Ara~ sudah berapa bulan kah saya menelantarkan fic ini? *ditampar :v

Maaf untuk yang sudah nunggu fic ini. Funf benar-benar sangat sibuk urusan sekolah. Yah~ inilah takdir siswa kejuruan~ *plok *malah curhat

Okidi. Mari baca~ mari baca~

.

.

Cinta itu omong kosong. Benar, tidak akan pernah ada cinta murni di dunia ini. Setidaknya itu yang dipikirkan Hyuuga Hinata. Di lain pihak, takdir, cinta, nafsu telah mengintipnya. Keposesifan akan menggerogoti jiwanya. Mulai saat itu, tubuh, jiwa dan cintanya hanya milik Uchiha Sasuke seorang.

.

.

.

Disclaimer: Naruto own by Masashi Kishimoto
Rated: M *for lemon and gore*
Genre: Romance/Drama /Crime
Warning: Typo, AU theme, OOC. Maaf saya akan buat Hinata mempunyai sifat yang benar-benar berbeda dari aslinya.

.

.

.

Dark Love
Part III : Start With Ramen
—Born To Be by Nano—

.

.

.

"Hhh… tak kusangka Ayame-san akan cuti hari ini," pelu menetes perlahan dari pori-pori kulit gadis Indigo itu. Diusapnya perlahan dengan sapu tangan yang kebetulan berada di sakunya.

Hari ini benar-benar melelahkan bagi Hinata. Setelah pulang sekolah ia bergegeas menuju restoran ramen milik paman Teuchi. Ditambah Ayame yang biasanya berbagi tugas dengannya sedang cuti. Tidak heran kalau gadis itu kewalahan dan sekarang kelelahan dikarenakan pengujung restoran ramen milik paman Teuchi ya… bisa dibilang, benar-benar laris. Tentu saja karena rasa ramen itu sendiri bisa membuat penikmatya terus menambah jumlah mangkok saking nikmatnya.

Kaki jenjang Hinata terus melangkah mengikuti perintah mutlak otaknya. Jika bisa, gadis itu wajib berlari agar ia bisa lebih cepat sampai rumah dan belajar untuk persiapan. Namun apa daya, tubuh gadis ini sudah sangat kelelahan. Apalagi, hei lihat itu bukan peluh biasa. Itu keringat dingin!

Senyum Manis terukir pada wajah porselen sang gadis. Entah mengapa rasanya rasa lelah ditubuhnya serasa hilang tanpa jejak begitu mengingat senyum matahari seorang pelanggan setia ramen paman Teuchi. Pemuda itu, Uzumaki Naruto. Dimulai dari tahun lalu begitu ia menerima tawaran pekerjaan di restoran itu. Ah tidak, mungkin diawali dengan perjumpaan dengan Uzumaki muda itu.

"Paman? Paman?" nampak seorang pemuda berambut jabrik tengan menolehkan kepalanya ke kanan dan ke kiri mencari sesuatu. Atau mungkin lebih tepatnya seseorang.

"Paman? Paman Teuchi~?" pemuda berkulit tan itu menaruh kedua tangannya di dekat mulut untuk memperbesar suaranya.

Merasa ada pelanggan, Hinata yang notabene pekerja baru segera menghampiri sang pelanggan. "Konichiwa, ada yang bisa saya bantu?"

"Ah, bisa saya pesan ramen dengan menma yang banyak?" pemuda berambut pirang itu segera menarik kursi dan mendudukinya dengan nyaman.

"Ha'i! mohon tunggu sebentar," ucap Hinata lalu segera memberikan daftar pesanan Naruto pada paman Teuchi yang tengah meminum sebotol ocha dingin.

Beberapa menit kemudian Hinata muncul dengan nampan dan mangkok berisi ramen yang mungkin hampir penuh dengan menma. Senyum tulus terukir jelas diantara rona pipi Hinata.

Begitu hendak menyajikan ramen special itu di atas meja pemuda itu, Hinata sadar kalau pemuda itu tak sendirian lagi. Sudah ada pemuda berambut aneh dengan tatapan dingin yang entah kenapa seperti mengalirkan hawa suram.

