Entah bagaimana serangga kecil itu ada di ruang gelap ini. Ia berputar-putar di sekitar Levi, menimbulkan suara mendengung yang mengganggu, lalu mendarat pada leher Levi dan menyengat. Tentu saja Levi menepukkan telapak tangannya dengan keras untuk membunuh nyamuk itu. Hasilnya, tubuh remuk serangga itu ringsek menempel di telapak tangan Levi bercampur dengan bercak darah segar.

Nyamuk, rapuh, tapi sangat mengganggu.

Seketika itu juga, Levi mengerti. "Maksudmu, berhenti menggunakan 3DMG?"

Tanpa mengiyakan atau menyanggah, Serge melanjutkan, "kau tahu kenapa nyamuk tidak pernah menang melawan manusia?"

Levi menyimpan jawaban pertanyaan itu untuk dirinya sendiri.

"Karena mereka menghadapi manusia dari jarak dekat, sementara tubuh mereka rapuh. Tidak mungkin menang." "

Setidaknya mereka bisa menggigit manusia hingga sakit."

"Yang ingin kusampaikan adalah .. dibandingkan Titan, kita bukan apa-apa. Maka dari itu wajar saja bila kita hanya mengantar nyawa. Dan lihatlah strategi yang kalian jalankan; mengorbankan satu nyawa demi nyawa-nyawa lainnya. Menggunakan tubuh manusia hidup sebagai umpan agar Eren bisa menutup lubang di distrik Trost."

"Memang harus begitu, memangnya kamu punya ide yang lebih baik?"

"Masih ada banyak cara lain. Tolong lepaskan ikatan di tanganku, aku perlihatkan rancanganku."

Tanpa mengindahkan permohonan Serge, Levi mengambil sendiri gulungan rancangan yang terletak di atas meja kayu dan membukanya. Mata Levi melebar. Kertas-kertas berukuran setengah meter itu berisi rancangan mengenai kapal-kapal dan balon udara disertai senapan dan peluru. Selain itu ada juga beberapa peralatan mekanis yang dilengkapi belati yang besar.

"Karena kalah fisik, jauh kalah, maka pertarungan jarak dekat adalah sesuatu yang harus dihindari dalam menghadapi para Titan. Itu aturan utamanya. Maka dari itu aku merancang banyak perlengkapan untuk persiapan penyerangan jarak jauh. Pada salah satu gulungan kertas, ada corat-coretku mengenai taktik untuk menjebak titan dalam sebuah lubang dan membombardir mereka dengan mesiu."

Levi mengalihkan pandangannya dari rancangan-rancangan itu. "Kau tahu apa yang kau lakukan?"

"Jangan gunakan belati, jangan pakai 3DMG lagi. Itu ide buruk." jawab Serge. "Aku tahu mesiu juga bisa memberikan efek penghancur yang mematikan bagi Titan. Aku pernah dengar mereka membutakan mata Titan di ruang bawah tanah dengan menggunakan senapan, menguliti wajah titan dengan menggunakan bom. Bila kita membidik pada tengkuk leher mereka, bukankah ini lebih efektif daripada terbang berputar-putar dan mengiris di saat target lengah?"

Wajah Levi jadi terlihat semakin serius. Kini dia menutupi bibirnya dengan jari telunjuk. Kemudian tangannya yang lain menunjuk tumpukan kertas di hadapannya. "Aku bukannya tidak setuju dengan rancanganmu. Tapi bila hal ini disetujui, tentunya akan terjadi perpindahan dana besar-besaran dan persenjataan 3DMG yang tersisa tidak akan terpakai lagi."

"Itu semua hanya besi, kau bisa lelehkan dan cairkan untuk didaur ulang jadi besi lain. Atau mempreteli isinya dan didaur ulang."

"Dan juga, Kapal udara ini, ini butuh dana yang sangat besar."

"Setidaknya kapal udara dapat lebih menjamin keselamatan prajurit karena akan diterbangkan jauh di atas jangkauan lompatan Titan. Bukankah itu lebih menjamin daripada pendanaan untuk 3DMG yang sudah terbukti menimbulkan pemborosan sumber daya manusia?"

Levi terkekeh kecil mendengar kata itu. Sumber daya manusia. Maksudnya pasti jumlah prajurit yang mampu bertempur. Memang, setiap pertempuran berlangsung, selalu terjadi kehilangan jumlah prajurit dalam jumlah besar. Kemarin saja sekalipun menang perang, umat manusia kehilangan ribuan prajurit. Kemenangan yang pahit yang tidak bisa dibanggakan. Walau Levi tidak terlihat setuju atau tidak setuju, matanya terus memperhatikan rancangan-rancangan itu dan menyimaknya seperti membaca sebuah novel yang sangat menarik. Balon udara yang sangat besar, tungku api ini pasti yang jadi penyebabnya melayang di angkasa. Pada kertas berikutnya, penempa ini bahkan merancang sebuah markas raksasa yang terapung di angkasa dan pada bagian bawahnya terdapat banyak selongsong meriam. Pasti untuk membombardir para Titan dari atas.

