Disclaimer : Bleach belong to Kubo Tite.

Unexpected Mate

Chapter 4 - End


"Apa yang kau lakukan pada Onnaku?!" bentak Grimmjow, tangannya menepis lengan Kisuke.

Kaget beberapa detik, akhirnya Kisuke bertanya, "Apakah kau adalah Grimm-chan yang dimaksudkan Inoue-san?"

"Grimmjow!" Geram pemuda berambut biru, tatapannya mengancam.

Kisuke sendiri tak mengindahkan ancaman yang diberikan pemuda itu, alih-alih takjub akan sosok yang kini berada di depannya tersebut. "Aku tak percaya ini. Kau benar-benar seorang manusia"

"Mundur!" geramnya lagi, masih mengancam.

Namun kemudian Orihime meraih lengan Grimmjow dengan miliknya, seraya berkata "Tidak apa-apa Grimm-chan, aku mengenalnya. Orang ini,.. mau menolongku."

Mendengarnya, Grimmjow mengernyitkan alis namun kemudian mundur beberapa langkah bersama Orihime. Manik birunya kini memandang sesuatu yang sedang digenggam gadis itu. "Apa yang kau genggam?" tanyanya.

"I-ini adala-" belum sempat Orihime menyelesaikan kata-katanya, Kisuke memotong. "Ramuan untuk mengembalikanmu menjadi sosok kucing. Jika suatu saat keberadaanmu menyulitkan bahkan membahayakan Inoue-san maka kau harus meminumnya."

Tatapan Grimmjow kembali pada mata tersembunyi Kisuke, jelas kebingungan, "Apa...?"

"Tidak! Aku tidak akan pernah membiarkannya!" Jerit Orihime, ia sedikit mendorong Grimmjow sehingga kini ia kembali berhadapan dengan Kisuke. "Terima kasih banyak atas bantuan Anda Kisuke-san, tapi apa yang terjadi pada Grimm-chan adalah aku dan dia yang memutuskan. Sampai jumpa." Ucapnya sambil membungkuk kilat dan dengan cepat menarik lengan Grimmjow, pergi menjauh meninggalkan Kisuke.

Kisuke melihat siluet dua orang yang semakin menghilang, "Oh my, my. Tidak buruk juga. Melihat keposesifan pemuda itu kurasa mereka akan baik-baik saja." desis Kisuke sambil menyeringai, kini berbalik untuk meninggalkan juga tempat itu.

Grimmjow menyadari posisinya, jelas Orihime terganggu dengan wujudnya yang sekarang. Maka saat ia tau bahwa ada cara untuk mengembalikan semuanya, pasti akan Grimmjow lakukan.

"Lepaskan, Onna!" perintah Grimmjow saat tangan Orihime mengunci jemarinya, "Aku perlu bicara dengan orang itu da-"

"Itu tidak perlu, Grimm-chan." Ucap Orihime tak biasanya setegas ini.

"Kau!" kesal Grimmjow, tapi tetap saja ia mengikuti langkah cepat Orihime.

Setelah itu tak ada satu suara pun yang keluar dari mulut Orihime maupun Grimmjow saat mereka berjalan cepat menuju apartemen. Sesampainya di apartemen, Orihime segera mengunci pintu di depannya, lalu berbalik menghadap Grimmjow dan melangkah menghampirinya.

"Tidak apa-apa Grim-chan, semua akan baik-baik saja." Ucap Orihime kini sepenuhnya tersenyum.

Grimmjow memandangnya, menyipit. "Kau harus mengambil keputusan." Katanya.

"A-apa ya-" Grimmjow membungkam mulut Orihime dengan telunjuknya,

"Kau tahu apa yang kumaksud, Onna."

Orihime balik memandang mata biru pemuda di depannya, "Kau akan tetap jadi manusia."

Kini Grimmjow menyeringai dengan sedikit "Tch." Dan berkata, "Kau naif."

"Aku tau apa yang aku lakukan." Kata Orihime.

Dengan seringaian lebih lebar, pemuda itu bertanya "Benarkah?" Satu tangan Gimmjow meraih helaian surai merah jingga Orihime dan menggulung helaian itu di jemarinya lalu dengan perlahan membawa gulungan itu ke hidungnya. Grimmjow membaui rambut Orihime sebelum kemudian menciumnya. Pipi Orihime merona.