"Dozo(silahkan)," Hinata menyajikan pesanan special sang pemuda.

"Umm, a-anno… a-ada yang b-bisa sa-saya ba-bantu?" Hinata menelan ludah sebelum menanyakan hal yang 'wajib' itu kepada setiap pelanggan.

"Aku tidak suka makanan bersantan."

Lima kata. Cukup simple. Namun bermakna mendalam bagi pelayan muda ini.

"SETIDAKNYA JANGAN KEMARI JIKA KAU TIDAK INGIN MAKAN RAMEN!" ingin sekali Hinata berteriak langsung kepada pemuda 'sok keren' di depannya.

"Ah… sou ka… kalau begitu saya permisi," yap. Tentu saja Hinata tidak mungkin bisa mengucapkan kata-kata kasar dengan teriakan ditambah ekspresi meledak-ledak seperti itu.

Apalagi ternyata pipi Hinata sudah memanas tak karuan setelah cengiran pemuda pirang itu.

"Ara… ternyata Hinata-hime mukanya memerah… demam? Atau… jatuh cinta?" ledek Ayame setelah keluar dari kamar mandi dengan merapikan maid bonetnya.

"Ayame-san!" muka Hinata semakin memerah saja sepertinya.

"Bukan ya?" anak dari pemilik restoran ramen itu memasang wajah polos.

"Ngg… a-ano… ta-tapi… bisa… saja…," Hinata semakin melirihkan suaranya. Gadis indigo itu menunduk menyembunyikan wajahnya yang sudah memeanas luar biasa dengan poninya yang tak terlalu panjang saat itu.

"Aha! Sesuai harapanku kau jujur sekali Hinata-chan," Ayame segera bergelayut manja meminta penjelasan lebih jelas.

"Ah! Yamette yo Ayame-san~ geli!" Hinata berusaha melepaskan gelayutan Ayame pada pundaknya.

"Hahaha… wakatta," Wanita berambut kecoklatan itu segera menghentikan sikap manjanya. "Jadi?"

Jantung gadis Hyuuga itu seakan berdetak semakin kencang dan kemudian meledak begitu ia berusaha menunjuk satu-satunya pelanggan saat itu. Itu loh, yang barusan pesan ramen ekstra menma.

"Ara? Uzumaki Naruto? Kau menyukainya?" Ayame semakin bernafsu menggoda Hinata yang notabene pemalu dengan mengeraskan suaranya—berharap sang Uzumaki mendengarnya, namun kenyataannya pemuda itu sudah sangat asyik dengan ramennya.

"Coto! Ayame-san pelankan suaramu!" kedua pipi porselen Hinata sudah menghilang dan digantikan oleh warna memerah. "Eh? Uzumaki N-Naruto?" respon Hinata kemudian setelah ia salah tingkah di depan Ayame.

"Fufufu~ aku sudah mengenal dia sangat lama loh Hinata-chan. Dia adalah pelanggan setia Ramen Ichiraku sejak masih berbentuk kedai kecil."

"Hounto kah?" wajah Hinata berbinat berbinar begitu mendengar akan mendapat banyak informasi mengenai remaja berambut kuning itu dari temannya ini.

"Yap! Dia anak tunggal dari Uzumaki Inc. dulu saat pertama kali ke sini dia diajak Tou-sannya. Tapi lama kelamaan dia kemari sendiri dan memborong beberapa ramen," jelas Ayame.

"Me-me-meborong?" Hinata masih tidak paham dari maksud 'memborong' yang diucapkan oleh Ayame.

"Ya. Tunggu saja, sebentar lagi pasti—"

"Ayame-san! Tambah!" belum sepat Ayame menyelesaikan perkataannya, nampaknya si pelanggan sudah meminta mangkuk selanjutnya.

"Itu maksudku. Cepat layani dia. Dia tidak akan pulang sebelum habis minimal delapan mangkuk," Ayame menepuk pundak Hinata mengisyaratkan 'berjuanglah!' lalu berlalu entah kemana.

