-Stupid Love-

HunHan – SeBaek – ChanBaek

©kyeopanda

.

CHAPTER TWO

.

Sekarang, apa hanya aku yang merasa, atau memang kau bodoh, Xi Luhan? Hahahaha.

.

.

Sepasang sahabat karib terlihat sedang menikmati snack siang mereka di waktu istirahat. Keduanya saling berbincang, tanpa ada yang dirasa aneh. Walaupun Luhan memiliki sesuatu yang harus ia sembunyikan dari Baekhyun, namun ia harus tetap bersikap sewajarnya di hadapan sahabat terbaiknya itu. Tetap menjadi seseorang yang periang, berisik, lebay, dan harus membicarakan Sehun dengan semangat, agar lelaki dengan eyeliner yang menghiasi bingkai matanya itu tidak mencurigainya.

Namun, ditengah-tengah perbincangan akrab mereka, seseorang memandang kedua sejoli itu dari kejauhan. Luhan sadar kalau mereka sedang dipandangi. Orang itu pun menyimpulkan senyum aneh pada Luhan, seperti memberi sebuah isyarat.

Luhan meneguk ludahnya sebelum ia kembali beralih pada Baekhyun yang sedang menyeruput minuman rasa stroberi-nya. Tangan Luhan menepuk-nepuk pundak Baekhyun, yang menyebabkan lelaki itu harus tersedak akibat perlakuan Luhan terhadapnya.

"U-uhuk, ekhm. Hei, apa yang kau lakukan, Lu? Uhuk," sungut Baekhyun kesal dengan nada seraknya akibat tersedak. Luhan terkekeh pelan dan menunjuk ke sebuah arah dengan dagunya.

"Lihatlah ke sana. Kau bisa melihat seorang lelaki dengan rambut warna kacang merah yang sedang memakan roti?" tanya Luhan, membuat Baekhyun menyipitkan matanya sambil melihat ke arah yang ditunjukkan Luhan padanya.

"Rambut warna kacang merah? Park Chanyeol yang katamu itu, ya?"

Luhan menjentikkan jarinya, membuat Baekhyun kembali menghadap Luhan.

"Tidakkah kau pikir orang itu juga tak kalah tampan dari Sehun?"

Baekhyun membelalakan matanya setelah mendengar pertanyaan Luhan. "A-apa?"

"Kenapa, Baek?"

"Hei, jangan bilang kalau kau juga menyukai orang itu?"

Luhan membelalakan matanya dan tertawa mendengar pertanyaan Baekhyun.

"Hahaha, mana mungkin, Baek. Setampan-tampannya dia, aku tetap memilih Sehun." Baekhyun menggeleng-gelengkan kepalanya dan menghela napas. Ia hampir terkejut dan tak percaya, kalau sampai sahabatnya itu akan menjadi seorang pengoleksi lelaki tampan. Tentu saja semuanya tidak benar.

"Heh, Baek. Lebih baik kita temani dia," ajak Luhan yang mulai beranjak dari bangkunya. Baekhyun yang baru saja membuka permen lolipop untuk dilahapnya kelihatan bingung dengan maksud Luhan.

"Kenapa kau menatapku seperti itu? Ayo," ajak Luhan sekali lagi sambil menarik pergelangan tangan Baekhyun. Yang ditarik hanya bisa mengikuti.

Mereka berdua melangkah bersamaan menuju bangku yang diduduki Chanyeol yang sedang berkutat dengan ponselnya. Menyadari keberadaan kedua sejoli itu, Chanyeol menatap keduanya dengan wajah yang dibuat secerah mungkin.

"Oh, Luhan-ssi! Dan..., Baek—hyun-ssi?"

Lelaki yang namanya disebut terakhir kali oleh Chanyeol itu terkejut karena Chanyeol sudah mengetahui namanya. Dengan gugup, ia tarik lolipop yang sedari tadi diemutnya dan membungkuk.

"Ba—bangapseumnida, Cha—Chanyeol-ssi," sahut Baekhyun gelagapan. Lelaki yang disebut-sebut Luhan sebagai pemilik rambut berwarna kacang merah itu pun tertawa kecil sambil memperhatikan Baekhyun yang kelihatan salah tingkah di hadapannya.

