You're My London

Occ, GS, Typo(s), tidak sesuai EYD dll.

Ranted : T

Chapter : 13 (The last chapter)

Cast : KaiSoo

Another Cast : HunHan and ChanBaek

.

Chapter 13: London

.

Note : Perhatikan tanggal dan tanda baca. Setiap paragraf yang dicetak miring menandakan flashback atau bahasa asing. Chapter ini memiliki alur maju mundur dengan beberapa sudut pandang yg berbeda.

.

.

.

Jongin sudah sejak lama berencana untuk membawa Kyungsoo ke Covent Garden, salah satu tempat di London yang menjadi favoritenya. Dulu dia banyak menghabiskan waktunya di sini bersama teman – temannya dan melihat banyak pertunjukan jalanan.

Jongin memarkirkan mobilnya dan mengajak Kyungsoo masuk. Tidak ada kendaraan yang melintas, sepanjang jalan hanya dipenuhi orang – orang yang berlalu – lalang. Suara alunan musik terdengar di setiap penjuru jalan, kebanyakan dari mereka memainkan lagu klasik, Kyungsoo mengenal satu lagu yang dimainkan oleh dua orang pria yang tengah memainkan gitar dan violin itu, sebuah mahakarya dari Bethoven yang sangat terkenal, fur elise.

Kyungsoo menghentikan langkahnya membuat langkah Jongin juga ikut terhenti. Matanya tak bisa lepas dari kedua orang itu, jari – jari mereka bergerak dengan luwes dan gesit di atas senar – senar yang mengeluarkan nada indah itu.

Tapi suara lain mengalihkan perhatiannya. Sebuah lagu terdengar membuat dia mengerjap dan kembali melanjutkan langkahnya, semakin masuk ke bagian dalam taman. Dia bahkan tak ingat Jongin yang berjalan di belakangnya sambil tersenyum. Mata Kyungsoo terus mencari asal suara itu sampai akhirnya dia menemukan seorang wanita dengan dress berwarna merah dan hitam, retro style. Rambutnya ditata rapi dengan sebuah bunga yang terselip di bagian samping rambutnya. Wanita itu sangat cantik, kedua matanya berwarna biru terang yang bisa membuat siapapun terkesima, bibirnya dipoles lipstik merah menyala yang senada dengan bajunya. Namun, yang lebih mengagumkan adalah suara yang kini sedang mendendangkan sebuah lagu itu.

"Dia Allison." Ujar Jongin seakan menyadarkan Kyungsoo dari dunianya. Wanita itu mengerjap dan melirik Jongin yang berdiri tepat di sampingnya. Dia cukup terkejut saat menyadari tubuh mereka menempel satu sama lain.

"Kau tidak melupakan aku atau semacamnyakan?" Tanya Jongin dengan alis yang dinaikan. Kyungsoo terkekeh dan memukul lengan pria itu.

"Kau mengenalnya?" tanya Kyungsoo kembali mengalihkan pandangannya pada wanita itu. Dia merasakan Jongin menghela nafas panjang sambil menjejalkan kedua tangannya ke saku.

"Dia salah satu temanku. Aku bisa mengenalkan kalian berdua…" Jongin menggantungkan kalimatnya sambil menatap Kyungsoo yang sekarang membulatkan mata. Wanita tau kalau Jongin akan melakukan hal memalukan dan dia berharap kalau dugaannya ini salah…

"Allison!" teriak Jongin sesaat setelah lagunya selesai. Wanita itu mendongak dan menemukan Jongin dihadapannya. Wanita itu tersenyum lebar dan melambaikan tangan. Orang – orang yang tadi bertepuk tangan untuk wanita itu sudah mulai meninggalkan kerumunan dan melirik pertunjukan lain.

Kyungsoo hendak melarikan diri bersama gerombolan itu tapi sayang tangan Jongin lebih dulu menangkap lengannya dan menarik dirinya menuju wanita yang tadi dia panggil Allison itu.

"Hallo darling. Long time no see you." Sapa wanita itu sambil memberikan pelukan singkat pada Jongin. Dia menatap Kyungsoo dan Jongin bergantian sebelum akhirnya kembali menatap Jongin sambil tersenyum penuh makna.

"Jadi kemana saja kau selama ini? Aku jarang sekali melihatmu, Ian dan Kevin belakangan ini." Ujar wanita bernama Allison itu. Kemudian entah bagaimana Jongin dan Allison terlibat percakapan panjang dan namanya ikut – ikut masuk menjadi salah satu topiknya.

"You can just call me Dyo." Ujar Kyungsoo sambil tersenyum dan membalas jabatan tangannya.

"Well… Dyo. He says that you have such amazing voice. Wanna sing with me?" Tawaran itu membuat mata Kyungsoo membelalak. Suaranya sama sekali tidak bagus, well… jika dibandingkan dengan wanita dihadapannya, dia tidak ada apa – apanya.

"No, seriously my voice isn't that good. I mean…"

"No, She has such a beautiful voice I've heard it." Sela Jongin membuat Kyungsoo melemparkan tatapan membunuh pada Jongin yang disambut dengan tawa renyah.

"Oh come on. Just try, one song okay?" Bujuk wanita itu dan Kyungsoo sama sekali tidak bisa menolak ataupun melarikan diri.

Akhirnya dia berdiri di depan stand mic sedangkan Allison sedang memutar sebuah lagu yang tadi sudah disepakati oleh mereka. Dia belum pernah berduet terlebih lagi bernyanyi di depan banyak orang seperti ini. Tangannya mulai berkeringat saat beberapa orang mulai berkerumun menunggu pertunjukannya. Jongin masih berdiri dihadapannya, di barisan paling depan dengan sebuah senyuman lebar yang sedari tadi tak lepas dari wajahnya.

"Don't be nervous." Ujarnya tanpa suara sambil mengepalkan sebelah tangannya mencoba memberi dukungan. Kyungsoo mengerlingkan mata, semua ini salahnya. Kalau saja dia bukan Jongin, kalau saja dia seseorang yang lain, Kyungsoo bersumpah akan menendang pria itu dan melemparnya ke sungai Thames.

"Kau siap?" Tanya Allison yang sudah kembali berdiri di sampingnya. Kyungsoo mengangguk kaku mencoba tersenyum.

Allison sadar akan kegugupan Kyungsoo, menyentuh pundak wanita itu beberapa detik sebelum akhirnya alunan musik terdengar, dan ini saatnya mereka berdua untuk beraksi.

Kyungsoo memejamkan mata dan mengapalkan tangannya untuk beberapa detik dan kembali membuka mata, saat itulah matanya kembali bertemu dengan milik Jongin. Pria itu sama sekali tidak melepaskan pandangan dari dirinya. Dia tersenyum, begitu juga dengan kedua matanya. Saat itulah entah bagaimana kegugupan itu hilang begitu saja. Dan sekarang semua perhatiannya hanya berpusat pada Jongin.

He's a tramp, but they love him.

Breaks a new heart every day.

He's a tramp, they adore him.

And I only hope he'll stay that way...

He's a tramp, he's a rover

And there's nothing more to say.

If he's a tramp, he's a good one

And I wish that I could travel his way...

Wish that I could travel his way...

Wish that I could travel his way...

Tanpa sadar dia sudah menyelesaikan lagu itu dengan cukup baik. Riuh tepuk tangan langsung terdengar saat lagu selesai di putar. Allison memeluk dirinya dengan hangat dan tiba – tiba saja seseorang menarik pergelangan tangannya membuat Kyungsoo menengok ke samping.

Dan di sana lah dia menemukan Jongin tersenyum hangat padanya. Sebuah senyuman yang mampu membuat semua kecemasan dan kegugupan itu hilang dalam sekejap, pria itu menarik tangannya dan memberikan Kyungsoo sebuah pelukan.

.

.

Sejak dia berdiri di depan sana, bersama penonton lain dan menyaksikan gadisnya bernyanyi dengan begitu indah, dia hampir saja berlari memeluk Kyungsoo dan memberikan gadisnya sebuah ciuman. Demi Tuhan, saat Kyungsoo bernyanyi dia seakan berubah menjadi malaikat yang banyak orang bicarakan dalam dongeng – dongeng lama. Seakan wanita itu memiliki sayap dan wajah yang bersinar membuat dia terpikat dengan mudahnya-okay, mungkin ini berlebihan tapi Jongin bersumpah kalau itulah yang dirasakannya.

Dan akhirnya dia bisa memberikan setidaknya pelukan erat pada gadisnya, walau sejujurnya dia berharap bisa mengecup sekali lagi bibir manis yang mengingatkannya pada rasa permen kapas itu.

"I told you." Bisik Jongin di telinga Kyungsoo. "I got a jackpot!" lanjutnya sambil memutar tubuh Kyungsoo pelan membuat wanita itu tertawa.

"You're just like an angel for me. I-"

"Okay, you guys can stop this shit now." Sela Allison yang datang dari belakang Kyungsoo menganggu momentnya. Jongin mendelik padanya dan memilih untuk menggenggam jemari Kyungsoo.

.

.

Allison tertawa dan memberikan banyak pujian pada suara Kyungsoo yang memang merdu. Jongin memang tidak salah menyebut suara Kyungsoo begitu indah karena memang itulah kenyataannya. Dan Kyungsoo tidak bisa berkata apapun dengan pujian yang diberikan padanya.

"Okay Allison, see you later." Ucap Jongin melepaskan tautan tangannya bersama Kyungsoo dan memeluknya, membuat Kyungsoo sedikit terkejut tapi dia memaksakan sebuah senyuman canggung dan melambaikan tangan pada Allison. Namun sebelum dia bisa melangkah, Allison menarik tangannya dan memberikannya sebuah pelukan hangat yang membuat Kyungsoo akhirnya tersenyum tanpa harus dipaksakan.

"Have fun with your date." Seru Allison saat Jongin menariknya menjauh, mereka melambaikan tangan dan pergi meninggalkan wanita itu yang tengah bersiap untuk menyanyikan lagu lainnya.

Sepanjang jalan, tangan Jongin dijejalkan ke sakunya dan Kyungsoo berjalan disampingnya sambil meremas tas. Sebuah pikiran aneh entah kenapa tiba – tiba saja hinggap dibenaknya. Dia penasaran bagaimana dulunya hubungan Jongin dan Allison, mereka berdua telihat sangat dekat, berpelukan dan Kyungsoo sempat terkejut saat pertama kali Allison menyapa Jongin dengan panggilan 'darling' , tadinya Kyungsoo berpikir kalau wanita itu tengah bercanda atau semacamnya, tapi melihat bagaimana mereka begitu nyaman saat berbicara satu sama lain, bagaimana Jongin dengan mudahnya memberikan sebuah pelukan, Kyungsoo mulai ragu dengan pikirannya sendiri. Dia mulai ragu dengan Jongin, hubungan mereka dan semuanya. Bagaimana jika…?

Kyungsoo hampir saja jatuh karena tersandung kalau saja Jongin tidak dengan segera menahan tangannya. Kyungsoo mengerjap dan jantungnya terasa loncat dari tempatnya.

"Ada apa denganmu?" tanya Jongin saat menarik Kyungsoo dan memastikan kalau wanita itu tidak akan kembali jatuh membentur aspal.

"Aku tidak apa – apa." Jawab Kyungsoo cepat sambil mengerjapkan mata, masih terkejut. Jongin berdecak pelan dan memegang bahu Kyungsoo, sedikit merundukan tubuhnya agar bisa menatap langsung pada matanya.

"Lalu apa yang terjadi pada matamu? Kau tidak mungkin tidak melihat troroar di depanmu jika 'kau tidak apa – apa'." Jongin menghela nafas panjang dan kembali menegakan tubuhnya. "Sesuatu menganggu pikirkanmu Miss Cordelia?" tanya Jongin sambil mengusak rambut Kyungsoo pelan. Namun Kyungsoo tentu saja tidak bisa menjawab pertanyaan itu membuat Jongin menatapnya dengan curiga.

"Oh Tunggu! Jangan katakan ini menyangkut Allison." Tebakan Jongin benar – benar tepat. Kyungsoo mencoba mengalihkan pandangannya dari mata Jongin yang mencoba menyelidik itu.

