Disclaimer : I own Nothing

Unexpected Mate


Sepeninggalan kakaknya, Orihime selalu merasa kesepian. Kecuali satu sosok yang selalu menemaninya yaitu kucing hitam peliharaannya. Lalu bagaimana bila kucing tersebut menanggapi harapan Orihime di suatu malam saat bulan purnama, dan Orihime tiba-tiba menemukan seorang pemuda asing di kamar apartemennya?


Malam itu Orihime Inoue meringkukan tubuhnya dibawah balutan selimut tipis, pandangannya tertuju pada sebuah pigura berisikan foto kakaknya yang sedang tersenyum. Satu tangannya memeluk erat sesuatu yang kini sedang dielus-elusnya dengan lembut. Bibir mungilnya menyunggingkan senyum tipis, meski begitu wajah sendunya tetap tersirat jelas disana.

"Selamat malam, Onii-chan." Desahnya pelan, setelah itu Orihime menggulingkan badannya ke arah lain, menghadap tepat ke arah jendela yang kini sedang memperlihatkan sosok bulan yang bersinar hampir penuh. Satu-satunya penerangan di kamar itu adalah sinar bulan yang menembus masuk menimbulkan efek remang-remang. Gadis berambut merah jingga itu memandang sendu bulan diluar sana. Dia teringat bahwa dulu kakaknya sangat menyukai bulan, terutama saat bersinar penuh. Senyuman yang ia jaga sedari tadi kini perlahan memudar. Matanya mulai berkaca-kaca. Lagi, mulut mungilnya menggumamkan sesuatu, "Ji-jika, jika Onii-chan masih hidup, pasti saat ini kau sedang menemani Orihime memandang bulan, lalu kau akan berkata bahwa aku tidak akan pernah.. merasa takut.. atau sepi.. a-atau merasa sendiri.." air mata kini mengalir melalui pipinya. Terkadang saat malam tiba, gadis itu tidak bisa menahan rasa rindu terhadap kakaknya itu. Kakak Orihime, meninggal akibat kecelakaan lalu lintas 5 tahun lalu. Karenanya semenjak itu Orihime tinggal sendirian di sebuah apartemen peninggalan kakaknya.

Orihime kini benar-benar terisak dengan kedua mata terpejam, meluapkan segala kesedihannya sambil mengencangkan pelukannya pada sosok hitam mungil yang berada didadanya. Tanpa sepengetahuannya, sosok mungil dalam dekapannya itu telah memperhatikannya sedaritadi. Sebuah manik runcing yang bercahaya biru dalam keremangan itu menatap tajam wajah elok sang gadis tak luput pula segala kesedihan yang tertera disana. Mata Orihime kembali terbuka saat sosok itu bersuara, "Meow" yang membuatnya kembali terlonjak pada kenyataan. Melihat kucing hitam dalam dekapannya, Orihime kembali menyunggingkan senyum, "Hmmhhhm? Tidak apa. Maaf membuatmu khawatir." Dengan sangat lembut, Orihime mengelus kepala sang kucing. Namun kucing tersebut berontak yang membuat Orihime melonggarkan pelukannya, membuat sang kucing mampu mendekatkan kepalanya ke wajah gadis itu dan mengulurkan lidahnya untuk menjilat air mata Orihime. Sontak Orihime terkikik, "Hahaha Itu geli...geli". Sang kucing berhenti menjilati wajah orihime saat kedua tangan gadis itu kembali mendekap tubuh sang kucing. Tangan lembut kembali membelai si Kucing, "Yosh, yosh, aku janji aku tidak akan menangis lagi. Terima kasih karena kau selalu berada disini..." dan dengan suara lembut Orihime berbisik , "Tapi.. sebagai gantinya, kau harus berjanji akan terus menemaniku, selamanya. Ya?" Lalu Orihime mencium kepala si kucing, meski kucing tersebut kembali berontak. Sang kucing memang selalu memberontak kapanpun Orihime mencoba mendekap atau membelainya, apalagi saat menciumnya. Tapi sekalipun Orihime tidak pernah merasakan cakaran kuku tajam kucing tersebut, karena itu Orihime tetap memaksa memeluk sang kucing malang dengan eratnya. Lalu ditatapnya manik biru sang kucing dan Orihime berkata, "Selamat malam, Grimm-chan". Kemudian gadis itu terlelap dalam mimpinya.