Gila! Kenapa ada makhluk semanis dirinya di dunia ini? Apalagi itu...! Akh, dia kembali mengemut lolipopnya. Ya Tuhan, kendalikan aku!

Chanyeol tersadar dari lamunannya. Ia juga menyadari kalau sedari tadi Baekhyun dan Luhan masih tahan berdiri. Dengan segera, lelaki jangkung itu mempersilahkan keduanya untuk duduk di dekatnya. Tentu saja ia menyeret Baekhyun untuk duduk di sampingnya dan membiarkan Luhan duduk di hadapan mereka seorang diri.

"Ternyata kau tahu namaku, ya?" ujar Chanyeol kelihatan ramah. Wajah Baekhyun memerah seketika dan sedikit menjauh. Ia benar-benar gugup, apalagi Chanyeol juga terlihat seperti lelaki yang populer di sekolah. Bisa saja lelaki yang sedang di dekatnya ini memang saingan Sehun.

"So—soal itu, aku ta—tahu dari Luhan," jawab Baekhyun sambil beralih ke Luhan, sementara sahabatnya itu terkekeh.

"Wah, kau rajin juga, Luhan-ssi. Kau mengenalkanku pada lelaki manis seperti Baekhyun? Aku patut berbalas budi padamu," ulas Chanyeol sambil menyimpulkan senyuman liciknya pada Luhan yang agak susah menelan ludahnya setelah melihat senyuman itu lagi.

"Me—mang seharusnya begitu, ahahahaha," canda Luhan yang terkesan dipaksa untuk mencairkan suasana yang sedikit membuat ia canggung. Sedangkan, Baekhyun hanya menatap kedua insan itu dengan tatapan tak mengerti. Namun dirinya tak mau ambil penting.

Baekhyun melirik jam tangannya. Waktu istirahat tinggal sedikit lagi. Ia segera mengajak Luhan untuk segera ke kelas. Namun, Chanyeol dengan segera mencegat pergelangan tangannya yang memaksa agar dirinya duduk lagi.

"Tunggu sebentar," cegah Chanyeol sebelum lelaki pujaannya itu pergi. Chanyeol meraih ponsel hitam yang tak jauh darinya. Ia menyentuh icon kamera dan segera mengarahkan ponselnya ke arah Baekhyun.

"A—apa!?" Baekhyun terkejut melihat Chanyeol yang sudah siap untuk memotretnya.

"Ah, sekali saja! Sebelum lolipop-mu habis, hehehe."

Lagi-lagi wajah Baekhyun memerah, dan dengan pasrah ia menerima permintaan Chanyeol untuk mengambil gambar dirinya. Ia tidak tersenyum, dan menatap kamera dengan malu. Tapi, tetap saja Chanyeol memotret dirinya.

"Sudah, sudah. Sampai jumpa, Cha—Chanyeol-ssi!" Baekhyun cepat-cepat menarik tangan Luhan dan pergi menjauh dari Chanyeol. Sepeninggalan kedua sejoli akrab tersebut, Chanyeol merasakan senang yang luar biasa.

Ia tersenyum lebar dan menatap foto yang baru ia ambil tadi. Foto yang menurutnya adalah hasil jepretan paling sempurna yang pernah ia ambil. Dengan segera ia mengatur foto tersebut menjadi wallpaper ponselnya. Ia mengecup layar ponselnya agak lama dan melepasnya.

Namun, tak lama kemudian, senyum kebahagiaan itu berubah menjadi sebuah seringaian.

"Akan kubuat Sehun menyerah setelah ini."

.

.

.

Baekhyun tak bisa sepenuhnya berpikir jernih dalam menerima materi pelajaran siang ini. Pasalnya, ia tak bisa berhenti memikirkan semua tingkah Chanyeol yang mampu membuatnya salah tingkah seperti tadi.

"Wah, kau rajin juga, Luhan-ssi. Kau mengenalkanku pada lelaki manis seperti Baekhyun? Aku patut berbalas budi padamu."

Ia meremas rambutnya kacau setelah mengingat kembali kata-kata yang sempat dikeluarkan Chanyeol. Wajahnya kembali memerah, dan ia benar-benar tidak bisa menangkap apa yang dikatakan guru di depan sana. Ia menggigit bibirnya, kenapa aku bisa segila ini? Apa yang Chanyeol lakukan?

