Chapter 6

Cast:

Choi Siwon

Cho Kyuhyun

Park Jungsoo

Shim Changmin

Jung Yunho

Kim Heechul

Kim Eunwoo a.k.a Stella Kim (eh bener gak sih?)

Others , dan mohon untuk tidak berkebaratan jika ada cast yang dibuat dengan karakter tidak menyenangkan (Pisss...)

Yaoi, Saeguk amatiran, jika ada kesalahan dalam hal sejarah dan budaya mutlak keterbatasan saya.

Disclaimer: Seperti FF pada umumnya, semua nama yang ada disini hanya pinjaman, karena pemilik nama yang sebenarnya adalah milik mereka sendiri, Tuhan dan keluarganya.

Wonkyu fanfiction, just a fanfiction so...enjoy!

Merasa gak berkenan, tidak perlu dibaca. Kritik dalam bentuk apapun diterima asal sopan dan menjaga kenyamanan semua orang.

Typo(s) pasti bertebaran meski sudah diedit, mianhamnidaaaaa...

LIKE THE WIND

Park Jungsoo memijit keningnya pelan, dia benar-benar dibuat pusing dengan prilaku yang diperlihatkan atasan sekaligus keponakannya, Choi Siwon. Siwon yang entah kenapa menjadi sering menghabiskan malam di Ojiman, Siwon yang pernah menghilang seharian tanpa kabar, Siwon yang mengejutkannya karena membawa pergi seorang Gisaeng Ojiman keluar Wonju, dan sekarang? Siwon membawa pulang seorang Gisaeng ke kediamannya dini hari tadi. Bukankah itu cukup memusingkan?

Dia tidak tahu apa yang terjadi pada keponakannya, bukankah Siwon dikenal sebagai putra Menteri Kehakiman yang paling baik perangainya diantara jajaran putra bangsawan ternama di negeri ini? Meskipun harus diakuai kinerja hakim muda itu patut diacungkan jempol ketika menyelesaikan berbagai permasalahan hukum Wonju.

"Eheum.."

Sebuah suara mengagetkannya, dia tersenyum lalu membungkuk ke arah pemuda yang baru saja menjadi inti pemikirannya.

"Maaf atas ketidaksopananku Paman, aku sungguh tidak mempercayai orang lain selain Paman. Seperti yang kau tahu, ini terlalu berisiko jika diketahui orang lain."

Park Jungsoo mengulas senyum, matanya menyipit memperhatikan raut muka keponakannya yang terlihat sedikit salah tingkah.

"Tidak apa Tuan, hanya saja saya sedikit terkejut ketika melihat ada orang asing yang tidak biasa disini, terlebih dikamar pribadi anda." Jungsoo melirik sekilas kearah pintu yang tertutup rapat. "Bagaimana istirahat anda Tuan? Ini masih terlalu pagi, dan anda bisa melanjutkan beristirahat. Biar saya berjaga didepan pintu ini." Jungsoo berbicara dengan suara yang rendah.

Siwon berdehem kecil, gurat lelah masih tercetak diwajahnya setelah menempuh perjalanan semalaman dari Gongju. "Kurasa waktu istirahatku cukup paman, dan terima kasih sudah membantuku menyiapkan kamar tamu yang bisa kugunakan untuk beristirahat. Sekarang Paman bisa kembali pulang, aku sudah membuatmu berada disini selama aku tidak ada."

Park Jungsoo mengerutkan dahi, dia mengarahkan telunjuknya pada pintu yang tertutup rapat. Siwon mengangguk, mengerti dengan maksud suami dari bibinya itu.

"Aku yang akan menjaganya, Paman tidak perlu khawatir."

Beberapa saat, Jungsoo masih tetap dalam posisinya. Beberapa kali dia melirik ke arah pintu yang masih tetap tertutup. Park Jungsoo tahu dengan pasti dibalik pintu itu ada seseorang, tepatnya seorang Gisaeng cantik yang dibawa pulang oleh Choi Siwon. Dan dari dini hari sampai pagi ini, dia diberi tugas untuk berjaga di depan kamar itu.

"Paman, tugas paman sudah selesai." Siwon menatap tajam Park Jungsoo, sebuah tatapan yang diartikan Park Jungsoo sebagai tatapan 'pengusiran'.

Park Jungsoo membungkuk dalam sebelum akhirnya berjalan meninggalkan Siwon. Dan setelah beberaa langkah, dia bisa mendengar pintu yang digeser terbuka. Jungsoo menyunggingkan senyum dan bergumam " Anak muda selalu sama."

.

.

.

.