Senyum tipis yang lama-lama memudar nampak di wajah porselen Hyuuga manis itu. Berkali-kali kepalanya digelengkan ke kanan dan kekiri berusah mengusir kantuk yang tiba-tiba menyerangnya. Oh Tuhan atau siapapun tolong gadis itu!

Tangannya yang gemetar ringan mebyibakkan poninya sebelum menyentuh dahinya. "Panas," gadis itu berguman pelan sambil terus melangkah.

"Hh… Hh… Hh…," nafas berat mulai terdengar.

"Tidak! Aku tidak boleh sakit!" Hinata berusaha keras melakukan penolakan terhadap sakit di tubuhnya.

Gelap. Tiba-tiba gelap. Tepat saja, mata gadis Lavender itu kini telah tertutup rapat. Tubuh demamnya lunglai begitu saja.

GREEP

Sebelum sempat tubuh gadis itu bertumbukan dengan jalan sebuah tangan pucat telah sigap menahan gadis itu. Yang kemudian tangan itu beralih pada dahi sang gadis.

"Hn. Panas," dengan bergegeas pria berambut raven itu segera menggendong gadis Indigo itu ala bridal style. Entah kenapa pemuda stoic yang biasa memajang wajah luar biasa datar itu nampak begitu berbeda untuk saat ini. Mungkin… sedikit panik—walaupun tidak terlalu nampak.

"Kakashi!" Benar. Pemuda Stoic itu benar-benar panik. Buktinya ini pertama kalinya pemuda Uchiha itu berteriak dengan nada ketakutan.

Pria berambut silver menantang gravitasi itu sempat tercekat melihat tuan mudanya tengah menggendong seorang gadis—yang entah siapa—dengan raut wajah yang… err… khawatir. Namun dengan cepat dikembalikannya ekspresi datarnya lagi—dasar tuan dan majikan sama saja—lalu dengan sigap membukakan pintu mobil.

"Cepat jalankan ke Konoha Medical Center," perintah sang tuan muda mutlak.

"Ryoukai(Baik)," dan mobil Lamborgini hitam itu langsung melaju sekencang mungkin menuju Konoha Medical Center.

.

.

.

"Neji?"

"Uchiha?"

"Adikmu demam dan pingsan di jalan. Aku membawanya di Konoha Medical Center. Cepat datanglah."

"A-Ap—"

Trek. Tuut. Tuut.

"Hah…," batu onix yang terlihat berkilau itu tertutup sejenak oleh kelopak mata sang pemilik. Tangan pucat pemuda itu memijit ringan pelipisnya.

"Sasuke-sama," seorang pria yang tadi membantunya membawa Hinata menuju Konoha Medical Center tengah menghampirinya—lagi-lagi dengan ekspresi datarnya.

"Hn?" Sasuke yang merasa namanya dipanggil segera mendongkakkan kepalanya sekaligus meminta penjelasan lanjutan.

"Hinata-sama hanya demam. Dia kelelahan. Kata dokter, 1 jam lagi mungkin dia akan sadar," jelas sang pengawal pribadi.

"Hn," Sasuke hanya berguman pelan. Sebenarnya, jauh dari semua ekspresi anehnya itu, pemuda dingin itu bersyukur.

"Uchiha!" raungan panik terdengar setelah terdengar ribut-ribut derap langkah.

"Di mana Hinata?" teriak pemuda bersurai cokelat lembut itu panik. Deru nafasnya semakin mereda walau detakan jantungnya masih terus menghentak.

"Ruang 171," jawab Sasuke singkat.

"Ck!" dengan decakan, Hyuuga muda itu segera berlari kembali mencari ruangan dengan tulisan 171 di mukannya.

"Hinata!" pemuda bermata lavender senada dengan gadis indigo yang tengah terbaring di sebuah ranjang di dalam kamar serba putih itu berteriak sejadinya melampiaskan kehawatirannya.

