This Symphony Just For You
Disclaimer: Shingeki No Kyojin punya Hajime Isayama-sensei, kalo punya saya ceritanya jadi begini: Emaknya Eren masih hidup dan Bapaknya gak pergi, lalu Om Grisha sama Tante Carla jodohin Eren sama Levi, lalu mereka menikah, punya anak dan hidup bahagia tanpa titan XD.
Rated : T mungkin bisa naik XD
Genre:drama/angst
Warning: AU, OOC sangat terutama untuk Eren. Yaoi. Walaupn nama officialnya Levi, di ff ini author pkenya nama RIvaille, lebih enak aja gitu feelnya.
Summary: Eren, penyanyi muda terkenal yang dikenal dengan peringaiannya yang dingin dan tak ramah. Tapi dibalik semua itu, sebenarnya ia hanyalah pemuda yang membutuhkan cinta.
Hei, maukah kalian mendengar simfoniku?
Simfoni yang kuciptakan sendiri untuk kalian…
Simfoni yang kuciptakan dengan penuh perasaan ini..
Simfoni hitam yang penuh dengan kebimbangan antara kebohongan atau kebenaran
Maka saat ini kudendangkan simfoni hitam ini
Hanya untukmu…
Lirik 1: REN si penyanyi
-Seoul, tahun 2013-
Eren Jaeger atau biasa dipanggil Ren [nama panggung] adalah seorang penyanyi berusia 15 tahun yang sedang naik daun. Eksistensinya di dunia musik membuatnya mempunyai sejuta –bahkan lebih- fans, entah itu wanita atau pria. Ia terkenal suka menebar senyum polos nan menawan saat berhadapan dengan para fans, namun pribadi di dalamnya begitu berbeda dari yang diberitakan.
Saat ini Eren tengah membasuh wajahnya dengan handuk, menyeka keringat-keringat yang bercucuran dari dahinya. Betapa lelahnya ia hari ini, mendatangi talk show di salah satu stasiun tv, tampil di acara music sebagai bintang tamu dan sekarang ia baru saja menyelesaikan video klip terbarunya.
"Capek ya?" Seorang wanita berambut coklat diikat tinggi dan berkacamata duduk di samping Eren.
"Menurutmu?" Yang ditanya hanya memasang wajah acuh dan tak peduli. Sang wanita hanya cemberut.
Eren menghela napas sejenak, dibenarkannya letak kacamata berframe coklat muda yang dikenakannya. Matanya menatap tajam orang yang berlalu lalang di hadapannya.
"Nah Eren, ayo kita pulang." Sang idola hanya mengangguk singkat dan berjalan mengikuti sang manajer.
Dalam perjalanan menuju basement seringkali sang manajer yang bernama Hanji Zoe berkomentar ini-itu tentang penampilang Eren saat pembuatan video klip, tentunya hanya dibalas dengan komentar –komentar singkat dari Eren.
"Kau tahu kau itu benar-benar deh, kau memang berbakat jadi idola Eren! Kau..bla..bla..bla."
"Hn,"
-Kurang lebih seperti itu…
Dibalik senyum ramah Eren kepada para fans, ia adalah sesosok lelaki yang disebut sebagai 'idol ice' karena pribadinya yang terkenal acuh, dingin, dan stoic. Baginya ia hanya perlu berbicara yang seperlunya, jika tidak penting ia lebih memilih diam.
Di dalam mobil pun manajer Zoe tetap bercerita dengan antusias. Eren memang mendengarkan tapi pikirannya terkunci di pemandangan malam kota Seoul.
"Manajer Zoe," Panggil Eren.
"Ya?"
"Kapan kita kembali ke Jepang?" Manajer Zoe membuka ponsel androidnya, mengecek beberapa jadwal yang dimiliki Eren.
"Dua hari lagi kita pulang~~~," Eren diam-diam bersyukur, ia agak tidak begitu nyaman di negeri yang dekat dengan Jepang ini. Bukan maksud ia tidak professional, hanya saja fanboynya sangat banyak di sini, awalnya Eren bersikap biasa namun saat mereka menatap Eren dengan tatapan lapar, membuat Eren ingin menendang mereka. Sungguh, Eren ingin kembali ke Tokyo.
