DISCLAIMER: Gakuen Alice punya Higuchi-sensei. Aku hanya memakai karakter-karakternya saja.


Paradise Kiss

Written by Luna Margaretha


EPILOGUE


Tujuh tahun kemudian, wanita berambut cokelat turun dari kapal milik Inggris. Mata cokelatnya yang manis melihat pemandangan kota Tokyo berubah drastis. Pemandangan ini berbeda saat dirinya meninggalkan Tokyo tujuh tahun yang lalu. Diikuti oleh teman-temannya yang ingin mengunjungi Kyoto, tempat Mikan dilahirkan.

Kedatangan Mikan disambut oleh pengawal pribadi keluarga Imai, Narumi Anju. Mikan pun menyambut munculnya Narumi di hadapannya. Narumi membungkukkan badannya setengah.

"Senang bisa melihat Anda lagi, Tuan Putri."

"Terima kasih, Narumi-san."

"Silakan Anda masuk ke kereta yang telah kami sediakan." Narumi menyampingkan tubuhnya mempersilakan Mikan dan teman-temannya menuju kereta kuda cantik di tempat telah disediakan.

Mereka pun naik kereta dan kereta itu melaju kencang. Waktu tempuh Tokyo ke Kyoto hanya berselang 4 jam. Memang masih ada kereta api milik pemerintahan asing, tapi Mikan lebih memilih kereta kuda. Karena kereta kuda adalah kenangan terindahnya.

Sesampainya di gerbang keluarga Sakura, Mikan lagi-lagi disambut oleh dayang-dayang dan anggota keluarga Sakura terutama Kaoru dan Kuonji. Mereka saling berpelukan pada Mikan yang telah dewasa.

"Ibu! Ayah!"

"Akhirnya kau pulang juga, Anakku."

Mikan ingin bertemu Hotaru, tapi kata Narumi, Hotaru lagi berada di warung makan Ando. Mengingat hal itu sama saja membayangkan kembali tentang pertemuannya dengan Natsume padahal hati Mikan terhadap Natsume menghilang semenjak dirinya tinggal di Inggris.

"Anoo, Ibu. Natsume Onii-sama di mana?" tanya Mikan sangat penasaran.

Kaoru dan Kuonji saling berpandangan, lalu tersenyum.

Kaoru meraih tangan Mikan. "Natsume baik-baik saja, Mikan. Dia telah menikah dengan Sumire Shoda, temannya waktu di warung bakmi Ando. Mereka telah berbahagia walaupun Sumire nggak bisa mengandung."

Mikan pucat pasi mendengarnya. Kuonji tahu akan hal itu. Mikan masih mencintai Natsume.

"La-lalu, Natsume Onii-sama dan Sumire Onee-sama di mana?" tanya Mikan, mau tak mau harus mengakui Sumire sebagai kakak iparnya.

"Natsume menghilang semenjak menikah dengan Sumire setahun yang lalu. Dan Sumire, kami pindahkan ke kota Tokyo untuk mengistirahatkan pikirannya karena dia kurang sehat," sahut Kaoru berbicara apa adanya.

Mikan mengangguk mengerti.

"Masuklah, Anakku." Kuonji menyela pembicaraan yang tak pernah ada ujungnya. "Kau pasti capek."

"Baik, Ayah."


Di malam hari, Mikan memandangi bulan purnama yang membesar. Hari ini adalah malam bulan purnama. Mikan merasakan kehampaan yang menjalar di benaknya juga tubuhnya. Ingin sekali merasakan kerinduan kepada Natsume, lelaki yang sekarang menyimpan hatinya.

"Kau menungguku?"

Suara serak namun berat itu menyadarkan Mikan. Dirinya berbalik badan melihat sosok gelap memakai topeng kucing. Mikan tahu bahwa itu adalah Natsume. Tapi, dirinya yang tak boleh mencintai Natsume hanya mematung di tempatnya.

"Kau nggak mau memelukku?"

"Aku nggak bisa karena aku adalah adikmu, Onii-sama."

Hening.

"Baiklah. Anggap saja kau memelukku sebagai Kakakmu." Natsume menghembuskan napas berat. "Kemarilah, adikku."

Mikan ragu, apakah dirinya mau menerima keberadaan Natsume di sampingnya. Akhirnya mengikuti ajakkan itu. Diulurkan kedua tangannya untuk memeluk Natsume – sebagai kakak – bukan sebagai kekasih yang telah mencuri hatinya.

"Baumu masih sama, Mikan."

"Katanya kau menikah dengan Sumire-san?" Mikan mengalihkan pembicaraan.

"Benar. Aku menikah dengannya untuk melupakanmu," sahut Natsume tanpa melepaskan pelukan tersebut. "Bolehkah aku menciummu?"

"Eh?"

"Sebagai tanda perpisahan."

Mikan mendongak melihat wajah Natsume yang ditutupi topeng Kucing Hitam. Mikan melepaskan topeng, merasakan betapa datarnya wajah Natsume. Tapi, ada sehelai senyuman manis di sana walau hanya sekilas. Mikan mengangguk.

Mereka pun berciuman. Ciuman milik mereka bersama. Mereka anggap itu adalah Paradise Kiss.

Keesokan harinya, mereka pun menjadi kakak adik. Melenyapkan kisah cinta mereka yang dulu tertanam di hati. Tentu saja mereka menganggapnya sebuah kenangan terindah.


End


Aku akhirnya menyelesaikan cerita ini. Aku capek sekali memikirkan endingnya. Endingnya gantung, ya? /slash/

Nggak apa-apa, deh. Semoga cerita selanjutnya nggak gantung lagi. Nanti aku yang gantung diri. Haha! /becanda/
Makasih yang sudah baca. Aku senang banget, lho.

GBU!


-Luna Margaretha-