My Body

Cast :

Kim Jongin 'EXO'

Oh Sehun 'EXO'

Other

Genre : Romance, Mystery, Fantasi

Rated : T

Happy reading guys...

.

.

.

.

"Bagaimana ini?!"

Jongin mengitari kamar tidurnya sejak tadi, sejak beberapa waktu yang lalu setelah dia pulang bekerja. Wajah manis yang kini malah terlihat pucat dari biasanya, dengan mata yang terus saja menyiratkan sebuah rasa khawatir.

Dengan gelisah Jongin menggigit bibirnya dan kedua tangannya yang meremat erat ujung sweater yang ia kenakan.

"Ya Tuhan bagaimana ini?" Gumamnya pelan.

Gumaman yang terdengar sedikit bergetar dan terdapat rasa takut didalamnya.

"AKKHHH!" Pekiknya keras. Kemudian Jongin langsung berjongkok dengan kedua tangan yang meremas rambut panjangnya pelan. "Apa yang harus aku lakukan?!"

"Bagaimana kalau dia sampai tahu?"

"Bagaimana kalau semuanya terbongkar?" Jongin bermonolog sendiri.

"Ya Tuhan, aku harus bagaimana? Hikss.."

Tanpa sadar ketika dirinya bermonolog, air matanya menetes. Menunjukkan betapa frustasinya yeoja manis ini.

Ini semua bermula ketika beberapa waktu yang lalu, saat Jongin bertemu dengan sahabat lamanya., yang bernama Chen. Sahabat sekaligus orang yang sudah dia anggap seperti saudara kandungnya sendiri. Entah bagaimana caranya pemuda berbibir seksi itu bisa menebak dengan pasti bahwa dirinya adalah Jongin. Sedangkan tubuhnya jelas-jelas seperti yeoja. Dari ucapannya pun terdengar kalau dia sangat yakin. Dan inilah yang membuat Jongin menjadi frustasi setengah mati.

Dia ingat betul perkataan Luhan tempo itu.

"Bagaimana kalau semua terbongkar?"

Tubuh Jongin kembali bergetar dan nafasnya lagi-lagi memburu dengan sangat cepat. Otaknya terus berpikir keras untuk mencerna apa yang seharusnya dia lakukan?

"Haaiii~~"

Dan disaat dirinya sedang panik, tiba-tiba saja Jongin mendengar suara cempreng yang masuk ke indra pendengarannya. Dia langsung menatap yeoja cantik yang tak lain adalah Luhan yang sedang berdiri didepannya. Dengan refleks Jongin bangkit dari posisi jongkoknya, dia segera meraih tangan Luhan.

"Luhan.."

Luhan yang tak mengerti apa-apa, menjadi bingung sendiri dengan kelakukan Jongin. Apalagi Jongin dengan eratnya merengkuh kedua pergelangan tangannya.

"Wa-waeyo?" Tanya Luhan bingung.

"Luhan, ada satu hal yang ingin aku tanyakan?"

"Kenapa Jongin?"

Luhan menautkan kedua alisnya, menatap Jongin bingung. Bukan berarti Luhan adalah malaikat dia bisa tahu apa pun yang terjadi. Aniyo, dia tak sehebat itu. Dia hanya tahu situasi yang dia lihat dengan matanya sendiri. Dan untuk situasi sekarang jujur saja Luhan tidak tahu menahu, karna dia tak mungkin seterusnya mengikuti Jongin kemanapun dia pergi kan?

"Lu, jawab aku dengan jujur.."

"Kau kenapa sih Jong? Aneh sekali.." Luhan berkali-kali mengerjabkan matanya.

Jongin menatap dalam pada kedua mata Luhan, "A-apa jika ada seseorang yang mengetahui siapa diriku sebebenarnya, itu ar-artinya kalau a-a-aku akan ma-mati?"

"Ye?" Luhan menatap Jongin.

Mereka saling menatap satu sama lain. Yang satu dengan pandangan bingung, dan satunya lagi dengan pandangan penasaran.

"Benarkah Lu?" Jongin meminta kepastian jawaban dari Luhan.

"Jongin.."

Luhan menatap iba pada Jongin.

"Jawab aku Luhan, Benarkah?"

Luhan terdiam dan memejamkan matanya sejenak, namun tak lama matanya terbuka berbarengan dengan helaan nafas beratnya. Lalu menjawab, "Ne Jongin, kau akan ma-mati."

