Pregnant

Disclamer : Durarara! © Narita Ryohgo-sama, story milik saya XD

Pair : ShizuoxIzaya

Warning : Misstypo, aneh, OOCness, M-Preg, abal dll

Summary : Sudah jatuh tertimpa tangga, ah tidak peribahasa itu sama sekali tak cocok. Mendapat seorang anak bukanlah musibah tapi entahlah untuk kedua pasangan amazing ini.

A/N : Haloo saya kembali membawa sekuel dari fic babysitter saya XD

Tertarik? Mohon Review :D

Tidak Tertarik? Klik tombol 'back'

Tertarik tapi nggak mau review? Silahkan Fav atau nggak Follow XD *maksa banget*

Tidak Tertarik tapi mau review? Ampun jangan Flame DX

Enjoy Reading :D

Dua minggu setelah kejadian Izaya mengecil dan kabar dari Erika mengenai kehamilan si informan. Tentu saja berita itu dibantah mentah-mentah oleh kedua sejoli. Namun kejadian Izaya yang mendadak sering pingsan dan mual-mual dipagi hari membuat Shizuo sedikit membenarkan kabar dari si gadis otaku.

Shizuo terdiam sesekali menghembuskan asap rokoknya ke udara. Si ehem kekasih masih terbaring lemah diranjangnya.

Izaya pingsan lagi. Tepat saat mereka bermain kejar-kejaran. Ingat! Saat itu mereka berdua tak mengetahui didalam perut Izaya terdapat sebuah janin yang sedang berkembang. Jadi mereka berdua enjoy-enjoy saja. Memngingat mereka tak ambil pusing tentang kabar dari gadis otaku dan beberapa tanda yang janggal yang dialami Izaya belakangan lalu.

Tapi untuk jaga-jaga Shizuo sudah menghubungi si dokter ilegal untuk menanyakan keadaan ehem uke tercinta.

From : Shizuo

To : Shinra

Subject : (none)

Izaya pingsan lagi

Send

1 new e-mail

From : Shinra

To : Shizuo

Re;Subject : (none)

Aku akan segera kesana.

Shizuo meletakkan kembali ponselnya. Dia tinggal menunggu Shinra untuk ke apartemennya.

"Ngh." Mata pemuda itu mengerjab, kepalanya pening sekali. Seberkas pikiran menghampirnya."Shizu-chan." Suaranya pelan namun terkesan terburu-buru.

"Hm, kau sudah sadar?" pemuda yang masih berbaring itu melirik kearah samping, dilihatnya pemuda berambut pirang sedang merokok.

"Apa yang terjadi?" pemuda berambut raven itu bersandar pada sandaran ranjang, sesekali memijit keningnya.

"Kau pingsan lagi."

Pemuda manis yang tengah bersender itu menoleh dan hanya bergumam pelan."Kenapa aku jadi sering pingsan?"

Shizuo si rambut pirang menghela nafas berat."Karena kau_"

Knock knock knock

Tanpa berkata apa-apa pemuda itu bergegas untuk membuka pintu, sepertinya tamunya sudah tiba.

Secepat iya pergi secepat pula ia kembali, dengan beberapa orang yang mengikutinya. Dan wajah Shizuo menampakkan guratan sebal, mungkin kerena gadis cerewet berpakaian serba hitam itu dan teman-temannya yang datang tak diundang.

"Izaiza!" gadis enerjik itu segera menghampiri orang yang ia panggil Izaiza."Kau baik-baik saja 'kan? Kau tidak keguguran 'kan?"

"Kenapa kalian ikut!" Shizuo segera menyingkirkan Erika, gadis cerewet yang telah membuat banyak sudut siku-siku dijidatnya.

Erika merengut."Mou Shizu-chan, aku 'kan juga khawatir dengan keadaan Izaiza masa aku tak boleh menjenguknya."

Eh? Apa maksudnya tadi? Keguguran? Memangnya Izaya hamil?

Deg

Ia tiba-tiba teringat akan hal yang selama ini ia abaikan. Wajahnya kontan memerah padam."Ja-jadi aku be-benar-benar hamil!" mata merah kecoklatan itu membulat sempurna.

"Izaya-kun tenanglah." Disamping Izaya terdapat sosok berbaju khas dokter Shinra. Dia mencoba menenangkan Izaya.

"Bagaimana aku bisa tenang Shinra! Aku hamil! Dan aku ini laki-laki! Bagaimana bisa!" Izaya membombardir Shinra dengan banyak pertanyaan.

"Pasti ini gara-gara kau Shizu-chan!" pemuda manis itu menunjuk ehem kekasihnya.

Shizuo menyerngit."Apa maksudmu kutu!"

"Hei kalian jangan ribut, akan aku jelaskan, obat yang kau minum untuk mengembalikanmu menjadi ukuran semula itu mengandung senyawa yang dapat meningkatkan hormon, kerena dosis yang aku berikan mungkin terlalu kuat berbeda dengan obat Shizuo-kun dulu. karena hormon yang berlebihan itu, tubuhmu juga ikut bereaksi, sebenarnya aku ingin memberitahu hal penting ini sebelumnya tapi Shizuo-kun buru-buru mengajakmu pulang." Shinra menghembuskan nafas panjang."Bahwa sebenarnya setelah meminum obat itu tidak boleh terjadi kontak fisik ehem kalian tau 'kan?"