"Apa yang kau bicarakan." Kyungsoo tertawa gugup sambil memukul lengan pria itu mencoba untuk menarik Jongin agar kembali berjalan, tapi tentu saja Jongin tidak bisa dengan semudah itu dialihkan perhatiannya. Pria itu malah kembali menariknya tangannya dan menahan Kyungsoo untuk menatapnya.

"Katakan saja." Ujar Jongin sambil menahan tawa.

"Apa?" Dengus Kyungsoo dengan wajah yang memerah.

"Coba katakan apa yang menggangu pikiranmu sampai membuatmu hampir saja mencium aspal." Jongin mengatakannya seakan itu sesuatu yang menggelikan dan menggelitik perutnya.

"Sudah aku katakan tidak ada apapun yang menganggu pikiranku." Jawab Kyungsoo seakan tidak mau kalah.

"Benarkah? Atau mungkin saja kau tidak mau mengakui hal semacam kecemburuan yang terpendam atau… apapun itu?"

God!

Kyungsoo tidak bisa menyela untuk hal yang satu itu. Dia hanya menghela nafas panjang dan menepis tangan Jongin dari bahunya. Tapi pria itu malah menarik Kyungsoo ke dalam pelukannya sambil tertawa pelan.

Di tengah kerumunan orang – orang yang sibuk berlalu – lalang, Jongin memeluknya sambil tertawa membuat Kyungsoo tentu saja terkejut setengah mati. Mungkin di London bukan hal yang asing jika banyak sekali pasangan yang memamerkan kemersaan mereka dengan merangkul satu sama lain, berpelukan atau bahkan memberikan kecupan untuk pasangannya, tapi tidak untuk Kyungsoo. Dia hanyalah seorang gadis Korea yang masih sangat awam dengan hal semacam itu, dia tidak pernah menjalin sebuah hubungan dengan seorang pria sebelum Jongin, mengingat bagaimana dulu dia tidak suka bersosialisasi dan mungkin teman pria yang dia punya bisa dihitung dengan jari.

Tapi entah kenapa semenjak dia bersama Jongin, dirinya seakan menjadi seseorang yang berbeda. Dia merasa menemukan sesuatu dari dalam dirinya yang sudah lama tertutup rapat. Mungkin dulu, jika ada seorang pria yang memeluknya di depan umum seperti ini, dia akan menampar pria itu tepat di wajahnya dan berlari, kembali mengunci diri di kamarnya. Namun kali ini semuanya terasa berbeda, seakan berbanding terbalik. Jongin benar – benar merubahnya.

.

.

Jongin masih tertawa karena siapa sangka kalau seseorang seperti Kyungsoo memiliki sisi menggemaskan seperti ini. Dia mengeratkan pelukannya untuk beberapa saat –Jongin penasaran kenapa kali ini Kyungsoo sama sekali tidak menggerutu atau bahkan menolak saat dia memeluknya di depan banyak orang- sebelum menarik tubuh Kyungsoo agar bisa menatap wajah wanita itu yang sekarang pasti sudah memerah dan dugaannya tepat sekali, wajah Kyungsoo memang sudah memerah.

"Kenapa kau harus malu – malu seperti itu?" Dia kembali menggoda gadisnya dengan jahil, tapi tentu saja Kyungsoo akan mengelak.

"Apa?"

"Katakan saja kau penasaran pada hubunganku dan Allison." Jawab Jongin dengan enteng sambil melingkarkan tangannya di bahu Kyungsoo dan menarik wanita itu untuk kembali berjalan.

"Aku tidak." Belanya lagi.

"Katakan saja, kau tidak perlu malu."

"I said I'm not."

"Yes, you're"

Dan mereka terus mengulang kalimat yang sama untuk berkali – kali membuat Jongin benar - benar tidak bisa menahan tawanya. Dia tidak akan kalah kali ini dan membiarkan Kyungsoo kabur begitu saja.

"Baiklah," Ujarnya seakan menyerah. Kyungsoo menyelipkan helaian rambutnya di balik telinga dan berhenti melangkah beberapa langkah di depan sebuah café dengan tulisan Crème de la Crèpe.

"Aku menyerah." Lanjutnya sambil menghela nafas yang membuahkan senyuman lebar dari Jongin.

"Wow! Tidak bisa aku percaya kau baru saja menyerah. Wow!" Dia hampir berseru dan tertawa keras kalau saja dia tidak ingat dimana sekarang dia berdiri.

Kyungsoo mendengus pelan dan menepis tangan Jongin dari bahunya sebelum mendahului pria itu masuk ke dalam café dengan kaki yang dihentakkan karena kesal. Jongin menatap gadisnya yang terlihat kesal itu malah tertawa geli, ini pertama kalinya dia melihat Kyungsoo bertingkah seperti itu, benar – benar menggemaskan.

.

.

.

.

London, 20 April 2022

Seharusnya Kyungsoo bisa membuat kue dengan tenang dan menyiapkan kejutan Luhan tanpa harus pergi ke mini market yang memang tak begitu jauh dari apartemennya, tapi sialnya tadi dia harus mengunjungi sebuah toko di perempatan jalan yang tempatnya cukup jauh untuk membeli lilin yang juga dilupakannya kemarin malam saat berbelanja bersama Baekhyun. Ponselnya berdering menjengkelkan. Kyungsoo menghentikan langkan untuk meraih ponselnya dari dalam tas. Sambil mendengus dia mengapit ponselnya diantara bahu dan telinganya. Suara seorang pria yang sangat familiar di telinganya langsung terdengar.

"Miss Cordelia, lama – lama kau membuat kita berdua berubah menjadi patung."

Kyungsoo menghela nafas panjang dan kembali menenteng tas dan belanjaannya yang memenuhi tangan, dia kembali berjalan dengan sedikit tergesa – gesa dan sialnya dia salah pilih karena hari ini dia memakai wadges yang sama sekali tidak membantu.

"Aku mengerti, tunggulah sebentar." Ucapnya sambil menghela nafas panjang dan sebelum seseorang diseberang sana kembali menyela, dia dengan cepat mematikan ponselnya dan kembali menjejalkannya ke dalam tas.

Udara musim semi kali ini memang terasa menyenangkan. Musim semi di London memang tak ada duanya setiap kali datang, tapi dia tidak memiliki waktu untuk menikmati ratusan bunga yang baru saja bermunculan atau bahkan untuk sekedar mendongakan kepala menatap indahnya langit, dia sama sekali tak bisa, mungkin nanti setelah semua tugasnya berakhir.

Beberapa menit kemudian dia sudah berada di dalam lift, jari telinjuknya -yang di cat putih dengan gambar bunga berwarna pink yang cocok sekali untuk musim semi- menekan nomor 3 yang sudah memudar itu dan menunggu lift membawanya naik.

Suara denting bel yang menandakan dia sampai di lantainya terdengar bertepatan dengan pintu lift yang terbuka secara otomatis. Dia menjejakan kakinya yang di balut wadges dengan keras – keras sepanjang lorong sampai akhirnya dia menemukan dua orang pria berdiri di depan apartemennya. Jongin dan Sehun, tentu saja siapa lagi?

Jongin menyambutnya dengan helaan nafas panjang sedangkan Sehun memberikannya sebuah senyuman lebar yang memiliki makna tersembunyi di baliknya.

"Kenapa kalian tak menungguku sebentar dan malah menyuruhku berlari menggunakan sepatu ini?" Gerutunya sambil memasukan password dan masuk ke dalam. Sehun membantunya membawa belanjaan sementara dia membuka pintu.

"I'm so sorry sweetheart. I promise I never do that again."

Kyungsoo hanya mengelingkan matanya dan langsung menuju dapur, sambil mencari ponselnya untuk menelphone Baekhyun dan memastikan sahabatnya itu datang tepat waktu. Ternyata saat sambungannya masuk suara ponsel terdengar dari ambang pintu. Dia menengok kebelakang dan menemukan Baekhyun dan Chanyeol berdiri di depan pintunya dengan papper bag yang cukup besar.

"Perfect time." Seru Kyungsoo menyambut kedatangan dua orang itu. "Kita bisa langsung membuat adonan dan kalian para pria bisa mendekorasi ruang tamu." Lanjutnya sambil melenggang menuju dapur.

Kedua wanita itu tengah sibuk membereskan bahan – bahan yang akan mereka gunakan dan menyiapkan beberapa peralatan untuk membuat kue saat Jongin berlari dan dengan tiba – tiba berdiri di sampingnya, untung saja dia tidak menjatuhkan tepung terigu dan menghancurkan semuanya.

"Hi girl, you want me to help you?"

"Demi Tuhan Kim Jongin!" pekik Kyungsoo membuat pria itu hanya tersenyum lebar.

"Ada yang bisa aku lakukan untuk kalian?" Tanya menatap semua bahan yang memenuhi meja makan.

"Tentu saja, kau tau sendiri kita akan sibuk hari ini, jadi menyingkirlah atau kau akan merasakan akibatnya." ancam Kyungsoo dengan nada serius yang membuat Jongin malah semakin tertarik mengerjainya. Kyungsoo menggemaskan bukan? Baekhyun menangani bagian kue, sedangkan Kyungsoo membersihkan sayuran dan beberapa bahan lainnya untuk memanggang hanwu. Saat akan berjalan menuju wastafel dia sengaja menabrakan bahunya dengan Jongin membuat pria itu malah tertawa.

"Jadi hari ini kalian akan sangat kerepotan bukan?" tanya Jongin dengan seenak jidat sambil mengekori Kyungsoo.

"Tentu saja, hari ini ulang tahun dia bukan?" Sahut Baekhyun yang selesai mengeluarkan bahan terakhir yang tersisa dan mulai mencampurkannya ke sebuah wadah besar. Telur, tepung terigu, gula dan bahan lainnya.

"Luhan, ya tentu saja. Kalau saja dia bukan sahabatku, aku tidak akan pernah melakukan hal ini, di tambah lagi ada dua orang pria menjengkelkan seperti mereka."

"Tiga!" timpal Baekhyun membuat kedua wanita itu bertatapan sambil tersenyum dipaksakan dan mengangguk.

"Benar tiga. Aku melupkan si tinggi itu." Ujarnya kembali sibuk mencuci sayuran sedangkan Jongin hanya berdiri di sampingnya memperhatikan sambil sesekali tersenyum.

.

.

Saat terdengar gerutuan hebat dari dapur Sehun memutuskan untuk pergi melihat apa yang sedang Baekhyun dan Kyungsoo kerjakan, dan tak sengaja dia mendengar nama Luhan di sebut – sebut membuatnya semakin penasaran apa yang sedang di perbincangkan oleh dua orang itu.

Ternyata di sana ada Jongin yang sedang bersandar menatap Kyungsoo sambil tersenyum, sedangkan Baekhyun sedang sibuk mengaduk adonan untuk kue.

"Sepertinya wanita – wanita ini tengah membicarakanku. Apa aku membuat kalian kesulitan?" tanya Sehun sambil berjalan dan berdiri di sisi lain Kyungsoo.

"Tentu saja, kau tau seharusnya kau juga membantu. Kalau saja kau itu bukan-"

"Hey, aku juga membantu, kau tau aku dan Kai sedang membereskan ruang tamu dan sedikit menghiasnya." Sela Sehun cepat. "Seperti apa yang kau katakan tadi." Lanjutnya sambil menatap Jongin membuat dua orang pria itu tertawa.

"Whatever…" Gumannya sambil mendorong tubuh Sehun agar pria itu menyingkir.

"Oh Come on, don't be mad like that. I love you." Ujar Sehun membuat dia menengok ke samping sambil mengerlingkan mata.

"I hate you too." Jawab Kyungsoo tanpa berpikir panjang, kemudian beralih ke sisi lain dan menatap Jongin yang sedang tertawa sambil menunjuk – nunjuk Sehun dengan alis yang dinaikan.

"Sudah aku katakan dia bukan wanita yang akan luluh dengan ucapan seperti itu." Ujar Jongin pada Sehun yang masih berdiri di tempatnya menatap Kyungsoo seakan tidak menemukan kata yang tepat untuk diucapkannya.

