.

Thanks to reader sekalian yang masih menunggu dengan sabar cerita ini.

For my beloved grup. Dan tiga serangkai kembang semanggi (aku-mbik-ayik). Ayo kita berkarya lagi.

.

Buat yang ngripiu chapter kemarin,

.

ana, melli, name gita adit, kaila Wu, 82, Noorzha, hinahime7, theeeneji, yuka, yuka (lagi), ZeZorena, AP. Hatake, kwon, Meimajasi, ndaquila, hyuuga ashikawa, Ade854, eL, Guest, yuni, arisa u, tara, my moon, VampireUchiha, LulukMinamCullen, chan, mia po, sushimakipark, tomeisan, reza juliana desu, SASUHINAGAA, hinataholic, onyx dark blue, D'mbik, Babyniz 137, , suli hime, Yeparadise, kecoaidup2, Blackpaper, triwik97, Virgo Shaka Mia, onyxlavender23, del, dilas7697, Nurul851, keiKo-buu98, Irene FresiaAkina, lavender, Ethernal DreamChowz, ookami-yan, namika ashara, Sasuhinalemonxx, Aiko H,

Yang belum kesebut karena Ffn sedang error, saya minta maaf.

Dan para silent reader sekalian.

Terimakasih.


.

.

Selamat membaca-

.

.

"Kakak-" anak lelaki kecil berusia enam tahun itu berbicara sambil memandangi langit-langit kamar mereka yang ditempeli stiker bintang yang dapat menyala dalam gelap.

"Hm?" Si anak lelaki lain tidur tengkurap di ranjang berbeda.

"Kakak tidak akan meninggalkan aku kan?" Takut-takut anak lelaki bersurai hitam kebiruan itu bergumam lagi, sambil menoleh ke arah anikinya yang kini sudah berguling ke kanan, hingga tidur terlentang.

"Kau ngomong apa sih?" Si kakak, bergumam tidak suka, lalu menyalakan lampu tidur berbentuk pesawat luar angkasa.

Setelah terang menjalar dan menerangi kamar yang didominasi oleh warna biru dengan wallpaper galaksi bimasakti itu, si Kakak yang berambut merah memilih untuk mengambil kacamatanya di atas nakas yang membatasi tempat tidur keduanya.

"Aku takut-" Hiroaki merapatkan selimutnya.

Akihiro melihat adik kembar non identiknya bingung, "Nani?"

.

"Mereka bilang kita berbeda-" Hiro menatap mata kakaknya yang berwarna hijau terang. Berbeda dengan manik hitam yang ia miliki.

.

"Aaahhh..." Aki menguap, "Jangan dengarkan mereka." Katanya lalu kembali berbaring.

"Kakek parut bilang DnA kita berbeda." Hiro mulai merasa matanya panas.

.

Aki kemudian terduduk. Matanya menatap pintu kamar mereka. "Abaikan saja." Ujarnya kesal. "Jangan dengarkan siapapun. Cukup dengarkan saja Papa."

.

Tapi Hiro masih menangis, "Apa papa akan sayang padaku kalau kita berbeda? Kalau aku bukan anaknya?" Isaknya lirih.

Aki menyingkap selimutnya, lalu berjalan pelan ke arah ranjang sang adik kembar dan kemudian bergabung untuk tidur bersama. Dia kemudian memeluk si adik lelaki yang lahir berselang dua menit darinya.

.

Lalu menepuk punggungnya dengan sayang. "Papa adalah papa kita. Itu berarti dia papamu. Dan hal itu adalah kenyataan. Kau hanya perlu mempercayainya."

Si adik mengangguk di sela pelukan mereka. Aki menepuk-nepuk punggung adiknya hingga Hiro tertidur. Lalu menyusul tak lama kemudian.

.

.

Tanpa mereka sadari. Gaara yang berdiri di balik pintu mematung. Matanya basah.

.

.


STEALING ROMEO

(3rd part for the trilogy)

Story by: Pororo90

All chara's belong Masashi Kishimoto.

Warning: AU/OOC/Typo/Gajeness

Rated M

DLDR!

Fragmen 3. Infinity

You've been warned!

.


(Hiro POV)

.

Orang bilang,

Kasih anak sepanjang galah.

Kasih ibu sepanjang jalan.

.

Aku tidak memiliki ibu. Dia pergi sesaat setelah melahirkan kami. Jadi aku akan meralat peribahasa itu,

.

Kasih anak sepanjang galah.

Dan kasih papa sepanjang jalan.

.

Sayangnya lagi, ayahku, maksudku- ayahku yang sebenarnya tidak ada. Dia tidak pernah bangun juga bahkan setelah ibuku meninggal.