Seseorang yang duduk di sampingnya menyadari gelagat aneh Baekhyun. Ia mencolek Baekhyun dengan ujung pulpennya.

"Sstt!"

"Lu—Luhan?" Baekhyun tersadar dari pikiran yang baru saja menculiknya entah kemana dan menghadap Luhan.

"Ada apa denganmu? Kau sakit?" tanya Luhan dengan raut wajah sedikit cemas. Baekhyun dengan segera menggeleng.

"Ti—tidak! Aku sehat walafiat!"

"Berbohong sama sekali tidak akan membantu, Baek. Wajahmu merah, tahu!" Luhan berbisik, agar pria berumur yang sedang menjelaskan materi di depan sana tak mencuri dengar apa yang mereka bicarakan.

Baekhyun menghela napas ringan sambil membentuk huruf 'V' melalui jari telunjuk dan tengahnya. "Aku baik-baik saja."

Luhan masih menatap Baekhyun cemas sambil menopang dagu. Merasa masih diperhatikan, Baekhyun kembali menoleh pada Luhan.

"Baiklah, baiklah. Nanti kuceritakan di UKS setelah ini."

Dan, Luhan tersenyum lega.

.

.

.

Istirahat kedua sedang berlangsung. Biasanya, jam istirahat kedua akan sedikit lama durasinya dibandingkan dengan istirahat pertama. Hal ini membuat kegiatan relaksasi para siswa setelah disumpal dengan segumpal ilmu selama kurang lebih tiga jam terasa lebih lapang dan leluasa.

Termasuk untuk kedua siswa yang sedang terlihat berhadap-hadapan, masing-masing duduk di tepi ranjang UKS yang disediakan.

"Jadi?"

Baekhyun, salah seorang siswa itu menghela napasnya sebelum ia menceritakan apa yang menyebabkan ia bergelagat aneh di kelas tadi pada Luhan, satu-satunya sahabat yang paling mengerti dirinya.

"Ya ampun, Lu. Aku tahu ini aneh, tapi Chanyeol memberiku racun yang membuat pipiku terus memerah saat aku mengingatnya. Pa—padahal aku baru saja mengenalnya tadi siang," jelas Baekhyun dengan nada yang dibuat tak percaya akan keadaannya sekarang.

Sedang, sahabatnya itu malah tertawa kecil mendengar curhatan dirinya. "Hihihi, apa mungkin kau menyukai Chanyeol?" goda Luhan sambil terkekeh.

"Ti—tidak mungkin. Itu terlalu cepat!" sergah Baekhyun dan warna merah muda yang merona itu kembali mewarnai kedua pipi mulusnya.

"Itu mungkin saja. Aku saja langsung menyukai Sehun saat pertama kali melihatnya, kok," ujar Luhan sambil melipat kedua tangannya di dada. Sedangkan, Baekhyun mencoba untuk menyerap perkataan Luhan barusan.

A—apa iya? Tapi, mana mungkin! Baekhyun menggeleng.

"Lu, kau tunggu di sini, ya. A—aku ke toilet sebentar."

Luhan segera mengangguk dan sahabatnya itu segera mengambil langkah seribu menuju pintu keluar.

Tinggallah Luhan seorang diri di salah satu bilik UKS tersebut. Ia merebahkan tubuh ringannya di kasur yang lumayan empuk itu. Ditatapnya langit-langit bercat putih UKS sambil memikirkan sesuatu.

Apakah semudah itu menarik perasaan Baekhyun untuk Chanyeol? Begitu sekarang pemikirannya. Pasalnya, Baekhyun baru saja mencurahkan isi hatinya tepat di hadapannya, dan itu semua bersangkutan dengan lelaki bernama Park Chanyeol tersebut.

Apa hanya aku yang merasa, atau ini memang terlihat sangat mudah?

.

.

.

Baekhyun berjalan lemas menuju toilet. Ia mencari bilik yang kosong, dan mendudukan dirinya di atas kloset yang tertutup. Baru kali ini ada yang memanggilnya 'manis', baru kali ini ada yang memotret dirinya, baru kali ini ia didekati oleh seseorang sebelum ia mendekati orang tersebut. Kenapa ia diperlakukan sebegitu khususnya?

