Etto…

Konichiwa minna… genki desu?
Maaf saya benar-benar minta maaf! Hountou ni gomennasai… The Poralid Camera's harus discontinuted… T^T

Namun sebagai gantinya saya membuat fic ini untuk menggantikan fic The Poraloid Camera's walaupun ceritanya beda jauh ._.

Special for my best friends: Felicia Setiawan & Rizki Agung Martadiraja

.

.

.

Cinta itu omong kosong. Benar, tidak akan pernah ada cinta murni di dunia ini. Setidaknya itu yang dipikirkan Hyuuga Hinata. Di lain pihak, takdir, cinta, nafsu telah mengintipnya. Keposesifan akan menggerogoti jiwanya. Mulai saat itu, tubuh, jiwa dan cintanya hanya milik Uchiha Sasuke seorang/"Selamat datang Hyuuga Hinata. Milikku."

.

.

Disclaimer: Naruto own by Masashi Kishimoto
Rated: M *for lemon and gore*
Genre: Romance/Drama /Crime
Warning: Typo, AU theme, OOC. Maaf saya akan buat Hinata mempunyai sifat yang benar-benar berbalik 90 derajat dengan aslinya.

.

.

.

Dark Love
Part I :Wellcome
—Trick and Treaty by Kagamine Len—

.

.

.

"Baiklah tou-san! Jika itu mau tou-san aku akan pergi!"

BRAAAK

Gadis berambut indigo itu membanting pintu yang bergaya tradisional khas Jepang dengan keras. Dan dengan cepat kakinya berlari menuju kamarnya.

BRAAAK

"Hinata! Apa yang kau lakukan! Apa kau sudah gila?" Hyuuga Hiashi—Ayah gadis itu—memasuki kamar gadis itu dengan berteriak.

Nampak gadis bernama Hinata itu tengah menutup resleting kopernya. Butir-butir air mata terus-menerus membuat anak sungai di pipi polos Hinata.

"Iie(tidak)… Aku akan benar-benar pergi. Tolong Tou-san jaga Hanabi dengan benar. Jangan sampai ia mengetahui kelakuan Tou—anda sebagai ayahnya," Hinata berlalu meninggalkan ayah—ah tidak, Hinata sudah menyebut ayahnya dengan panggilan 'anda' yang berarti Hinata sudah tidak menganggap orang itu sebagai ayahnya lagi.

Sudah cukup. Hinata sudah lelah menahan perasaannya. Rumah ini mewah namun bagaikan neraka.

Dia benar-benar membenci Hyuuga Hiashi! Pria itu telah membunuh ibunya! Membuatnya menangis setiap saat!

Mulai saat itu…

Gadis lavender itu sama sekali tak percaya cinta sedikit pun.

.

.

.

"Terima kasih atas semuanya Hizashi-san," Hinata menunduk hormat pada pria paruh baya di hadapannya.

"Hinata aku sudah menganggapmu seperti anakku sendiri. Kakakku Hiashi memang keterlaluan," ucap Hizashi Hyuuga setelah melipat Koran yang ia baca.

"Itu sudah 3 tahun lalu. Saya bahkan sudah melupakannya. Saya berharap Hanabi baik-baik saja disana," gadis Hyuuga itu menerawang jauh.

3 Tahun lalu Hinata meninggalkan tempat kelahirannya di Jerman.

Semua berawal saat ayahnya tengah mendapat proyek besar di negara itu. Memaksa kedua suami istri beradaptasi dengan keadaan Jerman. Setelah hampir 2 bulan di Jerman sang istri melahirkan seorang bayi manis bernama Hinata.

2 tahun kemudian lahirlah sang adik yang lalu diberi nama Hanabi. Keluarga itu benar-benar damai. Tidak ada masalah berat yang sulit diselesaikan.

Sampai suatu ketika sang istri mengetahui perselingkuhan sang suami. Sang istri sakit hati dan kedua suami-istri itu bertengkar hebat. Dan mungkin karena bisikan iblis tangan sang suami meraih sebuah vas bunga yang kebetulan ada disampingnya. Merasa tertekan dengan ancaman sang istri, tanpa menghiraukan apapun sang suami menghantamkan vas bunga keramik itu dikepala istrinya. Sang istri tewas seketika.