.

Mereka bilang aku anak Uchiha Sasuke. Seharusnya aku bernama Uchiha Hiroaki. Tapi aku dilahirkan bersama dengan Sabaku no Akihiro. Jadi aku adalah Sabaku no Hiroaki.

.

Merasa bingung ya?

Nama kami memang kebalik kok. Supaya lebih mudah diingat saja.

Kakak adalah Aki.

Aku adalah Hiro.

Kami adalah Akihiro-atau-Hiroaki.

.

Kami kembar.

Dilahirkan prematur oleh satu orang perempuan. Ibu kami, Hinata Hyuuga, melahirkan anak kembar prematur karena kecelakaan.

.

Kata papa, kami adalah keajaiban Tuhan.

.

Karena kami lahir dengan kasus satu diantara tiga belas ribu kelahiran kembar. Sebut saja kami kembar non identik dengan kelainan DnA.

.

Kakak adalah anak kandung papa. Sedangkan aku memiliki donor sperma berbeda. Katanya aku milik Uchiha Sasuke.

.

Aku tidak mengenal pria bernama Uchiha itu. Tidak sempat lebih tepatnya. Pria itu koma berkepanjangan. Kata papa, Sasuke Uchiha dipindahkan perawatannya di New York, sebuah kota yang jauh dari Suna.

.

Papa menceritakan semuanya karena kakek parut itu datang menemui kami dan membuat kakak marah dan aku yang menangis.

.

Aku cengeng.

Tapi aku selalu punya kakak yang sayang padaku. Tidak peduli jika kami berasal dari sperma yang berbeda.

.

"Sudah siap, Hiro-chan?" Papa muncul dari balik pintu. Membawa koper kami.

Aku mengangguk, "Uh-hn."

Papa tersenyum, "Ayo turun, Aki sudah menunggu di bawah."

Aku melangkah menuju papa. Kali ini, kami akan mengunjungi Uchiha Sasuke.

.

***RS***

.

(Aki POV)

.

Bagiku, yang selalu berada di samping Hiro, aku selalu menjadi kakak untuknya. Dia adalah adikku. Seseorang yang akan kulindungi. Karena itu, aku tidak menyukai kenyataan itu. Kenyataan kalau Hiro bukan adikku.

.

Mereka boleh saja bilang kami berbeda ayah atau apapun. Tapi kami lahir dari ibu yang sama, dan kami berbagi papa yang sama. Itu sudah cukup. Selamanya kami adalah saudara, dan aku tidak suka ide papa yang mengajak kami ke New York.

Untuk apa? Untuk mengembalikan Hiro?

Ide itu konyol sekali.

.

Lagipula, jika ke New York semua juga tidak akan berubah. Tapi aku berusaha mengerti permintaan Papa. Jadi aku ikut saja, ketika Papa dengan rencananya mengajak kami semua ke New York.

.

Seperti sekarang, kami yang menikmati penerbangan pertama kami ke luar negeri dengan pesawat terbang.

.

Di sampingku, Hiro tampak gusar dan meremas terus boneka kura-kuranya. Aku memberikan tanganku untuk dipegang. Kami berpandangan sejenak, lalu dia memegang tanganku dan berusaha untuk memejamkan mata dan tidur.

Melihat adikku sudah tidur, aku ikut memejamkan mata. Sebelum aku jatuh terlelap, sepertinya Papa memberikan kami selimut yang hangat.

Kami, tidur dengan berpegangan tangan. Saling memberikan kekuatan dan dukungan.

.

***RS***

.

The same day

In that insident.

.

.

Suara ambulan berdengung nyaring. Gaara berlarian di koridor. Rambutnya basah oleh keringat.

.

Rasanya aneh. Ada kepingan yang hilang yang terasa mengganjal di benaknya. Terlebih ketika pagi itu Hinata dengan senyumnya yang lebih lebar dari biasanya mengantarnya ke pintu depan, lalu mencium pipinya lama.

"Hati-hati ya." Bisik Hinata mesra, sambil mengusap dada Gaara hanya untuk merapikan kemeja lelaki bersurai merah itu.

Dan Gaara yang bodoh hanya mengumam tidak jelas kemudian mengacak rambut rapi tunangannya. Dan mengecup sebentar pelipis Hinata dan segera masuk mobil dan segera kembali bekerja.

.

Gaara menarik napas berat ketika tiba di rumah sakit. Jujur saja, ide menunda pernikahan hingga anaknya lahir adalah suatu kesiaan. Toh sama saja. Asal Hinata mau menikah dengannya anak itu bakal menjadi anaknya juga. Pun jikalau itu benih Sasuke, ia yakin pasti akan menerimanya.

