Disclaimer : Aoyama Gosho


#Unrequited

"Because what's worse than knowing you want something, besides knowing you can never have it?"
― James Patterson

.

Dari dulu Mitsuhiko tau kalau Edogawa Conan dan Haibara Ai sebenarnya bukan anak biasa. Mereka selalu tampak lebih dewasa dari anak-anak lain yang sepantaran. Kecerdasan mereka menakjubkan. Mereka memiliki pengetahuan tak terbatas dari hal yang remeh temeh hingga rumus aljabar rumit setingkat mahasiswa Tokyo.

Mitsuhiko selalu menghabiskan waktu berjam-jam setiap hari membaca segala macam buku pengetahuan. Dia tak ingin merasa kalah, apalagi dengan Conan. Dia tau kalau Ai sangat menghargai Conan, ada rasa nyeri di dada setiap melihat keakraban mereka. Mereka seperti berasal dari dimensi yang berbeda dan banyak kata-kata mereka yang tak dia mengerti. Ketika suatu saat lima belas tahun lalu, saat Ai dan Conan tiba-tiba menghilang beberapa hari lalu kembali dengan tubuh luka-luka—Mitsuhiko tau kalau mereka terlibat dengan sesuatu yang tak bisa dijelaskan.

Walau Mitsuhiko mengerti kalau cintanya adalah sia-sia… Akan tetapi—dia tak sanggup menghentikan perasaan yang tumbuh dan berkembang dengan subur tanpa bisa dicegah. Tahun demi tahun lewat begitu saja tanpa dia sadari, dan dia menemukan dirinya sedang berdiri di depan gereja sekarang. Bibirnya terasa pahit ketika tangannya menggenggam undangan merah berhias pita kecil.

Dia tau kalau sekarang waktu yang paling pas—untuk berhenti. Saatnya berhenti mengharapkan. Karena Ai dan Conan memang diciptakan untuk bersama. Dia hanya orang luar, yang tak bisa masuk ke dalam hubungan mereka. Dia melakukan segala yang bisa dia pikirkan supaya Ai memperhatikannya—dan semuanya akan berakhir hari ini.

Awal mulanya dia hanya menganggap perasaannya pada Ai hanya cinta monyet semata. Dia menggagumi kecantikan dan kecerdasan gadis itu. Juga selera humornya yang unik. Sifat pesimis dan sarkastiknya yang tak pernah ditemukannya pada orang lain. Ai adalah Ai. Perasaannya semakin dalam, membuatnya putus asa, kadang dia ingin berhenti—lelah atas kecemburuannya yang menyiksa, tapi begitu Ai tersenyum padanya, hatinya ringan. Segala kerumitan pikirannya lenyap begitu saja. Dia bisa melakukannya segala hal untuk gadis itu, walau hanya sepotong kata saja—dia sanggup. Apa saja yang diinginkan Ai.

Ketika Ai memilih untuk menjadi dokter, dia tau apa yang diinginkan untuk masa depannya. Dia ingin menjadi dokter bersamanya.

.

.

.

Tapi,

Mitsuhiko merapikan setelan Armani-nya, tangannya menyisir rambutnya dengan lelah. Dia tau kalau dia tak setampan Conan dan tak akan pernah sepintar dia, tapi setelah dewasa, bintik-bintik hitamnya memudar, dan dia yakin kalau banyak gadis menyukainya—bisa dilihat dengan banyaknya coklat valentine dilokernya, hanya kalah dari Conan. Sayangnya mata Ai hanya tertuju pada Conan saja, begitu bertahun-tahun.

Kadang dia merasa kalau ada harapan, walau sedikit. Walau hanya sedikit, dia senang. Ai selalu mengandalkannya saat Conan tidak ada. Walau dia memilih mengejar pendidikannya dan tak menjadi detektif seperti Conan, dia dan Ai selalu menghabiskan waktu berjam-jam berdiskusi tentang penemuan ilmiah terbaru. Masa-masa mereka di fakultas kedokteran Universitas Tokyo adalah masa yang paling membahagiakan di hidupnya, karena di sana tak ada Conan. Conan memilih masuk jurusan kriminologi di Universitas Beika.

Cinta bisa membawamu hingga ke langit ketujuh, tapi bisa menjatuhkan lalu menghempaskanmu hingga neraka terdalam.

Cinta bisa membuatmu tersiksa sekaligus bahagia.

Sungguh kontradiksi yang terasa ironis, bukan?

