REASON?

CAST:

Cho Kyuhyun

Choi Siwon

Others (sebagian numpang nama aja)

Pairing: Wonkyu, WonTel (?)

Genre: Maunya Yaoi romance tapi sepertinya gagal, Friendship.

Disclaimer: Seperti umumnya sebuah Fanfict, semua nama yang disebut hanya pinjaman semata (meski pengennya jadi nyata), karena sejatinya nama-nama tersebut memiliki cerita kehidupan sendiri. Dan mereka milik Tuhan, mereka sendiri dan keluarga mereka.

Satu lagi Fanfict amatir yang lahir dari seorang newbie, mohon dimaklum. Tidak suka, tidak perlu mencoba membacanya. Kritik seperti apapun diterima, asal disampaikan dengan bahasa yang nyaman bagi semua. Dan maaf untuk semua Typo(s)

Okeh..Enjoy...

Pik Pik Titiititt...

Pintu terbuka, menampilkan sesosok pria berbalut stelan warna abu dengan kemeja putih didalamnya dengan tiga kancing teratas terbuka – atau sengaja dibuka – menampilkan sebagian otot dadanya yang terbentuk sempurna.

Setelah melepas sepatu dan menggantinya dengan slooper bergambar kuda zebra, pria itu melangkahkan kakinya menuju bagian lain apartemen yang baru dimasukinya. Tujuan pertamanya adalah konter dapur, meletakan bawaan berupa jjangmyeon yang sengaja dibelinya saat perjalanan pulang. Lalu meneguk air putih yang diambilnya dari lemari pendingin.

Pemuda itu menyandarkan tubuhnya pada mini bar penyekat dapur dengan ruang tengah sekaligus ruang tamu. Pandangannya tertuju pada sosok pemuda yang sedang duduk dibalik meja kerja disudut lain ruangan berkutat dengan kertas-kertas ditangannya. Jari telunjuknya sesekali mendorong keatas kacamata minus yang dipakainya. Bibirnya sekali-kali menggumamkan sesuatu, istilah-istilah yang berbau penyakit dan obat. Seolah tidak menyadari kedatangan mahluk hidup lain yang memasuki apartemennya, pemuda bernama Cho Kyuhyun itu terus melanjutkan aksi menggumam dan mencoret-coret kertas ditangannya.

Cho Kyuhyun POV

Aku tersenyum mendengar pintu depan terbuka, dan langkah kaki itu? Sangat familiar, bahkan jika diantara ribuan langkah kaki. Langkah kakinya akan sangat kukenali, langkah ringan namun tegas. Dapur? Yap, pasti tujuan utamanya adalah dapur. Biar kutebak pasti dia membawa sesuatu yang pastinya makanan kesukaanku. Selalu begitu...

Aku berusaha untuk tidak menyapanya duluan. Ohooo...aku masih belum melupakan aksi ngambekku dari tadi siang. Melupakan janji menemani ke rumah keluarga salahsatu pasienku saat jam makan siang, menjadi alasan dibalik kenapa seorang Cho Kyuhyun tidak berbicara hampir lebih dari delapan jam pada Choi Siwon, pria yang kini masih berdiri dan memandangku dari arah dapur.

Lima menit...

Bukan gayaku untuk menyapa duluan, lagipula dia tamu disini –meski tidak sepenuhnya benar karena apartemen ini dulu dibeli patungan dengannya-, tapi enam bulan terahir ini hanya aku penghuni satu-satunya disini.

Sepuluh menit...

Meski aku penasaran apa yang dia lakukan sekarang, aku tidak mau –berani- mencari tahu apa yang kini dia lakukan. Tetap berdiri ditempat semula? Atau sudah beranjak? Tapi dari keheningan yang terjaga sepertinya dia masih ditempatnya. Berdiri dalam diam selama sepuluh menit? Benar-benar alumnus pelatihan militer yang teruji.

Mendekati 15 menit..

"Jjangmyeon disajikan dalam kondisi panas, rasanya akan berbeda jika kau nikmati setelah dingin Babycho."

Gotchaaa...

Bukan aku yang berbicara terlebih dahulu. Ingin rasanya aku mengacungkan tinju ke udara sebagai tanda kemenangan. Tapi NO...aku masih dalam kondisi 'tidak berbicara' kepadanya. Menjawab pertanyaannya? Tidak, itu hanya pancingan saja biar aku berbicara dengannya.

