Mine

Naruto punya om Masashi

Selamat membaca

Kesalahan teknis sehingga membuat account lagi

"Maaf terlambat" Sasuke menggaruk belakang kepalanya yang tidak gatal. Ia jadi salah tingkah sendiri melihat Hinata setelah mimpinya tadi siang.

"Kali ini kumaafkan" Hinata memberikan senyum terbaiknya dan justru makin membuat Sasuke salah tingkah.

"Kau aneh hari ini, Sasuke-kun"

"Hanya perasaanmu saja. Ayo berangkat"

Mereka berdua menuju sebuah Mall yang tak jauh darisana. Seperti biasa, Sasuke yang mengantri tiket dan Hinata yang membeli camilan. Uang? Tentu saja uang Sasuke.

Mine

"Gaara-kun, kapan kau akan memutuskan Hinata?" Ino memainkan jemarinya di dada Gaara yang terbuka. Gaara hanya memejamkan matanya setiap pertanyaan itu keluar dari mulut Ino.

Sebenarya, Gaara menyayangi Hinata. Bagaimanapun, hubungan mereka sudah terjalin lama. Hinata pun menjadi pasangan yang baik untuk Gaara. Ya, meskipun keintiman mereka hanya sampai ciuman saja.

"Gaara, kau mendengarku kan?!"

"Ya"

"Lalu?" Ino bangkit dari posisinya dan mencium Gaara sekilas

"Kenapa dulu kau menghilang sebelum menjawab pernyataan cinta yang kuberikan?"

Ino terdiam sejenak, "Aku kan ikut orangtua ku ke Amerika. Setelah aku kembali kupikir kau masih sendiri karena menungguku"

"Apa kau juga mencintaiku dulu?"

"Tentu saja! Makanya aku mencarimu setelah kembali darisana"

Tangan Ino merambat turun ke bawah, membelai kejantanan Gaara yang masih belum tertutup apapun setelah permainan mereka. Gaara mengerang pelan, merasakan nikmat dibawah sana. Tangan Gaara dengan sigap menangkap tangan Ino, pembicaraan ini belum selesai.

"Tapi, kenapa kau sudah tidak perawan lagi? Apa kau punya pacar?" sebenarnya Gaara takut Ino tersinggug dengan pertanyaannya, tapi ia juga harus tahu mengenai yang satu itu.

"Aku tinggal di Amerika. Kami sering berpesta sampai mabuk, aku tidak sadar ketika pertama kali melakukan itu dengan seseorang" Ino emasang wajah sedihnya dan Gaara dengan mudahnya percaya karena tertutupi rasa yang Gaara sendiri tidak tahu apa.

"Gaara, katakan sesuatu" Ino mulai menciumi dada Gaara yang terbuka.

"Ya. Aku percaya" Dan Ino menciumnya dengan sangat antusias. Tangannya pun tak henti-henti meremas kejantanan Gaara dibawah sana.

"Ino, hentikan"

"Kau tidak suka?"

"Yang tadi, persediaan kondomku yang terakhir" Gaara jelas tidak meu menghamili wanita sebelum dia menikah. Itu akan menjadi skandal untuknya.

Mine

Setelah selesai menonton film, Sasuke dan Hinata memutuskan untuk mengunjungi toko buku yang juga berada di dalam Mall tersebut. Tangan Sasuke setia menggangdeng tangan Hinata. Ini sudah merupakan kebiasaan. Setiap kali Hinata menanyakan kenapa Sasuke selalu menggandeng tangannya, Sasuke hanya akan menjawab kalau ia takut Hinata hilang.

"Sasuke-kun"

"Hm?"

"Kau punya pacar tidak?" Hinata bertanya dengan polosnya. Tidakkah dia tahu, kalau hati Sasuke sudah untuk Hinata seorang.

"Kalau aku punya, kau pasti akan tahu" Sasuke mencoba menjawab dengan setenang mungkin meskipun sebenarnya hati Sasuke berdebar tidak karuan.