"Benarkah?" Intrupsi Kyungsoo membuat Jongin menatapnya. "Dan bukankan sudah aku katakan sebelumnya bukan Tuan Seniman, sebaiknya kau menyingkir atau kau akan merasakan akibatnya." Ujar Kyungsoo sambil mendorong pria itu menjauh darinya. Sekarang giliran Sehun yang tertawa.

Saat Kyungsoo hendak melihat pekerjaan Baekhyun, wanita itu tengah sibuk digoda oleh kekasihnya sampai wajahnya memerah. Kyungsoo berdeham keras membuat dua orang itu menatapnya. Sedangkan Jongin dan Sehun mengikuti arah pandangannya.

"Demi Tuhan! Kalian bertiga menyingkir dari sini atau aku dan Baekhyun akan pergi dan mengunci kalian bertiga sampai Luhan datang dan mengacaukan semuanya." Kyungsoo berteriak cukup kencang yang membuat ketiga orang itu patuh dan keluar dari dapur walau sambil tertawa – tawa.

"Kenapa semua pria di sini menyebalkan?" gerutunya yang berjalan untuk membantu Baekhyun mengerjakan kuenya.

.

.

.

.

.

Covent Garden, London. Summer 2020

Kyungsoo dan Jongin memilih tempat duduk di sudut ruangan yang berada paling ujung namun langsung menghadap pada pintu masuk. Crème de La Crèpe memiki interior yang dominasi oleh kayu, meja berbentuk persegi panjang yang cukup untuk 6 orang berjajar rapi dengan dua buah kursi kayu untuk setiap mejanya yang diletakan berhadapan, sedangkan warna yang banyak di pilih adalah pink, coklat tua dan putih. Ada sebuah kalimat di bawah logo nama café tersebut, di sana tertulis 'Don't be a pancake'.

Kyungsoo penasaran dengan makna dari kalimat tersebut tapi Jongin yang duduk di hadapannya, membuat Kyungsoo lupa akan hal yang tadi membuatnya penasaran itu. Jongin masih menimbang – nimbang apa yang dia pilih dan kadang pria itu akan menatapnya sambil tersenyum jahil.

"Cepatlah." Ujar Kyungsoo tak sabaran karena sedari tadi Jongin masih tidak memberikan sebuah pesanan.

"Pash 'N' Shoot." Jawab Jongin pada akhirnya.

Dengan cepat Kyungsoo bangkit dari kursinya dan menuju konter untuk memesan pesanan mereka. Dia memesan satu Pash 'N' Shoot untuk Jongin dan satu Son of Peach untuk dirinya sendiri. Setelah membayar pesananya, Kyungsoo kembali duduk dihadapan Jongin yang masih menatapnya dengan jahil.

.

.

Sementara menunggu pesanannya, Jongin meraih jemari Kyungsoo yang sedari tadi menghindari tatapannya. Dia tau, mau tidak mau Kyungsoo pasti akan menatapnya juga.

"Jadi mau membicarakan apa yang tadi terjadi di luar sana?" tanya Jongin sambil menompang bahunya dengan sebelah tangan sedangkan tangannya memainkan jemari Kyungsoo.

"Tidak." wanita itu langsung menolak.

"Tapi aku mau." Sela Jongin membuat Kyungsoo menghela nafas panjang dan menundukkan kepalanya, dia tidak bisa menahan tawanya saat melihat semu merah itu kembali menyapa pipi gadisnya.

"Jadi kau penasaran pada apa yang pernah terjadi antara aku dan Allison bukan?"

"Pernah?" tanya Kyungsoo langsung menaikan kepalanya. Rekasi dari gadisnya itu benar – benar menggemaskan.

"Ya." Jawabnya seakan membuat Kyungsoo semakin penasaran.

"Lalu?" Tanya Kyungsoo yang seakan tidak bisa menyembunyikan rasa penasarannya.

"Sudah aku katakan kau penasaran." Ujar Jongin sambil tertawa, Kyungsoo hanya mendengus dan menarik tangannya dari genggaman Jongin.

"Baiklah, dulu kita teman dekat, benar – benar dekat." Jelas Jongin membuat Kyungsoo kembali menatapnya. "Tenang saja, bukan hanya aku tapi juga Ian dan Kevin, ya kedua bocah itu juga." Lanjutnya. Dia benar – benar mendapatkan perhatian Kyungsoo, karena sekarang wanita itu menopang dagunya dan keningnya sedikit berkerut, hal itu menandakan kalau Kyungsoo sedang fokus pada satu hal.

"Dulu aku, Kevin dan Ian selalu datang ke sini dan melakukan pertunjukan kecil yang membuat kita bisa berkenalan dengan Allison."

"Pertunjukan kecil?" tanya Kyungsoo seakan tidak ingin meninggallkan hal sekecil apapun untuk diketahuinya.

"Ya, tidak ada yang spesial." Jawab Jongin seakan mengelak dari pertanyaan sesungguhnya. Kyungsoo tersenyum dan menatap langsung pada matanya. Jongin menghela nafas panjang, dia tau dia tidak bisa kabur kali ini.

"I was a dancer Cordelia and that's all. Don't ask me anything about that."

"I never know you're a dancer. Bad or worst?" tanya Kyungsoo seakan menggodanya.

"Excuse me miss, I'm a good one." Belanya.

"I don't belive it."

"You should,"

"Prove it."

Jongin seakan kehabisan kata – kata untuk melawan gadisnya itu. Dia tau kalau mau tidak mau dia harus menunjukannya di depan adisnya itu.

"Aku sudah tau kau akan mengatakan hal itu." Ujar Jongin menatap Kyungsoo yang menaik turunkan alisnya. "Mungkin nanti." Lanjut Jongin akhrinya.

"Kapan itu tepatnya?" Sela Kyungsoo dengan cepat. Untuk sesaat Jongin tidak menjawab, dia hanya menatap gadisnya itu dengan alis yang dinaikan.

"Setelah kau menjawab pertanyaanku." Ujar Jongin pada akhirnya membuat kerutan di dahi Kyungsoo semakin dalam.

"Pertanyaan semacam apa itu?" tanya gadisnya yang penasaran. Jongin tersenyum lebar sebelum menjawab.

"Pertanyaan semacam 'maukah kau menikah denganku?' atau 'bersediakan kau menjadi pendamping-" Sebelum Jongin bisa menyelesaikan kalimatnya Kyungsoo sudah memukul lengannya cukup keras.

"Kenapa?" ringis Jongin dengan polosnya dan Kyungsoo mendengus keras.

"Itu akan memakan waktu cukup lama tuan seniman." Jongin hanya menaikan bahu atas jawaban yang diberikan Kyungsoo.

"Dan itu juga yang akan aku katakan untuk menjawab pertanyaanmu. Lagi pula aku bisa menunggu." Jawab Jongin dengan enteng.

"Lupakan masalah ini." Selanya. "Kembali pada kau, Ian dan Kevin. Lalu apa yang terjadi? Kenapa sekarang aku tidak melihat kalian bertiga mengunjungi tempat ini lagi?" pertanyaan ikut kembali datang dan membuat Jongin menghela nafas panjang.

"Entahlah, mungkin karena kita tumbuh dan aku sudah menemukan apa yang aku cari. Aku ingin fokus pada seni lukis walau sebenarnya aku merindukan berdiri di luar sana dan melakukan hal konyol bersama mereka." Ujarnya sambil menatap keluar sana, mengingat bagaimana hari – hari yang dihabiskannya bersama Ian dan Kevin untuk melakukan hal dengan sesuka hati. Tapi remasan di tangannya membuat dia mengalihkan pandnagan.

"Kau membuat keputusan yang benar." Kyungsoo seakan meyakinkan dengan senyuman di bibirnya yang membuat dia luluh begitu saja.

"Dan karena itulah aku dan Allison menjadi sangat dekat, tak jarang dia menyanyikan sebuah lagu untuk kami dan melakukan pertunjukan bersama. Kita berempat seakan tak bisa dipisahkan, sampai kadang kita memanggil nama masing dengan panggilan aneh – aneh," Jongin tersenyum saat ingatan itu kembali muncul.

"Seperti?" Tanya Kyungsoo yang masih tak mengerti.

"Seperti saat kita sedang bersenang – senang tak jarang Allison memanggilku darling, memanggil Ian dengan baby dan Kevin dengan sweetheart, begitu juga dengan kita bertiga. Tapi saat kita kesal kata – kata aneh bisa keluar dengan mudah, Allison akan berteriak 'ass hole' 'bitch' 'slut' 'foggot' dan kata – kata lainnya yang sulit untuk dipercaya bisa keluar dari bibir wanita itu."

Kyungsoo menggelengkan kepala saat tak percaya seorang wanita seperti Allison bisa mengucapkan kata – kata seperti itu.

"Karena sekarang kau sudah tau, jari berhentilah berpikir yang aneh – aneh." Ujar Jongin sambil mengusak rambut Kyungsoo pelan, membuat wanita itu langsung menepis tangan Jongin dari kepalanya. "Lagi pula Allison sudah bertunangan." Tambahnya saat pesanan mereka datang.

.

.

Seperti biasa saat mereka berada di luar dan menghabisakan waktu bersama, hanya satu dua percakapan yang muncul selebihnya mereka menghabiskan waktunya hanya dengan saling menatap satu sama lain seakan mengaggumi ciptaan Tuhan yang terpampang dihadapan mereka. Tak jarang orang – orang memandang mereka dengan kening berkerut, karena tentu saja aneh rasanya melihat dua orang yang seakan tak bosan menatap satu sama lain saat tak ada satu kata yang terucap.

"Apa yang kau lihat?"

Pertanyaan ini sudah sering diajukan Kyungsoo setiap kali dia menemukan Jongin menatapnya dengan intens dan setiap kali itu juga Jongin akan mengulurkan tangannya dan mengusap pipi Kyungsoo, meninggalkan jejak panas yang membakar pipinya dan hal itu juga berefek pada derup jantungnya.

"Kenapa aku tidak menyadari saat pertama kali kita bertemu kalau kau begitu menarik." Ujar Jongin.

"Like an magnet?" canda Kyungsoo.

"Yups. Dan aku seperti sebuah besi yang akan terus menempel." Ucap Jongin sambil berpindah untuk duduk di sampingnya dan menempelkan bahu mereka. "Just like this." Tambahnya meniruka besi yang seakan terus menempel pada magnet.

"Oh, menjauhlah." Ucap Kyungsoo sambil mendorong tubuh pria itu tapi Jongin seakan tidak semudah itu mengikuti apa yang diinginkan Kyungsoo, justru sebaliknya dia malah melingkarkan tangannya di sekitar tubuh Kyungsoo dan menyandarkan menenggelamkan wajahnya di bahu Kyungsoo.

"Demi Tuhan Kim Jongin! Aku benar – benar akan membunuhmu." Ujar Kyungsoo sambil mendesis menatap orang – orang disekitarnya berharap tak ada seorangpun yang menatap kekonyolan pria di sebelahnya ini.

"Tapi kau seperti magnet yang menarikku." Selanya sambil tersenyum puas. Kyungsoo mengerlingkan matanya dan membiarkan pria itu melakukan apa yang ingin dilakukannya, percuma saja berbicara dengan orang seperti Jongin, karena hanya membuang waktu.

Kyungsoo bersyukur karena akhirnya pria itu menjauhkan diri dari tubuhnya, namun dengan perlahan Jongin menarik tangannya dan menautkan jemari mereka. Kyungsoo mencoba untuk tidak tersenyum saat menatap pria di sampingnya itu.

"Jadi apa alasanmu kali ini sehingga kita harus menggengam tangan satu sama lain? Kau tidak berpikir kita tersesat dalam café bukan?" tanya Kyungsoo sambil menaikan sebelah alisanya dan pada akhirnya dia tidak bisa menahan senyumannya.

Jongin ikut tersenyum dan menatap jemari tangan mereka yang bertautan, Jongin menaruh tangan mereka di atas meja, matanya seakan tidak lepas dan senyuman menawan itu masih terbingkai di wajahnya.