Siwon terpaku didepan pintu yang baru saja ditutupnya, ruangan yang menjadi kamar pribadinya masih temaram. Jendela-jendela masih tertutup, lilin kecil yang menjadi sumber penerangan satu-satunya bahkan hampir habis. Pemuda itu tersenyum, menatap lembut sosok yang terbaring diatas futon yang biasa menjadi tempat tidurnya selama ini. Selimut tebal berbahan sutera tergulung tidak beraturan , terlihat sekali jika selimut itu tertendang dengan brutal. Siwon harus membekap mulutnya sendiri agar tidak tertawa keras, bagaimanapun pemandangan yang ada didepannya kini benar-benar membuat pemuda itu takjub.

Gisaeng Kyuie tidur terlentang dengan kedua kaki terbuka, kedua tangan diangkat keatas, bantalan kepala bergeser jauh dari tempatnya, seokchima yang menggulung sampai pinggang meninggalkan dalaman celana panjang putih dan kaos kaki putih. Mulut sedikit terbuka, dan suara dengkuran terdengar, meski pelan.

Siwon berjalan mengendap, khawatir jika langkah kakinya membangunkan sosok yang terlelap itu. Dia mendudukan dirinya tepat didepan Kyuie yang tertidur. Siwon tetap mengulas senyum, tatapan lembutnya meneliti Kyuie yang tertidur. Jika tadi dia ingin tertawa melihat sikap Kyuie ketika tidur, namun kini hanya rasa haru yang melingkupi hati pemuda itu.

Kyuie...bukan...Cho Kyuhyun yang tidak berdosa. Dan wajah yang tertidur itu memancarkan binar tidak berdosa beberapa kali lipat. Terlihat damai dan polos seolah tanpa beban. Kyuhyun dalam keadaan terjaga yang selalu menyiratkan beban dalam raut dan tatapan matanya berbeda dengan Kyuhyun yang terlelap seperti helai bulu angsa putih yang indah.

Siwon menarik selimut dengan pelan, menutupkannya pada tubuh Kyuhyun lembut. Lama ditatapnya wajah pulas Kyuhyun, mata indah yang tertutup rapat membuat bulu mata panjang dan lentiknya berjejer rapi. Pipi berisi seputih dan sejernih pualam, hidung bangir mencuat indah, rahang yang terbentuk dengan guratan halus, dagu bulat oval mempesona dan belahan bibir yang terbuka, indahnya bunga plump yang mekar tidak sebanding dengan mempesonanya belahan bibir seorang Cho Kyuhyun.

Siwon memundurkan tubuhnya dengan cepat, dia menghela napas seolah dengan begitu dia bisa menghilangkan rasa tercekat di tenggorokan yang berasal dari debaran dada.

Kyuhyun yang indah, dan terlalu indah untuk menanggung beratnya beban hidup. Wajah menawan itu seakan tidak pantas untuk menampilkan raut pedih, bahu ringkih itu tidak kuat untuk menanggung beratnya hidup, tubuh semampai itu tidak pantas untuk mengarungi kerasnya hidup yang dibayang-bayangi kematian.

Siwon membaringkan tubuhnya dilantai, dengan posisi menyamping menghadap Kyuhyun meski dari jarak yang cukup jauh dia tetap bisa memandangi wajah Kyuhyun yang masih terbuai mimpi.

Siwon menghela napas panjang, bertemu dengan Kyuhyun kembali masihlah terasa mimpi baginya. Dan dia tahu semuanya tidak berarti jika Siwon tidak segera menyelesaikan apa yang harus segera dia selesaikan. Kunjungannya ke Gongju benar-benar membesarkan hatinya. Jendral dengan nama besar seperti Jung Yunho ada dipihaknya, itu sebuah keberuntungan.

Flashback

Mata setajam musang itu menatapnya tajam, jika saja Siwon tidak dididik untuk menjadi pribadi yang kuat sudah sejak tadi pemuda itu gemetar atau paling tidak tak sanggup menatap kembali sosok didepannya.

"Sampai sejauh ini, apa yang telah kau peroleh Siwon-ssi?" Nada bicara dingin khas Jendral Jung seolah bisa membekukan siapapun yang mendengarnya.

Siwon mengeluarkan sebuah buku tebal bersampul merah dengan logo istana dari balik durumaginya. Perlahan dia menyodorkan buku itu kehadapan Yunho.

"Banyak hal yang kucatat dari laporan investigasi itu Jendral Jung. Dan aku berterimakasih karena anda mempercayakan buku itu padaku."

Yunho segera mengambil buku itu dan memasukannya kebalik jubah kebesarannya sebagai Jendral.

"Dan saya mulai menyelidiki beberapa hal."

"Termasuk kemungkinan keterlibatan beberapa bangsawan dari partai Soron?"Mata musang itu sedikit menyipit.