Berikunya, langkah kaki itu terdengar mendekat. Ohoo... Choi Siwon yang sangat kukenal, tidak akan tahan jika didiamkan. Keukeukeukeu

Sesuatu yang dingin menyentuh daguku, seperti didorong tuas, daguku terangkat. Hmmm ujung sebuah penggaris berbahan stainless digunakan Siwon untuk mengangkat daguku.

"Tsk..tsk..tidak sopan" Dengusku, wajahku kupalingkan ke arah lain. Aku masih marah, ingat? Dan orang marah pantang bertatapan langsung dengan pihak yang dimarahi.

"Apa harus kukatakan untuk kesekian kalinya kalau handphone-ku berada ditangan asisten Lee saat kau memberi pesan untuk mengantarmu saat jam makan siang. Dan perlu kau tahu, aku sedang meeting dengan Tuan Matsuyama saat itu. Asisten Lee tidak akan mengorbankan karir cemerlangnya dengan menginterupsi pertemuan kami, dan mendapat surat peringatan dari ayahku yang ikut dalam pertemuan penting itu."

Siwon kini duduk tepat diseberang meja. Sebenarnya dulu meja ini meja belajar bersama. Jadi ada dua kursi yang diletakan bersebrangan. Dulu saat kami tinggal bersama, dengan Siwon sebagai mahasiswa Manajemen Bisnis dan aku masih menempuh Pendidikan Dokter Umumku. Sampai saat ini, aku tidak merubah fungsi meja ini, tetap meja luas dengan dua kursi saling berhadapan.

Siwon menopangkan dagu diatas meja, masih menatapku dengan mata yang dikedipkan bergantian kiri dan kanan. Bibirnya ditarik membentuk senyuman. Godaan ala Choi Siwon yang sama sekali tidak menggoda, dan aku telah mengatakannya ratusan kali tentang hal itu.

"BabyCho..." Rengeknya. Demi Tuhan pria berumur 29 tahun dengan tubuh tinggi besar seperti dia sangat tidak pantas merengek sedemikian rupa. Meski demikian aku tidak tahan untuk tidak tertawa, bibir bawahku menjadi korban untuk kugigit agar tawaku tidak meledak.

"Ayo sedikit lagi...sedikit lagi...Ya...senyum...senyum.."

"Bwaahahhaaaa..." Ahirnya tawa itu meledak. Faktanya Cho Kyuhyun tidak akan tahan dengan godaan dari Choi Siwon, sekecil apapun.

Siwon mengacak surai ikalku, lalu menarik tanganku untuk mengikutinya dan duduk didepan minibar. Dia mengeluarkan mangkuk disposible dari kantung bawaannya. Aroma bumbu yang kugemari menyeruak, gabungan saus kacang hitam, dan aneka bumbu yang entah namanya.

Siwon mengaduk jjangmyeon favoritku sampai bumbu hitamnya melumuri semua mie kenyal, terlihat sudah mendingin tapi itu tidak menurunkan keinginnaku untuk melahap habis mie hitam menggoda itu. Dan perlu dicatat, mie hitam yang diaduk oleh tangan seorang Choi Siwon entah kenapa terasa jauh lebih nikmat. Berlebihan? Mungkin terdengar seperti itu, tapi aku telah merasakannya sejak aku berusia sepuluh tahun. Saat pertama kalinya aku bertemu dengan pria yang duduk dihadapanku dengan senyum cerah menghiasi bibirnya.

"Kau tidak makan?" Tanyaku disela-sela makan. Siwon hanya menggelang, matanya tidak beranjak untuk menatapku. Pemandangan favorit seorang Choi Siwon adalah Cho Kyuhyun yang sedang makan, itu diakui pria bodoh itu, bahkan dia menulisnya di profil buku tahunan sekolah menengah kami. Menggelikan.

"Apa ini makan malam keduamu Kyu?" Tanyanya, sangat beralasan mengingat ini sudah jam sepuluh malam dan tentu sudah jauh melewati jam makan malam.

Hanya anggukan yang kuberikan, mulutku terlalu sibuk dengan mie hitam yang sangat lezat ini.

"Tidak heran kau makin terlihat gemuk Kyunnie, nafsu makanmu itu."