Ia mengusap wajahnya. Ini baru kali pertama Baekhyun bertemu dengan Chanyeol, namun hasrat lain yang berkata kalau lelaki-itu-benar-benar-mencuri-perhatianku.

Kemudian dirinya berusaha untuk melupakan semua itu sejenak, dan mengambil napas perlahan, lalu mengeluarkannya, mengambil lagi lalu dikeluarkan lagi, begitu seterusnya sampai sekitar sepuluh detik. Lalu, ia beranjak dan membuka pintu untuk keluar.

Ia terkejut kala dirinya berpas-pasan dengan seseorang yang pernah membantunya di perpustakaan tempo hari. Lelaki dengan rambut blonde dan wajah dingin yang berubah raut menjadi terkejut, Oh Sehun.

Mereka saling berhadapan. Sekitar lima detik, baru mereka sadari kalau yang satu mestinya masuk dan satunya lagi perlu keluar.

"Ma—maaf." Baekhyun membungkukan dirinya sedikit lalu menyingkir dari hadapan Sehun, namun langkahnya ditahan oleh sebuah tangan yang mencegat pergelangan tangannya.

"A—akh!" Dirinya dibawa masuk lagi ke dalam bilik itu. Ia menatap Sehun dengan raut yang lebih terkejut.

Bagaimana tidak? Dirinya berduaan dengan Sehun di sana. Disaat ia sadar bahwa dirinya sedang ditatap dengan tatapan teduh milik Sehun, pikirannya melayang kepada Luhan yang sedang menunggunya sendirian di UKS. Ia harus segera menyusul Luhan..., juga menjaga perasaan sahabatnya itu.

"Se—Sehun-ssi, aku harus keluar!" pinta Baekhyun. Sehun menyadari perlakuannya yang bisa dibilang sedikit kasar pada lelaki mungil yang menjadi incarannya itu. Dengan segera, ia melepas kuncian tangannya pada tangan Baekhyun.

Baekhyun agak meringis dan mengelus pergelangan tangannya, karena Sehun lumayan menggunakan tenaga saat mencengkeram bagian tersebut.

Sehun berdeham dan membungkukkan dirinya dalam.

"Maafkan aku, Baekhyun-ssi. Kelihatannya aku terlalu kasar, tapi sedari tadi aku terus mencarimu dan aku tak menemukanmu. Jadi, sekalinya aku bertemu denganmu, aku ingin lebih lama bersamamu," tukas Sehun yang perkataannya meluncur begitu saja dari bibir tipis miliknya.

Baekhyun membelalakkan matanya. Ia segera menyuruh Sehun menegakkan badannya dan terlihat Sehun sedang tersenyum mengarah padanya. Ia terasa sulit dalam menelan ludah sekarang.

Ini seharusnya tak boleh terjadi!

"Bi—Bisakah aku keluar sekarang?" tanya Baekhyun hati-hati, namun terkesan sangat cepat.

"Aku merindukanmu."

Baekhyun menepuk dahinya. Bukan itu jawaban yang ia inginkan. Kenapa seorang Oh Sehun yang ia kenal sebagai pangeran sekolah yang tampan, dingin, arogan, dan tak memperdulikan sekitarnya itu bisa melakukan hal bodoh dan terkesan blak-blakan seperti ini?

"Bukan, bukan itu yang harus kau jawab."

"Tapi itu yang ingin kukatakan."

Kaki Baekhyun melemas seketika. Entah kenapa, dirinya malah merasa sedikit jengkel dengan Sehun yang seperti ini. Ia lebih baik melihat tampang dingin dan sombong milik lelaki itu.

"Tapi ini di toilet," lawan Baekhyun lagi. Sehun kemudian menghela napasnya. Ia meraih kenop pintu dan membukanya.

"Baiklah, jika keluar dari sini bisa membuatmu senang, kau boleh keluar," ujar Sehun yang membuat Baekhyun sedikit menganga.

Apa sifat aslinya memang begini?

Baekhyun membungkukkan dirinya pamit, dan segera keluar dari bilik kecil toilet itu. Sehun melihat kepergian Baekhyun dengan tatapan kecewa.