.

Menunda hanya akan membuat Uchiha itu bisa melancarkan serangan. Meski kini batang hidung orang itu tak lagi muncul, bukan berarti lelaki Uchiha itu bakal menyerah.

.

Jujur saja, Gaara tak sepercaya diri itu. Apalagi Uchiha bukanlah keluarga biasa.

.

Ibarat pohon, Uchiha adalah pohon beringin. Selalu kokoh, berkesan adikuasa, tak terjangkau, dan punya kesan magis.

.

Pun juga dengan Sasuke. Sahabat dengan peringkat bintang lima itu akan merebut Hinata jika dia lengah. Dan itu membuatnya gusar setengah mati.

.

Gaara tidak bodoh. Ada kemungkinan itu adalah anaknya juga. Sebelum ke pesta Ino, ia dan Hinata memang habis-habisan. Dan tanpa pengaman.

.

Dan itu juga atas kesepakatan berdua. Atau lebih tepatnya rengekannya agar Hinata membuktikan diri agar rumor yang dia dengar tentang jalinan asmara terlarang wanita itu dengan sang sahabat adalah dusta yang dihembuskan pihak yang iri.

.

Tapi hatinya teremas setiap kali melihat Sasuke yang menatap Hinata seperti sebuah permata langka. Pria itu dengan tatapannya akan membunuh siapapun. Tapi ia mengabaikan perasaan canggung karena intimidasi Sasuke berbulan-bulan lamanya. Dan berhasil mengikat Hinata dalam pertunangannya.

.

Sebuah pesan masuk;

Anata. Aku mau ke tempat Sakura.

Sender; HinataSabaku

.

Gaara menarik napas. Berusaha meredakan kegusarannya sendiri.

To; HinataSabaku

Jangan lupa membawa Izumo. Aku tak mau kau menyetir sendirian. Ingat bahwa si kembar sudah besar.

.

Gaara baru hendak menekuri kasus kanker pada salah seorang pasien anak-anaknya saat ponselnya bergetar di kantong jasnya.

Iya. Aku mencintaimu.

Jangan lupa kosongkan jadwalmu besok.

Kita akan melihat si kembar.

Sender; HinataSabaku.

.

Tapi entah mengapa kalimat pertama Hinata justru membuat hatinya sakit. Ia tahu dengan benar bahwa wanita itu sedang berbohong.

.

Meski Gaara tahu itu jauh sebelum ia mengikatkan diri dengan wanita itu. Tapi rasanya selalu sakit. Bahkan dengan kebohongan indah itu saja ia merasa dadanya nyeri.

.

Sudah enam bulan lebih tiga minggu. Dia sudah melewati dua trisemester masa kehamilan Hinata yang diliputi banyak drama. Dan semua drama itu berkaitan dengan satu nama Uchiha.

.

Gaara benci, Gaara muak. Tapi selalu tak berdaya. Selamanya ia akan menjadi pemuja Hinata tanpa mau tahu apa yang terjadi sebenarnya.

.

Ia melirik hasil ultra sonography milik Hinata yang ia pajang di sebuah pigura kecil hadiah dari Sekimaru, seorang bocah dengan kelainan katup jantung. Lalu mengelus permukaannya lembut, "Nak.. jaga mama ya." Lirihnya.

.

Tiba-tiba ketukan membuyarkan imajinasinya. Seorang suster membuka pintu, dengan wajah pucat ia berbicara terbata-bata.

"A-ano, dokter Gaara. Sekimaru-"

Tidak perlu orang canggih yang tahu maksud yang terkandung dalam ucapan panik itu. Gaara langsung menyambar stetoskop. Melupakan pigura, berkas dari obgyn tentang Hinata dan juga ponsel yang masih tergeletak di atas meja.

***RS***

.

Kita tidak bisa memilih takdir. Begitupun kita tidak bisa memilih akan jatuh cinta pada siapa.

.

Begitupun Gaara. Mengabaikan semua fakta dan juga rumor tentang persahabatan Hinata dan juga Sasuke yang dibumbui segudang intrik dan juga skandal, ia telah jatuh hati. Meski ia tahu ke arah mana hati Hinata akan berpaling.

.

Dan takdir itu serasa mencekik lehernya ketika ia harus diberitahu kalau anak dan calon istrinya sekarat setelah mengalami kecelakaan hebat.

.

Tangannya gemetaran ketika ia tiba di UGD dan harus melihat Hinata bersimbah darah. Dadanya ditekan kuat oleh dokter Kabuto, lalu pria itu melakukan CPR sekali lagi. Peralatan medis berderak di sekitarnya, tapi Gaara mematung di sudut ruangan.