Tidak ada jawaban. Benar saja, siapa yang akan menutup telinga karena teriakan Hyuuga Neji barusan jika di kamar itu hanya terdapat seorang gadis saja. Ditambah gadis itu sedang bermain di alam bawah sadarnya.

Kedua alis Neji bertaut ke atas. Sesal terus merasuki hatinya. Kenapa? Kenapa bukan dia yang menyelamatkan adiknya ini. Kenapa dia tidak bisa peka dengan keadaan adiknya?

Diusapnya perlahan pipi porselen Hinata denan sedikit gemetar. Suhu panas segera merambat melalui indra perabanya. Benar, Hinata demam tinggi.

Terdengar deru nafas khas manusia apablia kelelahan dari wajah damai Hinata yang tengah memejamkan mata. Rasa bersalah kembali merasuki Neji. Wajahnya semakin sayu.

"Gomen, Hinata…" ucap pemuda itu perlahan.

"Nghh…"

"Hinata?" Hyuuga Neji tersentak mendengar suara lenguhan Hinata.

"Kau sudah sadar?" cepat-cepat di tatapnya wajah manis gadis Hyuuga itu untuk memastikan pendengarannya memang benar atau tidak.

"Ne-neji-n-nii?" ucap Hinata lemah. Mata lavender gadis itu masih terbuka separuh. Gadis itu baru setengah sadar nampaknya. Nafas berat Hinata masih terdengar oleh pendengaran Neji. Masih terlihat jelas rona merah akibat demam di pipi porselen gadis indigo itu.

"D-doko irunda?(Ini dimana?)"

"Rumah sakit. Kau pingsan," ucap Neji datar. Mencoba menyembunyikan nada getir dalam tiap ucapannya.

CKLEK

Pintu ruangan VIP tempat perawatan Hinata terbuka sedikit. Seorang pria berambut jagged perak memunculkan kepalanya dan berkata tak kalah datarnya dari Hyuuga Neji, "Hyuuga."

Merasa dirinya terpanggil akan suatu urusan, Hyuuga Neji segera menganggukan kepalanya memahami instruksi.

"Hinata. Tunggu sebentar," Neji mengelus ringan rambut Indigo Hinata lalu berlalu meninggalkan gadis itu sendirian.

.

.

"Ada apa Uchiha?" tanya Neji dengan wajah datarnya. Kedua tangannya masuk kedalam saku celana jeans hitamnya. Oh sungguh menggugah hati setiap gadis akan ketampanan Hyuuga muda ini.

Onix kelam Sasuke nampak tak bisa tenang untuk sejenak. Pemuda tampan itu tengah berfikir. Namun, tak lama kemudian ia menghembuskan nafas pelan. "Dia sudah sadar?"

Di lain pihak Hyuuga Neji sedikit tercengang dengan tebakan Uchiha di depannya. Bagaimana dia bisa tahu? Belum ada satu suster maupun dokter yang memasuki ruang rawat Hinata semenjak adik sepupunya itu membuka matanya sadar. "… Benar. Bagaimana kau bisa tahu?"

"Hn. Kau bisa bersikap seperti ini kembali. Berarti adikmu sudah sadar."

"Oh. Dia sudah sadar memang."

"Hn."

"Bagaimana pun terima kasih Uchiha, aku akan membalas budimu."

"Tidak perlu. Dia akan segera menjadi milikku," sergah Sasuke dingin.

"Ck! Dengar Uchiha. Hinata masih berumur 16 Tahun! Biarkan dia bebas dahulu! Perjanjian itu hanya berlangsung saat Hinata berumur 17 tahun!" pemuda Hyuuga itu menatap tajam Onix di depannya seolah tidak terima.

"Hn. Tentu saja." Sasuke berlalu dengan santai tak lupa seringai liciknya selalu melekat pada wajah tampannya.

.

.

.

"Nii-san? Kenapa kau sangat lama?" tanya Hinata saat menyadari kakak sepupunya itu memasuki ruangannya.

"Maaf," hanya itu respon Neji.

"Siapa pria tadi?" Hinata kembali bertanya.

