Uwaa... sebelumnya saya mau minta maaf karna hiatus terlalu lama T_T., kebetulan akhir2 ini sibuk banget sama kegiatan kampus, komunitas, dang Ngurusin Ujian :o
tapi Puji Tuhan sekarang udah selesai dan saya udah liburan, jadi bisa rajin2 ngetik fanficnya ^^
sekali lagi mohon maaf atas keterlambatannya, dan selamat membaca :)
- Rose -


Years of Memories

A Kuroko no Basket Fanfiction.

synopsis:
Akashi Soujiro kehilangan sosok Kuroko Tetsuya yang sangat dicintai tanpa mengetahui satupun alasan mengapa pemuda itu meninggalkannya. 5 tahun setelahnya, Akashi dikejutkan oleh pertemuannya dengan seorang anak berparas duplikat dirinya, dengan bola mata heterokrom merah menyala dan biru langit serta Kuroko Tetsuya yang dipanggil "okaa-san" berada disampingnya. YAOI, M-Preg, RnR please.

Kuroko no basket adalah milik Tadatoshi Fujimaki.


Chapter 4

Sepasang iris beda warna itu masih menatap ke depan, bertemu dengan sepasang iris lain dengan warna langit yang balik menatapnya. Ada sepercik kecemasan bisa terbaca disana. Dengan jantung yang berdetak lebih cepat dua kali dari biasanya, sang pemuda bermanik ganda perlahan maju, berusaha mendekati sosok mungil dengan mata secerah langit tadi.

"Tetsu—"

"Terima kasih sudah mengantarkan Seiichiya..." Kuroko Tetsuya, sosok yang didekati, berujar pelan sekaligus dingin sembari menunduk hormat. "Kami permisi.." lanjut pemuda itu sambil menggenggam tangan mungil putra semata wayangnya dan berjalan pergi. Pemuda di depannya hanya bisa menatapnya kaget, namun refleks menahan tangan lain Kurokoyang tak memegang apapun.

"Tetsuya aku—"

"Akashi-kun." Kuroko mengentikan langkahnya. "Tolong lepaskan aku.."

"Tidak sampai kau menjelaskan padaku apa yang terjadi."

"Tidak ada yang perlu dijelaskan." Kuroko memiringkan sedikit tubuhnya. Ujung matanya menatap Akashi dingin. "Kau menemukan putraku dan aku sudah berterima kasih, bukankah itu sudah cukup?"

"Putramu...Seiichiya?" Akashi merasakan sedikit perasaan tidak nyaman merasuki batinnya. Pemuda itu kembali mengaingat cerita seiichiya tadi tentang sang ibu, dan bagaimana anak itu menghambur ke pelukan Kuroko sambil memanggilnya okaa-san. Dan yang membuat pemilik surai scarlet itu makin disonan adalah siapa ayah dari Seiichiya, ayah sang anak yang berwajah kembar dengannya. Apakah mungkin ayah yang katanya tidak dimiliki oleh Seiichiya tersebut adalah...dirinya?

"Katakan padaku siapa ayahnya." Manik ganda Akashi balas menatap Kuroko tajam. Nada bicaranya absolut. Kuroko masih tak melepaskan lirikan dinginnya ke wajah pemuda itu.

"Bukan urusanmu." Jawabnya singkat sebelum melepaskan tangan kirinya dari rangkulan Akashi yang tiba-tiba melemah. "aku permisi." Pemuda itu memalingkan tubuhnya sempurna, rangkulannya ke jemari kecil seiichiya dipererat sebelum melangkah meninggalkan pemuda surai merah tadi. Akashi membeku ditempat. Tidak disangkanya balasan seperti barusan yang akan diterimanya dari bibir manis kuroko. Akashi tidak kenal orang ini. Tetsuyanya tidak pernah sedingin ini. Lalu kenapa? Kenapa 5 tahun tak bertemu membuatnya berubah setotal ini? Dan lagi seiichiya...kemiripan anak itu dengan dirinya membuat Akashi sedikit tersentak. Sekali lagi pertanyaan yang sama seperti beberapa saat lalu melintas dalam pikirannya.