"Tidak, tentu saja." Gumamnya sambil terkekeh. Dia menatap jemari mereka untuk beberapa saat sebelum melirik Kyungsoo dan menatap wanita itu langsung pada mata bulatnya.

"Hanya saja, dengan menggenggam tanganmu semuanya terasa lengkap."

.

.

.

London, 20 April 2022

Pekerjaan Kyungsoo dan Baekhyun sudah hampir selesai, daging telah di panggang dan kue berbentuk rusa -mengingat bagaimana wanita itu menyukai rusa jadi Kyungsoo memutuskan untuk membuatnya- dengan tulisan Happy Birthday Luhan sudah rampung dikerjakan. Mereka tinggal membawa kue itu ke ruang tamu dan membereskannya sesuai rencana.

Ruang tamu apartemen Kyungsoo memang sedikit berubah dengan hiasan-memalukan bagi Kyungsoo- pita berwarna pink, balon, dan tulisan 'Happy Birthday Luhan' yang di tempel di dinding bagian kanan. Ketiga pria itu tengah mengobrol sesuatu sambil tertawa – tawa.

"Aku tidak percaya! Di saat aku dan Baekhyun sibuk mempersiapkan ini itu, kalian bertiga malah tertawa seperti orang bodoh." Gerutu Kyungsoo membuat ketiga pria itu langsung meliriknya.

"Aku sendiri tak percaya kau berubah menjadi wanita yang suka mengomel." Timpal Jongin sambil tersenyum lebar. Kyungsoo kembali menggerutu tanpa suara dan membereskan meja ruang tamunya, sementara ketiga pria itu melesat menuju dapur, membawa makanan sebelum Kyungsoo kembali mengomel.

Kyungsoo dan Baekhyun merasa puas dengan hasil kerja mereka, kue berbentu rusa yang sedikit rumit –bersyukurlah karena Kyungsoo pernah menjadi anggota club memasak- dan tumpukan hanwu yang begitu menggiurkan mengeluarkan asap yang membawa aroma menggoda untuk di cicipi.

Suara seseorang tengah memasukan password yang salah terdengar, itu pasti Luhan. Tapi sayang sebelumnya Kyungsoo sudah mengganti password apartemennya membuat Luhan tidak bisa masuk. Suara bel di tekanpun terdengar.

Kyungsoo hampir memekik kegirangan kalau saja Baekhyun tidak membekap mulutnya. Wanita itu menatap sekeliling memastikan tidak ada yang kurang sebelum mengangguk pada Jongin yang berada di dekat pintu untuk membukanya. Kyungsoo dan Baekhyun yang membawa kue bergeser ke sudut ruangan agar Luhan tidak bisa melihat mereka.

.

.

Luhan yang baru saja pulang dari sebuah acara bersama ayahnya dan langsung mendatangi apartemen Kyungsoo karena tadi sahabatnya itu mengatakan ada sesuatu yang perlu mereka bicarakan dan sepertinya itu terdengar serius. Namun saat dia hendak masuk dan memasukan password ternyata pintunya tak mau terbuka karena code yang dia masukan salah. Luhan mengerutkan kening, Kyungsoo jarang sekali mengganti password apartemennya mengingat bagaimana pelupanya wanita itu.

"Kyungsoo." Ujarnya saat menekan bel. Tak lama kemudian pintu terbuka, tapi yang menyambutnya bukanlah Kyungsoo melainkan Kai, namun yang membuatnya semakin terkejut adalah seseorang yang berdiri di belakang Kai dengan sebuah senyuman menawan.

Sehun.

"Hallo Honey." Sapa Luhan mengabaikan Kai yang berada di hadapannya. Sehun melambaikan tangan dan berjalan untuk membuka pintu karena sedari tadi Kai menghalangi jalan masuknya.

"WOW! You look beautiful today girl." Ujar Jongin masih tidak membukakan pintu untuknya membuat dia kesulitan menemukan Kyungsoo.

"Thanks. Kemana Kyungsoo dan apakah kau tidak akan mengijinkanku masuk?" tanyanya yang mulai kesal dengan tingkah Jongin.

Sehun yang mengambil tindakan, dia menarik Jongin dan menyeret pria itu agar tidak menghalangi jalan masuknya.

"Maaf Lu, kau tau dia sedang gila hari ini. Masuklah." Ujar Sehun membuka lebar pintu untuknya.

Namun saat masuk, suara ledakan kecil mengejutkan dirinya dan sepihan kertas berwarna - warni tiba – tiba saja berjatuhan diatas kepalanya.

"HAPPY BIRTHDAY"

Barulah dia sadar apa yang sedang terjadi di sini. Ini adalah hari ulang tahunnya.

Dia melihat Kyungsoo dan Baekhyun membawakan kue ulang tahun yang begitu cantik. Sambil menyayikan lagu happy birthday membuatnya begitu terharu. Sehun, Kai dan Chanyeol ikut bergambung menyanyikan lagu Happy Birthday dengan nada yang membuat telinganya akan kesakitan, tapi mungkin tidak untuk hari ini.

Luhan membulatkan matanya saat melihat bentuk kue yang dibuat Kyungsoo. Kue itu membentuk kepala rusa dengan tulisan Happy Birthday Luhan di atasnya. Dia tau Kyungsoo memang pandai memasak tapi yang satu ini benar – benar membuatnya terkejut, Kyungsoo memang berbakat.

"Make a wish deer."

Deer.

Tanpa menengok dia sudah tau siapa yang memanggilnya dengan nama itu, Sehun tentu saja. Dia menutup mata dan menangkup kedua tangannya.

I wish everyone I love will be stay by my side for long time. Especialy him.

Luhan membuka mata dan meniup lilin berbentu 23 yang mulai memeleh itu kemudian menatap Kyungsoo dengan mata yang berkaca – kaca.

"Happy Birthday sweetheart." Bisik Kyungsoo sambil mengecup pipinya. Dia memeluk sahabat kesayangannya itu sesaat sebelum melepaskannya.

"Thank you so much my sist."

"Happy Birthday~" Baekhyun mengucapkannya sambil bersenandung dengan suara merdunya membuat Luhan semakin tersenyum lebar. Dia memeluk wanita mungil yang sekarang menjadi salah satu teman baiknya itu. Baekhyun memberikannya kecupan di pipi.

"Thank you so much Baek." Wanita itu mengangguk dan memberikannya sebuah senyuman.

Luhan berbalik dan menemukan kekasih Baekhyun yang menjulang tinggi itu di sebelahnya. Pria itu tersenyum lebar, dia tidak ingat bagaimana dia bisa dekat dengan Chanyeol yang jelas setiap kali dia bertemu dengan Baekhyun, Chanyeol pasti selalu ada dan membuat suasana menjadi lebih menyenangkan.

"Happy birthday Lu." Ujarnya saat Luhan memeluknya singkat.

"Thanks you so much giant."

Luhan melepaskan pelukannya dan menatap dua orang yang kini berada di belakangnya. Kai yang sedang tersenyum seperti orang bodoh dengan memakai topi kerucut yang konyol dan Sehun yang berdiri dengan sebuket bunga daisy di tangannya.

"Happy birthday." Bisik Sehun seakan tanpa suara tapi itu sudah cukup untuk Luhan, lebih dari cukup. Dia langsung memeluk pria itu dengan erat membuatnya tertawa.

"Thank you honey. I love you." Bisik Luhan sambil meneteskan air mata tanpa disadarinya. Sehun mengangguk dan memeluknya semakin erat.

"I love you even more."

.

.

.

Covent Garden, London. Summer 2020

Jongin dan Kyungsoo masih tertawa sambil menatap wajah satu sama lain, seakan lupa keadaan sekitar karena terlalu larut dalam tawa dan canda. Namun, tawa itu seakan hilang saat mata Jongin menatap sesosok yang dikenalnya.

Luhan.

Tanpa sadar dia mengucapkan nama itu membuat tawa dari gadisnya ikut menghilang. Dia bisa merasakan bagaimana tangan Kyungsoo menegang saat mengikuti arah pandangannya.

Dan yang lebih mengejutkannya dia datang bersama seorang pria yang tentu saja sudah tak asing lagi. Sehun. Jongin tersenyum simpul, karena dia sudah tau dari jauh – jauh hari kalau inilah yang akan terjadi. Mata Luhan mengatakan segalanya, ya…

Segalanya.

.

.

Kyungsoo bisa mengerti bagaimana orang – orang di luar sana ingin memiliki kemampuan untuk lenyap dalam sekejap karena dia benar – benar berharap bisa memiliki kemampuan aneh seperti itu. Dia tidak percaya bisa bertemu dengan Luhan di saat seperti ini, dengan keadaanya seperti ini –berpegangan tangan bersama Jongin dan dia baru saja sadar kalau tangan mereka masih tertaut erat. Dengan perlahan dia menarik kedua tangan mereka dan menyembunyikannya di bawah meja, berharap Luhan tidak melihat hal itu.

Sehun.

Pria itu berdiri di sana, menatapnya dengan wajah terkejut layaknya dirinya. Memorinya langsung melayang pada hari dimana Sehun mengatakan semua perasaannya, dimana pria itu menanti sebuah jawabannya darinya, namun lihatlah apa yang dia lakukan sekarang, berkencan dengan pria lain sebelum memberinya sebuah jawaban. Kyungsoo berpikir kalau itu bukanlah hal bijak, ini pasti akan membawa sebuah masalah.

"Apa yang kalian lakukan di sini?" suara Jongin yang menyadarkanya.

Ya, kenapa mereka berada di sini? Sejak kapan mereka kembali? Kenapa Luhan sama sekali tidak memberinya kabar?

Pertanyaan itu seakan tiba – tiba saja muncul di benak Kyungsoo, dia ingin sekali menghujam Luhan dengan puluhan pertanyaan tapi sepertinya kali ini bukanlah saat yang tepat.

"Kami baru saja pulang." Jawab Sehun mendahului Luhan yang seakan mematung. Apakah itu tanda kalau Luhan sudah mengerti pada situasi ini? mungkinkah Luhan tau kalau sekarang dia dan Jongin…

"Kemari Lu, duduklah." Ujar Jongin sambil meremas tangan Kyungsoo agar membuat wanita itu kembali sadar.

"Duduklah." Tambah Kyungsoo dengan sedikit kaku, dia menatap Jongin seakan meminta bantuan pada pria itu.

.

.

Sehun dan Luhan sudah duduk berhadapan, suasana canggung menyapa meja yang mereka tempati, sebelumnya tidak pernah seperti ini. Luhan dan Kyungsoo seakan sibuk mengamati minuman mereka yang sebenarnya sama sekali tidak menarik, sedangkan Jongin dan Sehun seakan sibuk dengan pikiran mereka masing – masing.

"Jadi," suara Kai yang memecahkan keheningan, dia memainkan ujung gelasnya. "Kapan kalian kembali ke London?" tanyanya dengan santai.

"Kemarin." Jawab Sehun.

Kyungsoo dan Kai menatap kedua orang itu dengan pandangan aneh.

"Malam." Tambah Luhan mengerti dengan ekspresi yang diberikan Kyungsoo dan Kai. "Tadinya aku akan mampir ke apartemen dan membelikanmu makan siang." Luhan mencoba menjelaskan. Sejujurnya kalau memang mereka tak bertemu hari ini, Luhan sama sekali tak akan berani mengatakan hal itu apalagi mampir ke apartemen dan bertemu dengan Kyungsoo.

Kai mengangguk lalu dia menatap Kyungsoo untuk beberapa saat seakan menanyakan sebuah hal pada wanita itu. Dia juga melihat bagaimana Kyungsoo mengangguk sambil menghela nafas panjang.

"Ada apa?" tanya Sehun seakan mewakilkan pemikirannya.

"Ada sesuatu yang perlu kita bicarakan." Ujar Jongin membuat Luhan semakin membeku di tempatnya, dia melihat bagaimana Kyungsoo menundukan kepalanya seakan tidak mau mendengar apapun yang dia ucapkan.

"Begitupun kita." Tambah Sehun semakin membuat jantung Luhan bergemuruh tak jelas, dia benar – benar gugup dengan semua ini.

"Kebetulan sekali." Timpal Kai sambil tersenyum lebar. Kemudian matanya menatap kearah Luhan membuat wanita itu terkejut.

