Sasuke memperhatikan setiap lekuk tubuh Sakura, tidak ada ruam kemerahan. Yang ada ruam-ruam kebiruan di balik lilitan kain kasa yang mengendur. Membalik tubuh Sakura sampai tengkurep di pahanya, Sasuke menjambak rambutnya marah melihat punggung gadisnya merah dan lengket seperti daging, kulit punggung gadis itu mengelupas bukti kerasnya tamparan ikat pinggang Sasuke di sana.

Sasuke memeluk erat tubuh lemas Sakura,"maaf... maaf.. kan aku," lalu berbisik lirih.

Memeluk kepala Sakura di dadanya, setetes air mata jatuh di pipi turun ke dagu lalu menetes di pipi merah Sakura, bekas tamparannya. "Maaf.. harusnya aku mendengar penjelasanmu, bukan menyiksamu tanpa alasan."

Sasuke merengkuh wajah Sakura, menggoyang-goyang kepala merah mudanya berharap gadis itu membuka mata,"Saku, maaf."

"aku mohon. Bangun Saku, bangun."

OoOo

Mengelap keringat yang mengalir di pelipisnya, Sasuke menarik kursi, membawanya kedekat tempat tidur di mana ada Sakura terbaring di atasnya. Dia baru selesai mengobati luka-luka di tubuh gadis itu, melilitkan kain kasa baru lalu memakaikan dress rumahan yang dia ambil dari lemari setelah sebelumnya Sasuke memakaikan gadis itu celana dalam. Sasuke tidak memakaikan Sakura bra, karena kondisi tubuh gadis itu yang tidak memungkinkan memakai benda seperti itu. Lalu mengompres kelapa gadisnya dengan air hangat. Sakura demam. Seluruh tubuhnya menggigil di balik selimut tebal.

Sasuke merenung, menatap wajah pucat Sakura seraya mengenggam tangan gadis itu hangat, "Hey, cepat bangun. Kau belum makan, aku sudah memasak bubur ke sukaanmu," Sasuke tersenyum lalu mencium punggung tangan Sakura, "Kau bilang kau suka masakanku," Sasuke mendengus, wajahnya merengut, sebal. mengingat bagaimana berisiknya Sakura yang minta di buatkan bekal olehnya. Perlahan wajah pura-pura kesal Sasuke menyayu, dia tersenyum lemah, "Aku janji, kalau kau mau menuruti permintaanku malam ini, akuu..." Jeda beberapa saat sampai Sasuke kembali mencium punggung tangan Sakura, mengelus punggung tangan gadis itu dengan pipinya, "Akan ku buatkan kau bekal, seperti yang kau mau." Tidak ada jawaban. "Saki," panggil Sasuke lagi.

Menghela nafas Sasuke mengusap wajahnya kasar, "Kau makan yah," Bujuk Sasuke. Tidak ada jawaban.

Sasuke menggeser kursinya sampai berhadapan dengan meja kecil di samping tempat tidur, mengambil nampan berisi makanan yang ada di sana. "Hh, gara-gara kau yang tidak mau bangun. Buburnya jadi dingin." Dengus Sasuke pura-pura kesal. "Jangan kemana-mana, aku akan hangatkan buburnya lagi." mencium kening Sakura, Sasuke beranjak dari tempat duduknya.

OoOo

Sasuke menaiki tangga menuju lantai tiga dimana Sakura berada dengan nampan berisi sup , nasi, bubur, dan makanan lainnya di tangannya.

Tangan Sasuke baru akan memutar knop pintu, "Jangan buka pintunya," tangan Sasuke menggantung di udara mendengar suara parau di balik pintu kamar, terdiam beberapa saat Sasuke kembali mendekatkan tangannya dengan knop lalu memutarnya perlahan, "Kau buka pintunya, aku akan lompat!" ancam Sakura dari dalam kamar. mengabaikan teriakan parau di balik pintu Sasuke membuka pintu kamar Sakura kasar, manik sehitam jelaga miliknya membulat melihat Sakura yang siap melompat dari jendela kamar, "Sakura!" Sasuke melempar asal nampan yang di bawanya lalu berlari secepat yang dia bisa. meraih pergelangan tangan Sakura lalu mencengramnya kuat, menarik tubuh kecil gadis itu dalam pelukkannya.