"Kalau yang itu kunamakan Yggdrassil, sebuah kapal induk sebagai pengganti ibukota. Para militer tinggal di sana. Penduduk sipil sepertinya tidak bisa karena kita tetap butuh bumi untuk menghasilkan makanan. Tapi dengan adanya Yggdrassil, aku yakin keamanan akan jadi lebih terkendali."

Levi melihat kepada kertas berikutnya, ada sebuah kapal udara lagi, namun kali ini memiliki interior yang tampak seperti kapal layar. Memiliki tempat tidur untuk 10 orang, gudang senjata, gudang makanan, dapur, beberapa bilik meriam dan ruang kapten. Serge mengintip sebentar dan segera mengenali rancangan itu.

"Yang itu Voyager, kapal pemantau. Kau tahu, kita tidak bisa selamanya tinggal di dalam tembok. Kita butuh sekelompok legiun untuk pergi keluar dan memantau keadaan di luar. Siapa tahu kita menemukan sesuatu."

Levi merapikan semua tumpukan kertas itu dan akhirnya menatap Serge kembali. "Apa yang kau inginkan dengan ini semua. Apa yang membuatmu yakin bahwa rancanganmu bisa menyelamatkan umat manusia? Bagaimana kalau gagal?"

"Pertanyaan anda tidak bermanfaat. "Bagaimana kalau gagal?" Kukatakan pada kalian; kalian sudah gagal. Baju sudah terlanjur basah, kuyupkan saja sekalian."

"Dan kenapa kami harus mempertaruhkan apa yang selama ini kita jalankan demi ini semua?"

"Karena kita semakin mengalami kemunduran. Sudah seratus tahun lamanya kita berlindung di balik tembok, kalian mampu menemukan teknologi luar biasa seperti 3DMG yang tidak ampuh itu ... bukankah itu konyol sekali? Kenapa kalian tidak bisa membuat bahkan kapal udara dan perlengkapan mesiu, malah membuang waktu demi 3DMG yang tidak ampuh, bahkan memiliki risiko kematian yang tinggi? Aku mulai ragu jangan-jangan ada yang ingin umat manusia untuk hancur dengan dramatis."

Levi lalu menggulung kembali semua rancangan tersebut dan membawanya. Kemudian pada dua orang tentara di dalam ruangan itu, Levi memberi perintah, "penjarakan orang ini."

"Levi! Levi kau harus dengar aku! Beri aku dan ideku kesempatan!" Jerit Serge ketika kapten itu berjalan keluar ruangan sambil membawa rancangannya. Tapi si kapten tidak menggubris teriakan Serge tersebut, meninggalkan dia dengan dingin.

"Levi! Aku tidak mau kehilangan Karen! Aku akan melakukan apapun agar tidak ada lagi yang mati karena menggunakan 3DMG keparat yang canggih tapi tidak berguna itu! Dengarkan aku, Levi!"

Seruan-seruan pemuda itu berganti menjadi sumpah serapah. Bahkan sampai kedua penjaga itu memasukkan dia kedalam sel, Serge masih berteriak-teriak diselingi sumpah serapah. Setelah lelah dan tenggorokannya kering, Serge akhirnya duduk di sudut kurungan dan memijit kepalanya. Putus asa sambil membodohi para pemimpin dalam pikirannya.


Erwin Smith menyentuh salah satu lengannya yang buntung. Bagian itu masih terbalut perban, kadang rasanya berdenyut-denyut. Demi umat manusia, dia kehilangan banyak hal, kini dia kehilangan salah satu anggota tubuh. Komandan itu mengepalkan tangan dengan geram. Kenapa banyak sekali yang mati? Kenapa ia tidak juga menang melawan para titan itu? Apa yang salah?

Ketika seseorang mengetuk pintu ruangannya dan masuk, Erwin kembali menopengi kegalauannya karena putus asa. "Oh kau, Levi."

"Setelah ini bagaimana?"

Erwin tidak mampu menjawab pertanyaan itu. Tapi ia tidak boleh terlihat ragu di hadapan pengikutnya. "Aku sudah pikirkan rencana. Mungkin perombakan strategi untuk menciptakan formasi yang lebih cantik dan keren agar bisa mengelabui para titan itu. Dan mungkin kita kurang disiplin juga. Aku berencana untuk melatih para prajurit yang tersisa agar mereka lebih ahli menggunakan 3DMG..."

Levi menyerahkan segulungan kertas di tangannya. "Orang yang tadi mengataimu goblok itu ... datang kemari untuk menyerahkan ini."

Penasaran, Erwin membuka gulungan-gulungan kertas itu dan mempelajari isinya. "Bagaimana menurutmu? Kalau kau setuju, tidak akan ada lagi 3DMG. Dan manusia akan berhenti menjadi ... hmm ... nyamuk."

Erwin terus memperhatikan dan mempelajari. Levi pun menjelaskan apa yang tadi didengarnya dari mulut Serge sendiri. Hingga semuanya sudah tersampaikan melalui Levi, Erwin Smith menggulung kembali semua itu dengan rapi lalu meletakkannya di sisi tempat tidurnya.

"Biar kupikirkan." jawab Erwin Smith.

"Jangan terlalu lama."

TAMAT