Hati Jongin mencelos seketika saat mendengar jawaban dari Luhan. Bahkan tanpa sadar dia melepaskan pegangan tangannya pada pergelangan tangan Luhan. Air mata Jongin begitu saja melesak keluar dari kedua mata beningnya. Jongin mendudukan tubuh yang entah kenapa sekarang terasa lemah pada ranjang kecil miliknya.

"Aku harus bagaimana?" Jongin kembali menjambak pelan rambut panjangnya.

Luhan menggigit bibir bawahnya dan menatap prihatin pada yeoja manis yang tengah frustasi itu. Luhan mendekati Jongin, duduk disebelah yeoja itu. Dan mengusap-usap lembut pundak Jongin, dia tidak tega sebenarnya, namun Jongin memang harus tahu kebenarannya.

"Sebenarnya apa yang terjadi Jongin?" Tanya Luhan yang penasaran apa yang sebenarnya terjadi.

Jongin menundukkan wajahnya, menakupkan wajahnya menggunakan kedua telapak tangannya. "Tadi aku bertemu dengan Chen hyung."

"Nugu?" Tanya Luhan.

"Chen hyung, dia adalah sahabat ku saat di sekolah dulu. Dia bahkan sudah aku anggap seperti kakak ku sendiri." Jawab Jongin.

"Lalu?"

"Tadi kami bertemu di cafe tempatku bekerja, dan dia mengenaliku sebagai Jongin."

"Mwoya?"

"Dia tahu kalau aku adalah Jongin, dia bahkan sangat yakin dan tidak ragu." Jawab Jongin.

Luhan menatap Jongin dengan dalam, "Jadi dia mengetahui kau Jongin bukan karna kau yang memberitahukan nya?"

"Tentu saja tidak, memangnya aku bodoh apa.." Jongin mencibir.

"Tsk! Jongin.." Luhan bangkit dari duduknya. Dia menatap Jongin tidak percaya, lalu menggeleng-gelengkan kepalanya. Jongin yang melihat itu jadi bingung dengan malaikat cantik ini.

"Waeyo?"

"Dasar bodoh.."

"Aww.." Pekikan kecil terdengar dari bibir tipis Jongin ketika dengan polosnya Luhan menyentil keningnya. "Sakit pbabo.. Apa-apain sihh.."

"Kenapa kau tidak bilang dari tadi, eoh? Membuatku panik saja.." Luhan kembali duduk disamping Jongin.

"Ye?" Jongin mengernyitkan keningnya. "Apa maksudmu?"

Luhan memutar pundak Jongin agar mereka bisa saling berhadapan."Dengarkan aku, Jongin. Kau akan mati jika kau sendiri yang membocorkan rahasiamu itu."

"Maksudnya? A-aku..."

"Ne.."

Jongin membulatkan matanya. "Jadi kalau orang itu mengetahui identitasku dengan sendirinya itu tidak masuk hitungan?" Yang hanya dijawab anggukan oleh Luhan. "Kenapa kau tak pernah memberitahukan padaku sebelumnya?"

"Kau sendiri tidak pernah bertanya.." Balas Luhan, dia bangkit dari duduknya.

"Bagaimana aku bisa tanya kalau aku sendiri tidak tahu?" Jongin menatap jengah pada malaikat cantik itu.

"Seharusnya kau lebih kreatif untuk bertanya." Jawab Luhan yang langsung mendapatkan tatapan sweetdrop dari Jongin.

Jongin membuang nafas kesalnya, 'Ternyata malaikat ada juga yang bodoh?' Bathinnya. Sudahlah toh berdebat dengan Luhan juga tak akan ada habisnya, malaikat ini bisa saja menjawab semua pertanyaannya.

"Lu..." Panggil Jongin.

Luhan yang sedang menyusuri ruangan ini menolehkan kepalanya saat Jongin memanggil namanya. "Waeyo?"

"Eumm.. Apa itu artinya aku boleh mengungkapkan jati diriku pada Chen hyung?" Tanya Jongin, dia menatap wajah Luhan dengan was-was.

Luhan balas menatap Jongin, kemudian tersenyum. "Tentu saja.." Jawabnya.

Jongin tersenyum mendengar jawaban Luhan, "Jinjjayo?"

Luhan kembali mengangguk dengan senyuman yang menghiasi wajah cantiknya. "Tapi.."

