You're My London
Ooc, GS, Typo(s), tidak sesuai EYD dll.
Ranted : T
Chapter : 1/?
Cast : KaiSoo
Another Cast : HunHan and ChanBaek
.
Chapter 1 : London
.
Notice : Perhatikan tanggal dan tempat kejadian, semua kalimat yang dicetak miring menandakan flashback, bahasa asing dan pikirkan cast tersebut. Seperti apa yang dituliskan pada Summary. "Kisah cinta ini akan sangat membingungkan jika tidak dipahami dengan baik – baik"
.
Korea, 20 April 2020
Angin musim semi menerpa wajah seorang wanita berambut hitam yang tergerai menyentuh punggungnya yang terbalut sebuah cardigan berwarna ungu. Dia tengah sibuk belajar disebuah café yang tak jauh dari universitas dimana dia sekolah. Belakangan ini dia benar – benar terobsesi dengan nilai tinggi disemua mata kuliahnya. Beberapa kali dia mengerutkan dahi dan membuka lembaran buku yang tebalnya hampir sama seperti cangkir yang berisi cappucino miliknya. Sentuhan lagu klasik dari Mozart yang berjudul Adante membuat ia semakin larut dalam materi yang tengah dibacanya.
Semua ini dia kerjakan untuk meraih cita – citanya sejak dia berada di bangku sekolah menengah, dia sangat tergila – gila pada London, bahkan kamar tidurnya bertemakan London. Dan karena kali ini dia mempunyai kesempatan besar untuk datang kesana, maka tentu saja wanita yang bernama lengkap Do Kyungsoo itu tidak akan menyia – nyiakannya begitu saja.
Suara dentingan menandakan bahwa ada seorang datang ke café itu Kyungsoo mengangkat kepalanya dan menatap sejenak, detik berikutnya dia mengLua nafas panjang. Seorang wanita berambut sebahu yang sewarna dengan madu tersenyum lebar dan berjalan kearahnya. Dia tak lain dan tak bukan adalah Luhan, sahabatnya –mungkin- tercinta yang sudah bersama Kyungsoo hampir 10 tahun.
"Alloha." Sapanya dengan bahasa yang Kyungsoo sama sekali tak tau berasal darimana.
"Jadi film apa yang baru saja kau tonton?" Bukan menjawab sapaan Luhan dia malah bertanya hal itu. Luhan berdecak lidah sebelum kembali tersenyum dan melipat tangannya dimeja.
"Aku tidak terlalu ingat film apa yang baru saja aku tonton, tapi film ini sangat menarik, kisah cinta yang romantis dengan pemain pria yang sangat setia. Kau tau darimana aku mendapatkan rekomendasi film ini?" Kyungsoo menatapnya sesaat sambil menggeleng dan kembali menatap bukunya.
"Aku mendapatnya dari seorang pria yang tinggal di London, kau tau dia benar – benar fasih berbahas Korea, aku senang sekali mendengar suaranya." Jelas Luhan dengan mata yang berbinar – binar. Saat mendengar kata London Kyungsoo mendongak kearahnya.
"Kau serius dia tinggal di London?"
Luhan tersenyum sambil mengangguk tapi matanya terlihat bingung dengan reaksi Kyungsoo yang biasa tidak seperti ini saat diakan membicarakan soal pria. Tapi detik berikutnya Luhan menepuk jidatnya sendiri dan menyelipkan rambutnya dibalik telinga.
"Kau tergila – gila pada London bukan?" Kyungsoo mengangguk dan Luhan tersenyum senang, akhirnya Kyungsoo bisa dialihkan dari bukunya yang tebal itu, karena biasa wanita itu sulit sekali dialihkan perhatiannya saat dia membaca buku. "Bagaimana soal beasiswa itu?" Tanya Luhan sambil membuka buku menu. Matanya menggunakan softlens berwarna biru langit yang membuatnya terlihat menawan, kadang Kyungsoo iri pada temannya ini yang bisa membuat dirinya sendiri secantik putri. Tidak hanya cantik, Luhan-pun memiliki otak yang encer dan orang tua yang memiliki kekayaan yang Kyungsoo yakin sekali tidak akan habis sampai 7 turunan.
"Entahlah Lu, aku bingung. Kau tau banyak sekali mahasiswa yang ingin mendapat beasiswa itu, aku tidak yakin aku bisa bersaing dengan mereka." Luhan mengangguk dan memesan secangkir americano.