Media massa sempat heboh dengan kematian sang istri pemilik perusahaan Hyuuga Inc. Kabar mengatakan sang istri tewas karena diserang perampok.

Benarkah begitu?

Entahlah. Tidak ada satu pun saksi mata saat itu. Mungkin para pelayan mengetahui itu. Namun mustahil para pelayan itu tidak ikut-ikutan menutupi kebohongan itu.

Namun ada seorang saksi yang mengetahui kebenarannya dari awal sampai akhir. Yaitu Hyuuga Hinata sang putri pertama sendiri.

Ada beberapa alasan yang mendorong gadis indigo ini tidak segera melaporkan sang ayah kepada yang berwajib. Dan itu hanya diketahui Hinata sendiri.

"Sebentar lagi saya akan masuk ke Senior High School. Dan besok adalah pendaftarannya. Saya pasti akan lulus test-nya dan masuk Konoha International Senior High School (KISHS)," Hinata menatap tajam pamannya dengan penuh keyakinan.

"Kau pasti bisa melakukannya Hinata. Neji saja bisa, kenapa kau tidak?" Hizashi balas menatap Hinata dengan serius.

Bibir gadis itu nampak sedikit melengkung kebawah. "Arigato Hizashi-san."

"Karena itu. Saya berterimakasih atas semua yang anda lakukan. Saya benar-benar berhutang pada anda. Namun saya tidak bisa seperti ini terus. Uang yang saya peroleh dari kerja sampingan selama ini telah cukup untuk menyewa apartemen dekat KISHS. Saya akan—"

"Tidak." Sang Hyuuga dewasa menyela.

"Ojii-san?" Hinata menatap pamannya bingung.

"Aku juga tidak mengijinkannya," sebuah suara pemuda familiar bagi Hinata terdengar.

"Neji-nii?"

"Aku tidak rela sama sekali kalau adikku tinggal sendirian," jawab Neji dingin.

"Demo(tapi kan)…," Hinata menatap sang paman dan sang kakak bergantian dengan wajah memelas.

"Kau yakin sudah bisa mengurus dirimu?" sang paman angkat bicara.

"Tentu saya bisa!" jawab Hinata yakin.

"Tapi Tou-san! Hinata baru 15 tahun!" teriak Neji hampir out of character.

"Hinata, kau sanggup menjaga dirimu kan?" Hizashi sama sekali tak memperdulikan Neji. Mata peraknya berfokus pada Hinata.

Hinata mengangguk mantap meyakinkan pamannya.

"Baiklah namun jangan segan-segan kemari jika ada masalah. Kami selalu menerimamu sebagai bagian keluarga kami. Dan jika ada masalah di KISHS kau bisa langsung menghubungi Neji."

"Arigato Ojii-san! Neji-niisa—"

"Aku akan selalu mengawasimu. Camkan itu," Neji memotong ucapan Hinata dengan dingin dan tegas. Tangannya ia silangkan lalu berlalu menaiki tangga menuju kamarnya.

.

.

.

Hari ini. Jantung Hinata tak henti-hentinya berdegup kencang.

Ia berhenti sebentar memandang pintu gerbang besar KISHS. Ini kedua kalinya gadis itu melewati gerbang ini. Setelah pendaftaran dan test masuk kali ini gadis ini akan masuk dengan tujuan melihat papan pengumuman.

Gadis berkulit putih ini menarik nafas dalam-dalam dan melangkah memasuki KISHS. Berkali-kali ia menarik nafas dan menghembuskannya dengan kuat untuk menenangkan jatungnya yang berasa ingin melompat dari tempatnya.

Papan pengumuman itu sudah dipenuhi oleh calon-calon siswa tahun pertama KISHS.

'Pasti diterima,' pikir Hinata yakin.

Gadis bermarga Hyuuga itu menarik nafas dalam-dalam lagi. Kakinya mengambil jarak lebar. Dikerahkannya seluruh energi dari sarapannya. Dan mulai menerobos kerumunan di depan papan pengumuman.

Setelah berhasil mencapai bagaian terdepan kerumunan. Hinata langsung dihadapkan oleh nama-nama calon siswa tahun pertama KISHS.