"Hanya teman," jawab Neji dingin seperti biasa.

"Nii-san… saat pingsan, aku bermimpi… aku kecelakaan dan hampir mati. Lalu seseorang memberikan darahnya padaku. Apakah aku pernah kecelakaan… Nii-san?"

Bersamaan dengan terlontarnya pertanyaan polos Hinata itu, Athemys milik Neji membola sempurna.

.

.

.

To Be Continuted

.

.

PENDEK? :D

Saya sengaja :p *plak

Baiklah baiklah untuk masalah Sakura, harusnya di sini ada Sakura juga. tapi entar dikir saya cari ribut yaudah saya puter otak buat ngehapus chara Sakura. tapi mungkin Sakura bakal muncul kok tenang saja.

Nah~ sekarang masuk POJOK REVIEW ^^

Renita Nee-Chan : Iya, Saya juga gak sabar :p

aindri961 : Makasih :3 HA HA *duar

Samael D'Lucifer : karena saya suka liat muka Hina pas ketakutan HA HA :v makanya saya buat Sasuke kejam :v HA HA. Hina gak cinta Sasuke? ah :) entar jadi spoiler

hinatauchiha69 : maaf tidak bisa update kilat. saya siswa SMK yang banyak tugas soalnya -_- *curhat* saya suka yang pendek-pendek sayangnya :p *plak*

Moku-Chan : akan saya pertimbangkan ^^

Na'cchan Tsuki No Me : tapi saya suka lihat Sakura menderita :3 *smirk* *plak*

RahAiu : ini dia lanjutanya~ HA HA

kirigaya chika : terima kasih ^^ ah maaf saya menolak sufix "chan" ._.

kensuchan : Ah tidak masalah asalkan anda terus repiuw :p HA HA. Iya sebenarnya Sasuke vampir loh :v *plak HA HA

Luluk Minam Cullen : itu hanya awal kok ^^ jangan khawatir... SEGERA :p HA HA

snhindigohime : bisa jadi :p *plak

uchihyuu nagisa : nah ini review yang sangat saya nantikan ._. terima kasih atas krtikannya. iya, saya gak bakat buat lemon tapi nekat -_- /bodoh. untuk penjelasan SasuSaku ada di chap depan, depannya lagi :p /bercanda. masalah Naru, mungkin si Naru katarak *plak. maaf saya hanyalah author bodoh T^T tolong kritik lagi ya. ^^

Ay shi Sora-chan : ini sudah lanjut~ HA HA. salam kenal Sora-san. saya Funf ^^

Sasu'ai'hina : maaf ya nggak ada warning lemon SasuSaku. iya pairnya cuman lewat kok. saya usahakan BDSM :v /SPOILERALETR!

Eigar alinafiah : :) kalo saya kasih tau spoiler dong HA HA

HimeLov : ini lanjutanyna ^^

sh always : yosh~ berarti sayahampir berhasil membuat karakter Sasuke seperti yang ada dipikran saya ^^ terima kasih

Buuuuuuuu : ini sudah lanjut HA HA

susi : maaf membuat anda menunggu T^T saya harp chap ini memuaskan(?) :v

white rabbit : terimakasih dukungannya ^^

Orange's Caramel : ini lanjutannya ^^

himenaina : maaf tidak bisa update kilat T^T. iya Sasuke kan emang gitu sifatnya :3

putchy-chan : ini lanjutannya ^^

the trouble : terimakasih dukungannya ^^

Sasu'ai'hina : ah anda ikut campur-campur juga gak masalah kok HA HA :p but, terima kasih dukungannya ^^

yumi uchiha : ini sudah lanjut

violet orchid : ini sudah lanjut ^^

Pinus Basah : ini sudah update ^^


Semoga dengan updatenya chapter 3 ini kalian semua para reader tidak berbalik membenci saya karena ide cerita saya yang aneh ini.

Terima kasih untuk Follow dan Favorite anda sekalian.

Dukungan anda semua yang telah membuat saya maju sedemikian rupa.

Terima Kasih.

Want to Review?

Tentaiki H Funf