"YAH.." Potongku tiba-tiba. Membuat serpihan mie yang kukunyah muncrat sebagian, dan kuyakin beberapa diantaranya mengenai muka Siwon dan aku tidak peduli. " Index masa tubuhku masih normal Choi, dan aku tidak pernah memintamu untuk membawakan makanan setelah lewat jam makan malam,iiiisshhhh"

Siwon hanya terkekeh, dia menyodorkan tisue kepadaku. Tindakan jantan seorang Choi Siwon, bahkan terhadapku yang adalah seorang laki-laki. Tidak heran dia digilai banyak wanita – mungkin beberapa pria- ketika kami disekolah menengah, saat kuliah dan saat pria itu menyandang sebagai CEO Daehan Co. Perusahaan multinasional milik keluarganya.

"Anyway, kau tidak harus mampir kesini. Ini sudah malam, dan kuyakin istrimu sudah menunggu di rumah."

Istri? Ya, istri. Enam bulan yang lalu Choi Siwon memutuskan –lebih tepatnya diputuskan- untuk menikahi Stella Kim, gadis yang sebelumnya ditunangkan dengannya tiga bulan sebelum pernikahan mereka. Pernikahan ekonomi, begitu orang-orang menyebutnya. Tapi bukankah itu lumrah dikalangan konglomerat seperti mereka? Dan pernikahan Choi Siwon dengan Stella Kim membuat bisnis kedua keluarga meroket. Aku tidak terlalu mengerti untuk masalah itu.

Siwon tersenyum kecut "Sejak kapan kau peduli dengan istriku? Apa kau diminta oleh Tuan Besar Choi untuk memastikan aku pulang tiap malam kerumah perempuan itu?"

"Hey..Siwon.."

"Hyung...kau harus memanggilku Siwon Hyung. Itu kesepakatan kita, ingat?"

Aku menunduk, kesepakatan rahasia diantara kami. Kesepakatan yang terjadi sehari sebelum pernikahan pria yang ada dihadapanku.

"Malam ini aku menginap disini" Lanjutnya kemudian "Kau tidak boleh mengusirku Cho Kyuhyun, aku masih pemilik setengah dari apartemen ini" Siwon dengan cepat meneruskan kalimatnya begitu melihatku hendak membuka mulut. Aku hanya bisa mengerucutkan bibir.

"Tapi tempat tidur sepenuhnya milikku, kau sudah menghadiahkan setengah yang kaumiliki kepadaku. Dan malam ini aku memerlukan tidur yang tenang. Jadi...sofa ruang tengah pilihan terahirmu Tuan Muda Choi." Aku memeletken lidah kearahnya, lalu dengan setengah berlari menuju kamar tidur. Kamar yang sebenarnya hanya dibatasi dengan akuarium raksasa sebagai pembatas dengan ruang tengah.

Apartemen minimalis untuk satu orang sebenarnya, namun saat membelinya aku patungan dengan Siwon Hyung. Dia memaksa untuk tinggal bersama denganku dan menolak tinggal bersama orang tuanya. Alasan menemaniku yang seorang diri tinggal di Seoul diterima dengan mudah oleh keluarganya mengingat keluargaku dan keluarganya adalah sahabat lama. Keluarga Choi dan Keluarga Cho telah bersahabat sejak dulu. Namun keluargaku memutuskan menetap di Taiwan. Saat usiaku sepuluh tahun, keluargaku kembali ke Korea dan untuk pertama kalinya aku bertemu dengan Choi Siwon yang saat itu berumur dua belas tahun. Sejak itulah kami menjadi teman dan bahkan sahabat.

Dia menjadi Hyung-ku, disekolah, dirumah dan dimanapun kami berada. Kami terbiasa bersama, dan keluarga kami menjadi bangga karenanya. Setelah meninggalnya ayah, dan ibuku memutuskan kembali ke Taiwan maka aku memutuskan tinggal sendiri di Seoul. Ibu menjual semua aset keluarga kami termasuk rumah, membuatku harus mencari apartemen. Saat itulah Siwon Hyung menawarkan diri untuk tinggal bersama dengaku, karena aku menolak untuk tinggal bersama keluarga Choi. Bahkan Siwon Hyung menunda masuk universitas satu tahun demi menungguku yang masih duduk disekolah menengah. Meski aku memilih jurusan kedokteran dan Siwon Hyung memilih jurusan manajemen bisnis, selama kami disatu universitas yang sama, kami akan selalu bersama.