'apakah ia adalah ayah dari anak itu? Apakah sebelum kuroko menghilang, pemuda itu tengah mengandung darah dagingnya?'

Pertanyaan Akashi tertinggal tak terjawab, karena ketika ia sadar dari lamunannya, tidak dilihatnya lagi surai biru dan merah tadi.

XXX

Midorima Shintarou hanya menatap datar sesosok manusia bersurai merah didepannya yang kini sedang dalam mode terlangkahnya—gelisah. Seumur-umur Midorima baru beberapa kali melihat sang ex kapten klub basket semasa SMAnya tersebut nampak berekspresi seperti itu. Pemuda yang ditatap sendiri hanya melirik shintarou sekilas sebelum menyeruput black coffe yang barusan dipesannya.

"Aku bertemu Tetsuya..."

Midorima bisa merasakan kacamatanya nyaris retak ketika kalimat tadi dilontarkan sang kapten. Pemuda 23 tahun bergelar dokter bedah utama Midorima Hospital cabang Tokyo itu membelalakan matanya heran sebelum membalas kalimat singkat lawan baicaranya tadi pelan.

"Kau bertemu Kuroko?" lebih tepatnya mengulang. Akashi menghela nafas pendek.

"Dan dia bersama seorang anak kecil, putranya." Akashi meletakan cangkir kopinya pelan-pelan di meja. "Anak itu mirip denganku..."

Kedua mata hijau terang Midorima mengikuti gerakan tangan Akashi sembari pikirannya melayang ke kejadian beberapa tahun lalu. Midorima tahu, ia tidak bisa menyembunyikannya terus. Fakta bahwa ternyata maniak Oha-asa itu tahu nyaris setiap hal yang tidak di ketahui Akashi mengenai mantan kekasihnya Kuroko Tetsuya, serta putranya semata wayang, Kuroko Seiichiya.

flashback

Pemuda 18 tahun bersurai 'go green' itu memandang sekeliling. Wajahnya memang terlihat tidak menampakan ekspresi khusus, namun mata-mata yang jeli dapat menangkap dengan jelas antusiasme yang dipancarkan kedua bola mata hijau kembarnya. Tak terkecuali pria paruh baya di sampingnya yang juga memiliki surai senada dengan pemuda tersebut. Midorima Kenji, ayahanda dari Midorima Shintarou tersenyum tipis melihat putranya memiliki ketertarikan khusus terhadap bidang yang digelutinya, yakni kesehatan. Menyadari Shintarou juga memiliki bakat dalam bidang ini, sejak dini kenji telah mengajak sang puta sulung untuk ikut bersamanya menjelajahi beberapa rumah sakit miliknya yang tersebar di beberapa daerah di Jepang. Dan kali ini kunjungan ayah-anak itu jatuh ke salah satu cabang rumah sakitnya di Osaka.

"Sensei, tolong..." salah satu perawat tiba-tiba berlari mendekati Midorima Kenji. Pria paruh baya tersebut sudah dikenal hampir di seluruh rumah sakit miliknya sebagai dokter ahli kandungan yang terpercaya. Tentu saja perawat tadi—yang ternyata tengah menangani sebuah proses kelahiran yang sulit secepat mungkin meminta bantuan pada sang Midorima sensei yang diketahui akan berkunjung hari ini.

Midorima Kenji segera berlari mengikuti sang perawat setelah sebelumnya mendengarkan penjelasan tentang salah satu pasien yang ditangani. Shintarou yang tidak tau harus berbuat apa hanya bisa mengikuti sang ayah. Tak berapa lama, sampailah ketiganya di ruang bersalin 114. Kenji secepat mungkin menggunakan sarung tangan dan masker sebelum bergerak menuju pasien yang nampak sangat kesakitan di ranjang. Shintarou diam-diam mengintip dari kaca di balik pintu, berniat mengamati kerja sang ayah. Namun seketika matanya terbelalak. Bukan karena kaget melihat sang ayah, namun karena si pasien yang nampak begitu kesakitan didalam ternyata adalah salah satu orang yang paling dikenalnya.