.

Pandangan matanya kosong, darah surut dari wajahnya. Jantungnya baru saja dicabut dari tempatnya.

.

Apa yang baru saja terjadi?

.

Di sudut lain seorang pria juga tergolek sama mengenaskannya. Keduanya mengalami kecelakaan yang sama. Dan itu menghantam segala kesadarannya.

.

"Tuan." Sopir keluarga Sabaku menunduk dalam-dalam karena menyesal sebab telah gagal melindungi Hinata.

.

Gaara terhuyung menjauhi ruang UGD karena tak pernah kuat melihat Hinata. Ia duduk di bangku sendirian. Menyesali banyak hal. Ia ingin menyingkirkan Sasuke sejauh mungkin, tapi tidak dengan kenyataan bahwa Hinata berbohong kepadanya dan memilih pergi bersama lelaki itu. Jika dia tak dibesarkan dengan keluarga besar utuh yang menjunjung tinggi norma dan kehormatan maka sejak dulu mungkin Gaara akan jauh lebih egois dari Sasuke.

.

Ia mendesah. Berharap ini semua cepat berlalu. Ia mengusap wajahnya kasar, lalu memantapkan hatinya untuk kembali, bukan saatnya ia bertindak sebagai lelaki yang ditinggalkan kekasihnya. Tapi sebagai seorang dokter profesional yang sedang menyelamatkan nyawa manusia.

.

***RS***

.

"Ada yang harus kita diskusikan," ujar Dokter Kabuto selaku dokter umum, "Mungkin akan banyak dokter yang terlibat dengan istrimu."

Gaara mengangguk mengerti,

"Kita perlu Dr. Hidan untuk pembedahan. Dr. Tsunade untuk persalinannya. Dan juga Dokter Kiba untuk syaraf pasca operasi. Namun begitu aku menyarankan kau menemui Dokter Tenten untuk kau tahu-"

Gaara mengangguk, ia juga butuh psikolog agar tetap waras dengan semua kegilaan ini. Namun sebelum ia menemui salah satu dokter kejiwaan dalam rumah sakit Suna itu, ia menandatangani dulu surat kuasa untuk memudahkan segala tindakan medis untuk Hinata.

...

..

.

"Ini kasus yang amat langka dokter Sabaku." Tsunade, obgyn senior yang menangani proses kelahiran dua bayi kembarnya terlihat sama gusarnya.

Gaara masih larut dalam kesedihannya sendiri.

"Kau harus kuat." Ujar Tsunade sambil ikut memandang ke arah dua bayi berlainan jenis rambut yang lahir prematur dan terpaksa harus berada inkubator sampai cukup kuat untuk bertahan di luar.

"Istrimu sangat hebat karena masih berusaha hidup demi kedua anak itu. Namun begitu pendarahan hebat di kepalanya dan juga persalinan ini, sudah tidak akan membuatnya bertahan lagi. Kau tahu, dia seperti menunggu sesuatu, atau seseorang. Mungkin akan lebih baik jika kita mulai mengikhaskannya meski itu sulit."

.

****RS****

.

Ini seperti kisah yang dulu. Sama ketika mereka bilang, secara fisik, Hinata sudah mati.

Gaara mengambil napas dalam, lalu mengeluarkannya pelan-pelan. Tangannya yang telanjang tak terbalut sarung tangan tampak terasa dingin dan kaku. Sudah hampir tujuh tahun berlalu tapi segala hal seperti baru kemarin di jalaninya. Masih dengan rasa sakit akibat kehilangan yang sama, atau kesepian yang sama.

.

Waktu telah mengubah segalanya. Ia bukan lagi pria lajang yang menipu dirinya sendiri bahwa Hinata mencintainya seorang. Ada lelaki lain yang dicintai Hinata sama sepertinya. Bukan hanya Sasuke, tapi juga Aki dan Hiro.

.

Ia telah berdamai dengan hatinya sendiri selama tujuh tahun. Dan ia telah berhasil membebaskan dirinya dari perasaan benci dan cemburu. Gaara tak ingin mengakhiri hidupnya dengan kebencian. Kebencian hanya akan membuatnya picik dan juga kehilangan kebahagiaan. Ia belajar hal itu dari kedua putranya yang kini berada di ruangan Sasuke.

.

"Bisa kita bicara sebentar?" Obito terlihat tua dan juga kesepian. Ada gurat lelah di matanya. Ia telah menanggung beban berat demi seorang Sasuke.

Gaara memilih mengikuti orang itu tanpa kata. Mereka berjalan pelan dengan Obito yang kini memakai kursi roda.

.