Benar, kami selalu bersama. Dan apa itu masalah? Tentu tidak satu orangpun yang akan bermasalah dengan itu. Kami meneruskan persahabatan yang terjalin diantara keluarga kami. Semuanya baik-baik saja, sampai...sampai suatu hari yang tidak akan pernah kulupakan. Hari dimana persahabatan kami dipertanyakan.

Cho Kyuhyun POV End

WONKYU

EVERADIT

Flashback

"Dokter Cho, sedang berada di Play Area." Seorang perawat perempuan berbicara malu-malu dihadapan pria tampan yang bertanya tentang keberadaan Cho Kyuhyun, salahsatu resident pediatric di departemen anak. Pria itu, Choi Siwon menyampaikan terimakasih dan setengah berlari menyusur lorong departemen anak menuju tempat yang ditunjuk.

Siwon tersenyum mendapati orang yang dicarinya sedang sibuk bersama anak-anak dengan seragam rumah sakit berwarna biru dan merah muda, disesuaikan dengan jenis kelamin. Kyuhyun sangat suka anak-anak, dan dia seperti memiliki sihir untuk membuat anak-anak nyaman didekatnya. Maka ketika Kyuhyun memilih pediatry sebagai spesialisasinya, sepertinya bakat alami Kyuhyun tersalurkan.

"Cho Sonsaeng, temanmu yang tampan datang." Seorang gadis kecil dengan binnie hijau muda mengarahkan telunjuknya ke pintu kaca membuat semua mata tertuju pada arah yang ditunjuk gadis itu termasuk Kyuhyun.

Choi Siwon melambaikan tangannya, menggoyangkan badan kekiri dan kekanan disusul kedua telunjuk disilangkan didepan wajah dengan masing-masing ujungnya ditempelkan di pipi, tepat di lesung pipi menawannya. Semua penghuni area bermain anak itu terkekeh dan membalas lambaian ahjussi tampan yang tidak asing bagi mereka. Kecuali Kyuhyun, pemuda dengan balutan jas putih itu mengernyitkan dahi demi melihat tingkah Siwon.

Kyuhyun pamit kepada pasien-pasiennya, kemudian beranjak mendekati Siwon yang kini memarkenkan senyum lebar.

"Kurasa jam makan siang sudah lewat, dan CEO sepertimu harusnya tidak berkeliaran dengan mudah di jam kerja." Kyuhyun berbicara sambil berlalu, melewati Siwon yang masih berdiri di ambang pintu.

Siwon tersenyum, sudah biasa dengan gerutuan sahabat manisnya. Bagi Siwon gerutuan Kyuhyun merupakan penambah kemanisan sosok Kyuhyun. Siwon mengikuti Kyuhyun yang berjalan menyusuri lorong departemen anak, menyapa beberapa perawat yang antah kenapa selalu tersipu ketika berpapasan dengan mereka. Siwon merangkul pundak Kyuhyun yang langsung ditepis oleh Kyuhyun. Tapi bukan Choi Siwon namanya jika tidak mengulangi terus dan terus sampai Kyuhyun pasrah menerima rangkulan Siwon.

Tempat tunggu pasien poliklinik thalasemia yang jadi pilihan mereka, mendudukan diri berdampingan. Menjelang sore hari, poliklinik itu sudah kosong menyisakan petugas administrasi yang sedang siap-siap untuk pulang.

Siwon memainkan jemari Kyuhyun, kebiasaan yang disukai Siwon dan mungkin Kyuhyun?

"Bicaralah..." Kyuhyun berusaha membuka pembicaraan. Dia yakin Siwon bukan tanpa maksud datang ke Rumah Sakit di jam kerja seperti sekarang.

Siwon tersenyum hambar, tangannya mulai mengurut buku jari Kyuhyun yang masih dalam genggamannya. "Mereka sudah memutuskan..." Lirih Siwon

Kyuhyun menolehkan kepalanya, dan dia bisa menangkap kemurungan diwajah Siwon.

"Golden Tree menyepakati tawaran Ayah, tanggal pertunangan sudah ditentukan. Putri keluarga Kim akan tiba dua hari lagi dari Sanfransisco." Lanjut Siwon

Kyuhyun bisa merasakan remasakan tangan Siwon ditelapak tangannya. Kyuhyun termenung sejenak, dia bingung harus menanggapi seperti apa. Berita perjodohan Siwon dengan Kim Stella, salahsatu pewaris Golden Tree pernah dia dengar sebelumnya, langsung dari Choi Kiho, AyahSiwon.

"..."

"..."

