Vocaloid

Halo, semuanya.

Perkenalkan, nama saya Kurenai Mirai. Kalian bisa memanggilku Kurenai atau Mirai.

Saya adalah author baru disini, jadi tolong dimaklumi jika ada banyak kesalahan.

Fanfic ini juga merupakan fanfic pertama saya, jadi tolong dimaklumi jika ada yang salah.

Vocaloid bukanlah milik saya, namun cerita ini milik saya.

Warning : Typo's, OOC, Bahasa kurang jelas….

Selamat membaca…

Code : IA

Chapter 1 : Memory

Disini gelap, dingin dan hampa.

Tidak ada apa-apa selain kegelapan yang mengelilingi diriku.

Kenapa?

Kenapa ini harus terjadi? Kenapa ini harus terjadi?

Namaku? Siapa namaku?

Kenapa aku ada disini?

Entah sudah berapa lama aku berdiri di bawah pohon besar ini.

Memperhatikan seorang anak kecil berambut panjang berwarna merah muda sedang berlari-larian di padang bunga yang sangat luas itu. Anak perempuan itu terlihat senang. Dan betapa bahagianya gadis itu.

Aku hanya bisa berdiri diam, memperhatikan anak perempuan tersebut.

Apakah ini?

Apakah semua ini?

" Aria." Terdengar suara perempuan membuat gadis kecil itu berbalik. Aku pun melihat ke arah asal suara.

Dan kulihat seorang perempuan cantik berambut merah muda panjang berjalan menghampiri gadis kecil itu. Gadis kecil itu pun langsung berlari ke pelukan wanita muda itu.

Mereka terlihat bahagia.

Tanpa kusadari, air mataku mengalir.

Tanpa sadar, kuucapkan kata-kata yang terlintas di pikiranku.

Tanpa sadar, aku bahagia melihat wanita muda dan anak kecil itu.

" Ibu…."

Ruang di sekelilingku berubah. Padang bunga itu hilang dari pandangan. Wanita muda dan anak kecil itu menghilang. Aku terjadi ke dalam kegelapan.

Dan, saat kusadar, aku sudah berada di sebuah rumah kecil yang sangat rapi.

Ada perapian di rumah itu. Rumah mungil yang indah. Semua barang yang ada tertata dengan rapi di sana.

Dan, seorang anak perempuan yang sudah bertambah umur 6 tahun itu duduk di salah satu sofa yang ada di ruang tamu rumah tersebut. Gadis kecil itu, sekarang sudah berumur 16 tahun.

Aku hanya berdiri diam. Tidak tahu harus melakukan apa.

Anak perempuan itu terlihat sedih. Dia memegang sebuah bingkai foto yang terdapat foto di dalamnya.

Kulihat anak itu, meneteskan air mata.

Aku bertanya – tanya apa yang terjadi.

Namun tiba-tiba pintu masuk rumah tersebut terbuka dan masuklah seorang laki-laki yang memiliki warna rambut yang sama dengan warna rambut gadis itu. Hanya saja, laki-laki itu lebih tua 4 tahun dari anak perempuan itu.

" Aria. " Wajah laki-laki itu terlihat pucat dan dia segera menghampiri perempuan yang dia panggil Aria itu. Dia mengambil nafas panjang dan menghembuskannya lalu berkata. " Mayu, dia….!"

Aria tidak perlu mendengar semuanya. Dia sudah tahu apa yang terjadi. Sebelum laki-laki itu menyelesaikan kata-katanya, Aria sudah berdiri dari duduknya dan berlari keluar rumah.

Aku mengikutinya. Aku mengejarnya.

Aku tidak tahu apa yang terjadi.

Apa yang terjadi sebenarnya?

Dan, aku terpana dengan apa yang aku lihat.

Kota itu hancur, terbakar. Warna merah api memenuhi kota itu, menciptakan warna paling indah di dunia.

Orang-orang berlarian keluar dari kota. Tangisan dimana-mana, jeritan di mana-mana.

Aku kehilangan jejak dari Aria. Tapi, aku tetap berusaha mencarinya.

Dan saat kutemukan, kulihat dia berada di bawah sebuah pohon besar yang tidak terbakar, bersama dengan seorang perempuan berambut cokelat muda yang kelihatan marah.

" Mayu, kumohon hentikan semua ini. " Kata Aria pada perempuan yang dia panggil Mayu itu.

" Tidak, kau tidak mengerti Aria." Kata Mayu dengan keras, dia menjaga jarak dari Aria yang berusaha mendekatinya. Kesedihan tampak jelas di wajah Aria. Dia sedih, melihat temannya, sahabatnya yang sangat berharga ini harus menderita seperti ini sampai harus melakukan tindakan seperti ini.

" Aku mengerti semuanya, Mayu. Kumohon, ikutlah denganku. " Kata Aria sambil mengulurkan tangannya pada Mayu. Mayu tampak ragu-ragu. Dia sangat bingung apakah dia harus menyambut uluran tangan Aria, atau dia harus pergi dari sini.