Ada barisan kata yang terangkai tapi tak dapat disuarakan. Baik oleh Obito maupun Gaara. Keduanya lebih memilih keheningan menjadi kawan, dan membiarkan suara angin musim gugur yang merontokkan daun-daun.

"Aku tidak tahu harus berkata apa, Sabaku."

Gaara diam demi menghormati lelaki tua itu.

"Segala hal yang telah kau lakukan, tidak akan sebanding dengan semua kata yang ingin kukatakan kepadamu."

Ada helaan napas lelah dan sedih dari keduanya.

"Terimakasih..." ujar Obito tercekat, ada getaran kesedihan sekaligus suara tangis yang tertahan.

Gaara mengusap pelan pundak lelaki yang duduk di kursi roda yang ia dorong. Mereka tak bertatapan. Hanya dua pria yang tampak menikmati gugurnya daun-daun maple di sekitar rumah sakit. Meski tanpa kata, Gaara telah menyalurkan semua maaf dan juga simpatinya pada lelaki tua itu.

"Aku mengajarkan dia untuk merebut kebahagiaanmu. Tapi kau mengajarkan aku untuk tulus mencintai sesuatu. Karena itu, itu hukuman bagi kami, para Uchiha yang tamak akan segala kuasa."

.

"Tidak." Gaara mengeluarkan suaranya setelah sekian lama tak berkata apapun, "Kita tahu, segala hal adalah milik Tuhan, dan akan kembali kepadaNya."

Obito memejamkan matanya,

"Kematian, jodoh, dan kehidupan adalah takdir yang tak bisa kita tentukan. Saya telah mengerti hal itu. Kita akan berhenti di titik ini untuk saling menyalahkan, atau menguatkan. Semuanya tergantung pada sikap dan kelapangan hati kita. Apakah kita mampu memafkan diri kita sendiri dan berjuang kembali. Atau kita memilih untuk menyimpan kebencian dan rasa sakit itu hingga kita terbelenggu."

.

Tiada kata yang terucap beberapa waktu kemudian.

.

"Sudah tujuh tahun dia tidur. Kata mereka dia sudah mati tanpa bantuan peralatan medis itu. Tampaknya aku hanya memperpanjang penderitaannya. Aku orang bodoh, kan?"

.

Gaara menggeleng meski Obito tak melihat, "Anda hanya orang tua rapuh yang tak ingin kehilangan anaknya. Dan saya bisa mengerti itu, Uchiha-san."

"Tanpa selang oksigen, tanpa semua kabel itu, Sasuke akan mati. Kalau dia mati, apakah cerita ini akan berakhir begitu saja?"

.

Gaara memutar kursi roda Obito hingga mereka saling berhadapan. Lalu dengan kesopanan yang ia pelajari semenjak belia, ia berjongkok di hadapan dengan lelaki tua itu. "Semua cerita selalu memiliki akhir," ujar Gaara bijak, "Hanya saja, tidak semua cerita itu menjadi bagian yang indah. Menerima segala bentuk kepahitan adalah sebuah keindahan juga kan? Kita harus berhenti memandang satu titik dan melihat semuanya dengan cara berbeda untuk menemukan keindahan versi kita sendiri."

.

Obito memandang mata Sabaku no Gaara yang tampak tulus. Ada kesedihan sekaligus ketegaran dalam binar mata hijau itu. Ada nyala semangat yang tak dimiliki oleh Uchiha itu. Dan itu membuatnya bersyukur Hiro di asuh oleh seorang Gaara.

"Mungkin kita harus mengikhlaskannya."

Gaara menganggukkan kepala.

.

***RS***

.

"Aki, Hiro. Berikan salam kalian pada paman Sasuke."

"Hallo paman..." keduanya kompak.

Gaara tersenyum bangga, lalu melihat mesian kardiograff yang terlihat mengalami pelonjakan grafik sebentar, seolah menyapa balik.

"Hiro-chan. Paman Sasuke adalah ayah kandungmu. Perkenalkan dirimu dengan baik." Pinta Gaara lembut, nadanya membujuk.

.

Hiro menatap ragu ayahnya, tapi melihat mata Gaara yang sedih membuat Hiro menyerah dan memulai perkenalan. Meski ia kurang paham apa yang terjadi, kenapa lelaki seperti Uchiha Sasuke itu hanya tidur di ranjang dengan semua selang dan juga kabel-kabel itu.

"Hallo, Ayah. Aku adalah Hiroaki. Kata Papa aku lahir di musim gugur sama seperti kakakku Akihiro." Hiro menarik napas, "Walau aku tak memahami apapun, aku berharap ayah bisa mendengarku." Ujar anak itu tulus.