Esok paginya Orihime terbangun saat matahari sudah mulai naik. Ia menyadari kucing hitam mungilnya kini sudah tidak lagi berada disampingnya. Memang selalu begitu, disaat kebanyakan kucing lain sangat menggemaskan karena sifatnya yang manja, juga dengkuran halusnya jika kepalanya dibelai sayang, namun tidak dengan kucing hitamnya itu. Kucing yang selalu dianggapnya mungil itu sebenarnya jauh dari kata mungil. Kucing hitam tersebut sudah ia pelihara selama 3 tahun, sejak pertama kali kucing itu tersesat masuk ke apartemennya dan Orihime memutuskan untuk memeliharanya. Sejak saat itu Orihime dapat sedikit mengobati rasa kesendiriannya, kehadiran kucing tersebut perlahan mampu menutup luka sepeninggal kakaknya. Memang sejak awal muncul, tubuh kucing itu sama sekali tidak mungil. Kucing hitam dewasa berkelamin jantan itu memiliki tubuh ramping gagah menyerupai macan kumbang. Meskipun tubuhnya agak lebih besar dari kucing biasa, juga peringainya yang buas seperti kucing liar namun Orihime tetap bersikeras untuk memeliharanya. Dan benar saja, meski buas dengan gigi taring runcingnya, tak pernah sekalipun kucing itu melukai Orihime.

Orihime bergegas pergi ke sekolah, namun seperti biasa ia menyiapkan semangkuk susu dan sereal kucing terlebih dahulu. Diambilnya kotak susu terakhir, lalu ia bergumam, "Ah, aku kehabisaan susu. Grimm-chaaaaan" panggilnya. Sesaat kemudian Grimm, nama kucing itu, muncul dan menikmati sarapannya bersama dengan Orihime yang sedang mengunyah rotinya. Selesai makan, Orihime segera beranjak pergi dan Grimm seperti biasa mengantarnya sampai pintu. Orihime berpamitan dengan menggumamkan kata "Jaga rumah" dan "Aku akan kembali" sebelum akhirnya ia mengunci pintu tepat saat Grimm mengeong "Meooww" seakan menjawab pesan tuannya dengan pengertian.

Orihime pulang saat hari sudah mulai larut karena kelas tambahan yang diadakan oleh gurunya secara tiba-tiba, sehingga ia sekarang tergesa-gesa pergi ke supermarket untuk membeli persediaan susu yang habis. Jika aku tidak cepat, Grimm-chan akan mati kelaparan, pikirnya. Dengan berlari, Orihime menggandeng sekantong penuh susu kotaknya, sambil pikirannya dipenuhi kekhawatiran akan kucingnya yang marah karena tidak diberi makan. Sehingga Orihime hampir tidak menyadari saat seorang gadis kecil sedang berjalan didepannya, karenanya ia menabrak gadis tersebut dan dengan suara "BUK!" keras, keduanya terjatuh.

"Aw!" teriak Orihime. Saat ia membuka matanya, ia melihat gadis berambut hitam dengan kepang dua didepannya sedang terduduk dengan posisi yang sama. "Ururu-chan! Kau tidak apa-apa?" serunya.
"Umm, aku tidak apa-apa." Jawab Ururu.

"Maaf aku tidak melihatmu, sedang apa kau malam-malam begini?"

"Ano, Kisuke-san memintaku untuk mengantarkan sesuatu," Ururu menunjuk pada kantong yang sekarang isinya telah berserakan di tanah. Rupanya masing-masing isi kantong yang dibawa keduanya telah sama-sama berserakan.

"Aaaah!" Orihime kembali berteriak dan dengan cepat ia membereskan kantong-kantong tersebut. Dengan segera ia memberikan satu kantong pada Ururu dan segera berpamitan dengannya setelah meminta maaf sekali lagi dan menyuruh gadis kecil itu untuk segera kembali ke tempat Kisuke. Orihime pun kembali berlari menuju apartemennya.

Saat ia membuka pintu, seperti biasa kucing peliharaannya sudah menunggunya di depan pintu. Maka Orihime langsung menggendong kucing itu dan membelainya. "Maafkan aku Grimm-chan pasti sekarang kau kelaparan, aku akan segera membuatkan makan malammu." Kata Orihime Lembut.

Keduanya menikmati makan malam sambil memandang bulan yang kini bersinar bulat sempurna dari jendela apartemen mereka. Orihime kini menempatkan sang kucing dipangkuannya. Sambil menatap kucing itu, ia berkata "Grimm-chan, aku berharap kau akan selalu bersamaku. Seandainya kau bisa bicara pasti akan sangat menyenangkan. Tapi dengan kau menemaniku seperti ini saja, aku senang. Jangan pergi kemana-mana, janji ya?" Kucing dalam pangkuannya hanya mengeong saat tangan lembut gadis itu menggelitiki leher sang kucing. Setelah Orihime membersihkan tubuhnya, ia pun tertidur sambil tetap mendekap teman kecilnya seperti malam-malam sebelumnya.