" Saya belum sampai sejauh itu, anda tahu sendiri itu bukan hal yang mudah Jendral. Perlu kehati-hatian, dan jika salah sedikit saja sudah pastI akan menyulut kekacauan.." Siwon setengah berbisisk ketika mengatakan itu, meskipun dia berada di markas pelatihan militer yang sepenuhnya dalam kuasa Jendral Jung Yunho, namun dia tetap merasa perlu berhati-hati.

Jung Yunho tertawa, mata musangnya semakin tajam menatap orang yang ada diseberang mejanya. "Choi Siwon-ssi, anda benar-benar seorang sarjana lulusan Sungkyunkwan terbaik." Jung Yunho terkekeh.

Siwon mengerutkan dahi, tidak mengerti dengan apa yang disampaikan lawan bicaranya.

"Perlu kau tahu Siwon-ssi, saat ini klan Kim sudah mengetahui jika buku ini hilang, dan kau tahu apa reaksi mereka?"

Siwon tersentak ketika mendengar pernyataan Jung Yunho, dia tidak pernah mendengar kabar apapun tentang hal itu.

Yunho memperhatikan respon yang diberikan Siwon," Kim Woobin putera sulung mendiang perdana menteri Kim bahkan sudah mengumpulkan saudara-saudaranya, dan aku yakin dia sudah mengirimkan sebuah pesan penting untuk anggota klan Kim yang lain. Termasuk Gubernur Wonju."

Reaksi yang diberikan Siwon kini lebih dari sekedar terkejut, dia terlihat gelisah dalam duduknya.

"Siwon—ssi, meskipun perselisihan antar partai saat ini sudah berhasil diredam oleh Yang Mulia Raja. Namun tentu kau mengetahui, saat peristiwa itu terjadi perselisihan partai Noron dan Soron sedang terjadi, dan Professor Cho Yeunghwan berada di partai Namin yang netral namun lemah. Kau tentu memikirkan hal itu Siwon-ssi?"

Siwon terdiam, kedua tangannya mencengkram sisi meja.

"Aku mengerti, dan sebagai pihak militer yang hanya akan memihak Yang Mulia Raja seharusnya aku tidak berurusan dengan partai politik. Tapi jika itu menyangkut peristiwa itu, aku rasa aku akan membuat pengecualian. Dan Siwon-ssi, semuanya kuserahkan padamu, kau memiliki kesempatan itu. Peristiwa itu terjadi di Wonju, atau mungkin di depan matamu. Dan saat ini, kau memiliki keleluasaan untuk menyelidiki semuanya." Jung Yunho sedikit mencondongkan tubuh tegapnya, pandangan matanya tetap mengintimidasi.

Siwon menelan ludah, tenggorakannya tiba-tiba terasa kering dan perih. "Apa ini tidak terlalu berbahaya Jendral Jung?"

Jung Yunho menyipitkan matanya, dan itu makin membuat kesan mengintimidasi dari seorang Jung Yunho bertambah. jika saja dia bukan Choi Siwon, sudah pasti Siwon akan gemetar ketakutan.

"Oleh karena itu aku menyerahkan semuanya pada anda Hakim Choi, aku berada dipihakmu. Aku dan sepupuku akan menjadi mata dan telinga untukmu di Ibukota jika kau perlukan."

Siwon menghela napas, dia memejamkan mata. Dia tahu ini makin tidak mudah, dan dia baru memulainya. Tapi sebuah kelegaan dirasakannya, Jendral sebesar Jung Yunho menyatakan diri berada dipihaknya, itu sebuah dukungan yang sangat berarti.

"Gamsahamnida, jendral Jung." Parau Siwon. "Saya akan melakukannya dengan baik, anda bisa mempercayai saya."

Yunho tersenyum sekilas. "Ini...aku datang ke Gonju dan mengundangmu untuk alasan ini." Yunho mengeluarkan gulungan kertas dari balik jubahnya. "Petugas administrasi negara Park Yoochun memberikan ini kepadaku baru-baru ini."

Siwon menyentuh gulungan kertas yang terdiri dari beberapa lembar kertas yang digulung menjadi satu.

"Aku belum membukanya, Park Yoochun menjadi petugas yang mengumpulkan bukti atas kasus-kasus yang besar yang terjadi. Dan dia menemukan bukti-bukti itu dalam kasus Profesor Cho. Dia salahsatu murid Professor Cho, dan dia merasa perlu untuk memberikan hal ini kepadamu setelah aku menceritakan tentangmu kepadanya. Dan perlu kau tahu, dia sangat menghormati Profesor Cho."

Yunho mengamati Siwon yang kini mulai membuka gulungan kertas, dahinya berkerut.