Aku hanya bisa melihat mereka berdua. Tidak ada yang bisa kulakukan. Tidak di saat ini, dan tidak dengan keadaan seperti ini.

Aku tahu apa yang akan terjadi. Aku kurang yakin apa itu yang betul-betul akan terjadi.

Bagaimana pun juga, aku tidak bisa melakukan apa-apa.

Ini… Ini semua hanyalah…..

" Aria!" Terdengar suara laki-laki. Aria dan Mayu melihat ke arah asal suara dan menemukan laki-laki berambut merah muda itu berdiri beberapa langkah tidak jauh dari mereka.

Aria dengan segera menggenggam tangan kanan Mayu yang terulur ke depan, dan cahaya pun muncul.

Mayu melihat Aria dengan tatapan bingung. Dia tidak tahu apa yang sepenuhnya terjadi disini. Mayu merasa dirinya menjadi ringan. Dia merasa semua emosi kemarahannya menghilang. Dia merasa semua masalahnya menghilang.

Dan dia menyadari apa yang sebenarnya terjadi.

" Aria! Hentikan!" Teriak laki-laki itu keras, berlari mendekati Aria. Namun ada yang menahannya….

" Dinding pelindung. Aria adalah seorang gadis ' pengendali'. " Kataku tanpa sadar. Air mataku kembali mengalir. Tanpa sadar, kututup mulutku dengan tanganku, menahan isakan tangis yang keluar.

Aria hanya tersenyum. Di sekelilingnya terdapat dinding pelindung tak terlihat ciptaannya. Mayu memukul-mukul dinding pelindung itu dengan keras. Tapi percuma, dinding pelindung itu terlalu keras dan kuat.

" Aria! " Panggil Mayu dengan keras. Air matanya mengalir. Dia baru menyadarinya. Seharusnya dia menyadarinya dari tadi. Andai saja….

" Maafkan aku, Mayu." Aria melihat laki-laki yang berdiri tidak jauh dari Aria yang berusaha menghancurkan dinding pelindung milik Aria dengan pedangnya." Maafkan aku, kakak. "

Aku melihatnya dan tidak bisa melakukan apa-apa.

Aku melihatnya mengeluarkan pistol itu dari kantong bajunya.

Aku melihatnya menempelkan mulut pistol itu ke arah dadanya, tepatnya ke arah jantungnya.

Aku melihatnya tersenyum dengan air matanya yang mengalir.

" Selamat tinggal. " Dan Aria menarik pelatuknya.

" ARIA!" Teriakan laki-laki itu terdengar bersamaan dengan suara bunyi dari tembakan pistol itu. Dan dinding pelindung ciptaan Aria hancur dan jatuh ke tanah seperti bintang yang berjatuhan.

Dan yang terlihat hanyalah Aria yang tertidur di tanah dengan kolam darah yang mengelilinginya.

" Aria, tidak!" Mayu berlari menghampiri Aria. Dipeluknya gadis itu dengan erat namun tak berniat menyakitinya. Aria menutup matanya, dia tak bernapas, jantungnya tak berdetak.

Laki-laki itu berjalan mendekati Mayu dan Aria. Dia hanya berdiri dalam diam. Melihat adiknya yang tertidur.

" Iora, dia….! Dia sudah….!" Mayu tak bisa melanjutkan kata-katanya. Sambil memeluk tubuh Aria, dia menangis histeris.

Aku hanya bisa melihat dalam diam. Air mataku mengalir semakin deras.

Pada akhirnya, aku pun tidak bisa melakukan apa-apa.

Aku ingat semuanya.

Semuanya yang terjadi padaku.

Aku tahu siapa diriku yang sebenarnya.

Aku, namaku…..

Aku adalah Aria.

Pada akhirnya, aku hanya kembali ke dalam kegelapan itu.

Tapi aku tetap mengingatnya.

Ibuku, Lukana, telah meninggal ketika usiaku 14 tahun.

Kakakku, Iora, adalah orang yang selalu berusaha keras untuk melindungiku.

Temanku, Mayu, merupakan sahabatku yang paling baik dan kusayangi di dunia ini.

Dan , diriku, yang telah menghapuskan semua masalah kakakku dan Mayu yang merupakan sahabatku.

Menghilang dari hadapan kakakku agar dia tidak perlu melindungiku lagi.

Dan….

Mengambil kekuatan api milik Mayu dan semua mimpi buruk yang menganggunya.

Aku….

Aku terjebak dalam 100 Mimpi milik Mayu…

Dan saat ini, aku sudah mencapai batasnya.

Aku sudah sampai di akhir mimpi dari 100 Mimpi.

Hal itu sudah berakhir.

Aku membuka mataku secara perlahan.