Jongin mengernyitkan kedua alisnya, "Tapi?" Mengulang ucapan Luhan.

"Hanya dia yang boleh tau, dia juga tidak boleh membocorkannya pada siapapun.." Lanjut Luhan.

"Maksudmu?"

"Kau boleh membongkar semuanya pada Chen karna sejak awal dia memang sudah tahu. Tapi jika si Chen itu juga membocorkan rahasiamu pada yang lain, itu berlaku untuk hidupmu." Jawab Luhan dengan wajah serius.

Jongin menelan saliva yang menyangkut ditenggorokannya. "Jadi Chen hyung juga harus menjaga rahasiaku." Tanya Jongin pelan-pelan.

"Ne.."

Jongin mengangguk, "Aku mengerti.."

.

.

.

Jongin kaget bukan main saat dia melihat seorang namja manis yang baru saja memasuki cafe tempatnya bekerja. Mata namja itu langsung menatap kearahnya saat pertama kali dia menemukan dirinya yang sedang berada tak jauh dari pintu cafe, yang memang dia sedang melap meja bulat disana.

Chen, namja manis itu berhenti melangkah yang tak jauh dari Jongin berdiri. Mereka saling menatap satu sama lainnya. Jongin lagi-lagi mengerjap-kerjapkan matanya, dia kembali merasa bingung harus melakukan apa ketika bertemu dengan pemuda manis ini lagi.

"Kau lagi.." Suara mengintrupsi mereka berdua yang sedang terbengong. Setelahnya dia melihat Namjoon dan Kyungsoo mendekat kearah mereka, lebih tepatnya kearah Chen.

"A-annyeonghaseo.." Chen membungkuk kikuk, ditambah dengan menggaruk tengkuknya bingung.

"Untuk apa kau kemari lagi?" Tanya Namjoon dengan nada yang sedikit aneh itu.

"Apa kau mau pinjam dongkrak lagi?" Timpal Kyungsoo.

Chen tersenyum gugup menanggapi pertanyaan dari para pegawai yang bekerja disini. Dia juga bingung harus menjawab apa, bahkan dia juga tidak tahu kenapa dirinya bisa kembali kesini lagi. Dia hanya mengikuti instingnya saja sihh.

Semua karyawan sekarang bahkan sudah berkumpul disini, termasuk Sehun si pemilik toko yang baru saja keluar dari dalam dapur. Dan itu semakin membuat Chen gugup bukan main, seakan-akan dirinya mau diintrogasi.

"Kau siapa?" Tanya Sehun seraya menatap Chen dengan pandangan tajamnya.

"A-aku eungg.. Aku_"

"Dia pacarku.."

Semua pasang mata disana membulat sempurna saat melihat Jongin yang langsung berlari kearah Chen, dan merangkul lengan pemuda manis itu.

"Ye?"

"Hehe.. Perkenalkan ini kekasihku.." Jongin ikut tersenyum kikuk sambil memperkenalkan Chen kepada semua sahabatnya itu.

"Apa katamu..?" Jin menatap aneh kearah Jongin.

Semua mata menatapnya tidak percaya, begitupun dengan Chen yang tidak mengerti dengan situasinya saat ini. Ditambah Jongin yang merangkul lengannya dengan erat, kemudian dia melihat Jongin tersenyum kearahnya seraya mendelikkan matanya, yahh semacam kode, begitulah.

"Ini Chen, kekasihku.." Ujar Jongin.

"Kai, bukankah waktu itu kau bilang kalau kau tidak mengenal namja ini?" Tanya Jin. Dia ingat betul kalau Kai pernah bilang padanya kalau dia tak mengenal namja manis ini.

"Ye?" Jongin meremat lengan kemeja yang digunakan oleh Chen. "Pa-pada saat itu, a-aku dan Chen o-op-oppa sedang bertengkar, eonni." Jawab Jongin dibarengi dengan senyuman khasnya. "Bu-bukankah setiap orang pacaran kalau bertengkar se-seperti itu? Iya kan, oppa?" Jongin menatap pada Chen yang masih tak mengubah tatapan bingungnya, meminta bantuan dari pemuda itu.

"Aahh.. Ne.." Chen mulai mengerti tatapan Jongin. "Kemarin kami sedang bertengkar, hanya pertengkaran biasa kok." Jawab Chen.