"Itu bukan bukti asli, semua bukti itu tidak boleh meninggalkan lembaga arsip negara. Tapi Park Yoochun berhasil membuat duplikatnya, jenis kertas yang digunakan sama persis, dan tulisannya ditulis semirip mungkin. Park Yoochun ahli dalam hal duplikasi."

Siwon melayangkan tatapan penuh terima kasih pada orang yang ada didepannya, duplikat bukti yang sangat berharga. "Jendral Jung Yunho, saya tidak tahu harus mengatakan apa. Ini sangat berharga dan saya yakin akan sangat membantu. Dan sampaikan terimakasih saya untuk Tuan Park yang sangat membantu." Siwon membungkukkan tubuhnya dalam.

Yunho beranjak dari duduknya, dia menepuk pundak Siwon dengan mantap. Seolah menyalurkan semangat dan dukungan.

Siwon menatap punggung kokoh Jung Yunho yang berjalan meninggalkannya. Dan dia merasa sangat beruntung.

Flashback End

Siwon masih dalam posisi berbaringnya, dan Kyuhyun yang masih terlelap didepannya. Pandangan Siwon tidak pernah meninggalkan wajah damai Kyuhyun. Wajah damai yang harus dijaga, tidak boleh ada lagi ketakutan dan kekhawatiran yang memancar dari wajah itu. Siwon bersumpah.

Jalan luas terbentang di depannya, dan dia merasa beruntung dengan keberadaan orang-orang yang berada dipihaknya. Dia teringat kembali dengan sosok Jendral Jung Yunho, sosok dingin yang banyak disegani kawan dan ditakuti lawan. Dia tidak terlalu banyak mengenal Yunho, hanya melalui sahabatnya Shim Changmin, Siwon sedikit mengetahui Jendral besar itu.

Changmin selalu mengatakan bahwa Yunho sebenarnya sosok yang lembut, dan Siwon tidak setuju tentang itu pada awalnya. Dan Changmin mengatakan kelembutan Yunho seolah hilang ditelan bumi ketika seseorang yang dekat dengan Yunho hilang.

Siwon tiba-tiba tersentak ketika teringat kalimat yang pernah dikatakan Changmin tentang Yunho.

'Kau tahu, sepupuku itu memang terlihat mengerikan. Tapi percayalah, dulu dia adalah orang yang menyenangkan dan orang-orang mengatakan kalau dia orang yang lembut. Kau pasti tidak percaya bukan? Dia selalu tersenyum hangat, dan sekarang senyum itu hilang. Tapi yang mengejutkan, tadi aku melihat Yunho Hyung tersenyum lagi, aku tidak percaya ketika melihatnya. Dia tersenyum ketika melihat Kyuhyun berjalan dengan menghentak dan kau berjalan dibelakangnya. Yunho tersenyum hangat untuk pertama kalinya, ketika melihat kalian bertengkar. Aigoo...dia pasti teringat orang itu. Dan kalian mengingatkannya pada masalalunya'

Siwon membulatkan matanya, kenapa dia tiba-tiba teringat perkataan Changmin yang itu. Dan apa maksud semua itu?

Drap..Drap..Drap

Langkah kaki terdengar dari luar kamar mengejutkan Siwon. Dia bangkit dari berbaringnya, telinganya difokuskan untuk mendengar suara langkah kaki yang diyakini dari beberapa orang, disusul sebuah keributan lain.

"Nona, anda tidak diperkenakan masuk ke wilayah ini, anda bisa menunggu Tuan Hakim di ruang Tunggu. Kami yang akan menyampaikan berita kedatangan anda."

Sebuah suara yang Siwon yakini sebagai suara pengawalnya terdengar. Sikap waspda kini diperlihatkan Siwon.

"Aku ingin menemui Choi Siwon sekarang. Dan kau..kau tidak berhak mencegahku. Aku Kim Eunwoo putri mendiang Perdana Menteri Kim, dan calon Istri Hakim Choi. Jadi menyingkirlah, aku ingin menemui calon suamiku."

"Nona..."

Siwon terkejut, dia sangat mengenali suara wanita diluar sana. Dengan segera dia menuju pintu, membukanya dengan sekali tarikan. Seperti dugaannya, tepat didepan kamar pribadinya berdiri Kim Eunwoo dan palayan wanitanya, dengan dua pengawal yang menghadang gadis itu.

"Nona Kim, apa yang anda lakukan disini?" Tanya Siwon dingin.