"Lu, mau berjalan – jalan sebentar denganku?" tanya Kai tiba – tiba.

Untuk beberapa detik Luhan membeku seakan tak bisa menjawab apapun, otak pintarnya seakan tak berkerja dengan baik hari ini. Tapi kemudian saat merasakan sentuhan lembut di punggung tangannya saat itulah dia mengangguk dan menatap Sehun sesaat sebelum bangkit dari kursinya.

"Tentu." Jawab Luhan membuat Kai ikut bangkit dari kursinya sambil tersenyum.

Dia melihat bagaimana Kyungsoo menatap Kai dan bagaimana Kai menyentuh pundak Kyungsoo untuk sesaat sebelum menariknya keluar dari restoran. Ada sesuatu yang ganjil di sini, namun Luhan tidak begitu apakah yang dipikirkannya benar atau tidak.

.

.

Tinggalkan Kyungsoo dan Sehun yang duduk berhadapan dengan canggung, Kyungsoo menyesap minumannya mencoba untuk tidak bersikap bodoh dan mengatakan hal yang tidak – tidak, tapi sialnya dia malah tersedak.

"Ada apa denganmu?" tanya Sehun sambil tertawa, dia memberikan Kyungsoo sapu tangannya.

"Trims." Gumamnya singkat sambil meraih sapu tangan Sehun.

Aneh rasanya bagaimana Sehun terlihat santai dengan kondisi mereka, Kyungsoo melihat Sehun bertingkah seakan tak ada yang pernah diucapkannya tempo hari, seakan semuanya baik – baik saja. Hal itu yang membuat Kyungsoo tak yakin dengan keputusannya untuk menjelaskan semuanya pada Sehun tapi tentu saja ini tidak mungkin terjadi selamanya, Sehun perlu tau yang sebenarnya, walau mungkin nantinya akan menjadi sebuah masalah.

"Sehun," Kyungsoo mulai bergumam pelan seakan tak yakin, dia bahkan tak bisa menatap mata Sehun secara langsung. Wanita itu lebih memilih menundukan kepalanya menatap lantai.

"Ya?" tanyanya saat Kyungsoo tak kunjung melanjutkan ucapannya.

"Soal tempo hari…"

"Oh," sela Sehun membuat Kyungsoo sedikit mengangkat wajahnya. "Lalu?" tanyanya membuat Kyungsoo mengerjapkan mata salah tingkah.

"Aku minta maaf."

.

.

Kai dan Luhan memutuskan untuk berkeliling di sekitar Covent Garden kadang berhenti untuk melihat sebuah pertunjukan yang menarik sebelum kembali melanjutkan langkah mereka. Kai membawanya ke sebuah taman kecil yang penuh dengan pohon sakura yang baru saja bermekaran, mereka duduk di sebuah kursi kayu tepat di bawah pohon itu.

"Jadi," Kai langsung mengalihkan perhatian Luhan dari warna pink bunga cantik itu.

"Kai," sela Luhan sebelum pria bisa melanjutkan kalimatnya.

"Kau tau, kau benar – benar pria yang baik dan menyenangkan tapi aku tidak bisa…" Suara Luhan sedikit bergetar saat menyampaikan kalimat terakhir itu.

"Aku tau," ujar Jongin sambil tersenyum. "Bahkan jauh sebelum kau menyadarinya."

.

.

.

.

.

London, 20 April 2022

Luhan tak bisa berkata – kata lagi dengan semua kejutan ini dan yang lebih mengejutkannya adalah dia sama sekali tidak ingat hari ini adalah ulang tahunnya. Mengejutkan sekali, mungkin karena kesibukanya di kantor -sekarang Luhan sudah menjabat sebagai CEO muda di perusahaan ayahnya, banyak yang berbisik iri tapi mereka tidak bisa menyangkal kalau otak Luhan memang selalu bisa diandalkan dalam urusan apapun- yang membuatnya kesulitan menghabiskan waktu untuk dirinya sendiri.

"Aku benar – benar tidak percaya aku lupa dengan ulang tahunku sendiri." Erangnya sambil melemparkan diri di sopa empuk sedangkan kedua temannya hanya tertawa ikut duduk di sampingnya.

"Well… kau terlalu sibuk dengan dirmu sendiri." Ucap Kyungsoo yang langsung disambut anggukan oleh Jongin.

"Kadang kau perlu waktu untuk dirimu sendiri, sahabat dan kekasihmu." Timpal Kai sambil tersebum jahil dan berjalan untuk dihadapannya bersamaan dengan Chanyeol. Luhan hanya mengerang mendapat komentar itu dari Jongin.

"Kau tau, aku harus mengerjakan semua dengan sem-"

"Tidak ada yang sempurna di duna ini." sela Sehun sambil duduk di sebuah sofa yang berukuran lebih kecil di sampingnya. Luhan memukul bahu Sehun pelan dan mulai menggerutu. "Hey itu benar." Ujarnya sambil tersenyum.

"Tapi aku hanya mencoba untuk mengerjakannya sebaik mungkin." Belanya.

"Dan melukai dirimu sendiri?" Sehun kembali beragumen. Luhan tidak suka saat ada orang-siapapun itu- yang mencoba untuk mengomentari bagaimana dirinya berkerja, karena yang dia tau hanyalah dia harus melakukan yang terbaik, dia tidak mau mengerjakannya setengah – setengah dan berakhir dengan penyesalan.

Kedua orang itu mulai menatap satu sama lain dengan pandangan tajam, Sehun tak mau kalah dia seakan membuat Luhan semakin naik pitam.

"Sudahlah," Chanyeol yang membuat pandangan mereka terputus. "Bagaimana kalau kita membeli ice cream?" Tanya pria tinggi itu padanya.

"Ice cream, okay?" tanyanya sekali lagi.

Dan sialnya Luhan sama sekali tidak bisa menolak, ice cream adalah salah satu kelemahannya. Walaupaun dia sedang marah seperti ini, dia sama sekali tidak bisa menolak jika ada yang menawarinya ice cream. Akhirnya dia menghela nafas panjang dan mengangguk.

"Okay, Baekhyun dan aku akan memberlinya. Come on dear." Baekhyun menatapnya dengan ragu sebelum menggapai tangan Chanyeol dan pergi bersama kekasihnya itu.

Luhan yang masih kesal dengan cepat bangkit dan melemparkan sebuah bantal sofa tepat pada Sehun.

"Hey!" Sehun hendak protes tapi dia sudah lebih dulu melangkahkan kakinya menjauh.

"Aku membencimu." Ucap Luhan dengan kesal sambil melangkah dengan gusar menuju kamar. Dia bisa mendengar bagaimana Jongin menghentakan kakinya dan ikut bangkit dari sofa.

"Kau yang memulainya Sehun." Ujar Kai kemudian meninggalkan mereka menuju dapur.

.

.

Sehun menatap pintu kamar itu menutup dengan cukup keras dan beberapa detik kemudian kepala Jongin kembali muncul dari dapur. Pria itu tertawa tanpa suara sambil menjatuhkan dirinya di lantai. Sehun dan Kyungsoo yang menatap tingkah konyolnya tak bisa untuk tidak ikut tertawa.

"Aku tidak bisa percaya kau berakting dengan baik." Bisik Jongin sambil mendekati Kyungsoo dan Sehun yang masih duduk di sofa.

Well… untuk kalian yang penasaran apa yang terjadi, sebenarnya semua ini hanyalah akting. Ya, mereka semua sepakat untuk membuat Luhan marah di hari ulang tahunnya. Baekhyun dan Chanyeol sudah kembali lagi ke apartemen, tentu saja kedua orang itu tidak benar – benar pergi untuk membeli ice cream karena Kyungsoo sudah membelinya kemarin.

Ke lima orang itu kembali duduk di sofa dan tertawa tanpa suara, mengingat bagaimana ekspresi Luhan dengan wajahnya yang memerah.

"Kau keterlaluan." Ujar Kyungsoo sambil menepuk pundak Sehun.

"Kita tidak memiliki banyak pilihan Soo, dia harus benar – benar marah." Jawabnya sambil terkekeh geli. Kyungsoo hanya menggeleng – gelengkan kepala.

"Jadi apa yang akan kita lakukan sekarang?" tanya Chanyeol yang sedari tadi asik tertawa bersama Jongin dan Baekhyun.

"Seperti apa yang kita rencanakan sebelumnya." Jawab Sehun singkat sambil menatap pintu yang masih tertutup rapat itu.

"Sepertinya kali ini kita tidak harus menunggu lama." Tambahnya.

.

.

.

.

.

Covent Garden, London. Summer 2020

"Aku minta maaf."

Kyungsoo benar – benar merasa bersalah, namun bukannya marah atau apapun itu Sehun malah tertawa seakan Kyungsoo baru saja mengatakan sesuatu yang lucu.

"Bukan dirimu yang seharusnya minta maaf Soo tapi aku," Ujarnya sesaat setelah tawanya berhenti. "Seharusnya aku memang tidak mengatakan hal itu dan membuatmu merasa tak enak seperti itu."

"Bukan hanya tentang itu," Tambah Kyungsoo sambil mengigit bibirnya. Inilah bagian yang paling sulit, bagaimana menjelaskan pada Sehun hubungannya bersama Jongin.

"Lalu?"

Namun Kyungsoo tidak bisa menjawabnya semudah itu, sesuatu seakan menghalangi suaranya untuk keluar, keraguan menghantui dan perasaan bersalah itu tak kunjung pergi.

"Apa yang akan kau katakan ada sangkut pautnya dengan Jongin?" tanya Sehun seakan bisa membaca pikirannya.

Keringat dingin itu mulai datang menguyur tubuhnya, jutaan pertanyaan berkecambuk dalam benarknya. Apa Sehun tau? Akankah dia marah? Apakah kita akan tetap berteman? Akankah…

"Aku sudah tau." Ujarnya lagi. Senyuman di bibirnya masih tetap tinggal di sana, tak ada perubahan ekspresi yang di takutkan Kyungsoo.

"Kau sudah tau?" tanya Kyungsoo dengan suara serak yang tercekat. Sehun kembali tersenyum, kali ini disertai dengan anggukan pelan.

"Sejak kita mengadakan pesta kecil di rumahmu, aku sudah mengetahuinya. Cara kau memandangnya berbeda, mungkin aku tak mengerti banyak hal seperti ini tapi setidaknya aku bisa melihat dan merasakannya." Jelas Sehun.

"Kau tak marah?" tanya Kyungsoo ragu. Tapi dengan cepat Sehun menggeleng dan mengulurkan tangannya mengusak rambut Kyungsoo pelan.

"Apa ada alasan aku untuk marah?" tanya Sehun geli.

"Tapi tempo hari kau…"

"Oh soal itu…"

Ada jeda sesaat sebelum Sehun melanjutkan kalimatnya. Kali ini bukan hanya Kyungsoo yang terlihat ragu tapi juga pria itu.

"Sudah aku katakan, aku yang seharusnya minta maaf." Gumam Sehun. Senyuman yang tadi singgah di wajah rupawan itu kini seakan hilang layaknya embun di bawah teriknya matahari. Matanya seakan menerawang jauh kedepan sana, memikirkan sesuatu. "Mungkin sebenarnya apa yang aku katakan tempo hari tidaklah harus terucap, karena aku tidak benar – benar jatuh untukmu." Lanjut Sehun. Dia menghela nafas panjang sebelum kembali menatap Kyungsoo.

"Maafkan aku yang sudah membuatmu merasa bersalah. Aku menyesal." ujarnya sambil tersenyum tak kentara. Wajah Sehun dipenuhi penyesalan yang Kyungsoo belum pernah liat sebelumnya, Sehun tidak pernah memperlihatkan sisi seperti ini sebelumnya.

"Tidak ada yang perlu kau sesali, aku baik – baik saja." Kyungsoo mencoba meyakinkan. "Aku mengerti." Tambah wanita itu.

"Mengerti?"

Kyungsoo merasa bodoh telah mengucapkan hal itu, seharunya dia tidak dengan ceroboh mengatakan sesuatu yang seharusnya menjadi sebuah rahasia.