Sakura meronta dalam pelukkan Sasuke, memukul dada pemuda reven itu kuat,

"Lepas! Lepaskan aku.." isak Sakura.

"Tidak,"

"Kau bisa mendapatkan yang lebih baik, Sasuke. "isak Sakura, "Bukan gadis murahan sepertiku.." lirihnya seraya memukul dada Sasuke yang mengeratkan pelukkannya.

"Kau bukan gadis murahan, aku yang salah.." bisik Sasuke lirih mengakui kesalahannya, "Maaf... Maaf kan aku." mohonnya pada Sakura yang masih memukul-mukul dada bidangnya.

Mengeratkan pelukannya Sasuke memejamkan mata, "Aku fikir aku bisa menerima semuanya, tapi tidak." Sasuke termenung mendengar ucapan Sakura, "Aku tidak sanggup. aku lelah.. Aku sakit." pukulan tangan Sakura melemah seiring jatuhnya tubuh gadis itu dalam pelukkan Sasuke yang terdiam mendengar racauan Sakura sebelum gadis merah muda itu pingsan dalam pelukkannya.

"Aku tahu.." menatap wajah Sakura lembut Sasuke bergumam lirih lalu mengangkat tubuh gadis itu dalam gendongannya kemudian membaringkannya di atas tempat tidur.

Merapikan rambut yang menutupi sebagian wajah kekasihnya pemuda tampan itu menarik selimut, menyelimuti Sakura sampai batas dada kemudian mengecup bibir pucat gadis itu lembut. "Selamat malam, mimpi indah." lirihnya.

OoO

Selesai memakai pakaiannya dengan rapih Sasuke mendekati tempat tidur, membelai lembut pipi Sakura dia tersenyum, "Aku sudah siapkan sup, jadi cepatlah bangun tuan putri.." candanya pada Sakura yang terlelap di atas tempat tidur lalu mencium kening lebar Sakura lembut.

"Aku pulang dulu, Ibu memintaku menjemput Nii-chan, kau masih ingat dia kan? Uchiha penganggu yang sangat menyebalkan dan kita rindukan," katanya lagi seraya mengelus rambut kusut gadis itu penuh kasih sayang, "Aku tidak akan lama," Sasuke berdiri dari tempat duduknya lalu berjalan menuju pintu. sampainya di depan pintu dia menolehkan kepalanya kearah Sakura yang tertidur, ada perasaan tidak rela meninggalkan Sakura sendiri di rumah. Tapi, kalau dia tidak menjemput Itachi, siapa yang akan menjemput lelaki itu, sopir? Lelaki Uchiha itu mana mau di jemput sopir, dia hanya mau adiknya yang menjemput dia di bandara. Tersenyum paksa Sasuke menatap Sakura, "Aku mau saat aku pulang nanti kau sudah menghabiskan supmu Saki, kalau tidak, aku akan menggelitik mu sampai kau tak bisa berhenti tertawa." ancam Sasuke dengan nada yang di buat selucu mungkin. Pemuda Uchiha itu tertawa hambar mentertawai dirinya sendiri yang sejak tadi bicara sendiri sebelum menghilang di balik pintu.

OoOo

Menatap sekitarnya Sasuke berusaha membuka pintu pagar rumah Sakura, dia baru kembali dari menjemput Itachi di bandara dan kaget melihat pintu pagar Sakura yang terkunci. Entah berapa lama Sasuke meninggalkan Sakura sendiri yang pasti sangat lama, dia pergi jam sembilan pagi dan kembali lagi hampir malam. sekitarnya sudah gelap, lampu-lampu jalan sudah di hidupkan. Sasuke fikir Sakura yang mengunci pintu pagar jadi dia berteriak, "Sakuraa.. Buka pintu pagarnya, ini aku, Sasuke." Sasuke mulai cemas melihat rumah Sakura yang gelap, 'apa Sakura lupa menghidupkan lampu' Pikirnya panik, "Sakuraaa... Buka pagarnya." teriaknya lagi. Kesal tidak ada jawaban Sasuke menaiki pagar rumah keluarga Haruno tapi seseorangnya menegurnya dari belakang.