Keduanya terjebak dalam keheningan

"Menurutmu bagaimana Kyu?" Siwon memecahkan keheningan.

Kyuhyun masih termenung, pikirannya seolah hilang dari tubuhnya. Sesuatu yang berat seolah menghantam isi tengkoraknya, membuat dia perlu untuk menopang kepalanya. Kyuhyun merendahkan posisi duduknya, dengan dahi yang tertopang dan wajah yang menghadap lantai marmer Rumah Sakit. Sesekali dia mengusap wajahnya kasar. Dia tidak mengerti kenapa kepalnya terasa pening dan berputar, telinganya seolah berdengung. Padahal dia samasekali tidak melewatkan sarapan atau jam makan siang, pekerjaannya pun terbilang tidak begitu menyita enerji hari ini.

Mereka tidak melamun ataupun berpikir, bisa dikatakan pikiran mereka seolah lumpuh tanpa sebab. Sampai tiga puluh menit berikutnya, mereka tetap dalam kondisi seperti itu. Sampai sebuah panggilan telepon untuk Kyuhyun mengiterupsi, mengabarkan ada pasien PICU (Pediatric Intensive Care Unit) yang tiba-tiba apneu (berhenti napas) dan memerlukan penanganan cepat.

Kyuhyun segera berlari kearah lift tanpa menghiraukan Siwon. Dia masih berbicara lewat telepon, memantau kondisi pasien dari perawat dan memberikan insruksi darurat. Dia bahkan tidak perlu untuk menoleh ke arah Siwon yang ditinggalkannya.

SRAAAKK

Pintu lift tiba-tiba tertahan saat akan menutup. Kyuhyun mendelik kearah sepasang telapak tangan berotot yang menjadi penyebebab pintu lift tertahan. Tangan yang sangat dikenalinya, tangan kokoh seorang Choi Siwon.

"Yah..Siwon, apa yang kau lakukan? Ada pasien kritis yang harus.."

"Pikirkan satu cara agar aku punya alasan untuk membatalkan pertunangan itu Kyu." Siwon nyaris berteriak saat mengatakannya, pandangannya dihujamkan pada Kyuhyun yang hanya bisa mengerjapkan matanya.

"Kutunggu jawabanmu Cho Kyuhyun."

Siwon menyingkirkan tangannya dari pintu lift dan membiarkan kotak baja itu menutup kemudian beranjak naik membawa seorang pemuda yang masih belum lepas dari keterkejutannya.

Kyuhyun menyeret langkahnya, seperti hari-hari sebelumnya. Dia selalu merasa lelah luar biasa. Meskipun setiap harinya dia harus menikmati kebersamaan dengan anak-anak, tapi kenyataan kalau anak-anak itu adalah pasien yang harus dia tangani menjadikan kesenangan Kyuhyun harus dibalas dengan rintihan atau rengekan dari anak-anak itu ketika menahan sakit.

Pemuda berkulit putih pucat itu mendorong pintu kamar jaga resident pediatry dengan sedikit kasar. Ruangan berisi dua tempat tidur bertingkat dengan satu set sofa sederhana diletakan ditengah ruangan. Dinding ruangan dipenuhi dengan tempelan kertas berisi jadwal kegiatan tiap resident, pengumuman-pengumuman yang beberapa diantaranya bahkan sudah kadaluwarsa. Ruangan itu kosong, ini jam pergantian shift jaga membuat beberapa teman sejawatnya berada dibeberepa ruangan departemen anak.

Kyuhyun melirik sekilas jam dinding, pukul sembilan. Ini bukan hari dimana dia harus berada di Rumah Sakit lebih lama, dia harusnya sudah bisa pulang lima jam lalu. Tapi setelah menangani pasien apneu dan berhasil menstabilakan kondisinya, entah kenapa Kyuhyun memilih untuk duduk di ruang baca. Ruangan yang diperuntukan bagi staff departement anak untuk membaca dan menelusuri referensi justru dipergunakan Kyuhyun untuk melamun. Ini bukan kebiasannya, resident seperti dia harusnya tidak mempergunakan waktu dengan sia-sia hanya untuk melamun.

Ingatannya kembali pada pembicaraan siang tadi. Pembicaraan tentang pertunangan Siwon. Entah kenapa Kyuhyun merasa perlu untuk berpikir keras dan menggunakan enerjinya hanya untuk menghela napas panjang.