"Umurku tujuh tahun sekarang. Aku anak yang baik kok. Aku sangat sayang Papa dan kakak. Meski kata orang kami berbeda ayah, kak Aki sangat sayang padaku. Papa juga. Papa nggak akan membedakan aku dan kak Aki. Bahkan kadang aku lebih dimanja dibandingkan kakak."

Gaara tersenyum, sebelah tangannya merangkul Aki, dan sebelahnya mengacak rambut Hiro.

"Aku tidak akan mengeluhkan apapun. Tapi aku ingin terus bersama kakak dan Papa. Jadi bolehkah? Aku tetap bersama mereka?"

.

Obito menahan dirinya untuk tidak menangis, tapi air mata jatuh ke pipinya tanpa pria tua itu sadari. Sedangkan Sasuke yang telah lama kehilangan responnya tiba-tiba sudut mata kanannya basah.

.

Ada gerakan kecil seperti dada Sasuke yang tampak mengembang, seperti saat ingin mengambil napas sebanyak-banyaknya. Apakah ini pertanda Sasuke akan bangun? Gaara terus mengamati dengan seksama.

.

"Mungkin kalau Ayah bangun, aku akan bilang pada Papa untuk mengantarku ke sini lagi. Lalu kita akan bermain bersama. Ku harap Ayah suka bermain lego."

Ada helaan napas pendek yang terlihat samar dari tubuh Sasuke. Dalam diam, Gaara berdo'a tulus agar lelaki itu sadar dari tidur panjangnya.

"Tapi kalau Ayah masih lelah tidak apa-apa. Aku bisa menunggu. Ayah tidak perlu khawatir. Ada Papa, kak Aki dan kakek parut yang menjagaku. Jadi kalau Ayah lelah. Ayah boleh beristirahat. Aku janji akan menjadi anak baik."

.

Segulir air mata jauh dari pelupuk Sasuke. Lalu helaan napas panjang diikuti dengan garis lurus tampak di layar monitor.

.

Lelaki itu sudah ikhlas. Bila dia tak bisa memiliki semua hal dalam hidupnya. Jadi Sasuke Uchiha sudah menyerah kalah, pada harapan kecil putranya untuk hidup dengan orang yang disayangi oleh anak itu. Dia, sudah melakukan tugasnya dengan baik. Meneruskan darah keluarga dengan wanita yang dicintainya sampai mati.

...

..

.

Gaara merengkuh tubuh Aki dan Hiro dalam pelukannya saat petugas medis berhamburan di dalam ruangan. Semua suara memudar, hanya ada keheningan yang menyayat kalbu.

.

"Pukul delapan belas lebih lima menit," Dokter melihat jam tangannya, "Uchiha Sasuke telah meninggal." Dokter mengabarkan berita dukanya.

.

Obito menangis dalam diam. Dan Aki yang merangkul Hiro yang menangis tersedu di pelukan sang Papa.

...

..

Di dalam sebuah cinta

Terdapat bahasa

Yang mengalun indah

Mengisi jiwa...

.

Merindukan kisah

Kita berdua

.

Yang tak pernah bisa

Akan terlupa

.

Bila rindu ini

Masih milikmu

.

Kuhadirkan sebuah

Tanya untukmu

.

Harus brapa lama

Aku menunggumu...

Aku menunggumu

(*Crisye ft Peterpan)

.

.

Previous time.

.

Gaara menarik napas. Menutup matanya perlahan, menguatkan hati.

Berbisik lirih.

"Hinata, sayangku... aku tahu kau mendengarku." Gaara menepuk dadanya yang tiba-tiba merasa begitu sesak dan matanya yang berair. Ia menahan isakannya, mencoba bicara meski suaranya menyedihkan. "Si kembar sudah lahir. Yang lebih tua bernama Aki, si musim gugur. Dan adiknya bernama Hiro si pembawa berkah."

"Aku akan menjaga Aki dan Hiro. Mereka akan baik-baik saja." Gara mendekatkan punggung tangannya sendiri untuk digigit, hanya untuk meredam segala luka hati. Juga kepahitan. Agar isakannya teredam hingga Hinata takkan mampu mendengarnya.

"Aku akan membesarkan mereka dengan cinta dan keberanian." Gaara berbisik, dan membiarkan luka di hatinya itu menganga. Air matanya meluncur turun.

Ia percaya, ia takkan sanggup menahannya lagi kali ini. "Aki mirip sepertiku. Berambut merah dengan iris hijau memikat. Yang katamu seperti oase di gurun" Gaara membiarkan bibirnya mengecup mesra pelipis Hinata yang dibalut perban. "Hiro-" Gaara menarik napas dalam-dalam, "Mirip Sasuke-san."