"Eren," Kali ini Eren harus mengalihkan perhatiannya dari pemandangan di luar jendela. Suara manajer Zoe yang memanggil namanya begitu terdengar serius.
"Hn?"
"Begitu kembali ke Jepang, kau akan berduet dengan salah satu member the recons," Ucap Manajer Zoe serius.
"Siapa dia?" Walau terdengar datar, tapi Manajer Zoe dapat mendengar ada nada penasaran di dalamnya. Sebagai manajer tentunya ia sangat mengenal Eren luar dalam.
"Penyanyi yang juga sedang tenar-tenarnya, namanya…" Eren terdiam menunggu kalimat yang akan dilontarkan manajernya.
"...Rivaille."
'The Recons. Boyband yang terdiri dari 5 orang pemuda tampan dan berbakat. Mereka dalah Levi Rivaille-lead dance dan leader-, Armin Alert –lead vocal-, Jean Kirschtein –Rapper, dance-, Berthold Fubar –vocal- dan Reiner Braun –Rap, vocal-. Berkat kekompakan mereka berlima, the recons termasuk menjadi salah satu boyband terbaik di Jepang. '
Eren membaca artikel yang diberikan oleh Hanji dengan seksama. Itu jika kalian hanya sebatas melihatnya, jika dilihat lebih jeli lagi. Eren tengah memperhatikan foto seseorang yang berada di dalam artikel itu.
"Gimana? Kalian kan pasti sudah saling kenal." Hanji menuangkan dua balok gula ke dalam tehnya.
"Pertanyaan retoris."
"Hahahaha, habisnya kalian seperti artis yang beda manajemen." Hanji terkekeh pelan. Ia mengacuhkan tatapan tajam milik Eren. Baginya, Eren itu manis walau dengan ekspresi stoic seperti itu.
"Mau aku akrab dengan mereka atau tidak, itu bukan kewajibanku." Ucap Eren sambil memandang mata Hanji lurus.
"…Eren.."
Eren menghela napas, lalu ia membetulkan letak kacamatanya.
"Iya, iya aku mengerti." Tak butuh waktu dua detik untuk Hanji mengeluarkan cengirannya.
Suasana café begitu tenang. Hanji sedang asyik meminum teh dan cake yang dipesannya, beda lagi dengan Eren, baginya pemandangan sore di luar café lebih menarik dibanding harus memakan kue-kue manis itu.
"Rivaille…"
"Ng?"
"Kenapa harus berduet dengan dia untuk album selanjutnya?" Eren bertanya tanpa sedikit pun melepas tatapannya dari jendela café.
"Pihak manajemen yang menyuruh begitu, lagipula kata mereka suaramu yang paling cocok untuk mengisi soundtrack drama terbaru si Rivaille, nah makanya sekalian dibuat albumnya." Jelas Hanji. Eren mengangguk paham.
'Kuharap semua baik-baik saja,' Eren berharap.
.
.
-Narita airport, 25 November 2013-
Puluhan wartawan memenuhi area kepulangan di bandara. Siapa lagi yang mereka tunggu jika bukan Ren sang penyanyi yang baru saja merilis single terbarunya. Para fans mengeelu-elukan nama Eren tanpa bosan.
"Kyaaa! Itu Ren!"
Eren yang baru saja tiba, dibuat tertegun sejenak begitu melihat lautan manusia –yang kebanyakan wanita- menyambut kepulangannya. Melihat senyum tulus dari fans-fansnya, tanpa sadar ujung garis bibir Eren tertarik ke atas. Ya, Eren tersenyum. Hanya untuk fansnya.
"Seperti biasa ya, fansmu selalu bersemangat," Hanji terkekeh geli.
Setelah mereka menyapa para fans Eren sejenak, mereka berdua masuk ke dalam mobil sedan putih milik Hanji yang telah terparkir rapi di depan bandara. Eren menyenderkan punggungnya sejenak, ia merasa tubuhnya agak pegal-pegal.