Semua yang berada dikamar Shizuo berwajah merah."Dan ini akibatnya."

"Protozoan idiot!" teriak Izaya.

Shizuo memalingkan wajahnya."Ma-mana aku tau kalau ini efeknya!"

Sedangkan satu-satunya gadis yang berada disitu memandang percekcokan Izaya dan Shizuo sebagai pemandangan yang indah. Matanya berbinar dan darah mulai mengalir dari hidungnya, sepertinya hayalan Erika sudah sampai langit ke tujuh. Dasar Fujoshi!

"Lalu kenapa ehem baru sekali ehem langsung jadi?" Sepertinya ada yang mulai tertarik dengan topik 'Kehamilan sang informan' ini, dialah Kadota atau sering dipanggil dengan Dotachin yang bertanya dengan semburat merah dikedua pipinya.

"Itu karena Shizuo-kun juga mengalami perubahan hormon meski tak sedrastis perubahan hormon Izaya-kun." Jelas sang dokter. Semua mengangguk faham minus Erika.

"Jadi sekarang diperut Izaya sudah ada janin yang berumur sekitar dua minggu." Si dokter kembali menjelaskan.

Saat semuanya terdiam tiba-tiba saja Erika yang tadinya sibuk dengan hayalannya mengagetkan orang-orang disana dengan jeritannya."Shinra-san! Sebaiknya kau buat banyak ramuan seperti itu agar semua uke bisa hamph!" ucapan Erika sontak membuat semua pria diruangan itu bersweatdrop ria. Untung Yumasaki dengan sigap membekap mulut gadis itu.

Shizuo sudah tak tahan lagi dengan tamu-tamu terutama Erika."Terima kasih pemberitahuanmu Shinra, dan sebaiknya kalian segera pulang, ada sedikit urusan yang harus aku selesaikan dengan Izaya." Ujar Shizuo dengan wajah yang dibuat sekalem mungkin.

"Jangan macam-macam dengan Izaiza loh Shizu-chan dia sedang mengandung." Ucap Erika dengan muka-muka layaknya ibu yang memperingatkan menantunya. Hal itu membuat wajah Izaya memerah dan membuat Shizuo kesal.

"Tak perlu ku antar sampai pintu 'kan?" aura Shizuo terlihat sangat gelap dan menakutkan. Untung reflek Kadota dan Shinra yang sangat cepat buru-buru mereka menarik teman-temannya untuk segera meninggalkan apartemen Shizuo.

Blam

Terdengar suara pintu tertutup itu berarti teman-temannya sudah meninggalkan apartemennya. Shizuo melirik kearah Izaya, pemuda manis itu mengembungkan pipinya."Ada apa?" sahut Izaya ketus

"Jadi bagaimana?" tanya Shizuo ragu.

Izaya mengernyitkan alisnya bingung."Bagaimana apanya?"

"Perutmu." Shizuo menahan malu saat menunjuk perut Izaya. Sang informan masih tak mengerti.

Shizuo menunduk tak berani menatap Izaya."Gezz, jangan kau gugurkan." Gumamnya pelan sangat pelan, tapi Izaya masih bisa mendengarnya.

Izaya tertegun."Mungkin aku masih belum menerima kehadirannya tapi tetap saja, dia anakku dan aku takkan menggugurkannya." Shizuo mendongak dilihatnya wajah teduh Izaya.

Hening selama beberapa saat.

.

.

.

"Lalu bagaimana dengan pekerjaanku? Apa gajimu sebagai penagih hutang yang sedikit itu cukup untuk kehidupan kita?"

"Ck! Gajiku memang sedikit apa itu masalah! Kau kan juga masih bisa bekerja kutu, jangan manja!"

"Mou Shizu-chan apa kau tau orang hamil itu tidak boleh melakukan hal yang menguras tenaga, itu akan berdampak buruk bagi bayi yang dikandung dan juga Shiki-san pasti takkan memperbolehkanku bekerja dalam kondisi yang tampak lemah seperti ini." Izaya memasang tampang anak anjing terbuang dan itu membuat Shizuo kesal.

"Bukannya pekerjaanmu hanya duduk didepan layar laptopmu huh! Dan juga Shiki tak akan tau karena kandunganmu sama sekali belum terlihat bodoh!"

"Shizu-chan jangan bicara kasar-kasar, aku tak mau bayiku terkontaminasi dengan kata-katamu itu."

Cukup sudah emosi Shizuo memuncak."Bayinya bahkan belum berwujud, dasar idiot!"

Detik kemudian ekspresi Izaya berubah sendu."..." pemuda raven itu menunduk dalam-dalam.

"Ku_I-izaya."

"Shizu-chan kata-katamu sungguh tak berperasaan! Meskipun janin dalam perutku belum berbentuk tetap saja dia calon anak kita."

Ini aneh mood Izaya berubah mendadak. Shizuo harus buru-buru menghubungi Shinra!

"Shi-shizu-chan jangan jahat begitu." Izaya menengadah. Air mata membasahi pipinya.

Shizuo menghela ini bagian dari fase kehamilan dia harus sabar. Didekatinya si pemuda ramping didepannya. Pria pirang itu memeluk tubuh yang bergetar itu erat."Maafkan aku ya?" Izaya mengangguk pelan.

TBC or The End?

Tak banyak cakap silahkan review :D