"Ku-Kuroko?" gumamnya tak percaya.

"Kuroko-kun, dorong terus..." terdengar suara ayahnya dari dalam. Shintarou tetap mengamati sang pemuda bersurai biru yang terus berusaha keras mengikuti arahan sang dokter, namun tetap saja kesulitan. Shintarou makin di buat shock ketika tiba-tiba saja melihat tubuh Kuroko melemah dan sudah tidak bisa lagi mendorong, teriakan pemuda itupun tak terdengar lagi.

"Pasien sudah tidak kuat, persiapkan operasi secepatnya..."

. . .

Kuroko membuka matanya pelan. Semerbak bau obat khas rumah sakit tercium seketika. Bola matanya yang sebiru laut bergulir, melirik ke sekelilingin ruangan. Napasnya seolah terhenti sesaat ketika menemukan seseorang di sampingnya.

"Kau sudah sadar..." sosok itu menaikan kacamatanya yang sedikit melorot sebelum menatap kedua manik mata kuroko. "Aku menggantikan ibumu sementara untuk mengawasimu nodayo.."

"Midorima-kun..." Kuroko berbicara sangat pelan, nyaris berbisik."Bayiku..."

"Bayimu baik-baik saja nanodayo. Sekarang ia ada di ruang bayi. Ah, dan dia laki-laki..."

Kuroko tersenyum tipis mendengar jawaban Midorima. Pemuda bersurai hijau itu menarik nafas pelan.

"kenapa kau pergi Kuroko?" tanyanya. "Bayi itu anakmu dengan Akashi kan? Kenapa kau meninggalkannya nanodayo?."

Kuroko menggigit bibirnya pelan. " Sebelumnya aku minta maaf Midorima-kun... tapi aku merasa tidak harus menjawab pertanyaanmu yang terakhir.." Kuroko kembali tersenyum. "Tapi kau benar, Akashi adalah ayah dari bayiku..."

Midorima hanya menatap kuroko yang kini telah memalingkan wajahnya ke arah jendela. Tirai masih tertutup, namun pandangan pemuda itu seolah bisa menembus tirai tadi.

"Aku punya alasan sendiri kenapa harus melakukan hal ini..." bola mata biru cemerlangnya kembali digulir ke arah Midorima.

"Akashi berusaha kelas selama ini untuk mencarimu nanodayo."

Kuroko mengangguk pelan. "Aku tidak bisa bersama Akashi-kun lagi."

"Kenapa nodayo?"

"Karena... aku tidak ingin." Jawaban Kuroko singkat dan dingin. "Dan tentang kejadian ini, aku dan bayiku, hanya kau yang tahu Midorima-kun." lanjut pemuda bersurai langit itu lagi. Ada ketegasan dalam nada bicaranya meskipun bervolume kecil. Seolah Kuroko ingin menegaskan bahwa tidak boleh ada satu orangpun yang tahu mengenai keadaannya sekarang kecuali Midorima yang memang telah menangkap basah pemuda tersebut.

Midorima kembali menghela nafas berat. "Kau tahu aku tidak bisa menyembunyikan apapun dari Takao nodayo..."

Bayangan pemuda super heboh berambut raven yang adalah kekasih Midorima itu kemudian muncul dalam benak Kuroko. Meskipun ribut, Takao Kazunari adalah salah satu sahabat yang dekat dengannya dan Kuroko tahu bahwa pemuda tersebut akan menyimpan rahasianya sebisa mungkin, seperti ia mempercayai Midorima. "..dan Takao-kun, kalian berdua." Kuroko tersenyum kecil. "Arigatou, Midorima-kun..."

Flashback end.

"Lalu..." tangan Midorima bergerak ke saku jasnya, mengambil sebuah gantungan kunci bentuk wortel yang merupakan lucky itemnya hari ini. Matanya terus mengikuti pergerakan Akashi. "Apa yang akan kau lakukan nodayo?"

Akashi mengangkat kepalanya. Bola matanya yang berbeda warna terlihat berkilat. "Bukankah sudah jelas? Aku akan mendapatkan Tetsuya kembali..."

/TBC/