"Pikirkan satu cara agar aku punya alasan untuk membatalkan pertunangan itu Kyu."

Kalimat yang diucapkan Siwon siang tadi terus mengiang. Apa maksud Siwon mengatakan hal seperti itu? Pikirkan cara untuk membatalkan pertunangan dengan Stella Kim? Cara? Alasan? Hey...apa Siwon ingin mengatakan kalau dia tidak menginginkan pertuangan itu? Tapi kenapa? Bukankah itu bukan hal yang buruk? Yeah...setidaknya Stella Kim bukanlah gadis buruk rupa yang sering mendapat perlakuan tidak adil. Kyuhyun tahu seperti apa Stella Kim, atau bahkan mungkin semua orang Korea tahu tentang anak perempuan pemilik perusahaan raksasa Golden Tree. Meski lima tahun terakhir, gadis itu menetap di Sanfransisco, tapi pemberitaann tentangnya tidak pernah absen. Dan Kyuhyun harus mengakui jika gadis itu memiliki pesona yang membuatnya harus mendapat label sebagai gadis sempurna. Penampilan fisik yang indah, latar belakang keluarga yang super kaya dan kecerdasan, menjadi alasan kenapa gadis-gadis harus iri kepadanya. Gadis-gadis? Kyuhyun tersentak, yah...seharusnya hanya gadis-gadis yang iri kepada Stella Kim. Tapi kenapa Kyuhyun merasa dia menjadi bagian dari para gadis itu? Yaiisshhh...dia seorang kali-laki. LAKI-LAKI! Tidak ada alasan bagi dia untuk iri pada Stella Kim. Harusnya dia iri kepada Choi Siwon sahabatnya yang akan segera bertunangan dan menikah dengan Stella Kim, benar?

Benar, dia tidak iri pada Stella Kim, tapi dia iri pada Siwon. Makanya dia hari ini lebih banyak melamun dan pikirannya kosong.

Kyuhyun baru saja akan merebahkan badannya, ketika sebuah pesan masuk.

From : Siwonnie

Kyu, aku menunggumu di lobi. Cepat,aku kelaparan

Kyuhyun tersenyum samar, Siwon menunggunya. Mengantar jemput Kyuhyun sudah menjadi agenda tetap anak sulung keluarga Choi itu.

WONKYU

EVERADIT

"Tadi siang Stella sampai di Seoul."

Kyuhyun menatap sekilas ke arah pemuda yang duduk dihadapannya, untuk kemudian memilih memilah sayuran dari sup ikan yang ada dihadapannya.

"Appa marah karena aku tidak ikut menjemputnya di bandara."

Kyuhyun kembali manatap pemuda yang ada dihadapannya, hanya sekilas.

" Besok malam, kedua keluarga akan bertemu dan menentukan tanggal pertunangan."

Kyuhyun masih asik memisahkan sayuran, dan menyisihkannya di mangkuk kosong.

"Demi Tuhan Cho Kyuhyun, katakan sesuatu." Pemuda itu akhirnya kehilangan kesabaran. Bagaimanapun dia sudah berhadapan dengan pemuda yang masih mengenakan seragam jaga rumah sakitnya sejak tiga puluh menit yang lalu. Dia sudah berbicara banyak, namun orang yang diajak bicara tidak menghiraukannya, malah asik dengan dunianya. Menyantap makan malam di restoran China dekat Rumah Sakit.

"Apa yang harus kukatakan? Kau sudah mengatakan kalau Stella Kim kembali ke Soul hari ini ratusan kali. Choi Ahjussi pasti marah karena kau tidak menuruti kemauannya, dan kuyakin calon mertuamu juga merasa kecewa. Lalu tentang makan malam keluarga, bukankah itu hal yang harus segera dilakukan? Yeah...kalian akan segera bertunangan, dan mungkin menikah dalam waktu dekat."

Choi Siwon, pemuda yang terlihat tidak sabar itu mengusap wajahnya kasar. Teh ginseng yang dipesannya sudah mulai dingin tanpa sempat dia sentuh.

"Kau tidak menanyakan kenapa aku melakukan semua itu? Kau tidak menanyakan kenapa aku memintamu memikirkan cara agar rencana keluargaku dibatalkan?Sigh...bahkan sampai sekarang kau tidak pernah memberiku jawabannya. Kemana hilangnya ide-ide brilian seorang Cho Kyuhyun yang selalu berhasil menghindar dari masalah."