'Rivaille...aku harus bersikap seperti apa nanti?' Eren memijit pelan pelipisnya.
"Eren?" Ada rasa khawatir yang terselip di ucapan yang keluar dari bibir Hanji.
"Cuma lelah." Hanji mengangguk mengerti, walau begitu ia masih tidak yakin.
"Tidurlah sebentar, perjalanan menuju apartemen masih jauh kok." Hanji menyarankan.
.
.
.
-The recon's dorm-
Armin, sang lead vocal tengah asyik bercengkrama dengan Jean dan Berthold. Sedangkan Reiner tengah menulis lirik lagu untuk single terbaru mereka.
"Oi, Leader, kenapa melamun saja dari tadi?" Jean menyeletuk.
"Sst, leader sedang ada pikiran tahu!" Berthold menyahuti.
"Errr—Leader, kenapa setelah bertemu dengan Irvin-san kau selalu melamun seperti itu?" Armin sang angelic di grup mereka bertanya hati-hati. Rivaille melirik Armin dari sudut matanya. Melihat itu, Armin bergidik ngeri, pasalnya Rivaille menatapnya tajam.
"Duet.."
"Hah?"
"Aku akan berduet dengan Ren untuk soundtrack drama baruku nanti." Semuanya terdiam mendengar ucapan yang keluar dari bibir seorang Rivaille.
BRAK
"Apa?! Berduet dengan Ren?! Si sombong dan belagu itu?" Hardik Jean.
"Iya,"
"Hati-hati Leader, dia itu pria bermuka dua, aku saja muak jika melihatnya." Jean mendengus. Dari raut wajahnya terlihat sekali kalau dia sangat membenci Eren.
"Hn.."
"Lalu kalau hanya berduet untuk soundtrack drama kenapa sampai segalau itu?" Reiner angkat bicara. RIvaille hanya menghedikkan bahu.
'Eren..'
.
.
-Eren's apartment, 22.00 p.m.-
Eren menyenderkan pungunggnya di sofa. Ia meletakkan secangkir teh hangat yang baru saja ia buat di atas meja. Pikirannya kembali ke beberapa hari yang lalu, ketika ia diberitahu akan berduet dengan Rivaille untuk soundtrack drama.
"Kenapa harus dengan dia?" Mata Hijau Eren berkilat.
DEG
"Ahk…" Eren memijat kepalanya pelan. Rasanya begitu sakit sekali, bagaikan ditusuk dengan ribuan jarum.
Tes Tes
Eren merasa ada sesuatu yang mengalir dari dalam hidungnya, dengan segera ia mengusap hidungnya. Betapa terkejutnya Eren, hidungnya mengeluarkan darah. Dengan segera ia mengambil tisu yang berada tak jauh dari tempatnya, lalu mengusapnya berkali-kali.
"Mimisan lagi…" Eren berujar seolah-olah hal itu bukanlah hal yang serius. Merasa agak sudah baikan, Eren mematikan televisi dan beranjak ke kamar. Sepertinya ia benar-benar butuh tidur saat ini.
.
.
'Mati saja kau! Kau telah membunuh anakku!'
'Kau bukan anakku! Anakku bukan kau! Anakku perempuan!'
'KAU PEMBUNUH ANAKKU!'
"BUKAAANN!"
"Eren?"
"Han—Hanji nee-san.." Eren tampak terengah-engah.
"Astaga! kau kenapa? Mimpi buruk?" Hanji yang baru saja membuka pintu kamar Eren langsung masuk dan memeluk Eren.
"A—aku.."
"Sstt….tenanglah, jangan cerita dulu, lebih baik kau tenangkan dulu dirimu," Hanji mengelus-elus lembut rambut Eren. Merasa Eren sudah agak tenang, Hanji melepas pelukannya pada Eren.
"Kau mandilah dulu, aku sudah menyiapkan sarapan untukmu." Sebelum pergi keluar kamar, Hanji mengelus kembali kepala Eren dengan lembut.