"Jadi belum punya ya?" Hinata tersenyum menatap Sasuke dan Sasuke hanya membalas dengan senyumnya yang mungkin sedikit kikuk.

"Kalau orang yang Sasuke-kun suka?" Entah kenapa Hinata merasa ingin bertanya mengenai hal yang sedikit sensitif ini. Hinata wajar merasa penasaran, selama ini Sasuke tidak pernah bercerita atau terlihat dekat dengan gadis selain dirinya.

Sasuke memajukan kepalanya mencoba menatap Hinata sedekat mungkin kemudian berkata, "Rahasia"

Dan secepat kilat, ia mencium pipi Hinata yang terihat menggemaskan dimatanya.

"Sasuke-kun!" Hinata berseru sambil memegang pipinya dan Sasuke hanya mengacak pelan rambut Hinata.

"Hanya ingin yang ingin kau beli?" Hinata mengangguk pelan. Ia dan Sasuke berjalan menuju kasir dan lagi-lagi Sasuke yang membayarnya. Hinata sempat cemberut sesaat karena tidak diperbolehkan membayar.

"Sasuke-kun, nanti makan malam dulu ya di Restaurant ku. Aku yang traktir!" Ujar Hinata mengancam. Sasuke hanya tersenyum sambil menyetir.

Hinata mengerimkan email kepada Gaara agar bisa ikut bergabung dengan mereka. Setelah beberapa menit, Hinata mendapatkan balasannya.

From : Gaara-kun

Maaf, aku sedang banyak pekerjaan. Daritadi siang rapat dan sekarang tugas menumpuk belum selesai. Aku akan makan nanti, jangan cemas.

Mine

"Kau darimana saja?" Tegur Deidara saat Ino memasuki rumah mereka.

"Tempat Gaara"

"Sabaku?" Ujar Deidara tak percaya

"Ya. Siapa lagi?" Ino memutar matanya bosan. Pertanyaan kakaknya itu sungguh tidak penting.

"Ada hubungan apa kau dengannya?! Dia sudah punya kekasih!" Deidara terlihat marah sekarang

"Lalu? Hanya kekasih! Aku masih bisa merebut Gaara, Niisan!"

"Jangan jadi perempuan murahan!"

Ino tidak membalas. Ia segera berlari menuju kamarnya. Ino juga tidak ingin di cap sebagai wanita murahan. Hanya saja, dia tidak siap untuk jatuh miskin semenjak orangtuanya bangkrut. Ia harus memiliki pendamping orang kaya agar tidak hidup susah. Dan Gaara jawabannya.

Deidara yang mengerti masud tujuan Ino, sepertinya kurang menyukai cara adiknya tersebut. Semiskin apapun mereka, haruslah tetap punya harga diri.

Ino memutuskan untuk pergi ke kantor Gaara saja. Tadi Gaara mengatakan ia akan kembali ke kantor sebentar untuk menandatangi berkas.

Mine

"Sasuke-kun, bisakah kau antar aku ke apartemen Gaara-kun saja?" Hinata memainkan kedua telunjuknya. Ia gugup takut Sasuke marah, bukankah tadi ia sudah berjanji mentraktir Sasuke makan malam?

"Ada apa?" Mencoba tenang Sasuke hanya menjawab demikian.

"Sepertinya Gaara-kun sibuk, aku ingin menyiapkan makan malam untuknya. Maaf Sasuke-kun, besok pagi aku buatkan sarapan ya? Datang ke restaurant-ku ya?" Hinata memasang wajah memohon.

"Baiklah, tapi kau hati-hati"

Mine

Gaara sedikit menyesal meninggalkan pekerjaan hanya untuk bercinta dengan Ino. Sekarang tugasnya masih tersisa dan baru bisa selesai satu jam lagi. Ia mulai menandatangi dan mengecek setiap berkas di hadapannya.

Pintu terbuka dan Gaara langsung mengusap wajahnya frustasi ketika melihat Ino berdiri disana. Demi Tuhan! Pekerjaannya masih banyak.

"Ada apa lagi Ino?"