"Kau ingin aku menggantikanmu saat ujian?" Tanya Luhan dan Kyungsoo hanya mendengus pelan membuat wanita dihadapannya terkekeh. "Tenang saja kau akan mendapatkan beasiswa itu, percayalah. Kau sudah berusaha sangat keras untuk mendapatkan beasiswa itu, bahkan terlalu keras." Lanjutnya sambil menatap sinis Kyungsoo.
"Apa?" Tuntut Kyungsoo. Sambil menyeruput cappucino-nya. Luhan mencoba untuk tidak mengerlingkan matanya.
"Bagaimasna jika kita taruhan?" Ajak Luhan, seorang pelayan datang membawakan pesanan Luhan, wanita itu memberikan senyuman menawannya dan membuat pelayan pria itu tidak bisa untuk tidak membalasnya. Dan Kyungsoo hanya tertawa melihat pemandangan di hadapannya itu.
"Berhentilah melakukannya." Luhan hanya tersenyum dan mengangkat bahu sebagai balasannya. "Taruhan seperti apa?"
"Jika kau mendapatkan beasiswa itu maka aku akan ikut bersamamu ke London."
"Ikut?" Luhan mengangguk dan menyeruput americanonya.
"Jangan katakan kau lupa eomma dan appa-ku tinggal disana." Kyungsoo menepuk jidatnya beberapa kali. "Aku tau kau lupa, baiklah. Dan jika kau tidak mendapatkan beasiswa itu kau harus menemaniku ke setiap pesta selama liburan musim panas. Bagaimana?"
Oh Tuhan.
"Lu, aku lebih memilih kau menyuruhku untuk memasak selama satu bulan penuh daripada menemanimu ke…"
"Tapi aku akan ikut ke London, jika kau menang tentu saja."
Kyungsoo terlihat berpikir, dia menengok keluar melewati sebuah kaca besar yang langsung menyajikan pemandangan jalanan myeondong yang ramai dengan orang. Dia mendesah nafas panjang dan akhirnya mengangguk.
"Tapi kau harus tinggal bersamaku nanti." Ucap Kyungsoo sambil meraih cangkir yang ada dihadapannya.
"Kyungsoo, itu milikku." Luhan menatap cangkir ditangannya dan baru sadar kalau itu milik Luhan.
"Oh, maafkan aku." Ucapnya kembali menaruh cangkir itu dihadapan Luhan. Sedangkan wanita itu hanya menghembuskan nafas panjang, karena dia sudah biasa dengan Kyungsoo yang –dengan seenaknya- selalu mengambil apapun yang ada dihadapanya tanpa benar – benar memperdulikan miliknya atau bukan.
~You're My London~
Korea, 21 November 2020
Kyungsoo tengah menenteng dua buah koper dan satu tas yang menggantung dipunggungnya. Dia berjalan dengan senyum yang tak lepas dari bibirnya. Wanita itu duduk di deretan kursi yang sudah tersedia di bandara incheon. Tangannya merogoh saku dan mengeluarkan ponsel dengan beberapa stiker lucu yang ditempel di sekitar layar. Dia mengetukkan jari – jarinya di layar ponsel itu sebelum menempelkannya di telinga.
"Hallo, Luhan is here." Ucap seseorang di ujung telphone sana, Kyungsoo menghembuskan nafas panjang saat mendengar suara wanita itu.
"Aku sudah ada di bandara, sekarang kau dimana?"
"Aku baru saja sampai."
"Benarkah?" Kyungsoo langsung menebar pandangannya kesantero ruangan dan menemukan seorang wanita dengan balutan long coat berwarna peach dengan sebuah scraf bermotif bunga yang senada dengan coatnya, kaki jenjangnya terbalut sebuah ledging berwarna coklat dan kakinya memakai sebuah boots dengan beludru berwarna coklat. Dan sungguh! dia benar – benar fasionable. Wanita itu melambai kearahnya sambil melepas kaca mata besarnya.
"Mana tas mu?" tanya Kyungsoo saat wanita menghampirinya. Luhan menengok kebelakang dan menunjuk seseorang yang tengah mendorong troli yang berisi dua koper besar. Wanita itu menghela nafas panjang sedangkan Luhan hanya tersenyum lebar.