Jin, Kyungsoo, Namjoon, Jimin dan Sehun menatap pada Jongin dan Chen secara bergantian. "Ohh, yasudah kalau memang begitu." Ujar Jin.

"Ne, eonni.."

"Aku baru tahu Kai kalau kau punya kekasih?" Tanya Kyungsoo.

Jongin melirik pada Kyungsoo, dia menggigit bibir bawahnya saat Kyungsoo menatapnya. Ada rasa kesal pada diri Jongin ketika harus membuat Kyungsoo berpikiran dirinya sudah punya kekasih.

"Hehehe.. Iya eonni, aku dan Chen oppa juga baru beberapa bulan ini berpacaran. Heheh.." Jawab Jongin dengan masih setia menunjukkan cengirannya.

"Yasudah, ayo kita kembali bekerja lagi.. Sebentar lagi waktunya cafe untuk buka." Ucapan Sehun meng-intrupsi kegiatan mereka. Dan langsung membuat mereka semua bubar barisan, dan kembali pada kegiatannya masing-masing.

Sehun sendiri pun sudah berniat ingin kembali kekantornya dari pada berlama-lama dibawah sini bersama dengan Kai dan kekasihnya. Entah kenapa ada rasa kesal yang menghinggap didada sebelah kirinya. Tapi dia juga tidak tahu apa itu.

"Bos?" Baru saja Sehun ingin melangkah naik ketangga namun langkahnya terhenti saat Jongin memanggilnya. Dia kemudian menolehkan kepalanya kearah Jongin. "Eumm.. Aku ingin ijin keluar sebentar, boleh?" Ucap Jongin.

Sehun memicingkan matanya, "Mwo?"

"Eumm.. Aku ingin keluar sebentar boleh tidak?"

"Kenapa?"

"Eungg.. Ada yang harus aku bicarakan dengan Chen oppa.."

"Tidak! Cafe sebentar lagi akan buka.." Tolak Sehun.

"Hanya sebentar saja bos, sungguh tidak akan lama kok.. Aku janji.." Jongin mendekat pada Sehun. Kedua telapak tangannya disatukan dan membuat pose memohon didepan Sehun. "Please boss.."

"Aku bilang tidak!" Ujar Sehun yang keukeuh.

"Ayolahh bos, aku janji kok hanya sebentar saja.. Setelah itu aku akan langsung kembali dan langsung menyelesaikan pekerjaanku. Boleh yahh bosss.." Jongin bahkan menggenggam tangan kiri Sehun, bermaksud agar Sehun memberikan ijin padanya.

"Sudahlah Hun, biarkan saja Jongin menyelesaikan urusannya dulu." Ujar Jin yang mencoba membantu Jongin menghadapi Sehun.

Sehun menatap Jin yang sedang berdiri dibelakang meja kasir. "Tapi kau janji yahh Kai, hanya pergi sebentar?" Lanjut Jin.

"Aku janji eonni, aku pergi tidak akan lama kok. Sungguh.." Jawab Jongin langsung.

"Yasudah pergilah.." Ucap Jin.

"Yeee.. Gomawo eonni.. Aku mencintaimu.." Jongin memberikan BlowKiss kearah Jin. "Aku juga mencintaimu Bos.." Ujarnya pada Sehun.

Jongin pun segera menarik tangan Chen dan berlari keluar dari dalam cafe.

Sehun menatap kesal pada Jin. "Noonaaaa.."

"Sudahlah Hun, dia hanya pergi sebentar. Lagipula setiap pagi kan cafe tidak terlalu ramai jadi bisa dihandle dengan Kyungsoo dan Jimin. Kau jangan berlebihan begitu." Yang malah diberikan ceramah oleh Jin.

"Iisshh!" Dengan kesal Sehun menaiki tangga dan menuju ke ruangannya.

.

.

.

Jongin dan Chan saling berdiam sejak 5 menit yang lalu, sejak pertama kali mereka sampai di taman yang tak jauh dari cafe. Mereka hanya terduduk bersampingan disebuah kursi besi yang ada ditaman ini. Jongin sendiri bingung harus memulai dari mana, jujur saja dia jadi merasa kikuk dengan sahabatnya ini. Meskipun dulu mereka sangat dekat tapi kali ini ceritanya lain.

"Ekhemm!" Jongin menolehkan kepalanya kaget akibat mendengar deheman lembut yang –sengaja- Chen keluarkan. "Jadi benar?" Tanya Chen.