"Maafkan aku sebelumnya tapi Baekhyun menceritakan semuanya, yang terjadi diantara kau, Chanyeol dan Baekhyun. Aku harap kau tidak marah pada Baekhyun karena menceritakannya padaku." Jelas Kyungsoo.

Sehun tidak bereaksi, pria itu sekan berubah menjadi patung porselin yang dipahat dengan menawan. Diam dan matanya seakan kosong, namun detik berikutnya dia menatap mata Kyungsoo.

"Dia menceritakan semuanya?" tanya Sehun masih tanpa ekspresi. Kyungsoo mengangguk ragu membenarkan.

"Baguslah." Ujarnya lagi, kali ini senyuman itu perlahan muncul walau hanya sebuah garis tak kentara. "Setidaknya aku tidak perlu menjelaskannya lagi secara rinci dan terima kasih karena kau mengerti."

"Tentu saja," Ujar Kyungsoo merasa sedikit lega tapi sesuatu masih mengganjal di hatinya. Sesuatu yang memerlukan sebuah jawaban dari Sehun.

"Tapi apakah kita masih berteman?"

Sehun tersenyum dan melipat kedua tangannya di dada, menatap Kyungsoo dengan sebuah pandangan yang tak bisa di mengerti olehnya.

"Tergantung padamu," Ujarnya.

"Kenapa semuanya tergantung padaku?"

Sehun tak langsung menjawab, pria itu sedikit merundukan badannya kearah Kyungsoo yang terhalang oleh sebuah meja, dia tersenyum sebelum berbisik pelan.

"Karena sekarang aku sudah menjadi kekasih dari sahabatmu."

.

.

"Aku tau," ujar Kai sambil tersenyum. "Bahkan jauh sebelum kau menyadarinya."

Senyuman itu bukanlah senyuman yang Luhan asumsikan, dia mengira Kai akan marah atau semacamnya karena hal ini. Tapi pria itu telihat sangat tenang, tak ada amarah di matanya.

"Bagaimana kau tau?" Tanya Luhan sedikit tergagap.

"Saat kita menonton pertunjukan Kyungsoo, aku bisa melihat segalanya."

Luhan menundukan wajahnya, dia benar – benar tidak bermaksud membuat Kai sakit hati atau semacamnya, dia sama sekali tidak mempunyai niatan seperti itu.

"Jangan memasang wajah seperti itu Lu, kau terlihat seperti sudah melakukan sebuah kesalahan besar." canda Kai sambil menyenggol lengannya.

Luhan menatap Jongin dengan mata yang berkaca – kaca, air mata berkumpul di pelupuk matanya seakan tak lama lagi akan menetes, membuat sebuah sungai di pipinya.

"Tapi aku merasa bersalah padamu. Aku benar – benar tidak bermaksud…"

"Hey, apa yang kau katakan. Ingat apa yang aku katakan di bandara? Kita masih bisa berteman, lagi pula aku sudah berpaling ke lain hati."

Luhan menatapnya, seakan yang baru saja Jongin ucapkan hanyalah agar tidak membuatnya semakin tenggelam dalam rasa bersalah.

"Sungguh, aku sama sekali tidak marah dan kau seharusnya tidak merasa bersalah, mungkin harusnya aku yang merasa bersalah."

"Kenapa?"

Jongin menatapnya sambil tersenyum penuh makna, senyuman yang membuat bulu kuduk Luhan seakan meremamng dengan sendirinya, dia mendekatkan wajahnya sedikit kearahnya untuk berbisik pelan.

"Karena sekarang sahabatmu tercinta sudah menjadi milikku."

Luhan membelalakan mata seakan tak percaya dengan apa yang diucapkan pria itu, sedangkan Jongin menatapnya sambil tertawa cukup keras seakan ada sesuatu yang lucu di wajahnya.

"Jadi kau dan Kyungsoo…."

.

.

"Karena sekarang aku sudah menjadi kekasih dari sahabatmu."

"Ya Tuhan." Kyungsoo hampir saja menjerit saat Sehun mengucapkan kalimat itu. "Kau pasti bercanda?" Tanya Kyungsoo yang seakan masih tak percaya.

"Tentu saja tidak. Sulit untuk di percaya memang, mengingat bagaimana aku pernah mengatakan bahwa aku mencintaimu tapi ternyata sekarang sahabatmu yang aku dapatkan, atau mungkin ternyata dialah yang benar – benar aku cintai." Jelas Sehun seakan yakin dengan ucapannya, tidak ada keraguan dalam nada dan mata itu. Sehun benar – benar mencintai sahabatnya.

"Bagaimana dengan Luhan?" Tanya Kyungsoo tak bisa menahan rasa penasarannya.

"Beruntungnya aku karena dia memiliki perasaan yang sama." Jawab Sehun dengan mantap.

"Ya ampun…" Kyungsoo seakan kehabiskan kata – kata.

Bagaimana bisa selama ini ternyata pria yang di cintai Luhan adalah Sehun, kenapa dia tidak mengatakan yang sebenarnya ?

"Karena dia tak ingin kau salah paham." Ujar Sehun seakan bisa membaca isi pikirannya atau mungkin Kyungsoo tak sengaja mengucapkan apa yang ada di pikirannya.

"Tapi aku-"

Namun ucapannya terhenti, dia mengingat bagaimana perasaannya saat dia benar – benar ketakuan jika Luhan salah paham dengan hubungannya bersama Jongin.

Oh Tuhan…

Kyungsoo tidak percaya melihat betapa bodohnya dia dan Luhan yang seakan menyembunyikan semua ini hanya karena tidak ingin menyakiti perasana satu sama lain dan membuat sebuah kesalah pahaman namun jika saja mereka mengatakannya sejak awal, semua hal bodoh ini tak akan terjadi, rasa bersalah itu tak akan datang menghantui setiap mimpinya.

"Oh Tuhan."

.

.

"Jadi kau dan Kyungsoo…."

"Yups." Jawab Kai sambil tersenyum girang.

Luhan hendak membuka mulut mengutarakan sesuatu tapi tak ada satu katapun yang keluar, dia terlalu sibuk untuk mempercayai ucapan Kai, bagaimana bisa Kyungsoo dan pria itu menjadi sepasang kekasih? Jika dilihat bagaimana mereka selalu bertengkar setiap kali Luhan melihat mereka berdua bersama.

"Bagaimana dengan Kyungsoo?" tanya Luhan saat ingat bagaimana sifat Kyungsoo yang sedikit tertutup mengenai masalah seperti ini.

"Dia merasa bersalah."

Luhan mengerutkan kening dengan jawaban Kai yang terasa ganjil. Lagi pula kenapa Kyungsoo harus merasa bersalah?

"Kau tau kenapa?" tanya Kai membuat Luhan meliriknya dengan penasaran. "Karena dia berpikir kau mencintaiku, dia tidak ingin kau salah paham dan persahabatan kalian akan berakhir begitu saja."

Luhan terkesiap dengan penjelasan Jongin.

"Tapi kau sendiri sudah tau bagaimana-"

"Aku sudah mencoba menjelaskannnya pada Kyungsoo, tapi kau tau bagaimana keras kepalanya wanita itu dan terus saja mengatakan kalau dia tidak ingin kau salah paham dan bla blah blah."

Luhan menggeleng tak percaya dengan kenyataan ini. Bagaimana Kyungsoo bisa menyembunyikannya selama ini? kenapa wanita itu tidak langsung mengatakan semua perasaannya karena... Demi Tuhan, dia tidak akan marah sama sekali.

Ya ampun, Kyungsoo…

"Konyol sekali bukan?" tanya Jongin membuat Luhan kembali menatapnya. "Ternyata selama ini kita tertukar, dan lebih konyol lagi bagaimana kalian berdua merasa bersalah pada satu sama lain namun pada nyatanya kalian sama sekali tak keberatan. Kalau saja kau juga berkata jujur pada Kyungsoo tentang perasaanmu pada Sehun, aku yakin dia tidak akan menggantungmu hidup – hidup." Jelas Kai sambil terkekeh, seakan semua kejadian ini menggelikan.

Well… sejujurnya apa yang Kai katakan memang benar, ini memang konyol bagaimana mereka menyembunyikan perasaan masing – masing hanya karena tidak ingin terjadi kesalahapahaman tapi ternyata hal itu tidak akan pernah terjadi karena dia dan Kai tidak ada apa – apa, begitupun Sehun dan Kyungsoo.

Kai di sampingnya masih tertawa, kali ini semakin keras menatapnya dengan pandangan geli. Luhan mau tidak mau ikut tertawa karena ini pertama kalinya dia merasa menjadi orang paling bodoh di dunia.

.

.

.

.

London, 20 April 2022

Sebenarnya Luhan masih kesal pada ucapan Sehun, pria itu seakan tak mengenal dirinya. Sejauh yang dia ingat, dia pernah mengatakan bagaimana dia tidak suka orang – orang bilang dia menuntut kesempurnaan dalam pekerjaanya karena bukan itulah yang dia maksud, Luhan hanya ingin semuanya tertata, rapi dan berjalan dengan baik. Dia hanya berusaha melakukan yang terbaik yang bisa dilakukannya dan entah kenapa hari ini Sehun seakan tidak mengerti hal itu, atau mungkin selama ini dia memang tak mengerti?

Luhan mendesah nafas panjang dan berpikir kalau perlakuannya ini sedikit kenakan – kanakan –Well… ini memang kekanak – kanakan dan seharusnya dia tidak berperilaku seperti ini. Akhirnya Luhan membaringkan diri di kasur mencoba untuk menangkan diri sebelum keluar dan kembali berhadapan pada Sehun.

Setelah dia merasa tenang, barulah dia bangkit dari kasur dan menatap pantulan dirinya yang sedikit berantakan, merapikan rambutnya yang kusut dengan tangan. Dia berjalan mendekati pintu dengan ragu, berdebat dengan dirinya sendiri apa ini saatnya untuk keluar atau dia harus menunggu sedikit lebih lama. Tapi setelah beberapa saat akhrinya dia memutuskan untuk membuka pintu itu dengan perlahan.

Namun terkejutnya dia saat diluar benar – benar gelap. Lampu yang padam dan semua tirai yang tertutup rapat seakan tak mengijinkan cahaya matahari untuk mengintip. Dia sama sekali tidak bisa menemukan semua temannya, Kyungsoo, Kai, Baekhyun, Chanyeol bahkan Sehun.

Saat Luhan melangkahkan kakinya saat itu juga semua lampu menyala menyakiti retinanya. Dengan refleks matanya menutup menghindari cahaya yang menyilaukan itu, namun detik berikutnya dia mencoba untuk kembali membuka matanya perlahan.

Saat seluruh pandangannya berubah menjadi jelas, dia bisa melihat segalanya. Kyungsoo, Kai, Baekhyun dan Chanyeol berdiri dihadapannya dan yang terpenting adalah Sehun, kini pria itu berlutut tepat dihadapannya sambil memegang kotak merah berisikan cincin emas putih yang bertahtakan mutiara mungil yang berkilau tertimpa cahaya.

"Mengejutkan bukan?" ujar Sehun sambil tersenyum, namun Luhan seakan tak bisa menjawab, dia hanya mengangguk. Sehun tersenyum karenanya, pria itu dengan lembut meraih tangannya.

"I know may be I'm not the best man in this world or may be I'm not romantic, but I'm crazy about you, so my deer…"

"Would you marry me? Make me the luckiest man in this world?"

Dan Luhan tak bisa berkata – kata.

.

.

.

.

.

Covent Garden, London. Summer 2020

"Kau tau alasanku pergi ke New York?" tanya Luhan setelah dia dan Kai puas menertawakan kejadian konyol ini.

"Kenapa?" tanya pria itu.

"Karena aku ingin menghindari kalian berdua, aku tidak siap menghadapimu dan mengatakan aku menyukai Sehun begitu pula bertemu dengan Kyungsoo, aku takut kehilangannya." Kai kembali tertawa.

"Tapi ternyata semua kecemasan itu tidaklah berarti apa – apa." Timpal Kai di sela – sela tawanya.

"Konyol sekali bukan?" Ujar Luhan ikut terkekeh.