Saat esok paginya Orihime terbangun, ia terkejut karena Grimm masih tertidur pulas disampingnya. Orihime khawatir jika kucingnya itu sakit karena jarang sekali ia menemukan Grimm masih tertidur saat hari sudah siang begini. Namun setelah ia memastikan semuanya baik-baik saja, dan setelah ia menyiapkan sarapan kilat untuk kucingnya saat bangun nanti, ia bersiap untuk pergi ke sekolah karena ia sudah hampir terlambat. Sorenya, Orihime memutuskan untuk pulang cepat dan membolos kelas tambahan, karena ia merasakan suatu aura aneh muncul. Namun nampaknya Ichigo Kurosaki dan grupnya tidak menyadari hal itu. Ini seperti, saat dulu jiwa kakaknya muncul didekatnya dan hanya ia yang merasakannya. Karenanya sekarang Orihime merasa bersemangat jika saja benar bahwa kakaknya datang menjenguknya saat itu, meski hati kecilnya berkata bahwa hal itu tidak mungkin. Saat gadis itu melangkah memasuki apartemennya, ia merasakan aura yang lebih besar disana. Orihime heran saat ia tidak lagi menemukan sosok Grimm yang biasa menjemputnya, maka ia memanggil, "Grimm-chan?" Saat ia merasakan sesuatu bergerak mendekatinya, dengan hati-hati Orihime berkata, "Onii-chan? Kau kah itu?"

Orihime sungguh kaget ketika kini ia melihat sesosok pemuda berambut biru cerah dengan tubuh tinggi besar, berjalan mendekatinya sambil menyeringai. "Selamat datang, Onna!" Kata pemuda itu dengan suara berat.

Orihime panik karena sosok yang dilihatnya bukanlah kakaknya ataupun kucingnya, terlebih lagi pemuda itu tidak mengenakan apapun selain kain yang disampaikan mengelilingi pinggangnya. Sontak, Orihime mundur beberapa langkah sampai punggungnya menabrak daun pintu dibelangkangnya. Dengan suara bergetar ia bertanya, "S-siapa kau?"

Mendengar itu, si pemuda hanya mengangkat satu alisnya lalu menjawab, "Grimmjow." Kemudian ia melangkah maju.

"Jangan mendekat! Kenapa kau bisa ada dirumahku?!" teriak gadis itu. Sedetik, pemuda itu berhenti sambil mengernyitkan dahinya. "Ha, ada apa dengan ekspresi itu?" merasa terhibur, Grimmjow meneruskan langkahnya dengan seringaian yang lebih lebar.

Orihime melakukan gerakan memukul-mukul udara didedannya, berharap pemuda itu akan berhenti melangkah, namun alih-alih pemuda itu meraih kedua tangan Orihime dengan satu tangannya, gadis itu memekik. "Tidak biasanya kau galak seperti ini." Pemuda itu tampak kecewa. "Hmm, dengan tubuh seperti ini aku bisa bilang kalau tubuhmu sangat mungil, berbeda dari pandanganku sebelumnya," pemuda itu menyelipkan tangannya yang bebas ke pinggang Orihime, sontak gadis itu memegap dan memandang pemuda itu sambil gemetar. Melihatnya ketakutan pemuda itu berbisik "Kau takut? Biar aku hilangkan kegelisahanmu," kali ini pemuda itu membungkukan kepalanya dan mendekatkan wajahnya ke wajah orihime. Lalu dengan cepat mengulurkan lidahnya dan menjilati pipi Orihime. Gadis itu dengan segera berontak dan berteriak "Apa yang kau lakukan?! Hentikaaaan!" Dengan sekuat tenaga Orihime mendorong tubuh pemuda itu dengan kedua tangannya yang masih terkunci, namun gagal. "Kenapa kau marah? Ini hal yang selalu aku lakukan saat kau gelisah." Pemuda itu berkata disela hidung Orihime, membuatnya dapat merasakan napas pemuda itu, kini ia menjilati hidung gadis itu dan pada akhirnya Grimmjow berkata "Kaulah yang selalu memaksa menggendong dan mendekapku, mana sikap lembutmu yang biasa?" Mendengarnya, mata Orihime melebar, "A-apa?!" Lalu seakan sesuatu menimpanya, ia berhenti gemetar. Merasakannya, Grimmjow pun menghentikan aktivitasnya dan melangkah mundur.

Mereka bertatapan selama dua detik sampai akhirnya Orihime bertanya, "Grimm-chan?"

Pemuda dengan rambut biru itu kembali menyeringai.


Bersambung...