Setelah beberapa menit dari perginya Baekhyun, tiba-tiba seseorang dari bilik sebelah keluar, bersamaan dengan gerak Sehun. Orang itu menyandar pada dinding sambil melipat tangannya. Pandangan matanya seolah-olah mengejek Sehun, yang membuat Sehun harus memasang wajah dingin yang memancarkan kebencian itu lagi.

"Sayang sekali. Habis ditolak, ya? Hem hem hem," celetuk orang itu sambil menggeleng-gelengkan kepalanya. Sehun berdecak kesal.

"Apa yang kau lakukan di sini?" tanya Sehun sinis.

"Apa, ya? Tadi aku hanya kebelet, kok."

Sehun tak lagi bernapsu meladeni lawannya itu. Ia memutuskan untuk membiarkan orang itu bernapas dengan sendirinya, tanpa menghirup udara yang sama dengannya di ruangan itu.

Lelaki itu akhirnya ditinggal sendirian di dalam toilet. Senyum kemenangan masih terpampang nyata di bibir tebalnya. Chanyeol mengeluarkan ponselnya kembali, dan menatap layar utama yang menampilkan wajah lelaki pujaannya.

"Byun. Baek. Hyun. Tak akan kuizinkan kau direbut oleh lelaki bodoh itu. Kau..., hanya milikku"

.

.

.

Luhan berjalan dengan cepat dan terkesan buru-buru. Ia tak akan membiarkan Baekhyun menunggu lebih lama karenanya. Dirinya baru saja selesai mengerjakan tugas tambahan Kimia-nya yang merupakan sanksi yang guru berikan untuknya akibat tak mengerjakan tugas rumah.

Sekolah sudah mulai sepi, melihat beberapa koridor yang ia lewati hampir tak ada satu pun siswa lain yang menemaninya. Ia harus segera menuju loker, dan meringkas semuanya. Baekhyun juga menunggunya di sana.

Namun, disaat ia tengah setengah berlari untuk mempersempit waktu sambil memandang arlojinya, dengan sangat tiba-tiba, pundaknya bersenggolan kasar dengan pundak seseorang yang berjalan berlawan arah dengannya.

Ia terkejut sambil meringis memegangi pundaknya. Rasanya agak sakit, karena pundak lain itu menyentuh pundaknya dengan sedikit kekuatan. Luhan mengelus-elus kasihan pundaknya dan menghadap ke belakang.

Betapa terkejutnya Luhan setelah melihat siapa pemilik pundak yang baru saja menjalin insiden kecil dengan pundaknya. Lelaki pujaannya, Oh Sehun, yang sedang berjalan cepat dan kasar. Kali ini tanpa kedua pengawalnya.

Awalnya, Luhan merasa senang dan tak menyangka kalau pundaknya akan bersentuhan dengan pundak milik Sehun, walau sedikit kasar. Namun, lambat laun, ia merasa ada yang tidak beres dengan Sehun. Seperti, ada amarah yang tengah dirasakan oleh lelaki idaman para gadis sekolahan itu.

Namun, ia tak mau memikirkannya lebih jauh. Selain melakukan itu hanya menghabiskan waktunya, itu juga tidak akan menjadi urusannya. Walau Sehun mempunyai suatu masalah, toh, lelaki itu tak akan menceritakan apapun kepadanya.

Lalu, Luhan kembali berlari kecil menuju tempat Baekhyun menunggu dirinya. Tujuannya sudah berjarak sedikit lagi, namun tiba-tiba, Luhan menghentikan langkahnya sesaat ia ingin berbelok. Matanya membulat dan kedua belah bibirnya terbuka, melihat sebuah pemandangan mengejutkan di sana.

Ia mengurung niatnya untuk menghampiri Baekhyun. Ia menggigit bibirnya dan memeluk tumpukan buku yang baru saja ingin ia ringkas. Mungkin, semua itu yang membuat Sehun marah dan tak sengaja menyenggol pundaknya.

Kalau apa yang dilihatnya itu memang alasan Sehun marah dan emosi, apalagi yang musti dipertanyakan? Semuanya jelas baginya.

Kalau semua itu memang karena Chanyeol yang tengah mencuri ciuman pertama milik Baekhyun, dan sahabatnya itu sama sekali tak menolak, lalu Sehun tak sengaja menonton mereka, apa yang harus diragukan lagi? Sehun memang menyukai Baekhyun.