"Mwo?" Jongin mengernyitkan alisnya.

"Kau adalah Jongin? Benarkan?" Tebak Chen yang kini sedang membalas menatap Jongin.

Jongin pun tersentak dan cepat-cepat mengalihkan pandangannya dari Chen, dia menelan salivanya yang entah kenapa terasa kering. Sebelum akhirnya dia menjawab Chen. "N-ne.. Kau benar."

"Ck! Aku sudah menebaknya.."

Jongin tersenyum, kemudian kembali menatap Chen, dia memegang pundak Chen agar pemuda manis itu menatapnya. "Bagaimana kau bisa tahu?" Tanya Jongin.

"Eh?" Chen mengerdip-kerdipkan matanya.

"Bagaimana kau bisa yakin kalau aku adalah Jongin? Padahal jelas-jelas kau melihatku adalah seorang perempuan?" Jujur saja, dia memang penasaran bagaimana Chen bisa benar-benar yakin kalau dirinya adalah Jongin?

Chen memandang Jongin, kemudian tersenyum. Dia melepaskan tangan Jongin dari pundaknya dan kembali menatap kearah lurus kedepan. "Aura.." Ucapnya.

"Ye? A-aura?"

"Eumm.. Kau tahukan sejak dulu aku bisa membaca aura seseorang?"

"Iya, tapi ba-bagaimana bisa?" Jongin semakin penasaran.

"Setiap orang memiliki aura yang berbeda-beda. Tapi saat pertama kali aku melihatmu aku merasa kalau aura mu dan Jongin benar-benar mirip."Jawab Chen.

"Tapi bisa sajakan kalau itu hanya mirip?" Tanya Jongin.

"Aniyo.. Semua orang punya aura yang berbeda, bahkan anak kembar pun tidak memiliki aura yang sama."

"Hanya itu?"

"Awalnya aku juga ragu kalau kau itu Jongin, sampai aku berpikir kalau itu mungkin hanya sekedar mirip. Tapi saat aku bertanya pada ayahku, dia bilang kalau tidak ada yang seperti itu. Hanya ada 1 aura untuk satu orang, meskipun warna aura mereka sama tapi memiliki rasa yang berbeda." Jelas Chen seraya menengadahkan kepalanya seolah tengah menikmati udara sejuk pagi hari ini.

"Ohh.. Begitu.. Kau hebat sekali, hyung." Jongin mengangguk paham dengan penjelasan dari sahabat lamanya ini. Dia sekarang mengakui kalau itu sangat hebat, padahal dulu dia selalu mengolok Chen kalau dia mulai membaca aura dari teman-teman sekolahnya.

"Lalu bagaimana kau bisa seperti ini? Bukankah kau sudah..." Chen menggantung kalimatnya saat mata mereka saling bertemu.

Jongin tersenyum kecut. "Kau benar, aku memang sudah mati. Tapi arwahku menjadi gentayangan."

"Arwah?" Chen berpikir bingung.

"ne, arwah.. Dulu setelah meninggal aku adalah arwah, sampai akhirnya aku bertemu dengan perempuan yang menawarkanku untuk kembali kedunia." –Jongin-

"Perempuan?"

"Hyung, aku tidak bisa menjelaskan semuanya padamu. Lagipula ceritanya sangat rumit kalau aku ceritakan semuanya padamu hyung. Intinya saat ini aku kembali menjadi seorang manusia dengan sebuah misi yang harus aku selesaikan." Ucap Jongin. Dia tidak ingin membuang-buang waktu untuk menjelaskan kronologi yang terjadi padanya bisa sampai pada saat ini. Itu memusingkan!

"Misi?"

"Eomma dan appa.." Jawab Jongin.

Chen mengernyitkan kedua laisnya. "Eomma dan appa?"

"Ne, aku harus membuat eomma dan appa kembali menjadi seperti dulu. Aku harus meminta maaf kepada mereka dan membuat mereka bahagia seperti dulu lagi, hyung."

Chen mengangguk-anggukan kepalanya. "Apa kau sudah pernah bertemu dangan eomma dan appa?" Tanya Chen.

"Aku pernah bertemu dengan eomma.." Jawab Jongin.

"Lalu? Apa dia tidak mengenalimu?"