Kyuhyun menghentikan pergerakan sumpitnya, dia menatap Choi Siwon yang duduk dihadapannya dengan melipat lengan didepan dada dan pandangan tertuju keluar.

"Dimana letak masalahnya? Kau akan bertunangan dengan Stella Kim, semua orang tahu siapa Stella Kim. Kuyakin banyak pria diluar sana yang ingin berada di posisimu."

Siwon kembali mengalihkan pandangannya ke arah Kyuhyun, yang kini menyandarkan punggungnya. Menatap wajah pemuda yang Siwon akui berbeda dengan lelaki kebanyakan, Kyuhyun terlalu manis untuk ukuran laki-laki, dengan mata bulat, pipi putih yang gembil, bibir tebal sewarna plum dan semuanya seolah sempurna dengan rambut coklat yang menutupi dahi. Terlihat manis dan menggemaskan. Dan seragam jaga resident pediatry berwarna biru langit itu namak bersinar dikenakan Kyuhyun karena berpadu dengan kulit putih pucatnya. Oh Tuhan...Choi Siwon, kau sudah mengenal Kyuhyun belasan tahun yang lalu dan kau masih melihatnya dengan cara seperti orang yang terpesona pada pandangan pertama, dan sialnya dia adalah sahabatmu sendiri dan berjenis kelamin laki-laki, heck...

Kyuhyun mulai gelisah dengan intensitas tatapan yang diberikan Siwon, meski bukan sekali ini Siwon menatapnya dengan pandangan seperti itu, pandangan lembut dan seolah sarat makna yang membuat Kyuhyun ingin memalingkan pandangannya seketika. Siwon sering menatapnya seperti itu dan biasanya pemuda bermarga Choi itu akan tersenyum dan mencubit pelan pipi Kyuhyun. Tapi kali ini Siwon sama sekali tidak tersenyum, dengan pandangan yang tidak Kyuhyun ketahui maknanya.

Kyuhyun menundukan wajahnya, memainkan kuku jarinya yang terpotong pendek dan rapi ciri khas seorang dokter. Membiarkan seorang Choi Siwon menatapnya makin intens.

"Jadi kau tidak mau mencegahnya? Kau menyuruhku menerima perjodohan ini? "

Nada dingin dari ucapan Siwon membuat Kyuhyun kembali memandang pemuda yang ada dihadapannya. Kyuhyun makin tidak mengerti dengan maksud Siwon, kenapa dirinya yang terkesan memegang keputusan penting? Bukankah Siwon yang akan ditunangkan? Kenapa seolah semua keputusan ada ditangannya.

Sebelum Kyuhyun mendapat jawaban dari apa yang dipikirkannya, Siwon tiba-tiba berdiri, memakai kembali mantel panjangnya. "Aku kembali ke kantor Kyu, dan sepertinya aku harus lembur." Pemuda bertubuh tinggi tegap itu berlalu keluar restoran meninggalkan Kyuhyun sendirian.

Kyuhyun hanya mampu mengerjap, kenapa Siwon bersikap sedingin itu? Dan lembur? Sejak kapan Siwon akan lembur dikantor? Biasanya dia akan membawa pulang semua pekerjannya, dan mengerjakannya di apartement mereka.

"Hyung..Yah..Tunggu aku!" Kyuhyun tergesa menyusul langkah lebar Siwon menuju mobil yang terparkir di pelataran Rumah Sakit tak jauh dari restoran tempat mereka makan. S

Namun, pemuda bermarga Choi itu seolah tidak mendengar, dia tetap meneruskan langkah lebarnya.

"Yah Choi Siwon..!"

Kyuhyun berhasil menahan pundak Siwon dan memaksa pemuda itu menghentikan langkahnya.

Kyuhyun menstabilkan napas, menghasilkan kepulan uap samar. "Isshh..kau curang, kau bilang mau mentraktirku makan malam yang barusan, kau malah pergi."

Hanya helaan napas yang diberikan Siwon sebagai jawaban, Punggung tegapnya bersandar pada pilar besi lampu penerang jalan.

"Katakan, kenapa aku harus mencegah perjodohanmu?"

Siwon menatap pemuda yang ada dihadapannya intens, tatapan yang membuat bulu kuduk Kyuhyun sedikit meremang. Hanya saat-saat tertentu sahabatnya itu mengeluarkan tatapan seperti itu, dan terakhir dia melihatnya adalah ketika mengikuti sebuah makan siang bisnis yang diadakan Daehan co. dengan salahsatu kontraktor dari Singapura. Tatapan mengintimidasi, penuh percaya diri namun terkesan...menggoda.