"Seharusnya kau lebih mandiri, kau tau." Ucapnya kembali duduk dan memainkan ponselnya, Luhan yang ada disampingnya hanya mendengus dan menatap seorang pria yang tengah membawa barang – barangnya. Seorang pria yang cukup tampan dengan double eyelid.
"Yong-gu… gomawo. Maaf merepotkan." Ucapnya sambil mengambil alih troli yang ada ditangan pria itu. Kyungsoo menatapnya dan tersenyum pada pria itu.
"Tidak apa – apa. Jaga dirimu baik – baik." Ucap pria itu pada Luhan sedangkan sang wanita menganggukan kepalanya sambil tersenyum dengan matanya yang mengeluarkan semacam sihir yang Kyungsoo yakin sekali dapat membuat pria manapun jatuh cinta padanya. Yong-gu pun berjalan menjauh dan melambaikan tangannya sebelum dia berbalik.
"Kau benar – benar…" Dia mendesah nafas panjang dan mengerlingkan matanya. "Lupakan." Luhanpun kembali tersenyum lebar dan meantap Kyungsoo disampingnya.
"Kau tidak melupakan apapunkan?" tanya Luhan sedangkan wanita disampingnya langsung menatap kesemua barang bawaannya.
"Sepertinya aku sudah membawanya." Jawabnnya dengan sangat yakin tapi kemudian dia melihat mata Luhan yang menyipit.
"Mana tiket dan paspor-mu?"
Kyungsoo tersentak dan langsung menarik backpacknya dan mencari dua benda itu dengan kekhawatiran yang semakin membuncah. Luhan yang ada disampingnya menghembuskan nafas panjang dan mengumpulkan beberapa barang yang dikeluarkan oleh Kyungsoo dari tasnya. Beginilah Kyungsoo, dia pasti akan melupakan sesuatu setiap harinya jadi takayal jika dikamarnya banyak sekali stick note dan wanita itu biasa mencatat hal – hal kecil di ponselnya agar dia tak melupakannya lagi.
"INI DIA." Ujarnya sedikit berteriak saat menemukan paspor dan tiketnya. Luhan menghembuskan nafas panjang dan kembali memasukan barang – barang itu pada tasnnya.
"Oh… maafkan aku Lu." Ucapnya yang langsung membantu Luhan memasukan barangnya kedalam tas.
"Aku selalu memaafkanmu setiap hari Kyung, kau selalu." Ujarnya sambil menghembuskan nafas panjang.
Tak lama kemudian pengumuman terdengar dalam beberapa bahasa yang Kyungsoo yakin tiga diantaranya adalah Jepang, Inggris dan Korea. Merekapun bangkit dan membawa barang – barangnya dan menuju pintu boarding.
Tak lama lagi dia akan sampai di London. Kota yang paling dia idam – idamkan. Tak akan lama lagi mimpinya terwujud dan tak akan lama lagi dia bisa menatap betapa indahnya London eyes dengan mata kepalanya sendiri. Dan memikirkan hal itu membuat senyuman mengembang di pipinya.
~You're My London~
London, 20 April 2022
Kyungsoo tengah menenteng belanjaannya sedangkan tangan satunya digunakan untuk memegang tasnnya. Dia baru saja keluar dari mini market yang tak jauh dari apartemen dimana sekarang dia tinggal. Ponselnya berdering membuat wanita itu menghentikan langkahnya dan mencari ponselnya ditas. Saat dia menempelkan ponsel itu ketelinga sebuah suara langsung terdengar. Dia menghembuskan nafas panjang dan mengangguk walau dia sendiri yakin orang yang ada disana tak bisa melihatnya.
"Aku mengerti, tunggulah sebentar." Ucapnya kemudian kembali meletakan ponsel itu di tasnya. Dia mempercepat langkahnya sambil menggerutu tak jelas.
Udara musim semi kota London sangat menyenangkan hari ini tapi sayang Kyungsoo benar – benar sedang tidak bisa menikmatinya, bahkan untuk mendongak dan menatap betapa birunya langitpun tak bisa dilakukannya. Wadges hitam yang digunakannya benar – benar sangat menyulitkannya untuk berlari, andai saja dulu dia mau mendengarkan Luhan dan belajar untuk menggunakannya setiap hari, dia pasti tidak akan kesulitan.