"Kau tidak akan pernah bisa menduga apa yang akan aku lakukan padamu dalam wujud ini." Grimmjow melepaskan rambut Orihime alih-alih membelai pipi yang sedang memerah itu.

"Kau tidak akan menyakitiku, Grimm-chan." Ucap Orihime, pada akhirnya. Ia mencoba membuat suaranya terdengar tenang.

"Kubilang Grimmjow, Aku bukan Grimm-chanmu." Tekan Grimmjow, "Kau pasti sudah tau kalau aku hanyalah jiwa yang terjebak dalam kucing itu, kan? Sejak awal aku tidak pernah jadi kucingmu, Hime.

"Itu..., tidak benar." Orihime mulai gugup.

"Tch, kau keras kepala." Ucapnya, kini jemari Grimmjow meraih dagu Orihime dan mendongakan kepala gadis itu perlahan. Aksi Grimmjow itu sukses membuat Orihime panik sehingga ia sempat memalingkan tatapannya sebelum kemudian Grimmjow kembali mengangkat dagu sang gadis sehingga manik keduanya kembali saling menatap.

Grimmjow mulai membungkuk dan mendekatkan wajahnya ke wajah Orihime. Memperhatikan Grimmjow perlahan mendekat, membuat wajah Orihime kini berwarna merah padam. Melihat reaksi yang ditunjukan gadis itu, Grimmjow menghentikan wajahnya tepat saat hidung mereka mulai bersentuhan, matanya tak meninggalkan mata Orihime. Dengan jarak yang sangat dekat seperti itu, Orihime dapat melihat dengan jelas seringaian yang perlahan muncul menghiasi wajah tampan pemuda dihadapannya.

"Lihat, kau takut." Goda Grimmjow, napasnya berhembus menyapu mulut luar Orihime.

Meski suaranya bergetar namun Orihime mampu berkata dengan tegas. "Aku.. tidak takut."

Grimmjow sedikit kaget mendengar jawaban seperti itu, terlebih saat melihat ekspresi lembut namun tegas yang dipakai Orihime seolah menunjukan tubuh dan kepala gadis itu yang sedang bergetar bukan karena ketakutan, tepatnya rasa takut pada sang pemuda. Maka Grimmjow melepaskan dagu Orihime dan menjauhkan wajahnya untuk mundur pada posisi semula. Lalu berkata, "Dengar, aku bisa melakukan banyak hal dengan wujud ini."

"Aku tau." Ucap Orihime sambil mengatur napasnya. "Kau bisa memakai baju, berbelanja, jalan-jalan da-"

Kini Grimmjow mengacak wajah dan rambut birunya dengan satu tangan, frustasi. Innocent girl, pikir Grimmjow lalu ia memotong perkataan Orihime. "Semuanya akan lebih mudah bagimu jika aku tetap menjadi seekor kucing."

"Tapi aku tidak keberatan jika kau tetap menjadi manusia,"

"Hime." Bisik Grimmjow. "Jika aku manusia, kau akan memperlakukanku dengan berbeda. Bukan itu yang ku mau." Manik birunya kembali menatap Orihime, "dan aku akan memperlakukanmu dengan berbeda pula. Kuyakin, bukan itu yang kau mau."

"Tidak! Tidak akan ada bedanya, Grimm-chan." Kata Orihime keukeuh. "Kau benar. Aku berharap supaya bisa berbicara denganmu, aku mengharapkan seorang teman. Dan kau sekarang disini, aku bahagia sekali."

Hening.

"Maafkan aku karena aku tidak mengerti. Aku hanya tidak ingin kau pergi. Kau sudah berjanji akan menemaniku. Aku tidak ingin kau menjadi kucing lagi." Jelas Orihime.

Grimmjow memandang Orihime lagi, menimbang-nimbang lalu ia menyerah. Diraihnya tubuh Orihime dengan kedua tangan kekarnya memeluk pinggang langsing gadis itu. "Aku, selalu ingin memelukmu seperti ini. Tidak bisa kulakukan jika aku seekor kucing, memang." Sembari berkata demikian, Grimmjow mengistirahatkan dagunya di bahu Orihime dan menutup matanya.