"Orabeoni.." Kim Eunwoo setengah berteriak ketika melihat orang yang dicarinya. Gadis itu memandang Siwon lekat yang dibalas dengan dingin oleh Siwon. Eunwoo menggigit bibirnya. "Tu-Tuan Hakim Choi." Eunwoo memperbaiki sapaanya, dia tahu sudah bersikap tidak sopan didepan Siwon yang berada di depan pengawalnya.

Namun Seketika, pandangan Eunwoo tertuju pada celah pintu yang terbuka. Gadis itu terbelalak ketika melihat pemandangan yang ada didalam kamar itu. Napasnya memburu dan dadanya terasa sesak, dia berharap apa yang dilihatnya adalah salah. Seorang gadis berada di dalam kamar calon suaminya, dan dari penampilannya nyata sekali jika gadis yang dilihatnya baru bangun tidur. Seokchima putih yang dikenakan dan posisi duduknya yang tepat berada di atas tempat tidur, seolah menjelaskan semuanya.

Tangan Eunwoo terulur hendak menyentuh pintu, beruntung Siwon yang berada didepannya menyadari maksud gadis itu. Menyadari kecerobohannya, Siwon mencekal pergelangan tangan Eunwoo sementara tangan yang lainnya menutup kasar pintu yang sedikit terbuka.

"Orabeoni, Si-siapa yang ada di dalam?" tanya Eunwoo dengan gigi yang dikeratkan, kedua tangan sepenuhnya mengepal disamping tubuh.

Sraaakkkk

Tanpa memberikan atas jawaban Eunwoo, Siwon menarik tangan gadis itu. Dengan cepat dia membawa gadis itu meninggalkan tempat itu.

.

.

.

.

Siwon melepas cengkramannya pada pergelangan Eunwoo, sedikit merasa bersalah ketika melihat gadis itu meringis dan memijit pelan pergelangannya yang terlihat memerah.

"Maaf, apa aku menyakitimu?" Siwon berbicara pelan dan memandang Eunwoo dengan penuh rasa bersalah.

Eunwoo menyembunyikan wajahnya dengan menunduk dalam, air mata jelas terlihat dipipinya. "Jika yang anda maksud adalah ini, maka itu tidak seberapa Tuan." Eunwoo menghentikan pijatan pada pergelangan tangannya.

Gadis itu memaksakan sebuah senyuman, meski sebenarnya banyak perkataan sebagai ungkapan kekecewaan yang ingin dia lontarkan pada pemuda yang telah terikat tali pertunangan dengannya. Namun Eunwoo memilih menyimpannya, ada hal lain yang jauh lebih penting yang harus dia katakan. Dan pula, dia masihlah harus menjaga keanggunan dan wibawanya sebagai puteri seorang bangsawan, meski beberapa saat lalu dia sempat melupakannya.

Siwon membalas senyuman tunangannya, rasa lega dia rasakan ketika melihat senyum Eunwoo.

"Aku terkejut melihatmu tiba-tiba datang kesini pagi-pagi. Apa pengawalku berbuat kasar?"

Eunwoo menggeleng, senyumannya makin lebar menyadari nada kekhawatiran dari tunangannya. "Apa kau marah orabeoni...eeuh...Tuan?" Eunwoo menyudahi pertanyaanya dengan menggigit bibir.

"Eunwoo-ya..ini bukan tempat yang bisa didatangi gadis bangsawan sepertimu, terlebih masih pagi. Matahari belum sempurna bersinar, terlebih kau tidak membawa pengawal pribadi. Orang lain bisa salah paham." Siwon merubah posisi berdirinya menjadi menyamping.

Eunwoo menatap Siwon dari arah samping, hatinya berdesir ketika melihat pemandangan didepan matanya. Sinar matahari pagi menyinari wajah Siwon, dan itu terlihat sangat indah, betapa dia bangga bisa menjadi calon istri pemuda itu. Hal indah yang selalu membuat dia merasa menjadi gadis bangsawan paling beruntung. Choi Siwon, selalu menjadi topik hangat dikalangan para wanita bangsawan. Dan ketika pertunangan Choi Siwon dengan dirinya diumumkan, maka tidak sedikit dari para gadis dan ibu para gadis yang menelan kekecewaan. Kim Eunwoo haruslah menjadi gadis yang dipuja dan dibenci diam-diam secara bersamaan karena statusnya itu. Sungguh, tidak ada yang lebih membahagiakan selain dari menjadi calon istri dari seseorang yang kau cintai sekaligus idaman banyak gadis lainnya.

Enam bulan lalu, dia adalah gadis yang akan menjadi pusat perhatian ketika perjamuan para wanita bangsawan. Setiap hal yang menyangkut perkembangan hubungan puteri keluarga Kim dengan putera keluarga Choi tidak pernah luput dari perhatian. Rasa penasaran tentang kapan hari pernikahan dan seperti apa pesta pernikahan akan digelar menjadi ekspektasi semua orang.