'Kami-sama! Aku pasti diterima!' teriak Hinata dalam hati yakin.

'Yosh!' Hinata menelan ludahnya. Lagi-lagi diambilnya oksigen disekitarnya dengan rakus.

Mata silver gadis itu mulai menjelajahi nama-nama yang ada pada papan itu. Dimulai dari akhir, yaitu urutan 306.

306. Shibuya Manami.
305. Kaeru Kimine.
304. Yoshitoki Kagawa.

276. Hanazawa Megumi.
275. Rito Ryuzaki.

210. Takumi Saitou.

121. Uzumaki Nagato.

36. Hozuki Suigetsu.

10. Uchiha Sai.

Sudah sampai 10 besar. Air mata mulai membahasi pipi merona sang gadis.

2. Haruno Sakura.

'Selamat tinggal, KISHS. Selamat tinggal Neji-nii.'

Ya takdir memang kejam. Kita sudah berusaha sekeras mungkin untuk belajar. Namun inilah hasilnya. Ia memang tidak pantas memasuki sekolah bergengsi ini.

Hinata sudah tidak bisa menatap nama siapa sang peringkat 1. Tahu pun gadis ini akan menangis. Namun entah kenapa bola matanya tetap berusaha terbuka untuk mengetahui siapa sang peringkat 1.

1. Hyuuga Hinata.

'Nani?(Apa?)' Hinata tidak salah lihat kan? Apa ini halusinasi karena putus asa?

"Omedettou(Selamat) Hinata-hime."

Hinata menolehkan kepala mencari tahu sang asal suara. Dengan mata merah dan berair gadis Hyuuga itu menemukan Hyuuga Neji tengan menyilangkan tangan dan tersenyum tipis.

Hyuuga Neji mendekati Hinata. Tangannya mencari sapu tangan di saku celananya dan membasuh perlahan air mata Hinata. "Tak kusangka kau berada di peringkat pertama."

Hinata membelalakkan matanya. Ia benar-benar di peringkat pertama? Yang benar saja! Segera gadis lavender itu kembali menatap papan pengumuman. Benar di samping angka 1 itu terdapat namanya. Hyuuga Hinata. Ini bukan mimpi. Dia memang mendapat peringkat pertama.

"Ha…Ha…Hahahaha!" air mata kembali mengalir dengan derasnya dari pelupuk mata gadis itu.

Dipelukknya sang kakak. Kebahagian dan kehangatan telah menyelimutinya kali ini.

"Omedettou Hinata-hime," ucap sang kakak lagi dengan mengelus rambut indigo sang adik.

Dari kejahuan nampak bola mata onix tengan manatap kea rah kedua Hyuuga itu tengah berpelukkan.

"Sedang apa kau teme?" tanya seorang pemuda pirang disampingnya.

"Urusai Dobe (berisik Dobe)."

"Hah… setidaknya beri tahulah aku sesuatu mengenai Kaguya Inc. aku bingung…," si Dobe mengehela nafas putus asa.

Pemuda bermata onix dan berambut raven itu berpikir sejenak. "Hn. Ayahmu berhutang padaku karena aku mengajarimu sedikit. Terima mereka."

"Thanks Teme! Ya, akan kusampaikan pada Tou-san kau sudah memperawani seorang gadis tahun pertama."

Sekarang pengganggu telah pergi. Bakteri berwarna kuning cerah itu pasti sudah pergi menelepon Kaguya Inc.

Mata onixnya berkilat sebentar menatap kembali para Hyuuga yang sudah berjalan pergi.

"Nah, Selamat Datang Hyuuga Hinata. Milikku."

.

.

To Be Continuted

.

.

Muehehehe X3 Akhirnya saya buat FF lageee~ ahoy~

Nah nah~ sesuai janji saya buatin SasuHina ~

Sebenarnya semangat menulis saya muncul lagi setelah menbaca fic THE REASON by Morena L .

Nah… saya akan berusaha untuk tidak mendisctountinuted Fic ini! Doakan saya ya :3 *halah

Woke~ sekarang sampaikan kegregetan(?) anda sekalian di kolom review ya!

Arigato Gosaimash!

Jaa Next Chap!

\(^o^)/