Kyuhyun mengalihkan pandangnnya, seolah ada kejadian menarik yang harus Kyuhyun amati di tengah laju kendaraan.

"Kau benar ingin tahu?" Pemuda Choi itu kini menyilangkan kedua lengannya didepan dada, menghasilkan kontraksi otot biceps dan tricepsnya. Menghasilkan tonjolan samar dibalik tebalnya mantel.

"Y-Ya..tentu. Setidaknya semuanya harus memiliki alasan bukan?" Entah kenapa Kyuhyun merasa perlu untuk menatap ujung sepatunya. Dan darimana datangya perasaan mengambang yang kini dirasakannya, seolah semuanya berenang dalam ruang hampa udara. Pembicaraan tentang asmara, pernikahan, perempuan yang tidak pernah mereka lakukan sebelumnya. Membuat pemuda itu merasakan hal lain dalam dirinya, entahlah...

"Apa setelah kau tahu alasannya, kau akan melakukan apa yang kuminta?" Siwon masih belum menurunkan intensitas tatapannya.

Kyuhyun mengigit bibir bawahnya, menghasilkan guratan putih dipermukaan bibir sewarna plum-nya.

"Mungkin...entahlah, tergantung alasan yang..."

Mmppphh...

Kyuhyun tidak mengerti apa yang baru saja terjadi, yang pasti saat ini dia merasa suara dan napasnya tertahan sesuatu. Sapuan hangat, basah dan lembut menyapa bibirnya. Bukan hanya menyapu tapi juga mulai melumat dan mengigit kecil.

"Hhnnn...MMpphhh"

Pemuda berkulit pucat itu menggelinjang, terpaan sensasi panas kini mulai menyebar sejalan aliran darahnya. Membuat tubuhnya seolah terbekukan dan kehilangan kemampuan untuk tegak sempurna. Tangannya yang berniat meronta hanya pasrah ditahan kedua lengan Siwon yang kini memerangkap tubuhnya dalam rengkuhan kokoh.

Dibawah lampu penerang jalan, keduanya tersatukan dalam ciuman. Ciuman pertama bagi keduanya, ciuman yang seharusnya tidak terjadi antar dua sahabat, dan ciuman yang tabu dilakukan oleh dua orang berjenis kelamin sama. Dua siluet yang menghasilkan bayangan mempesona, dua tubuh yang seolah bersinar dibawah sorotan lampu, dua tubuh yang seolah terbakar ditengah sibuknya lalu lintas dan lalu lalang pejalan kaki. Sekian kendaraan yang sengaja membunyikan klakson, sekian pandangan mata yang terbelalak dan pekikan tertahan, dan sekian banyak yang ikut merona ketika melihatnya.

Namun, hanya mereka yang tahu sensasi membakar dari ciuman itu.

"Hhnnnn...Akkhhh"

Siwon melepas lumatannya dibibir Kyuhyun, menatap wajah Kyuhyun lekat, mengelus permukaan halus pipi pucat Kyuhyun.

"Si..Siwon.." Kyuhyun belum meraih realitas dari momentum yang barusaja terjadi, bibirnya masih sedikit terbuka, dengan jejak basah dipermukaannya.

"Pikirkanlah...setelah ciuman kita, pikirkanlah sebuah alasan agar aku bisa membatalkan perjodohan itu Cho Kyuhyun."

Choi Siwon meninggalkan Kyuhyun yang masih mematung ditempat yang sama. Pemuda tinggi yang seolah mengeluarkan cahaya dengan sorotan lampu menerpa kulit pucatnya.

TBC/END?

Annyeong...

Ahahah..apa ini? entahlah ketika stuck dengan aplikasi p-care yang tiba-tiba eror, makaaaaa lahirlah FF ini.., Ya Ya Ya saya tahu ini gak tahu juntrungannya, tapiii saya nekad aja mempublishnya..

rencananya ini mau oneshoot, tapi kayaknya tangan gak kuat buat lanjutin ngetik, jadi di cut-aja. Apa ada yang mau lanjutannya...so kasih saya ide mau berakhir seperti apa...

Oke WKS-deul...MARI SEBARKAN CINTA WONKYU SEJAGAD RAYA!

EVERADIT