.

.

.

Matanya fokus menatap ke depan sekarang, memperhatikan Ai sedang berdiri mematut dirinya di depan cermin besar setinggi badan. Gaun putih polos terbalut dengan pas di tubuh rampingnya. Dia berbalik dan tersenyum melihat kedatangannya.

"Hai," katanya. Mitsuhiko mendekat, memeluknya. Merasakan hangatnya tubuh Ai dan wangi parfumnya mampu membekukan otaknya sejenak.

"Kau cantik sekali, Ai-chan…" gumamnya.

"Terima kasih, Mitsu-kun." Senyum Ai tulus.

Apa kau pernah merasakan begitu menginginkan seseorang tapi tak bisa menjangkaunya? Apa kau pernah mencintai seseorang dengan begitu lama hingga membuatmu frustasi?

Aku ingin berhenti mencintaimu, Ai.

Lima belas tahun bukan waktu sebentar, lebih dari separuh nafasku—

"Ayumi-chan dan Genta-kun baru datang tadi."

Aku ingin berhenti merindukanmu, Ai.

"Hakase dan Fusae-san akan datang beberapa menit lagi. Sepertinya jalan macet."

Mitsuhiko menatap Ai lekat. Dia sepertinya tak mendengar kata-kata Ai. Gadis itu tertegun melihatnya sekarang.

Karena setelah hari ini, aku tak bisa mencintaimu lagi dengan diam-diam.

"Mitsu-kun?" tanya Ai hati-hati. Pikiran Mitsuhiko buyar, dia mendehem sejenak lalu, "Dimana Conan-kun?"

Senyuman Ai yang khas muncul lagi, "Dia akan datang sebentar lagi, mudah-mudahan tidak ada kasus pembunuhan atau apapun itu yang menghadang perjalanannya kemari."

Mitsuhiko tergelak. Tawanya terhenti untuk mengamati Ai sekali lagi.

"Kuharap kau bahagia dengan Conan-kun." Katanya pelan. Gadis itu tersenyum lagi.

"Terima kasih, Mitsu-kun. Kau juga…"

Mitsuhiko mendekat, gerakannya ragu sejenak, tapi dia seperti memberanikan diri, tangannya diulurkan untuk membelai pipi Ai. Dia kemudian menunduk untuk mengecup pipi gadis itu.

"Kaulah kebahagiaanku, Ai…" bisiknya, "aku akan memastikan kau tetap bahagia." Tangannya turun memeluk pinggang gadis itu, Ai terasa begitu kecil dan rapuh.

.

.

.

Dia ingin waktu berhenti sejenak.

Hanya dia berdua dengan Ai.

.

.

.

Mitsuhiko merasakan Ai menegang di pelukannya, tapi cuma sebentar karena dia buru-buru melepaskannya. Pria itu tersenyum malu, matanya menatap Ai—menunggu reaksi gadis itu.

"Terima kasih, Mitsu-kun." Cuma itu yang dikatakannya, tapi gadis itu tersenyum pengertian. Senyum yang selama ini menghantuinya dan Mitsuhiko tak tau kapan dia bisa lepas dari jeratannya.

Tapi dia tau sekarang waktu yang tepat, senyum tipis terukir di bibirnya…

…kemudian dia berbalik meninggalkan gadis itu, hatinya terasa ringan sekarang. Langkahnya terhenti begitu menyadari kalau Conan sedang berdiri di depan pintu sambil melipat tangannya di depan dada.

Mereka saling menatap. Ada pengertian yang tak terucap terjalin kasat mata.

Mitsuhiko ingin tersenyum menyelamati Conan tapi dia tak sanggup—dia hanya berjalan melewatinya. Conan tak bereaksi walau matanya memperhatikan sahabatnya menjauh.

Langkah kakinya memantul di gang, menggaung di telinganya.

.

.

.

Mitsuhiko selalu mengerti dan memahami satu hal. Dia memang tak bisa berhenti mencintai Ai dan dia tak ingin berhenti.

.

.

.

Fin.


A/N : ini adalah kumpulan oneshot gw yang terbaru. Universe ini untuk membedakan dengan One Day Like This, karena ini merupakan universe dimana Conan dan Ai tidak menggunakan antidote dan memutuskan untuk dewasa bersama-sama. Kumpulan oneshots ini semuanya saling berkaitan walau bisa dibaca terpisah.

Thanks for reading ^_^