Dragon Island


Fantasy, Adventure, Little Romance | T | Shounen-ai/BL, AU, AT, OOC, Kris/Tao, Dragon!Kris, Uke!Tao, supranatural, typo(s) | Re-make How To Train Your Dragon


Summary: Hidup berdampingan bersama para naga bukan hal yang mudah untukku. Ketertarikanku untuk bergaul dengan mereka membawaku pada sebuah petualangan untuk menyelesaikan misi yang kubuat bersama seekor naga—temanku. Hingga aku, Huang Zi Tao menemukan cintaku.


CHAPTER 1


Desa Guanling. Desa dimana para naga hidup. Sebenarnya bukan naga yang mendiami desa tersebut tetapi, manusia atau penduduk desa yang mendiami Desa Guanling itu. Lalu dimana para naga?

Sebuah buku kuno nan usang milik desa tersebut menyebutkan bahwa para naga tinggal di balik awan dan muncul ketika mendung tiba. Mereka datang dari balik bebatuan karang yang besar juga tinggi menjulang di hamparan danau air tawar yang luas. Jadi, apa tempat seperti itu ada? Maksudnya danau yang muncul saat mendung tiba?

(Dragon Island)

Huang Zi Tao PoV—

Desa Guanling, itu nama desa dimana tempat aku tinggal. Desa dimana bangunannya selalu baru tiap waktunya. Di desa ini, kami memiliki banyak hal, hutan yang luas, ladang dan juga sungai dengan ikan. Hanya satu yang membuat desa ini sedikit tidak nyaman, yaitu hama. Apa kau pikir hama itu nyamuk? Atau tikus? Atau ulat bulu? Atau mungkin tomcat? Tentu saja tidak! Hama di desaku adalah naga! Yup, naga! Itu adalah makhluk yang paling membuatku terobsesi untuk mengetahuinya. Mungkin banyak anak yang takut dengan naga tetapi, tidak denganku.

Huang Zi Tao, itu namaku. Penduduk desa biasa memanggil namaku dengan sebutan Tao. Aku sendiri adalah seorang anak pemimpin desa. Jadi, intinya Ayahku adalah seorang kepala desa. Aku adalah seorang pelajar dan wushu salah satu hobbyku. Cukup tangguh namun, tidak lebih tangguh dari Ayahku. Saat kecil ia pernah mematahkan kepala naga kemudian menarik dari lehernya hingga kepalanya terlepas dan mati. Fantastic!

Para naga suka mengunjungi desa kami untuk mencari makanan, domba, sapi dan entahlah.. Apa di negeri mereka tidak ada makanan? Ini pertanyaan yang cukup sulit karena aku sama sekali tidak pernah pergi ke tempat para naga. Ayahku selalu memperingatkanku untuk membawa senjata, ya setidaknya tongkat wushu kesayanganku, katanya. Dan tak lupa juga seutas tali untuk mengikat naga yang—seandainya—berhasil aku tangkap. Warga desa selalu mempersiapkan senjata mereka masing-masing, ini hanya semacam antisipasi jika saja mendung tiba.

Kami juga memiliki banyak perahu. Memang di desaku tidak dekat dengan pantai atau danau tetapi, kata Ayahku beberapa kali dalam satu abad, danau yang luas akan muncul di desaku. Aku sendiri tidak mengerti apa maksudnya dan aku pun belum pernah menyaksikan hal itu secara langsung. Yang aku tahu naga muncul saat mendung dan tidak ada danau yang muncul.

'cklekk'

Aku membuka pintu kamarku setelah mendengar keributan di luar sana. Sepertinya mendung datang dan itu pasti para naga yang sedang mengganggu penduduk desa.

'blamm'

Hanya selang beberapa detik setelah aku membuka pintu, aku kembali menutupnya. Sial! Hampir saja aku mati terpanggang kalau aku tidak segera menutup pintu. Semburan api dari naga itu membuatku terkejut.

Aku berlari menuju pintu belakang. Aku tahu Ayah pasti sudah melawan para naga bersama penduduk yang lain.

Huang Zi Tao PoV end—

(Dragon Island)

"Kyaaa!" Tao berteriak kencang ketika dengan kecepatan yang tidak bisa dibilang rendah terbang di depannya ketika membuka pintu dan wuzz… naga itu lewat hingga Tao terjungkal ke belakang.

Tao berlari hingga ketengah desa.

"Ayah!" teriak Tao ketika keluar dari rumahnya. Sesekali ia menunduk—kadang berguling atau merangkak—ketika benda dengan berekor api menuju ke arahnya. Yup! Desa mereka terbakar akibat ulah naga.

"Apa yang kau lakukan eoh?" tanya Tuan Huang ketika melihat anaknya melambai—sambil menghindari kobaran api, "Sekarang pulang dan masuklah ke dalam kamarmu!" kata Tuan Huang dengan nada yang makin tinggi. Tuan Huang mengangkat tinggi benda yang mirip gada—yang terbuat dari besi—dan menghalau naga yang terbang melewatinya.

Tao menghiraukan Ayahnya. Ia memilih untuk berlari ke rumah Zhang Yi Xing—salah satu teman Tao—dan menghampiri toko perkakas besi milik Ayah Yi Xing.

"Hey Tao, apa yang kau lakukan?" tanyanya, "Bagus sekali kau tak dibawa oleh para naga itu." Komentar Tuan Zhang remeh.

"Hey, apa aku pantas di santap para naga? Aku yakin mereka terlalu takut dengan wajahku yang mirip dengan preman."

"Sekarang bantulah aku untuk mengangkat besi-besi itu!" seru Tuan Zhang dan planggg… Tuan Zhang memukul besi berwarna merah—akibat dibakar—dengan palu besar miliknya.