Kulihat sekelilingku dan menyadari bahwa sekarang aku berada di sebuah kamar dan sedang terbaring di tempat tidur. Tubuhku sakit. Dan aku merasakan selang yang menusuk di tangan kananku serta sakit di kepalaku.

Aku melihat ke kanan dan ke kiri. Berusaha mencari seseorang.

Dan pintu ruangan itu terbuka. Masuklah seorang laki-laki berambut berwarna merah muda dengan mata hijaunya yang indah. Dia menggunakan baju lab.

Ketika melihatku, dia tampak terkejut.

Dia segera berlari ke arah komputer yang berada tidak jauh darinya dan mengetik sesuatu di komputer itu. Dia melihat sesuatu di layar komputer dan itu membuatnya menjadi tenang.

Dia lalu berjalan menghampiriku yang berusaha duduk. Tanpa diminta, dia membantuku duduk dan mengatur posisiku agar aku bisa duduk dengan nyaman.

" Anda seharusnya tidak memaksakan diri anda, Nona Aria. " Katanya sambil tersenyum.

Aku tidak tahu yang dikatakannya. Aku mengerti bahasanya. Namun, aku tidak terlalu memikirkannya karena ingin segera bertemu dengan Iora dan Mayu.

Dan, aku pun menyuarakan isi hatiku.

" Di mana kakakku dan temanku Mayu. " Tanyaku dengan bingung. Mendengar itu, dia menjadi salah tingkah dan tidak tahu harus melakukan apa.

" Nona Aria, saya harap anda istirahat saja untuk hari ini. " Katanya dengan gugup. Aku menyadari kegugupannya.

" Kumohon, setidaknya pertemukan aku dengan salah satu dari mereka. " Kataku pelan. Aku betul – betul ingin bertemu dengan Iora dan Mayu. Namun, laki-laki itu hanya diam dengan wajah sedih. Hal itu tentu membuatku bingung.

" Ada apa? Apa aku belum boleh bertemu dengan mereka?" Tanyaku bingung. Namun, dia tidak menjawab.

Lalu, dia menatapku. Tatapan yang sedih.

" Nona, saya minta maaf. Saya tidak bisa mempertemukan anda dengan mereka. Tidak juga salah satu dari mereka. " Katanya dengan nada suara yang lirih dan terdengar sedih. Hal itu membuatku bertambah bingung. Apa sesuatu terjadi.

" Apa sesuatu terjadi? Apa karena kota Utau terbakar beberapa hari yang lalu yang disebabkan oleh pengendali api? " Tanyaku, mencoba mengingat semuanya lagi.

Dia hanya menggeleng sambil tersenyum.

" Nona Aria, tolong dengarkan saya. Hal itu sudah lama sekali terjadi. " Katanya dengan gugup. Dia tidak berani menatap aku yang kebingungan. Namun, mendengar perkataannya barusan, aku baru menyadari ada yang ganjil. Aku menyadarinya.

" Tanggal berapa sekarang? " Tanyaku tanpa sadar. Pertanyaan itu keluar begitu saja dari mulutku. Tanganku gemetaran. Aku gugup dan perasaanku tidak enak.

" Nona Aria, sebaiknya kita tidak membahas hal itu. Jadi sebaiknya…!"

" Berapa lama aku tertidur?" Tanyaku langsung memotong kata-katanya. Aku menyadari suaraku agak keras dan gemetaran. Aku tahu apa yang terjadi. Ya, aku mustinya sudah menduganya. Aku seharusnya sudah tahu tentang itu.

" Sekarang tanggal 4 mei 3025, Nona Aria. Anda sudah tertidur selama lebih dari 650 tahun. " Katanya dengan gugup membuatku terpana. Aku tidak tahu harus mengatakan apa lagi. Suaraku tidak mau keluar. Syok yang menyerangku secara tiba-tiba membuatku membeku. Melihatku hanya diam, laki-laki itu melanjutkan kata-katanya.

" Nona Aria, saya benci mengatakan ini. Tapi, semua orang yang anda kenal dan anda sayangi sudah tidak ada di dunia ini lagi." Katanya pelan.

Aku tidak tahu harus mengatakan apa lagi. Tidak ada yang bisa kulakukan. Tidak ada.

Tidak ada sama sekali.

" Maafkan aku. Tapi bisakah kau keluar dulu. Saat ini, aku ingin sendirian. " Kataku lirih padanya . Tanpa disuruh dua kali, dia menuruti permintaanku lalu dia keluar dari kamar, meninggalkanku sendirian.

Dan, saat itu juga, air mata dan isakan yang tertahan selama ratusan tahun itu pun mengalir keluar.

To be continue…

Bagaimana ceritanya?

Sekali lagi maafkan saya jika ada kesalahan yang saya lakukan.

Jadi tolong beritahu saya di mana letak kesalahan saya dan saya akan berusaha untuk memperbaiki kesalahan saya di chapter selanjutnya.

Please Review,everyone.