Wanita itu menyandarkan tubuhnya ke punggung kursi menatap langit biru diatasnnya yang terhalang oleh rindangnya pohon Cherryblossm. Akhirnya dia bisa menikmati musim panasnnya dengan tenang tanpa ada lagi kecemasan.

"Kau mau menemuinya?" tanya Kai sambil bangkit dan mengulurkan tangan. Luhan tersenyum, mengangguk sambil menerima jabatan tangan pria itu. Mereka berjalan berdampingan sambil menikmati suasana Covent Garden yang entah kenapa menjadi lebih cerah hari ini.

.

.

Kyungsoo masih tidak percaya bahwa selama ini Luhan menyembunyikan perasaannya pada Sehun hanya karena dirinya. Entah kenapa ini terasa begitu menggelikan, dia dan Luhan sama – sama mengkhawatirkan sesuatu yang sama sekali tidak perlu di cemaskan.

Kyungsoo menatap Sehun yang seakan menertawainya yang sedang syok. Well… mungkin dia kali ini terlihat konyol dengan wajah yang tak bisa terkontrol. Tapi setidaknya dia menengetahui kebenaran ini dan tak perlu lagi mencemaskan Luhan dan Sehun.

"Jadi bagaimana? Apakah kita masih bisa berteman?" tanya Sehun, entah kenapa pertanyaan itu terdengar seperti lelucon di telinganya. Kyungsoo mendengus sambil tertawa.

"Sekarang aku mengerti kenapa kau tertawa saat tadi aku bertanya hal itu," ujar Kyungsoo sambil menegakan tubuhnya dan sedikit menyisir rambutnya dengan jemari. "Terdengar konyol bukan?" lanjutnya sambil terkekeh.

"Akhirnya kau menyadari hal itu." Timpal Sehun seakan membenarkan.

.

.

Saat Sehun dan Kyungso masih sibuk tertawa, sudut mata Kyungsoo menatap sosok Luhan yang berjalan kearahnya. Dia melihat bagaimana Luhan yang seakan menahan tawa, begitu pula Jongin yang berjalan di sampingnya sambil menjejalkan kedua tangannya ke saku.

"Aku merasa sangat bodoh." Ujar Luhan saat berdiri dihadapannya. Kyungsoo tersenyum dan memeluk sahabatnya itu.

"Aku tau bagaimana rasanya. Konyol sekali." tambah Kyungsoo. Kedua orang itu tertawa sambil berpelukan sedangkan Sehun dan Jongin menatapnya hanya bisa tersenyum menyaksikan adegan menggelikan ini.

"Okay kalian bisa berpelukan lagi nanti." Intrupsi Jongin sambil menarik Luhan dan mendudukan wanita itu di samping Sehun sedangkan dia kembali membawa Kyungsoo untuk duduk bersamanya.

"Jadi ternyata selama ini kita sudah tertukar pasangan." Canda Jongin sambil menyeruput minumannya yang sudah mulai mencair.

"Oh tolong jangan membahasnnya sekarang." Sela Kyungsoo sambil menundukan wajahnya pura – pura malu.

"Kau benar, ini menggelikan sekali." Tambah Luhan membuat ke empat orang di meja itu tertawa lepas.

Pada akhirnya semua yang dikhawatirkan selama ini tak pernah benar – benar terjadi yang perlu di lakukan hanyanya mencoba untuk terbuka dan berkata jujur.

.

.

.

.

.

London, 20 April 2022

"Would you marry me? Make me the luckiest man in this world."

Sehun menatap kekasihnya itu sambil tersenyum, ini pertama kalinya dia melihat Luhan begitu terkejut dengan mata yang membulat dan bercahaya juga pipi yang bersemu merah. Dia memang menawan.

Luhan mencoba untuk membuka mulut tapi tak ada kata yang keluar. Akhirnya dia bangkit dan mengeratkan genggamannya pada Luhan.

"Marry me?" tanya Sehun sekali lagi.

Dan air mata itupun menetes, Luhan menangis. Wanita itu mengangguk sambil tersenyum membiarkan air matanya terus menetes. Teman – teman dibelakangnya berseru girang, dia bisa mendengar bagaimana Jongin yang berteriak paling kencang begitu pula Chanyeol.

Sehun mengeluarkan cincin itu dan menyematkannya di jari manis Luhan. Jemari luhan yang ramping membuat cincin itu masuk dengan pas. Sehun menatap kekasihnya yang masih mengeluarkan air mata itu, dia tersenyum dan menyerka air mata Luhan, membawanya kedalam pelukan.

"I love you."

.

.

Pesta ulang tahun Luhan berikut dengan lamaran Sehun sudah selesai. Mereka semua menghabiskan hari dengan tertawa dan bercada satu sama lain, Jongin tak henti – hentinya menggoda kedua orang yang akan tak lama lagi akan menikah itu, Chanyeol dan Baekhyun sama saja.

"Terima kasih banyak untuk hari ini, sepertinya Sehun membuatmu kerepotan." Ujar Luhan saat Kyungsoo memeluknya. Baekhyun, Chanyeol dan Sehun sudah menunggunnya di ambang pintu.

"Ya memang, tapi setidaknya kejutan kali ini berhasil." Jawab Kyungsoo sambil melepaskan pelukannya.

"Kuenya enak sekali, kau memang berbakat. Sekali lagi terima kasih sahabatku tercinta." Ucap Luhan sambil memberikan Kyungsoo kecupan singkat di pipinya sebelum memeluk Jongin yang berdiri di sampingnya.

"Kau mendapatkan wanita yang terlalu baik untukmu Kai, jaga dia baik – baik." Ucap Luhan sesaat sebelum melepaskan pelukannya.

"Tenang saja, lebih baik kau mengurusi pernikahanmu Lu." Goda Jongin yang mendapatkan sebuah pukulan di lengannya dari Luhan.

Luhan memakai sepatunya di depan pintu sementara Chanyeol menatap Jongin dengan pandangan curiga.

"Kau tidak akan pulang?" Tanya Chanyeol sambil menatap jam yang melingar di tangannya. Tidak akan lama lagi tengah malam, tapi Jongin tidak menunjukan tanda – tanda kalau dia akan keluar dari apartemen Kyungsoo.

"Tidak, aku akan tinggal di sini." Jawab Jongin sambil merangkul bahu Kyungsoo dan melemparkan seringaiannya pada Chanyeol.

"Jadi kau dan Kyungsoo…" Chanyeol tidak menyelesaikan kalimatnya dan tertawa keras, sedangkan Baekhyun dan Luhan memberikannya pandangan menutut penjelasan.

"Tidak, dia sedang gila. Tenang saja." Ujar Kyungsoo sambil mendorong kedua sahabatnya itu untuk keluar.

"Jangan berani kau menyentuhnya Kim Jongin." Luhan memperingatkan sambil menunjuk Jongin tepat di hidungnya.

Pria itu berdecak dan menepis tangan Luhan dari wajahnya.

"Pergilah cepat sebelum aku menyeretmu dan Sehun untuk keluar." Ujarnya sambil berdecak pinggang. Kyungsoo hanya menggeleng dan melambaikan tangan pada teman – temannya sebelum akhrinya dia menutup pintu dan berbalik untuk menatap Jongin.

"Kau menyebalkan tuan seniman." Ucap Kyungsoo sambil memukul perut Jongin dan melenggang menuju kamar tidurnya. Sedangkan Jongin hanya menyeringai dan mengekori Kyungsoo.

.

Dan di sinilah mereka, mengenakan piama couple dengan tangan yang bertautan, berbaring di atas kasur. Kamar dibiarkan gelap dan hanya di terangi oleh lampu tidur kecil yang ada di atas nakas. Keduanya larut dalam kesunyian dan hanya menatap stiker yang memberikan kesan seolah – olah tengah melihat bintang di atas sana.

Jika kalian berpikir mereka akan 'make love' seperti apa yang dipikirkan Chanyeol tadi, itu adalah sebuah kesalahan. Jongin dan Kyungsoo tidak pernah membawa hubungan mereka sejauh itu, setidaknya belum, dan ini kali ketiganya dia tidur di kasur yang sama dengan Kyungsoo, saling menggegam tangan satu sama lain sampai jatuh terlelap ke alam mimpi. Kadang Jongin akan bangun tengah malam hanya untuk menatap wajah Kyungsoo yang tenang dari dekat dan mencuri kecupan singkat di bibir wanita itu sebelum kembali terlelap dan bermimpi indah.

Kyungsoo layaknya segelas penuh wine, kau bisa meminumnya dengan satu kali tegukan dan hanya merasakan manisnya untuk sesaat atau kau bisa menyesapnya sedikit demi sedikit menikmati manis dan menggiurkannya wine itu saat menyapa lidahmu, begitu juga dengan Kyungsoo. Dia tidak mau memaksa wanita itu untuk melakukan ini itu yang nantinya akan membuat Kyungsoo meninggalkannya, dia lebih memilih untuk menjalankan hubungan mereka dengan santai tanpa harus terburu – buru karena dia sendiri tak menuntut apapun dari Kyungsoo. Sebagai pria siapa yang tidak mau menyentuh wanita semanis Kyungsoo? Pasti ada salah satu sudut di hatinya yang membuat rencana busuk semacam itu. Tapi sayang, pikirannya masih cukup waras. Jongin lebih mencintai Kyungsoo apa adanya, dia tidak akan bergerak lebih jauh saat Kyungsoo tak menginginkannya.

Beruntungnya Jongin saat di hari ulang tahunnya, Kyungsoo mengijinkan dia untuk tinggal dan menemaninya tidur. Itu adalah salah satu pencapaian yang luar biasa, setidaknya Kyungsoo percaya kalau dia tidak akan melakukan apapun selama wanita itu tidur, Kyungsoo percaya itulah yang sebenarnya harus disyukuri.

"Jongin." Gumam Kyungsoo sambil memiringkan posisi tidurnya, Jongin melakukan hal yang sama sampai akhirnya mereka bertatapan. Wajah Kyungsoo seakan bersinar saat terkena cahanya dari lampu tidur, salah satu sudut yang membuat Jongin semakin jatuh lebih dalam lagi pada gadisnya.

"Hemm?"

"Hari ini Luhan terlihat bahagia sekali, aku tidak pernah dia begitu bahagia sebelumnya." Bisik Kyungsoo. Jongin hanya tersenyum dan menghela nafas panjang mencoba untuk menghirup aroma manis dari gadisnya.

"Ya, walau sebenarnya tadi Sehun sedikit mengelikan." Kekehnya, Kyungsoo ikut tertawa dan menganggukan kepala, menyetujui komentar Jongin.

"Tapi semuanya berubah menjadi mengharukan saat Luhan tidak bisa menjawab apapun dan lebih memilih untuk mengucapkan I love you sebagai gantinya."

Jongin menatap Kyungsoo langsung pada matanya, ada sesuatu yang tersembunyi di sana jauh terselubung di dalam sana. Dan Jongin mengerti apa yang coba dikatakan oleh Kyungsoo. Akhirnya dia tersenyum dan sedikit merundukan wajahnya semakin dekat dengan Kyungsoo dan menghela nafas panjang.

"Aku mengerti apa yang ingin kau coba katakan." Bisiknya pelan, tak melepaskan pandangannya dari Kyungsoo.

"Sebelumnya aku bukan tipe pria yang suka menggunakan kata cinta. Karena menurutku cinta terasa begitu tabu, di luar sana orang banyak mengatakan cinta tanpa sebuah arti di baliknya. Semua yang bersangkut paut dengan cinta menurutku terasa begitu tabu dan kasat mata," bisik Jongin.

"Tapi aku belajar semenjak aku bersamamu…. Kau gadis bermata bulat yang manis," Kyungsoo terkekeh dengan julukan barunya itu, matanya terihat berkaca – kaca. "Kau sudah mengajariku banyak hal dan menyadarkanku bahwa kata cinta bukanlah sebuah kata yang tabu tanpa makna dan menggelikan, tapi justru sebaliknya. Kata cinta bisa mengungkapkan banyak hal yang tak bisa kau jelaskan. Kata cinta memiliki makna besar yang cukup untuk merubah pandangan seseorang dan yang terpenting dari segalanya…"

"Aku mencintaimu." Bisiknya sambil mengecup kening Kyungsoo dengan lembut.