"Aniya.. Awalnya eomma mengenalku tapi aku berusaha menyembunyikan idenititasku." Jawabnya.

"Kenapa kau tidak langsung memberitahukannya pada mereka?" Tanya Chen.

"Aku tidak bisa, hyung." _Jongin-

"Waeyo?" –Chen-

"Jika aku membocorkan identitasku pada mereka atau kepada semua orang, aku bisa mati dua kali dan menjadi arwah selamanya, hyung." Jawab Jongin.

"Ahh.. Aku mengerti, seperti drama-drama saja.."Celetuk Chen. "Kau tahu? Semenjak kematianmu, eomma dan appa menjalani hidup yang sangat sulit."

Jongin menatap Chen saat pemuda itu mulai menceritakan kedua orang tuanya.

"Eomma, dia selalu menangis didalam kamarmu sambil memeluk pakaian atau bantal milikmu. Bahkan terkadang dia menangis histeris. Sedangkan appa, dia sekarang lebih sering pulang malam, bahkan tak jarang dia tidak pulang." Ucap Chen.

"Waeyo?"

"Karna setiap mereka bertemu yang ada pasti mereka akan bertengkar. Appa sama sekali tidak menyukai eomma selalu menangisimu, jadi appa selalu memarahi eomma." Jawab Chen.

Jongin merasakan nyeri didadanya saat Chen menceritakan keadaan keluarganya sekarang. Dan jujur saja itu semakin membuatnya merasa bersalah dan menyesal. Dia sama sekali tidak menyangka kalau eomma dan appa nya akan hidup seperti ini. Dan tanpa disadari oleh Jongin, kini kedua matanya telah melahirkan tetesan-tetesan air mata yang jatuh begitu saja dari kedua mata beningnya.

"Eomma.. Appa.. Hikksss..." Jongin meremat ujung seragam cafe-nya.

Chen yang melihat itu pun merasa iba, dia membawa tubuh Jongin kedalam pelukannya, yang langsung dibalas oleh yeoja manis itu. "Uljima.." Chen mencoba menenangkan sahabat baiknya ini. Mengusap-usap punggung sempit Jongin. Dan membisikan kalimat penenang juga.

"Hiksss.. Eomma.. Appa hikkksss.." Jongin meredam suara tangisannya menggunakan pundak Chen. "Hikkss.."

"Uljima.." Bahkan Chen juga merasakan kalau air matanya juga ikut berlomba untuk keluar, hingga dia juga tidak bisa menahanya, dan membiarkan tetesan itu membasahi pipinya.

"Hiikksss hiiksss.." Jongin semakin histeris, sebenarnya bahkan dia ingin sekali berteriak namun dia urungkan karena dia masih waras untuk tidak melakukan itu ditempat umum seperti ini. Dia hanya bisa menahan suaranya yang tercekat ditenggorokan dan meremat kemeja belakang Chen dengan erat.

Chen sengaja membiarkan Jongin menangis dipundaknya, mungkin dengan begitu bisa membuat Jongin merasa lebih baik. Dia mengerti bahwa ini terlalu sulit untuk dijalani oleh seorang Kim Jongin, pemuda kaya dan manja sepertinya. Ini terlalu sulit untuknya.

Beberapa menit pun mereka habiskan dengan posisi yang sama, sampai pada akhirnya suara isakan Jongin memelan dan berhenti secara perlahan. Dia melepaskan pelukan pada Chen, dan menghapus aliran air mata yang membasahi wajahnya.

"Lihat, bajuku sampai basah.." Goda Chen ketika melihat pakaiannya basah akibat air mata Jongin. Dan membuat Jongin melirik pada kemeja Chen.

"Mianhae, hyung.." Ujarnya dengan rasa menyesal.

"Gwaenchanayo, Jongin-ah.. Yang penting apa sekarang kau sudah merasa baikan?" Tanya Chen perhatian.

"Gomawo hyung, aku jadi merasa lebih baik dari sebelumnya.." Ucap Jongin tulus. Dia memang merasa sebagaian beban dikepalanya sdikit berkurang.

"Ne, gwaenchana.." Chen tersenyum seraya merapihkan rambut Jongin yang berantakan.

"Hyung, aku harus melakukan apa?" Tanya Jongin serius pada Chen.

Chen balas memandang Jongin, dia juga bingung harus bagaimana? "Aku juga tidak tahu harus bagaimana, Jongin-ah."