Tanpa disadari Gaara, jemari telunjuk Hinata berkedut. Gerakannya begitu samar, hingga Gaara tak melihatnya.

"Tsunade-san bilang, mereka kembar non identik dengan kelainan DnA." Gaara menelan ludah susah payah. Tentu saja kenyataan itu sudah diantisipasinya. Jauh.. jauh hari. "Kau tahu kan, heteropaternalsuperfecundation*"

Gaara menatap Hinatanya dengan pandangan sendu.

Ia merasa bersalah karena pernah menganggap Hinata hanya mencintai Sasuke dan hanya mau mengandung anak lelaki itu.

Tapi semakin Gaara berpikir, bahwa mereka semua anak Sasuke, ia justru tak ingin melepas Hinata.

Sekarang setiap ia melihat Aki, ia justru merasa semakin sedih. Hinata pun, ternyata melahirkan anaknya. Menjadi bukti bahwa Hinata mencintainya sama besar seperti Sasuke.

.

"Hiro anak yang kuat Hinata. Ia akan menjadi adik sempurna untuk Aki. Jadi kau tidak perlu khawatir lagi." Gaara menggigit kembali punggung tangannya. Karena ia tak mungkin membiarkan Hinata mendengar isakan pilunya.

Dengan mata terpejam, Hinata meneteskan air mata.

Jadi Gaara mengambil napas dalam-dalam dan menghembuskannya dengan hati-hati. Lalu berujar lirih. "Kalau kau lelah. Kau boleh menyerah. Aku tidak akan membiarkan kau menderita lebih lama lagi."

Tidak ada reaksi apapun selain bunyi alat kardiograf di samping ranjang.

"Hinata aku mencintaimu. Terimakasih... terimakasih telah datang dalam hidupku."

Ada yang meleleh di mata Hinata yang terpejam.

Lalu alat pengukur detak jantung itu berhenti menampilkan kurva dan hanya memberikan sebuah garis lurus dengan dengung yang menyakitkan telinga dan hatinya.

Hari itu, tepat dua belas jam Hinata melahirkan Aki dan Hiro dengan operasi caesar, perempuan tercinta dari Sabaku no Gaara telah menghembuskan napas terakhirnya.

.

***End***

.

*) Heteropaternal superfecundation. Di mana kasus bayi lahir kembar berbeda DnA karena berbeda sperm donor-nya. Hal ini dikarenakan dalam periode masa subur terjadi dua pembuahan dengan sperma berbeda. Mengingat sperma dapat tetap hidup di dalam rahim selama delapan hari.

Apakah kasus itu benar-benar ada? Ya. Dan hanya sedikit manusia di dunia yang mengalaminya.

.

A/n:

Okey-Dokey.

Saya tahu. Saya ini pantasnya dicemplungin ke kawah Kelud.

Pertama karena saya tiba-tiba menghilang. Dan dengan sadis menelantarkan semua cerita saya.

Bah!

Saya kayak siluman aja.

Belum kelar fict ini, eh sayanya ngilang. Trus kembali bawa fict baru. Tambah-tambah utang pula.

Jujur nih ya-

Dari hati yang pualing dalem. Saya agak jenuh dengan aktifitas menulis dan juga dumay.

Saya sering kebawa suasana jadi poochan dan lupa siapa saya sebenarnya. Dunia nyata dan imaji jadi sering ketuker.

Contohnya ketika dipanggil "Lih-" saya enggak noleh.

Trus dipanggil, "Poo-" saya baru nengok.

Kesannya kok saya jadi mahluk nggak nyata gitu. Trus saya nyoba nih tanpa sosmed yang nggak ada poochannya.

Matiin whatsapp, matiin fb, trus hp-nya ilang pula.

Jadi saya beneran jadi real Galih Wira gitu.

Keterusan.

Ampe 1th.

Lama-lama saya jadi orang lain lagi. *smirk.

.

Eniwei.

Balik lagi tentang fict romeo series.

Jujur saja-

The infinty tadinya nggak saya tamatin begini. Apalagi ini adalah fict pamungkas dari serialnya romeo series.

Saya bahkan membuat tiga ending berbeda.

*) Pertama saya buat cerita Hiro Uchiha di masa depan. Ketemu cewek (saya bayangin anaknya Shikamaru) yang nggak suka ama cowok yang hobi pindah2 sekolah karena ngikuti ortunya dinas.

Jadi genrenya bakalan rada komedi gitu.

Ceritanya Hiro lebih milih ikut kakeknya (Obito) dan ninggalin keluarga besarnya (Sasuke-Hinata) yang udah kawin lari dan menetap di New York.