Orihime sedikit terpaku, namun kemudian satu lengannya terangkat ke atas kepala Grimmjow untuk membelai rambut biru pemuda itu dengan lembut. Orihime pun menyandarkan kepalanya pada kepala Grimmjow dan berbisik, "Lagipula kau benar-benar sudah menjadi manusia sekarang, kau sudah bukan sebuah jiwa lagi tapi kau memiliki raga! Kurasa minuman itu pun tak akan berguna."

"Sepertinya." Jawab Grimmjow singkat. "Lalu kenapa aku mempunyai tubuh ini lagi? Kupikir aku sudah lama mati."

Dari balik bahu Grimmjow, Orihime dapat menatap langit malam diluar jendela apartemen. Dilihatnya bulan masih bersinar terang meskipun sudah tidak purnama, Orihime tersenyum. "Kau percaya pada harapan yang dikabulkan? Kurasa inilah salah satunya."

Grimmjow hanya bergumam pelan, "Hm.. Terdengar tepat sepertimu."

"Aku menyayangimu." Kata Orihime tiba-tiba.

"Hm?" Grimmjow membuka mata dan melepaskan pelukannya. Dipandangnya Orihime sambil pemuda itu mengernyitkan alis.

Orihime tersenyum lembut dan berkata lagi, "Aku selalu menyayangimu saat kau adalah seekor kucing, dan sekarang saat kau adalah seorang manusia, kurasa..." Pipi Orihime memerah, "Kurasa, aku mencintaimu."

"Ha, benarkah?" Grimmjow tersenyum, menggoda. Lalu sekali lagi pemuda itu membungkuk dan mendekatkan wajahnya pada Orihime. Seperti sebelumnya, Grimmjow menghentikan gerakannya saat wajahnya tepat berjarak hanya beberapa centimeter dari wajah Orihime.

Orihime tersipu malu namun kali ini kedua tangannya meraih pipi Grimmjow. Lalu tanpa ragu gadis itu menutup matanya dan menempelkan bibirnya di bibir Grimmjow. Grimmjow yang memang mengharapkan hal ini, langsung mengecup Orihime sambil kembali memeluknya. Dan saat Orihime merespon ciumannya maka Grimmjow menghadiahinya dengan kecupan yang semakin dalam dan mesra.

Ketika mereka kembali saling memandang, dengan wajah yang masih tersipu Orihime tersenyum dan berbisik dengan lembut, "Kau tidak akan kemana-mana lagi kan? Kau sudah janji."

Kini saat Grimmjow sudah kembali pada dirinya, dia menyeringai lebar. "Ya aku memang berjanji," lalu dengan segala sifat wildnya yang juga kembali saat itu juga, ia menggoda dengan berkata "-tapi itu tergantung pada seberapa lembut kau akan membelaiku, dan seberapa hangat kau mendekapku lagi, Onna." Syarat Grimmjow puas, ia menarik tubuh Orihime dengan agak paksa sekarang, dan menenggelamkan wajahnya diantara tulang selangka Orihime.

"Tu-tunggu Grimm-chan kau tidak boleh-"

"Grimmjow! Atau aku tidak akan berhenti." Katanya ditengah aktivitasnya menelusurkan hidungnya pada leher Orihime.

"Ya, ya Grimmjow! Henti- aaaaah!" Grimmjow benar-benar menyeringai puas, kali ini ia menempelkan bibirnya disana. Orihime telah memanggilnya dengan nama sesuai yang ia pinta, tapi nampaknya Grimmjow tidak berniat berhenti. Sontak wajah Orihime memerah sangat pekat dan lebih pekat lagi, namun ia tidak lagi berontak alih-alih tenggelam dalam aksi brutal yang dilakukan oleh pemuda yang pernah menjadi hewan peliharaan kesayangannya itu.

TAMAT


Terima kasih telah membaca dan terima kasih juga atas reviewnya, author jadi tambah semangat :)

Thanks for all the cheers, so I can finish this story^^