau sudah menyiapkannya kan?"

Akihisa tersenyum. "Tentu saja."

"…Eh? Apa yang kalian masuk?"

Apa pun itu, tanpa bantuan hyper intuition Tsuna sudah mengetahui apa yang direncakan mereka.

"Karena kalian telah mendapat izin 'segel' dari Reboyama-sensei… Bukannya lebih baik kita 'menumpuk' nilai? Dan ini berlaku untuk kalian bertiga lho~"

Mereka bertiga sedikit memucat, walau Hibari tidak terlalu kelihatan. "Jadi…"

"We will tortu–I mean, tutored you~"

"HIIEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEE!"


CHAPTER 6, DONE!

[1] : Shoukanjuu itu adalah beast-nya. Y'know, yang kecil-kecil oenyoeh itu!

[2] : Yang dimaksud disini adalah 'Mohon bantuannya'. Mungkin kalian sudah pada tahu :3

Long time no see, minna! Author-block memang menyebalkan ya… ;3;)/

…Aneh ya daku A/N-nya cuman di akhir doang? Ohoho, daku hanya malas untuk mengetik diatas… /hehnak

Betewe keyboard di komputer saya rusak. Alhasil juga menghambat laju pembuatan fic ini. Syalalala subidubiduuuu~!

Saa ne,

ENJOY THE OMAKE!


Omake
'Why You choose them?'

"-…Karena usul dari temanku, aku berpikir untuk membuat dua dari kalian untuk pindah ke tempat Dame-Tsuna–"

"Izinkan saya ke tempat jyuudaime, Reborn-san!"

"Ahaha, aku ingin bertemu Tsuna~!"

"EXTREMEEEEEEEE!"

"Lambo-sama belum sekolah! Gyahahahahaaa!"

"A-aku… ingin ke tempat bossu…"

"Kufufufufu, kau harus memilihku, arcobaleno~"

"…Hn."

Basil dan Enma mengangkat tangannya.

"E-eto… Aku memang bukan dari Vongola… Tapi aku ingin bertemu Tsuna-kun…"

"Walaupun tidak diberi perintah master, saya ingin menjaga Sawada-dono. Jadi, biarkan saya ikut serta."

Reborn melipat tangannya di dada. 'Sudah kuduga mereka akan berebut…'

"Kalau begitu… bagaimana kalau kalian yang memilih sendiri?"

Dengan kalimat itu, mereka saling meng-glare satu sama lain.

Reborn ber-smirk melihat mereka. "…Mungkin jan-ken-pon ide yang tidak terlalu buruk."

Hal itu langsung ditolak oleh beberapa anak berharga diri tinggi–seperti Gokudera, Hibari, dan Mukuro. Tapi demi sang uke

'HARUS MENANG!'

Dan dimulailah jan-ken-pon; Mafia Style.

Oh, sungguh bahan blackmail yang indah untuk Reborn.

REVIEW, ONEGAI?