"Eunwoo-ya...kau melamun?"

"N-ne?"

Kim Eunwoo merona ketika tertangkap sedang melamun dan memandangi wajah Siwon. Dia tidak ingat sejak kapan Siwon memperhatikannya.

"Orabeoni, aku..aku..euhh..lama tidak bertemu." Rona merah kini makin jelas terlihat dipipi gadis itu.

Siwon mengernyitkan dahi, kemudian tersenyum. "Benarkah? Bukankah memang selalu seperti ini? Kita tidak pada posisi harus sering bertemu bukan?"

Senyuman yang sejka tadi menghiasi wajah Eunwoo lenyap, dia tidak menyangka Siwon akan menjawab dengan seperti itu. Meski dalam hati dia mengakui apa yang dikatakan Siown memang benar.

"Maksudku...kau beberapa kali membatalkan acara pertemuan keluarga." Eunwoo menundukan wajahnya, rasa tidak nyaman mulai menjalari hatinya.

"Maaf, tapi akhir-akhir ini aku memang tidak memiliki waktu luang." Jawab Siwon datar.

"Benarkah?" Spontan Eunwoo melemparakan pertanyaan itu.

"Tentu saja.."

Eunwoo mengangkat wajahnya, memandang Siwon dengan nanar. Rasa tidak nyaman dalam hati kini berganti dengan rasa sakit. "Tapi kau selalu punya waktu untuk mengunjungi Ojiman, bermalam disana bersama para Gisaeng. Berpelesir ke luar Ojiman dengan seorang Gisaeng. Dan kau..kau bahkan membawa pulang salah satu diantara mereka, mengundang dia ke tempat tidur pribadimu."

Siwon terbelalak, tidak menyangka Eunwoo akan berbicara dengan nada tinggi kepadanya. Dan yang lebih membuatnya kaget adalah apa yang dikatakan Eunwoo, bagaimana gadis itu mengetahui hal itu.

"Eunwoo-ya? Kau..?"

"Orabeoni...maaf..tapi.." tangis gadis itu akhirnya pecah. " Aku sama seperti orang lain, aku.."

"Apa kau memata-mataiku?" Siwon memincingkan sebelah matanya, menatap Eunwo penuh selidik.

"Tidak, tentu saja. Tapi mereka mengatakan semuanya, dan aku.."

"Dan kau terpengaruh dengan mereka? Gadis bangsawan sepertimu terpengaruh dengan kabar seperti itu?"

"Orabeoni.." jerit Eunwoo, rasa sesak mulai dirasakannya. Tatapan Siwon kepadanya sungguh membuat hatinya makin sakit. Bahkah pemuda itu tidak berusaha menyangkal atau berbohong sekalipun untuk menenangkan hatinya.

"Nona Kim Eunwoo, pulanglah. Anda sudah melampaui batas sebagai seorang gadis bangsawan dengan datang ke kediaman pejabat negara dengan tidak resmi." Siwon membalikkan badannya dan bersiap melangkahkan kakinya.

Grep

Siwon merasakan sesuatu menubruk punggungnya, dan tak lama kemudian sepasang lengan melingkari perutnya, menahan langkahnya.

"Aku tidak peduli. Aku tidak peduli meski kau menganggapku tidak sopan dan tidak pantas. Kau calon suamiku, kau milikku. Tidak boleh ada seoarangpun yang menghalangi atau merebutmu dariku." Eunwoo mengeratkan lengannya di perut Siwon, menyandarkan wajahnya dipunggung pemuda itu, untuk pertama kalinya dia berani memeluk calon suaminya.

"Nona Kim, apa yang anda lakukan. Lepaskan, ini tidak pantas." Siwon menggoyangkan tubuhnya, berusaha melepaskan diri dari gadis yang kini memeluknya dari belakang.

"Tidak mau, jika gadis rendah itu bisa leluasa memelukmu. Aku, calon istrimu bahkan jauh lebih berhak."

"Nona Kim Eunwoo!"

Siwon menyentakan lengan Eunwoo dan melepaskan diri dari pelukan gadis itu. "bagaiman kau bisa berkata seperti itu? Kita belum menikah.."

"Oh, jadi kita harus menikah dulu agar aku bisa memelukmu? Baiklah, akan kupastikan kita akan menikah secepatnya Tuan Choi. Bukankah gadis bangsawan sepertiku, gadis bangsawan dengan kedudukan keluarga lebih tinggi darimu bisa menentukan tanggal pernikahan lebih dulu?"

Siwon makin terkejut dengan serentetan kalimat yang diucapkan gadis berstatus tunangannya.