Tak lama kemudian dia sampai diapartemennya yang memang tak cukup besar tapi –sangat- cukup untuknya tinggal. Dia menaiki lift dan menekan tombol dengan angka 3 yang sudah mulai pudar. Beberapa penumpang masuk dilantai pertama dan kedua. Saat sampai dilantai 3 dia langsung keluar dari ruangan menyebalkan itu. Jujur saja dia tidak pernah menyukai lift, sama sekali. Dia berjalan menelusuri beberapa lorong yang cukup terang karena mendapat sinar langsung dari matahari dan tak lama kemudian dia menangkap dua orang, salah satu dari mereka tengah sibuk dengan ponselnya dan satu lagi sedang bersandar ditembok. Suara ketukan wadges membuat kedua pria itu mendongak kearahnya.
"Kenapa kalian tak menunggu sebentar dan malah menyuruhku berlari menggunakan sepatu ini." Gerutunya sambil berjalan mendekat.
"I'm sorry sweetheart…"
~You're My London~
London, 26 November 2020
Kyungsoo baru saja selesai menata barang – barangnya dia apartemen baru yang sudah dipilih oleh orang tua Luhan beberapa hari yang lalu. Kedua orang tuanya memang sangat baik, sama seperti Luhan bahkan mereka terlalu baik sampai – sampai mereka rela mencarikan apartemen untuk Kyungsoo dan membelinya dengan uang mereka. Kyungsoo sudah menolak bahkan berkali – kali tapi tetap saja kedua orang itu menolak dan memaksa Kyungsoo untuk menerimanya.
"Tidak apa – apa, jangan sungkan seperti itu, bukankah Luhan juga akan tinggal disini?"
Dan Kyungsoo pun menyerah, dia tidak bisa melakukan apapun lagi. Tapi pada akhirnya dia tinggal diapartemen itu sendiri karena biasanya Luhan akan memutuskan untuk tinggal dirumah orang tuanya yang tentu saja lebih luas dan memiliki fasilitas yang lebih daripada apartemen ini.
Kyungsoo mendudukan dirinya disofa berwarna hitam yang langsung mengarah keluar. Dia menatap cuaca kota London tengah turun salju. Dia berjalan kedepan kaca yang cukup besar, dia mengusapkan tangannya disana menghapus embun yang menempel. Dia menatap keluar sana dan melihat pemandangan kota London yang selalu diidamkannya.
"Kau tau, kau butuh secangkir coklat panas." Sebuah suara menggejutkannya. Dia mendongak dan menatap Luhan yang tengah memegang dua buah cup yang sepertinya terisi coklat panas, seperti apa yang dikatakannya.
"Trims." Ucapnya saat meraih dua cup itu dan membiarkan Luhan melepaskan mantelnya.
"Uhh…" Luhan mengigil saat melepaskan mantel itu dan langsung menangkup kembali coklat panas itu. Dia langsung berjalan kedepan perapian untuk menghangatkan diri.
"Tidak biasanya kau datang." Ujar Kyungsoo sambil masuk kedalam kamarnya. Luhan menekuk coklat itu sebelum menjawabnya.
"Aku baru saja bertemu seseorang." Kyungsoo menjulurkan kepalanya dari dalam kamar menatap Luhan dengan kening yang berkerut.
"Kau bertemu dengan seseorang dicuaca sedingin ini?" Tanyanya. Luhan mengangguk dan menyeruput coklat panasnnya.
"Kau masih ingat tempo hari aku pernah mengatakan ada seorang pria London yang bisa berbahasa Korea dengan pasih."
Kyungsoo mengangguk dan menyilangkan kakinya, duduk disamping Luhan. "Lalu?" Tanyanya membuat senyuman Luhan merekah.
Wanita itu menceritakan apa yang terjadi padanya di hari yang dingin ini. Luhan mengatakan bahwa dia baru saja bertemu dengan seorang pria bernama Kim JongIn tapi setelah dia sampai di London dia dikenal sebagai Kai. Luhan menceritakan bagaimana seorang Kai yang terlihat sangat tampan dengan kulit tannya. Tidak hanya itu, Luhan juga mengatakan pria itu sangat baik dan sebagainya. Kyungsoo yang duduk disampingnya hanya bisa menatap peraian sambil kadang menimpal atau mengangguk untuk merespon cerita Luhan.