"Cari siapa?" Sasuke menoleh ke asal suara lalu menatap nenek tua yang dia tahu bernama nenek Chiyo dengan tatapan datar seperti biasa.

"Sakura," gumamnya datar seraya turun dari atas pagar.

"Kaluarga Haruno baru pergi 1 jam yang lalu," Nenek itu kembali bersuara seraya tersenyum ramah lalu mendekati pagar rumah keluarga Haruno seraya mengeluarkan kunci dari Saku jaket tebal abu-abu yang di pakainya.

Sasuke mematung, mendadak seluruh tubuhnya kaku, "Keluarga?" gumamnya terdengar bingung.

Nenek bertubuh pendek itu itu mengangguk, masih berusaha membuka gembok pintu pagar Haruno, "Hm, mereka tidak bisa meninggalkan Sakura-chan, jadi mereka kembali untuk menjemput Sakura-chan untuk ikut berlibur dengan mereka."

"Berlibur?"

Nenek Chiyo kembali mengangguk.

Krieet.

Pintu pagar terbuka,

"Berapa hari," gumam Sasuke.

Nenek Chiyo terdiam, dia sedang mengingat kata-kata Mebuki sebelum wanita berambut jingga itu pergi, "eumm.. Mungkin satu minggu, atau satu bulan." jawabnya seraya masuk kedalam rumah besar tanpa penghuni milik keluarga Haruno. Mebuki dan Kizashi menitipkan rumahnya ke pada nenek Chiyo yang tak lain tetangga mereka, saat ini nenek Chiyo mau menghidup kan lampu-lampu rumah keluarga Haruno yang di titipkan padanya.

"Hn, terimakasih." gumam Sasuke seraya berjalan menuju mobilnya.

'Ini semua karna Itachi!' Sasuke menggeram kesal. Kalau boleh dia ingin menonjok wajah kakaknya sampai bonyok, memelintir tangannya, membegal kakinya lalu mebanting tubunya sampai tulang punggung lelaki itu retak/patah.

OoOo

Satu hari, dua hari, tiga hari, empat hari, satu minggu, satu bulan Sasuke menunggu di depan kediam keluarga Haruno, duduk tidak tenang di dalam mobil Veneno silver miliknya, menunggu ke pulangan Sakura.

Sebulan terakhir ini hidupnya kacau, mengacuhkan orang-orang di sekitarnya, menghajar orang tanpa alasan, mengamuk di dalam kamar sampai membuat keluarga Uchiha panik, dan lebih parahnya lagi, menghajar Itachi sampai lelaki itu babak belur, hidung berdarah pendarahan di kepala dan beberap gigi lelaki itu patah. Kesal Mikoto mengusir Sasuke dari mansion Uchiha dan mengirim Itachi kembali ke Oto, takut Sasuke menyerang putra sulungnya lagi.

Menyandarkan kepala raven di stir mobil Sasuke menggeram, perlahan geramannya melemah seiring dengan matanya yang tertutup perlahan. dia merindukan kekasih merah mudanya yang tak kunjung pulang, sangat rindu.

"Sakura..." igau Sasuke.

Duk! Duk! Duk!

Mengernyit tidak suka mendengar suara berisik yang mengganggu tidurnya Sasuke membuka mata, hal pertama yang di lihatnya, papan reklame "DI JUAL." tepat di samping pagar rumah keluarga Haruno.

"Apa!"

FIN.

apa aku pernah bilang, kalo aku gak bisa buat fic. Cuma ini yang bisa aku buat, maaf...