"Dan aku akan memastikan tidak pernah akan ada gundik dalam pernikahan kita."

Sret...

Chup..

Kim Eunwoo, putri keluarga bangsawan Kim mendaratkan sebuah kecupan tepat di bibir seorang Choi Siwon. Hanya sebuah kecupan kilat, sebelum akhirnya gadis itu berlari meninggalkan Siwon yang mematung.

Siwon masih mencerna dengan apa yang baru saja terjadi. Dan seketika, amarah membludak dalam dirinya. Ototnya terasa menegang, hatinya terasa panas. Dia merasa terhina dan direndahkan. Namun semua dari itu, perkataan Kim Eunwoo yang seolah bernada ancaman membuat Siwon mengeratkan gigi dan mengepalkan tangannya. Dengan tangannya yang terkepal Siwon menggosok bibir yang sempat dikecup oleh seorang Kim Eunwoo. Tatapan tajamnya tertuju pada punggung gadis yang berlari meninggalkannya.

Kretek...

Sebuah suara ranting kering yang terinjak mengalihkan perhatian Siwon dari kepergian Eunwoo. Sekelebat sosok yang diyakini Siwon sebagai sosok perempuan terlihat berlari menjauhi tempatnya bersembunyi. Dan Siwon sangat mengenali Chima hijau cerah yang dikenakan sosok itu. Gisaeng Kyuie...Cho Kyuhyun, Siwon yakin sosok itu adalah Kyuhyun.

"KYU..." teriak Siwon, dia bergegas memacu langkahnya.

"Kyu...tunggu!"

Setelah memasuki area kediaman pribadinya, Siwon dapat melihat jelas Kyuhyun yang berlari disepanjang lorong. Siwon makin mempercepat langkahnya. Dia bahkan mengabaikan seorang pengawal yang menatap mereka heran.

Greppp

Siwon berhasil menggapai bahu Kyuhyun, menghasilkan rontaan dari Kyuhyun. Siwon tidak mempedulikan reaksi Kyuhyun, pemuda itu mengunci pergerakan Kyuhyun yang masih meronta dengan melingkarkan lengannya disekitar bahu dan pinggang Kyuhyun.

Kyuhyun terkesiap, terlebih ketika menyadari tubuhnya kini terkunci dan sedikit terangkat, dia merasakan Siwon menariknya kedalam sebuah ruangan. Kyuhyun ingin melawan dan berteriak, namun dia tahu hal itu tidak berguna. Maka dia hanya bisa diam, bahkan dia tetap diam ketika Siwon menurunkannya.

"Kyu?" Siwon memiringkan wajahnya, berusaha menangkap tatapan Kyuhyun yang tertunduk.

Seketika Siwon merasakan hatinya berdenyut sakit, Kyuhyun mengangkat pandangannya dengan air mata yang berlinang.

"Kyuhyun?" Siwon berniat menghapus air mata Kyuhyun, namun ditolak.

Siwon maju selangkah ke arah Kyuhyun, membuat jarak berdiri mereka kini tidak lebih dari sekepalan tangan.

"Apa kau melihat semuanya? Apa kau mendengarkan semuanya?" Siwon memegang bahu Kyuhyun dan mengguncangnya pelan.

Kyuhyun masih terdiam, air mata masih membasahi mata indahnya membuat Siwon makin sakit melihatnya.

"Kyuhyun, kau melihatnya? Kau mendengarnya?"

Kyuhyun mengangguk pelan bersamaan satu isakan lolos dari bibirnya. Hidung mancung itu tampak memerah, pipi putihnya mengkilap karena basah, dan bibir sewarna plump itu bergetar.

Dengan masih terisak, Kyuhyun memberanikan memandang Siwon. Dia memang melihatnya, melihat semuanya. Melihat bagaimana seorang gadis cantik berdiri dengan anggun disamping Siwon, gadis yang sama yang dilihatnya tempo hari di toko buku Ballam. Dan kali ini Kyuhyun tahu siapa gadis itu, Kim Eunwoo puteri dari keluarga Bangsawan Kim yang terkenal, Kim Eunwoo yang baru dia ketahui sebagai calon istri orang yang ada didepannya.

Kyuhyun mendengar semua perbincangan mereka, bisa mendengar dengan jelas ketika mereka berbicara tentang hubungan mereka, mendengar seutuhnya ketika Kim Eunwoo menyebutnya sebagai gadis rendahan, dan Kyuhyun tentu melihat semua yang terjadi. Termasuk ketika Kim Eunwoo menyentuh bibir Siwon dengan bibirnya. Dan ketika mengingatnya, Kyuhyun spontan memandang langsung bibir Siwon. Bibir dengan bentuk menarik yang baru Kyuhyun sadari saat ini, bibir atas yang tipis berpadu dengan bibir bawah yang melengkung sedikit tebal. Bibir itu, bibir yang disentuh oleh gadis bernama Kim Eunwoo.