London, 30 Desember 2020
Suhu menunjukan −1 °C membuat Kyungsoo sama sekali tidak bisa beranjak dari perapian. Dia terus bermuram durja dari saat tiba di London, seharusnya dia memang menghabiskan waktunya berkeliling kota dan menikmati indahnya kota London tapi sialnya cuaca dingin membuatnya sama sekali tidak bisa beranjak. Untung saja Luhan sering datang dan membawakannya beberapa makanan, karena hal itu membuatnya lebih baik walau masih tidak ada yang bisa menggantikan rasa kesalnya karena tidak bisa berkeliling. Kyungsoo salah satu dari sekian banyak manusia yang tidak tahan dengan udara dingin, dia tidak akan berhenti bersin atau bahkan lebih buruknya dia tidak akan bisa bernafas. Hal itu yang membuatnya tinggal diapartemen.
Kyungsoo memutuskan untuk membuka buku pelajaraanya saat semua orang sibuk menyambut tahun baru, dia malah memutuskan untuk membuka buku dan belajar karena saat musim semi datang dia harus masuk ke universitas barunya dan tentu saja dia tidak mau menjadi mahasiswi yang memiliki nilai dibawah rata – rata, karena jika hal itu terjadi dia akan ditendang, kembali ke Korea dan harus meninggalkan kota London.
Hell no!
Tapi sebuah ketukan dipintu membuat konsentrasinya teralihkan. Kyungsoo dengan malas bangkit dan membuka pintu. Tapi dia sangat terkejut saat menemukan seorang pria tengah berdiri diapartemennya. Dia meliliki rambut hitam pekat dengan mata tajam dan kulit yang cukup gelap. Pikirkannya langsung berkelebat pada cerita Luhan mengenai seorang pria bernama… Kai… atau Kim Jong In? entahlah.
"Pardon me, but… are you Kyungsoo?" Tanya pria dihadapannya. Wanita itu mengerjap dan mengangguk kaku.
"Luhan told me that I have to come here. Doesn't she tell you?" Kyungsoo mengerutkan keningnya.
"Luhan? Oh… please come in." Ucap Kyungsoo mempersilahkan pria itu masuk. "I'm sorry my apartment a little messy because I was studying and so…"
"Are you study in the end of the year?" Sela pria dihadapannya. Kyungsoo mengerutkan kening sambil meraih ponsel yang ada disamping tumpukan bukunya.
"Yes, and is there something wrong with that?" Tanyanya. Pria itu menggeleng dan tersenyum sambil membuka – buka buku Kyungsoo yang ada dihadapannya. Sementara wanita itu menelphone Luhan dan mengatakan dia bersumpah akan melemparnya dari atas gedung apartemen jika dia tidak segera datang ke apartemennya dan membawa pria dihadapannya itu pergi. Sedangkan Luhan hanya bisa mengucapkan ribuan maaf dan berjanji akan segera datang.
"Kau tidak suka aku berada disini?" Tanya pria itu dalam bahasa korea membuat Kyungsoo terkejut. Wanita itu melupakan sebuah fakta bahwa pria dihadapannya itu bisa berbahasa Korea dan dia baru sadar Luhan telah mengatakannya berulang – ulang kali. Wanita itu langsung mengibaskan tangannya.
"Tidak bukan seperti itu." Ucapnya cepat. "Jangan salah sangka seperti itu. Aku bukan tidak mau kau berada disini atau apa. Karena biasanya aku selalu sendiri… maksudku, aku sudah terbiasa sendiri dan hal itu membuatku jarang sekali berkomunikasi dengan orang lain kecuali Luhan tentu saja." Kyungsoo menggaruk rambut yang dia ikat tinggi membuatnya sedikit berantakan. "Apa kau tau socially awkward?"
"Aku mengerti, maaf aku juga tidak bermaksud mencurigaimu atau apa." Kyungsoo mengangguk dia melangkah ke dapur dengan canggung.
"Kau ingin aku buatkan sesuatu?" Seru Kyungsoo dari dapur.
"Jika kau bisa membuat secangkir coklat panas aku akan sangat berterima kasih."