Hal itu membuahkan isakan pelan dari Kyungsoo. Wanita itu melepaskan tautan tangan mereka dan menutup wajahnya. Jongin terkekeh dan menarik tangan Kyungsoo agar wanita itu tak bisa menyembunyikan wajahnya.

"Apa aku baru saja menyentuh hatimu?" canda Jongin membuat Kyungsoo ikut tertawa di sela – sela isakannya.

Pria itu menghela nafas panjang dan menyerka air mata itu dengan lebut. Kyungsoo masih menatapnya dengan intens

"Kenapa? Kau baru menyadari kalau aku tampan?" Pria itu mencoba untuk tidak membuat suasana menjadi canggung dengan mengeluarkan candaan – candaannya. Kyungsoo tersenyum sambil menggeleng, menyerka jejak – jejak air mata di pipinya.

"Aku tidak percaya kau bisa mengatakan hal semacam itu. Aku hanya…" Kyungsoo seakan tidak bisa berkata – kata dan memilih untuk kembali menatapnya.

"Terkejut bukan? Maka dari itu tetaplah tinggal bersamaku dan kau akan menemukan hal menarik yang belum pernah aku tunjukan sebelumnya." Ujar Jongin kembali menautkan tangan mereka.

"Haruskah?" tanya Kyungsoo sambil menaik turunkan alisnya.

"Oh jangan membuatku jengkel di saat posisi kita seperti ini karena-who the hell knows what I can do to you." Ancam Jongin tapi Kyungsoo seakan tidak takut dengan ancaman itu.

"Seperti apa?"

"Aku tau kau tidak ingin membahasnnya."

Kemudian wanita itu tertawa lepas yang terdengar begitu renyah di telinga Jongin. Tapi kemudian tawa itu lenyap setelah beberapa detik. Dia merasa Kyungsoo menatapnya seakan menyelidik sebelum akhrinya dia berujar sesuatu.

"Aku ingin mencoba sesuatu." Ujarnya sambil bangkit dan duduk diatas kasur. Sebelum Jongin bisa mengatakan apapun, wanita itu melepaskan tautan tangan mereka dan menarik tangan pria itu untuk di jadikan bantal, perlahan Kyungsoo bergeser dan meletakan kepalanya diatas dada bidang Jongin.

Pria itu hampir bersorak girang tapi tubuhnya seakan berubah menjadi kaku. Dia merasakan Kyungsoo melingkarkan tangan di pinggangnya, menariknya untuk sebuah pelukan. Dengan perlahan Jongin ikut melingkarkan tangannya di tubuh Kyungsoo dan membawa wanita itu kedalam pelukannya, memeluk wanita itu dengan erat.

"Baekhyun mengatakan saat kau tidur dalam pelukan orang yang kau cintai, kau akan merasakan sebuah rasa hangat yang aneh tapi di saat yang bersamaan terasa familiar. Tadinya aku tidak mengerti tapi sekarang aku tau apa maksudnya." aku Kyungsoo sambil bergumam di dada Jongin.

Jongin tersenyum mendengar hal itu, dia sedikit melonggarkan pelukannya agar bisa menatap Kyungsoo. Sekarang wajahnya berubah menjadi merah, bahkan hidung dan telinganya pun sekarang sudah bersemu merah.

"Apa Baekhyun tidak mengatakan hal lain?" tanya Jongin sambil memberikan seringaiannya. Kyungsoo hanya tertawa dan memberikan sebuah pukulan di punggung Jongin.

Mereka berdua masih dalam posisi yang sama, Kyungsoo yang tidur di atas dada Jongin sedangkan pria itu melingkarkan sebelah tangannya di pinggang Kyungsoo. Kedua masih terjaga, terdiam membiarkan keheningan menyapa mereka. Kyungsoo memuat sebuah pergerakan kecil, dia menaruh telinganya tepat di dada Jongin, dia tau kalau pria itu sedikit terkejut dengan pergerakannya.

"Aneh rasanya." Gumam Kyungsoo.

"Apa?" tanya Jongin singkat. Kyungsoo sadar betul ada sesuatu yang salah dengan suara Jongin, dia akhirnya mendongak dan menemukan wajah pria itu sedikit bersemu merah, dia tidak yakin mengingat bagaimana gelapnya kamar dan tubuh pria itu yang menutupi sinar lampu.

"Aneh rasanya saat mendengar derup jantung kita yang seakan memiliki sebuah irama yang senada. Dig-Dug-Dig-Dug" Ujar Kyungsoo masih mendongakan kepalanya, menatap wajah Jongin yang menawan. Dilihat dari sudut manapun pria itu memang tampan, apalagi saat siluet wajahnya yang terkena sinar lampu membuat sisi misteriusnya begitu terasa, dan Kyungsoo menyukainya.

"Itu berarti kita berjodoh."

"Benarkah?" tanya Kyungsoo dengan nada tak percaya, dia mendengar Jongin berdecak dan semakin mengeratkan pelukan di pinggangnya.

"Kita liat saja nanti, waktu yang akan menjawab pertanyaan menjengkelkanmu itu." Ujarnya sedikit ketus. Kyungsoo hanya terkekeh pelan tanpa melepaskan pandangannya dari Jongin, seakan wajah itu memiliki candu tersendiri untuknya.

"Kenapa kau menatapku seperti itu? Kau ingin aku memberikanmu kecupan selamat malam?"

Kyungsoo tertawa mendengar penuturan itu, Jongin seakan bisa membaca pikirannya dengan mudah.

.

.

"Kau ingin aku memberimu kecupan selamat malam?" cetusnya tampa berpikir. Kyungsoo memberikannya sebuah tawa ringan yang disusul oleh sebuah anggukan kecil. Jongin sediki terkejut saat Kyungsoo bisa mengakuinya dengan mudah, Kyungsoo bukan tipe wanita yang akan meminta hal seperti ini duluan, dia terlalu pemalu, naif dan lugu.

Tapi Jongin tak membiarkan kesempatan itu pergi begitu saja, di tambah lagi posisi mereka benar - benar menguntungkan. Jongin meraih dagu Kyungsoo dan membawanya untuk semakin mendekat. Dia bisa melihat Kyungsoo yang perlahan menutup kedua matanya. Jongin dengan perlahan mempertemukan bibir mereka, begitu pelan seakan berhati – hati. Kyungsoo tersenyum disela – sela kecupan mereka. Dia bisa merasakan bagaimana Kyungsoo semakin mendongakan kepalanya memperdalam kecupan mereka.

Lembut, manis dan menggiurkan. Seperti sebelum – sebelumnya, bibir Kyungsoo layaknya sebuah nikotin yang membuatnya menjadi seorang pecandu gila.

Dia berharap ini akan berlangsung lama tapi Kyungsoo seakan tak mengijinkannya, wanita itu menarik lepas tautan mereka. Namun dia masih bisa merasakan hembusan nafas Kyungsoo di wajahnya. Dia membuka mata dan menemukan mata bulat Kyungsoo menatapnya dan sebuah senyuman tipis terukir di bibirnya. Kyungsoo memberikannya satu lagi kecupan kecil sebelum kembali meringkuk di dadanya.

Jongin tersenyum melihat bagaimana Kyungsoo yang terlihat seperti seekor kucing yang sedang mencari tempat yang nyaman untuknya meringkuk, menggesek – geseekan hidungnya sebelum dia benar – benar membaringkan kepalanya di dada Jongin.

Mereka kembali terkekeh saat kedua mata itu kembali bertemu. Entah apa yang mereka tertawakan yang jelas hanya dua orang itu yang mengerti. Akhirnya Jongin kembali melingkarkan tangannya di pinggang Kyungsoo dan membawa wanita itu semakin merapat pada tubuhnya, memberikan pelukan hangat untuk malam yang indah ini.

.

.

Perlahan kesunyian itu kembali datang, kedua matanya semakin lama semakin terasa berat dan pandangannya mulai mengabur. Kyungsoo benar – benar sudah mengantuk dan dia bisa tidur dalam hitungan detik, namun sebelum dia benar – benar terlelap, Jongin sedikit menggeserkan tubuhnya agar pria itu bisa dengan mudah memeluknya.

"Bermimpilah yang indah gadisku."

Dia bisa merasakan bagaimana Jongin berbisik di telinganya dan mengecup keningnya sebelum melingkarkan kedua tangannya di tubuh Kyungsoo. Dia bisa merasakan hembusan nafas Jongin menerpa wajahnya menandakan wajah mereka hanya berjarak beberapa senti tapi Kyungsoo terlalu mengantuk untuk membuka mata dan mencari tau, namun sebelum dia benar – benar terlelap, dia bisa merasakan Jongin berbisik sesuatu yang membuatnya bermimpi indah untuk malam ini.

"Aku mencintaimu."

THE END!

FINNALY! SETELAH LEBIH DARI SATU TAHUN, MUNGKIN (?) FF INI RAMPUNG SAYA KERJAKAN DENGAN KERJA KERAS, BANTING TULANG PADA AKHIRNYA! SETELAH 13 CHAPTER AKHIRNYA END JUGA! SAYA TERHURAAAAAA

Okay mulai berlebihan. First of all sebelum author kembali membacot. AUTHOR INGIN MENYAMPAIKAN PADA PEMBACA SETIA YANG BERSAMA AUTHOR DARI SEJAK FF INI LAHIR KE FFN SAMPAI TAMAT. AUTHOR MENGUCAPKAN BANYAK TERIMA KASIH, TADINYA MAU NULIS SATU – SATU NAMA KALIAN TAPI KAYAKNYA AKAN MAKAN LEBIH BANYAK WAKTU YANG MENYEBABKAN SEMAKIN LAMANYA FF INI DI PUBLISH. TAPI SETIDAKNYA AUTHOR TAU SIAPA – SIAPA AJA YANG MENGIKUTI FF INI DARI AWAL. TERIMA KASIH BANYAK KALIAN, LOVE YOU SO MUCH

DAN TIDAK LUPA, TENTU SAJA PADA SEMUA! SEMUAAAAA! SEMMMUUUAAAA READERS YANG BARU BACA FF INI ATAUPUN YANG UDAH AGAK LAMA. TERIMA KASIH BANYAK, APALAH SAYA TANPA DIRI KALIAN. LOVE YOU SO MUCH MUCH MUCH

UNTUK SEMUA REVIEW YANG MASUK. BLESS YOU GUYS. TERIMA KASIH BANYAK UNTUK SEMUA KOMENTAR YANG SEBAGIAN BESAR NGASIH TAU TENTANG TYPO YANG BERTEBARAN, SAYA SUDAH MENCOBA MEMPERBAIKINYA, TAPI PADA AKHIRNYA SAYA TETEP HARUS NGASIH TAU KALIAN KARENA SAYA JUGA MASIH BELAJAR :*

TERIMA KASIH JUGA BAGI SEMUA PUJIAN, KRITIKAN, SARAN DAN KOMENTAR ABSURD, GILA, SPD, DAN MENARIK YANG UDAH MASUK. BANYAK REVIEW DARI KALIAN YANG MEMBEKAS DI HATI AUTHOR *kalau engga percaya, belalah dadaku* *mampus apa ini?"

Okay mulai absurd lagi.

Untuk selanjutnya author akan mencoba membuat ff lebih baik dan baik lagi, lebih cepet lagi updatenya kaya dulu. Pokonya lebih baik lagi.

Untuk rencana ff apa yang akan di post kedepannya. ENTAHLAH. Otak author seakan tidak bisa diprediksi dan mengikuti rencana karena hampir tiap harinya ada ide – ide gila yang lewat. Jangan di tanya apa itu ranted M atau T karena dua – duanya ada, tapi sayang cuman yang T doang yang akan terealisasikan. Biarkan ide – ide M hanya lewat aja. Lolz

SEKALI LAGI TERIMA KASIH UNTUK KALIAN SEMUA, READERS, REVIEWERS EVEN SILENT READERS…. THANK YOU SO MUCH.

LOVE YA

SEE YOU SOON.

*send everyone virtual kiss*