Disitu ada flash back dikit adegan romeo-juliet tale, yang isinya sebenarnya Hinata dan Sasuke nggak beneran kecelakaan itu hanya rumor yang disebarkan oleh orang-orangnya Uchiha biar si Gaara nggak nyariin Hinata lagi. Hinata berganti nama jadi Sunny Harper dan Sasuke menjadi Alexander Harper. Si Hiro itu di aktenya ditulis Hero Harper, gitu.

Trus ada adegan Hiro ini mau ngajak si cewek ketemuan ma ortunya. Tapi Hironya gamang, soalnya kan dirumahnya si Hiro ini jadi korban bulliying.

Adiknya buanyak.

Dia ada sepuluh bersaudara. ( dengan catatan ada dua adiknya yang lahir kembar) Tiap dua tahun sekali ibunya beranak. Dan dia nggak mau menjaga adik bayinya terus menerus.

Intinya, jatuhnya komedi.

Tapi nggak kepake.

Pertama, itu hanya akan meracuni keindahan fict ini. Harus ada harmoni, sinkronisasi antara fict ini dan seri yang lainnya.

*) Kedua, saya tetap melanjutkan atmosfir darknya Romeo-Juliet Tale. Dicritaiinlah si Hinata dan Sasuke yang dalam posisi syakaratul maut. Dan Gaaralah yang menjadi penanggung jawab Hinata (kan Hinatanya ga punya keluarga, dan Gaara adalah tunangannya.) Yang shock berat denger kabar calon anak pass away, ama calon bininya kolaps.

Jadi saya bikin Hinatanya keguguran, Si Sasukenya makin bersalah banget. Apalagi Hinatanya masih koma.

Ceritanya Gaara nggak terima si Sasukenya masih bisa slamet trus cuma kena gegar otak. Sementara Hinata harus tidur untuk waktu yang gak ditentukan.

Nah disini saya make pov Gaara ma Sasu. Bisa dibilang Si Sasuke balik lagi ke masa suramnya. Dia kena Self injury, (penyakit kejiwaan yang mengakibatkan seseorang melukai dirinya sendiri karena merasa bersalah/insecure)

Trus Gaaranya yang harus beresin masalah Hinata dan Sasuke.

Nah-nah.

Jatuhnya berat banget deh.

Sampe ditengah ketikan guenya nyerah-

Kepala gue nyut-nyutan.

Gue belum bisa ke taraf sadis kaya gitu. Kalo Miyazaki Rully Bee-sih bisa aja. Apa Saerusa, atau Shiorinsan gitu.

Gue gak mau ribet ah.

Cukup 1 fic aja yang bikin gue pusing (a/b)

*)Akhirnya fict ini yang keluar. Udah pas deh ama tema infinity (tak terhingga) soalnya ini fict Family-nya dapet.

Mungkin reader-san punya pendapat yang nggak seirama denngan saya. Ya maklum kan satu fict nggak bisa memuaskan rasa penasarannya reader tachi sekalian. Tapi saya nggak mau maksa ah-

Dikiranya saya nanti kena star syndrome. Haha-

Saya menghilang bukan karena sok, seperti yang dituduhkan beberapa orang. Saya menghilang karena saya kehilangan daya magis saya dalam membuat fict.

Seorang penulis bisa saja melejit kaya roket, dan saya justru terjun payung tanpa parasut. Fict saya di tahun ini hambar semua. Nggak ada ruhnya. Kalo ngliat fict saya di awal saya masuk ffn tiba-tiba saya malu sendiri.

Makanya saya berniat belajar nulis dulu, sambil baca fict-fict kece dari author yang mulai bermunculan.

Kalo saya tetap memaksa nulis, jadilah fict tanpa ruh (produk gagal yang terlanjur tersebar akibat kekilafan saya sebut saja CS, CoY, HK)

Saya tipe orang yang mematok standar untuk fict saya. Harus beda. Harus memorable. Kalo bisa sih jadi tema yang mengingatkan pembaca sama siapa yang buat.

Egois? Idealis?

May be-

Karena saya nggak suka jadi follower kalo kita punya imajinasi yang bikin kita jadi trendsetter. Kaya jargonnya Ffn, unleash your imagination. Hahahaha...

Kalo saya punya waktu luang, saya akan membuat penyempurnaan dari tiga fict gagal itu. Tentunya setelah semua hutang saya beres.

Eh-

Do'ain saya juga ya.

Tahun ini saya makin rajin, makin teliti nggak banyak typo.

Oh iya-

REVIEW YA.

Soalnya ini rangkaian Romeo series yang terakhir :)

cao-

Poochan yang baru.