Tanpa menjawab Kyungsoo langsung membuat secangkir coklat panas, untung saja kemarin Luhan bisa diandalkan untuk membeli keperluannya selama musim dingin ini. Kyungsoo dengan segera memanaskan susu dan mengisi dua cangkir dengan coklat tipis berbentuk bulat yang bisa dia gunakan untuk membuat coklat panas. Sambil menunggu susu itu mendidih Kyungsoo menatap ruang tamu dimana Kai tengah duduk sambil membuka – buka bukunya. Dia mengigit bibir berharap Kai tidak berkomentar apapun tentang bukunya atau mungkin tentang tulisannya yang sama sekali tidak bisa dikatakan bagus. Tak lama kemudian suara sepatu dengan hak tinggi terdengar, Kyungsoo menghembuskan nafas panjang. Dia tau, Luhan pasti baru saja datang. Wanita itu mengatakan sesuatu pada Kai dengan cepat membuat Kyungsoo tidak bisa menangkan apa yang barusan wanita itu katakan.
Luhan berjalan kearahnya, dan Kyungsoo hanya menatapnya dengan malas, Luhan menaruh dua bungkus kantong yang berisi belanjaanya di atas menja pantry. Dia berjalan mendekati Kyungsoo sambil menangkup tangannya.
"Sebelum kau membujuku untuk memaafkanmu, kau mau coklat panas atau tidak?" tanya Kyungsoo tepat saat Luhan hendak membuka mulutnya. Luhan mengangguk dan membiarkan Kyungsoo menyiapkan satu cangkir lagi untuknya. "Now…"
"I'm sorry my lovely sister, my beloved friend, I know… I should tell you first, but I was so busy so I just said to him to come here. You know that I can bring him to my parent's house."
Kyungsoo mengangguk "Kalau saja kau bukan temanku Lu, aku bersumpah…" Kyungsoo menghembuskan nafas panjang. "Lupakanlah, kenapa kau membawanya kemari?" Tanya Kyungsoo yang langsung disambut senyuman cerah oleh Luhan.
"Tadinya aku ingin keluar dan makan bersamanya, tapi aku memutuskan untuk memasak bersamamu disini dan kita makan bersama?" Kyungsoo hendak berkomentar tapi dengan cepat Luhan langsung menyanggahnya. "Kau tau sekali aku sangat tidak suka di tolak, lagipula aku tau kau belum makan." Ujar Luhan mulai mengeluarkan bahan makanan yang baru saja dia beli.
"Baiklah, aku menyerah." Kyungsoo menuangkan susu yang mendidih itu kedalam cangkit dan mengaduhkan sampai mencampur. Luhan dengan cepat langsung menangkup cangkir itu walaupun panas dia tak perduli karena cuaca dingin membuat tangannya hampir beku. Semenatara itu Kyungsoo membawa cangkir lainnya untuk diberikan pada Kai.
"Maaf membuatmu menunggu." Ucap Kyungsoo dan menaruh cangkir itu dimeja, Luhan menyusulnya dari belakang dan duduk disamping Kai sedangkan Kyungsoo memilih sofa dihadapannya. Wanita itu membereskan semua bukunya yang bertebaran dimana – mana.
Kai bangkit membantu Kyungsoo mengambil beberapa buku yang ada disekitarnya. Hal itu membuat tangan Kyungsoo berhenti dan menatap buku ditangan Kai. Pria itu langsung menaruh bukunya di meja dan hal itu membuat Kyungsoo menghembuskan nafas panjang. Wanita itu bersyukur karena Kai mengerti kalau dia sama sekali tidak mau terjadi kontak apapun dengan pria itu.
"Dia belajar terlalu keras bukan?" Ujar Luhan menaruh dua buah buku yang ada disampingnya diatas meja. Kai tersenyum dan mengangguk.
"Bahkan saat tahun akan berganti dan orang – orang tengah merayakannya, dia tetap saja…" Kyungsoo menatap Luhan sesaat sebelum berlalu menuju kamar hendak menyimpan bukunya.
"Pergantian tahun sama layaknya seperti pergantian hari bagiku, jadi tidak spesial."
.
.
.
To Be Continued
Bingung? Well… mungkin setelah nanti author mengupload chapter selanjutnya readers akan mengerti –mungkin- kita liat saja nanti okay?^^ FYI: ini bukan hanya sekedar cerita antara Kaisoo tapi juga kisah antara KaiLu dan beberapa cast yang lainnya, tapi tetap pair utama KaiSoo^^
Anyway, thanks for reading my story don't fogert to leave you review^^
Love you, XOXO