"Kau harus membantuku, hyung.."

"Bagaimana caranya?" Tanya Chen bingung.

"Aku juga tidak tahu.." Jongin menundukkan kepalanya, dia sendiri juga tidak tahu harus melakukan apa untuk misinya ini.

"Bagaimana kalau aku saja yang memberitahukan pada mereka?" Tanya Chen.

"Itu juga tidak bisa, tidak boleh ada yang sengaja memberitahukannya, hyung." Jawab Jongin.

"Ssshh! Lalu bagaimana lagi?"

Mereka sama-sama terdiam, sibuk berpikir untuk memikirkan jalan keluar dari semua kebingungan ini.

"Aku tahu, hyung.." Tiba-tiba saja Jongin menyeletuk dan membuat Chen kaget.

"Bagaimana?"

"Kau bisa membawa ku kerumah dan memperkenalkanku sebagai kekasihmu."

"Ye?" Chen mengernyitkan alisnya.

"Hanya itu satu-satunya cara hyung.. Supaya aku bisa beralasan untuk menemui mereka karena kau sudah dianggap anak sendiri oleh mereka." Ujar Jongin.

"Tapi aku sudah punya kekasih, bagaimana mungkin?" Chen menggeleng-gelengkan kepalanya.

'Tuk'

"Aww.." Chen mengelus keningnya yang disentil sayang oleh Jongin. "Sakit bodoh.."

"Kau yang bodoh.. Ini kan hanya pura-pura.. Aku juga tidak mau menjadi kekasih orang idiot sepertimu." Ucap Jongin sadis.

"Tsk!"

"Bagaimana? Hanya itu yang bisa dilakukan untuk sekarang ini hyung."

Chen terlihat berpikir mencermati ucapan dari Jongin. Mungkin hanya ini yang bisa dia bantu untuk teman kesayangannya ini. Dia juga tidak tega melihat Jongin menderita sendirian seperti ini. Dan sepertinya dia memang harus membantu.

"Baiklah, aku setuju.."

.

.

.

Hingga disinilah mereka sekarang, didepan sebuah rumah yang dapat dikatakan mewah itu. Chen dan Jongin baru saja keluar dari dalam mobil berwarna hitam metalik milik pemuda manis itu. Dan mereka beriringan mendekati pintu rumah. Tak lupa Chen memencet bell yang berada disamping gerbang itu.

"Apa kau gugup?" Tanya Chen yang melihat Jongin meremat sweater yang digunakan yeoja ini.

"Tentu saja aku gugup.. Sangat gugup malahan." Jawab Jongin.

"Tenanglah, kau harus tenang Jongin. Kalau tidak mereka akan curiga padamu." Chen mencoba memperingati Jongin untuk tenang.

Jongin membuang nafas beratnya, dan menelan saliva yang menyangkut dikerongkongannya. Sebelum pintu gerbang terbuka dan memperlihatkan seorang yeoja setengah baya yang keluar dari dalam.

"Annyeonghaseo.." Sapa Chen ramah diikuti oleh Jongin, dan dibalas oleh pembantu rumah tangga ini.

Sang yeoja paruh baya tersenyum kearah Jongin, "Kau datang?" Tanyanya pada Jongin. Yup! Ini memang bukan pertama kalinya mereka bertemu, saat Kai pertama kali memasuki rumah ini pun dia sudah disambut oleh tatapan kaget dari yeoja tua ini.

"Annyeonghaseo bibi.." Sapa Jongin.

"Ne, Tuan Chen dan Ny. Kai silahkan masuk.." Bibi membukakan pintu gerbang untuk mereka. Dan mereka pun mengikuti dibelakang Bibi memasuki rumah mewah ini.

"Bagaimana keadaan eomma dan appa?" Tanya Chen.

"Tuan besar ada dirumah.." Jawab Bibi.

"Ye? Dirumah? Apa mereka_"

"Ne, sejak tadi mereka sudah adu mulut, Tuan." Jawab Bibi.

"Astaga.."

Dan membuat Chen juga Jongin segera berlari masuk kedalam rumah dan langsung melangkahkan kaki mereka dengan cepat menuju kamar Jongin. Selalu seperti ini kalau Mr. Kim pulang kerumah, dia akan memarahi Mrs. Kim yang sedang menangis histeris.

"SUDAH KUBILANG HENTIKAAANN!"