Tao mengangkat beberapa perkakas besi. "Fiuhhhh…" helanya ketika meletakan besi itu di atas sebuah meja kayu.

(Dragon Island)

Huang Zi Tao PoV—

"Yi Xing!" teriakku sambil melambaikan tangan pada seorang pemuda yang sedang berusaha mengalahkan seekor naga. Namanya Zhang Yi Xing. Yup! Dia adalah anak paman Zhang, si tukang besi.

Bagiku, Yi Xing adalah pemuda yang cantik namun, tidak benar-benar cantik jika kau mengetahui kekuatan otot miliknya.

"Tumben kau keluar rumah saat naga-naga ini berdatangan? Biasanya kau akan terkurung di dalam rumah." Katanya enteng dan menatapku dengan mata sembab mengantuknya.

"Hey, kau meremehkanku eoh?" tanyaku tak terima.

"Cih.. Kau itu anak cengeng, mana bisa kau melawan naga apalagi menangkapnya. Sungguh bertolak belakang dengan Ayahmu." Jelas Yi Xing, melipat kedua tangan di depan dadanya.

Ekspresiku seketika datar. Sungguh, dia adalah sahabat yang paling menjengkelkan yang pernah ada. Padahal dirinya juga hampir sama sepertiku, hanya saja ditambah dengan kebiasaan tidurnya dimanapun ia berada, tidak peduli dengan tempat resmi atau tidak resmi.

"Tao!" teriak seseorang lagi dari arah yang berlawanan. Aku menoleh.

Ah~~ Luhan!

"Hey, tumben kau keluar rumah saat naga-naga ini berdatangan? Biasanya kau akan terkurung di dalam rumah." Katanya sambil memamerkan eye smile nya. Dia juga—cukup—menjengkelkan.

"Hanya iseng." Jawabku enteng.

"Awas!" seru Yi Xing ketika tiba-tiba seekor naga berwarna hitam terbang ke arah kami.

"Ya! Itu si Black Pearl!" seru seseorang. Kami menoleh bersamaan ke arah orang paruh baya yang meneriaki naga yang baru saja lewat di depan kami.

Aku melihat ke langit, dimana naga hitam itu terbang berputar-putar di atas desa. Entahlah, aku tak pernah melihat naga itu sebelumnya. Sangat indah layaknya sebuah mutiara hitam yang sedang terbang.

Huang Zi Tao PoV end—

(Dragon Island)

Di sisi lain, para penduduk desa menaikan beberapa obor berukuran raksasa. Yup! Itu bertujuan agar naga-naga yang terbang melewati obar itu agar—setidaknya—bagian sayap atau sirip belakangnya terbakar hingga mereka tak bisa terbang kemudian jatuh.

"Awas!" seru Yi Xing ketika tiba-tiba seekor naga berwarna hitam terbang ke arah Yi Xing, Tao dan Luhan yang asyik mengobrol.

"Ya! Itu si Black Pearl!" seru seseorang. Mereka menoleh bersamaan ke arah orang paruh baya yang meneriaki naga yang baru saja lewat di depan mereka.

"Siapa Black Pearl?" tanya Tao. Ia benar-benar tidak tahu akan naga itu.

"Itu adalah naga yang biasanya menandakan hujan akan segera turun." Jelas Luhan diikuti anggukan dari Yi Xing.

Setelah beberapa lama, hujan pun turun. Naga-naga itu lenyap dari pandangan mata penduduk. Asap hasil pembakaran rumah-rumah penduduk akibat ulah naga mengepul di atas desa Guanling. Saat hujan reda, mereka akan ke hutan untuk mencari kayu dan membangun rumah mereka lagi. Sungguh hal yang sangat melelahkan dan mungkin sedikit membosankan. Yah tetapi, itulah hidup mereka. Berbagi dengan naga—mungkin atau lebih tepatnya—naga adalah hama yang mengganggu ketenangan mereka.

(Dragon Island)

Tao berjalan gontai masuk ke dalam hutan. Baru saja Ayahnya menyuruhnya untuk mencari beberapa batang kayu bakar, ya, kayu bakar bukan kayu untuk membangun rumah.

'tak'

Tao baru saja menendang sebuah batu kecil hingga sukses memantul di batang pohon dan…

'plak'

Batu itu mengenai jidat Tao. Sungguh adalah sebuah karma untuk Tao.

"Aww…." Teriaknya kesal kemudian mengusap jidatnya beberapa kali, "Ahh sial!" umpatnya—lagi-lagi dengan menendang batu kecil yang barusan mencium jidatnya. Untung saja kali ini tidak menjadi boomerang hingga mencium jidatnya untuk yang kedua kalinya.

Tao melanjutkan langkah gontainya, makin masuk ke dalam hutan.

'erghh eughhh'

Tao terhenti sejenak. Telinganya memang tidak salah mendengar suara erangan yang tepat datang dari bagian kanan dimana Tao berdiri.

"Hey.. Ni hao.. Siapa disana?" tanya Tao—sedikit berteriak.

'erghh eughh'

Lagi-lagi suara erangan. Tao yakin pasti itu bukanlah manusia. Tao menghampiri suara itu. Makin lama suara itu makin jelas di telinganya. Tao terhenti ketika suara itu terasa sangat dekat. Kepalanya melihat sekitar, hingga ia menemukan sebuah batu yang ditutupi semak. Tao bermaksud untuk mengintip suara apa itu, dari balik batu.

'erghh eughh'

Tao memunculkan kepalanya dan ia yakin, objek yang sedang diintip tidak mengetahui keberadaannya disana.

"Black Pearl." Gumam Tao membulatkan matanya, terkejut.


To Be Continue