"Aku ingin menginap di tempatmu" Ino tersenyum sambil menghampiri Gaara dan berbisik jika ia sudah membeli beberapa pengaman untuk menghabiskan malam bersama Gaara.

Mine

Sasuke memasuki rumahnya dengan wajah kusut. Ia harus mengatakan pada Hinata secepatnya jika Gaara tidak sebaik kelihatannya. Ia harus menyelamatkan Hinata dari tipu daya Gaara.

"Darimana?" Suara Sai terdengar saat Sasuke hendak memasuki kamarnya

"Pergi" jawaban singkat dari Sasuke dan Sasuke langsung memasuki kamarnya.

Sai ikut memasuki kamar Sasuke, "Sama Hinata?"

Sasuke hanya diam saja, Sai tahu kemungkinan besar ia pergi bersama Hinata. Kapan Sasuke akan segera sadar jika ia tidak bisa selamanya seperti sekarang? Diam-diam menyukai Hinata dan mempertahankannya setelah begitu lama?

"Aku punya barang bagus" Sai tersenyum palsu dan merogoh kantung celananya. Dilemparnya barang tersebut kepada Sasuke.

Sasuke menangkapnya dan membacanya dengan seksama. Matanya membulat tak percaya, apa-apaan Sai?! Memberinya barang seperti ini

"Apa-apaan kau?!" Sasuke kaget ketika ia menerima sebungkus obat perangsang keluaran terbaru dari Sai. Saudaranya ini memang benar-benar keteralaluan.

"Hei santai dulu! Aku kan hanya memberikannya!" Sai justru terbahak melihat respon Sasuke yang seperti itu. Dia kan hanya berniat membantu.

"Aku tidak butuh!" Sasuke melemparnya justru diambil kembali oleh Sai dan di jejalkan ke kantong jaket Sasuke.

"Gunakan saat ada kesempatan ya" Sai mengerling dan tertawa kemudian keluar dengan cengiran yang terpahat di wajahnya.

"Brengsek!" Sasuke merebahkan dirinya tak berniat untuk tidur. Ia hanya menatap langit-langit kamarnya

Mine

Hinata saat ini sedang berada di apartemen Gaara. Ia selalu diijinkan masuk kapan saja karena Gaara memberikan password apartemennya kepada Hinata.

"Hm... aku masak apa ya? Gaara-kun jarang sekali belanja" Hinata sedikit bingung harus memasak apa, bahan makanan di kulkas Gaara sangat sedikit.

"Ah! Ini saja!" Ia akhirnya memilih memasak sup daging dan telur dadar.

Sudah sekitar setengah jam ia menunggu Gaara di meja makan, namun Gaara belum pulang juga

"Kenapa belum pulang? Sudah jam sembilan"

Hinata melipat tangannya dan menenggelamkan kepalanya disana,

"Ngantuk" Hinata bergumam. Wajahnya terlihat imut sekali dalam posisi seperti itu.

Mine

Gaara dan Ino berjalan di lobi apartemen Gaara dengan beberapa pasang memperhatikan mereka. Bagaimana tidak, Ino sedari tadi benar-benar menempel pada Gaara.

"Ino, kita diperhatikan"

"Biarkan saja, mereka hanya iri" ino justru makin merapatkan genggaman tangannya pada Gaara.

Saat sampai di lift, Ino dengan sigap langsung menempelkan bibirnya pada bibir Gaara. Gaara membalasnya dengan tidak kalah antusias

"Kau menggodaku hah?!" Gaara berseru saat tangan Ino meremas bokongnya.

"Hihihihi"

Dan mereka berciuman sepanjang koridor menuju kamar apartemen Gaara.

Mine

Hinata menegakan kepalanya saat suara berisik datang dari pintu masuk, ia mengira Gaara mungkin sudah pulang.

Tapi kenyataannya bukan hanya Gaara yang pulang, Gaara bersama seorang wanita. Bercumbu di depan pintu apartemen Gaara.

"Hi-Hinata"

TBC