Mereka bahkan bisa mendengar suara bentakan keras dari tangga, dan itu semakin membuat mereka berlari cepat. Dan segera masuk kedalam kamar Jongin yang dijadikan tempat 'peperangan' itu.

"Eomma! Appa!" Chen langsung melabrak tempat itu.

Nafas mereka memburu akibat berlari dengan sangat cepat, ditambah dengan saat ini melihat Mrs. Kim yang tengah terisak diatas ranjang Jongin dan Mr. Kim yang berdiri tak jauh dari sana yang sedang memegang sebuah guling, guling milik Jongin.

"Chen.."

Mr. Kim dan Mrs. Kim kaget akan kehadiran mereka yang tiba-tiba saja masuk kedalam kamar ini. Terutama saat mereka melihat kearah Jongin yang berada tepat dibelakang Chen, tubuh Jongin bergetar hebat melihat langsung kondisi orang tuanya saat ini. Jongin tak habis pikir kalau eomma dan appa nya bisa sefrustasi ini.

"Jo-Jong-in..." Mata Jongin menangkap tatapan Mr. Kim. Laki-laki tua itu menjatuhkan bantal guling yang sejak tadi dia pegang, kemudian berjalan mendekati Jongin yang masih setia berdiri ditempatnya.

Jongin mencoba menahan air matanya agar tidak keluar, dia harus tenang agar semuanya berjalan dengan lancar.

"Jongin!" Dan setelahnya Jongin dapat merasakan kalau tubuhnya langsung direngkuh oleh ayahnya. Jongin membalas pelukan ayahnya, merasakan kehangatan yang sudah lama hilang.

Mrs. Kim ikut mendekat pada Jongin, namun yeoja setengah baya itu tidak ikut bergabung dalam acara pelukan ini, dia hanya berdiri tidak jauh dari mereka. "Dia Kai." Ucapnya.

Dan dapat didengar oleh Mr. Kim, sehingga membuat pria tua itu melepaskan pelukannya. Kemudan menatap sang istri yang berdiri dibelakangnya.

"Dia bukan Jongin, tapi Kai.." Ujarnya.

"K-Kai?"

"N-ne, appa.. Ini adalah Kai, kekasihku.." Jawab Chen, dia gugup sebenarnya.

Mrs. Kim bergantian memeluk tubuh jangkung Jongin. "Kai, aku merindukanmuu.." Ucap Mrs. Kim.

"N-nado Nyonya.. Aku juga merindukanmu.." Jongin membalas pelukan hangat dari ibu yang dia rindukan ini. Akhirnya dia bisa merasakan kembali pelukan hangat dari kedua orang tuanya.

"Kau kemana saja, Kai?"

"Mianhae Nyonya, belakangan ini aku sibuk bekerja.." Jawab Jongin. Mereka seolah-olah tak ingin melepaskan pelukan mereka masing-masing.

Jongin melepaskan pelukan ibunya, kemudian menatap wajah yeoja berumur tua itu. Dia tersenyum ketika mwlihat wajah ibunya yang dibasahi oleh air matanya sendiri. Refleks, Jongin melap sisa air mata yang masih ada diwajah ibunya.

Lalu Jongin menatap Chen yang tersenyum kearahnya dan menganggukan kepalanya kemudian. Jongin mengerti kalau itu sebagai tanda Chen agar dia memulai berbicara dengan ibunya, Jongin membalas mengangguk.

"Nyonya, ayo kita ke taman belakang.." Ucap Jongin lembut.

Dia membawa Mrs. Kim keluar dari kamarnya, meninggalkan Chen bersama dengan ayahnya..

.

.

.

T
B
C

.

.

.

Akhirnya chapter ini selesai juga.. sempet stuck untuk idenya, bingung untuk ide chapter ini..

Jadi maaf kalo chap ini agak ngebosenin, dan boring banget...

#bow

Maaf yahh reader-deul..

Untuk chap ini emang gak ada HunKai momentnya, tapi di chap inikan masalah Jongin n orangtunya udah selesai, jadi untuk chap depan gue usahain HunKai momentnya diperbanyak.. Dan karna masalahnya udah selesai otomatis FF ini juga bakalan selesai.. hehehe..

Jdi sekali lagi maaf yahh yang gak puas sama FF gue ini.. #bow

Mohon RnR nya, terutama Review yang positif..

Thankyu :*