Dirinya merasa bodoh sendiri. Perasaannya campur aduk setelah melihat semuanya. Ia harusnya bersyukur, Baekhyun bisa dibilang tak menyukai Sehun. Namun, di sisi lain, ia tak mau Sehun merasakan rasa sakit, sama seperti yang ia rasakan. Menyukai seseorang, sementara seseorang itu menyukai orang lain.

Sebenarnya, ia mau memperbaiki semuanya, namun ia rasa dirinya sudah terlambat. Dirinya-lah yang mengenalkan Baekhyun pada Chanyeol, dan itu yang membuat Baekhyun jatuh cinta pada Chanyeol. dengan siasatnya yang bisa dibilang sangat mudah, ia mampu menjatuhkan hati Baekhyun tepat di atas hati Chanyeol.

Gara-gara semua itu juga, Sehun merasakan sakit karena Baekhyun yang menerima perlakuan mesra dari musuhnya.

Ia mengambil napas, dan menghembuskannya. Merasa kalau kegiatan Baekhyun dan Chanyeol sudah berhenti, mengingat ini sudah sepuluh menit lamanya, ia memutuskan untuk keluar dari persembunyian dan menghampiri Baekhyun.

Dirinya mendapati Baekhyun yang seorang diri, tengah duduk sambil menundukkan kepalanya. Luhan menelaah sekitar, dan benar saja, keberadaan Chanyeol sudah tidak ada dan ada kemungkinan kalau mereka sudah mengakhiri kegiatan mereka sedari tadi, sementara ia sedang berpikir yang aneh-aneh dan tak mengenakkan hatinya.

Menyadari keberadaan Luhan di dekatnya, Baekhyun mendongak, memperlihatkan wajah dengan pipi merah merona.

"Lu—Luhan!" Baekhyun segera beranjak dan memeluk Luhan erat, sangat erat. Luhan sampai terbatuk-batuk dan memukul kecil punggung Baekhyun agar lelaki itu bisa mengontrol dirinya.

Setelah Luhan sudah lepas dari dekapan Baekhyun, dirinya disuguhi tatapan berbinar dan senyum kebahagiaan dari bibir tipis milik sahabatnya itu.

"K—Kau tahu, Lu? Cha—Chanyeol menciumku! Dia mencuri ciuman pertamaku! Aku tak percaya kalau itu Chanyeol!" ucap Baekhyun sedikit mendesis, walau tak ada seorang pun di sana selain mereka.

Luhan hanya menanggapinya dengan senyum miris. Ia tak tahu harus bertanggapan apa lagi. Harusnya bahagia, di saat sahabat terbaiknya sedang berbahagia. Namun, entah kenapa, ia malah tak enak dengan perasaannya..., juga perasaan Sehun.

"Ayo, kita pulang, Lu! Sebentar lagi sore. Dan, kau harus mampir ke rumah-ku dulu! Aku ingin menceritakan semuanya padamu."

Baekhyun menggandeng tangan Luhan dengan sangat erat. Luhan mengangguk dan berjalan menuju lokernya. Di dalamnya, terdapat beberapa foto Sehun yang ia tempel. Foto yang ia dapat dari situs resmi sekolahnya, yang menampilkan beberapa foto Sehun yang menjuarai beberapa kompetisi.

Luhan menatap foto-foto itu agak lama. Tatapannya sendu dan sedikit putus asa.

Sekarang, apa hanya aku yang merasa, atau memang perasaan ini harus kuakhiri?

.

.

TBC or End ?

Yeah, wassup, guys? Ini chap 2-nya, padahal rencana mau author bwt hunhan momentnya banyak-banyak,rupanya malah lebih menonjol/? sebaek ama chanbaeknya ;-;

Maap bagi yang nunggu momen-momen indah/? hunhan, keknya gabisa secepet ini deh. Gw mau buat si sehun ama luhan menderita dulu =) /dikepret

Aduh, maap kalo ceritanya makin mendayu2 /? gw juga ga ngerti ama jalan ceritanya /dih ;; genrenya aja gw ga ngerti makanya ga gw tulis :v

Sekian curhat pendek author melas ini == selebihnya makasih kpd yg udah riviw3

Doumo arigatou gozaimasuuu 'w'

Selanjutnya, silahkan riviw lagi, cemanceman~