"Kyu?"

Siwon menebak arah pandang Kyuhyun yang tidak lagi menatap matanya. Pemuda itu tersenyum ketika menyadari kemana arah pandang Kyuhyun berlabuh. Tetapi, hal itu justru membuatnya mengingat peristiwa yang baru dialaminya. Saat dimana bibirnya disentuh oleh seorang gadis.

Tiba-tiba dia merasa tidak rela, meskipun dia seoarang lelaki dewasa yang tentu harusnya tidak aneh dengan hal seperti itu terlebih dilakukan oleh calon istrinya sendiri. Namun itu pengalaman pertamanya, rasa terhina tiba-tiba merasuki hatinya, bahkan dia merasa kotor? Dia merasa tidak terima dan merasa tidak pantas diperlakukan seperti itu.

Sebagai lelaki dewasa dia menginginkan ciuman pertamanya sebagai sebuah ciuman yang akan diingatnya sebagai kenangan manis, sebuah pemikiran yang menggelikan mungkin.

"Kyuhyun..., ani...Kyuie?"

Kyuhyun kembali menatap mata Siwon, tidak biasanya Siwon memanggilnya dengan nama Gisaengnya.

"Bolehkah...bolehkan sekali ini aku menganggapmu sebagai Gisaeng?"

Kyuhyun mengerjapkan mata bulatnya.

"Aku akan memberikan bayaran lebih untuk kali ini."

Kyuhyun masih terdiam, dia tidak mau menebak arah dari perkataan Siwon. Menganggap dirinya benar-benar menjadi Gisaeng? Memberi bayaran lebih?

Kyuhyun tidak menyadari ketika tubuhnya kini makin terhimpit antara dinding dan tubuh Siwon yang kian merapat.

"Aku yakin Nyonya Chullie tidak akan membunuhku karena ini..."

Kyuhyun merasakan hembusan nafas Siwon menerpa wajahnya, tubuhnya mulai gemetar, karena gugup atau takut? Dia tidak bisa memastikannya.

MMppppphhhhh...

Belum sampai Kyuhyun menyimpulkan semuanya, dia merasakan bibirnya dilumat basah. Tubuhnya seakan membeku, dia tidak sepenuhnya sadar dengan apa yang terjadi.

Mmmpphhh...

"Hhhhnn..."

Yang bisa dilakukan Kyuhyun saat ini adalah melenguh, dan membiarkan tiap sudut bibirnya dilumat, dikulum dan dijilat oleh bibir Siwon. Tubuhnya masih membeku, pikirannya masih kosong, dan seolah tidak memiliki kekuatan untuk bergerak sedikitpun.

Siwon tidak peduli, dia tetap menggerakkan bibirnya diatas bibir Kyuhyun, menyusuri permukaan lembut dan kenyal itu. Menyesapnya dalam, dan menikmati sensasi yang membuat perutnya tergelitik dan napasnya memburu. Dia sadar, ini yang dia inginkan dari sebuah ciuman.

"Ahhh..."

Kyuhyun mendesah ketika rasa panas dan lembut dibibirnya menghilang, Siwon melepas ciuman mereka.

Siwon memandang wajah Kyuhyun yang seperti membeku namun terlihat merona, ujung jempolnya mengusap lembut permukaan bibir Kyuhyun yang semakin memerah dan basah.

"Setidaknya dengan ini, yang aku ingat adalah dirimu Kyu. Maaf, tapi aku ingin menghilangkan jejak gadis itu dibibirku." Lirih Siwon.

Kyuhyun masih terdiam, meskipun sesuatu dibalik rongga dadanya justru bereaksi hebat.

To Be Cont...

Jelegerrrrr...

Udah update gak jelas dan kelamaan, pas update malah begini...

Yang penting saya sudah berusaha mengatur alur dan sedikit menguar benak kusut konfliknya *membela diri .

Mianhaeeeeeee...untuk segala ketidak jelasan alur dan line story, untuk wonkyu moment yang tidak banyak...dan saya sendiri tetap mendapat kesulitan menulis FF saeguk kayak gini *kapoookkkk

Eh, eh...FFN beneran gak bisa diakses pake PC kalo pake telkomsel yah...?HHHh..apa udah tanda-tanda mau di blokir? Jadinya saya update pake mobile...dan itu syusyaahhh...

Peluk Cium untuk semua yang sudah mendukung dan memberi review...kalian hebatttt

SEBARKAN CINTA WONKYU KE JAGAD RAYA

EVERADIT