"Iya.."
Hari minggu, merupakan hari di mana orang-orang liburan dan menikmati hari santainya, Tidak untuk Eren, ia lebih memilih menyibukkan dirinya dengan pekerjaan dibandingkan bersantai. Seperti saat ini, ia tengah berada di studio pemotretan iklan.
"Bravo, bravo Ren. Kau memang artis muda yang berbakat ya." Sang Photografer memuji Eren. Eren hanya mengangguk singkat sebagai balasannya.
Sekilas kelihatan arogan dan sombong memang, tapi itulah Eren. Ia sudah sangat dikenal dengan julukan 'ice idol' karena sifat dinginnya dan tak pedulinya itu.
"Wah, wah lihat siapa dia." Eren menatap datar pada pria yang wajahnya sekilas mirip dengan kuda.
"Jean Kirschtein." Eren menatap datar Pria yang tengah menatapnya jijik.
"Cih, wajahmu itu tetap saja memuakkan dari hari ke hari." Sinis Jean. Eren tak ambil pusing dengan perkataan rivalnya yang satu ini. Ia hanya membetulkan letak kacamatanya.
"Kirschtein, apa kau membawa cermin?" Tanya Eren. Jean diam.
"Kalau kau membawanya, bercerminlah dahulu baru berkata seperti itu." Wajah Eren setingkat lebih dingin dari biasanya. Mendengar celaan tidak langsung dari Eren, membuat emosi Jean meningkat. Dengan cepat, ia memukul pipi kanan Eren hingga Eren terhuyung ke belakang dan menabrak tembok yang tepat di belakang Eren.
"REN! JEAN!"
Eren mengusap pelan pipinya yang terkena pukulan telak dari Jean. Para kru langsung menghampiri mereka berdua.
"Jean! Apa-apaan kau?!" Hanji nampak tak terima.
"Hanji…"
"Jean, apa-apaan ini?" Sebuah suara menginterupsi mereka.
"Leader…" seketika tubuh Jean menengang seketika. Di belakang Jean, tampak Rivaille dan anggota the recons yang lain. Rivaille menatap datar Eren dan begitu pula sebaliknya.
"SUDAH! SUDAH! Kalian the recons kembali ke studio kalian, sesi pemotretan kalian akan dimulai, dan Eren, kau tidak apa-apa?" Eren mengangguk pelan ketika sutradara menanyainya.
Satu per satu orang pergi, kini tinggallah Eren dan Rivaille yang belum beranjak pergi.
"Jaeger—"
"Kalau tidak ada yang mau kau katakan, sebaiknya aku pergi." Baru saja Eren akan pergi melangkah, tangannya ditarik oleh Rivaille, mencegahnya untuk pergi.
"Apa?" Ada nada tidak suka dalam ucapan Eren.
"Aku minta maaf." Eren terdiam.
"Maaf Eren."
"Minta maaf?" Eren membalikkan tubuhnya. Ia benarkan letak kaca matanya.
"Kau minta maaf padaku untuk apa?" Eren menatap datar pria yang bertinggi kurang 10 cm darinya itu.
"Tak ada yang perlu meminta maaf dan dimaafkan, karena memang tak ada apa-apa diantara kita, bukan begitu?" Eren menarik tangannya dari genggaman Rivaille dengan kasar.
Langkah Eren terhenti sebentar.
"Oh, iya. Namaku Ren, hanya Eren bukan Eren Jaeger." Eren meilirk Rivaille melalui sudut matanya.
.
.
Pemotretan the recons dan Eren berlangsung lancar. Kini mereka tak sengaja bertemu kembali di depan studio. Jean tetap menatap Eren dengan sinis. Sebaliknya member yang lain hanya cuek saja dengan kehadiran Eren, menyapa saja pun tidak.
"Er.."
Eren melirik ke arah pemuda manis berambut kuning yang seperti ingin mengucapkan sesuatu kepadanya. Melihat gestur seperti itu membuat Eren benar-benar menengok ke arah pemuda itu.
"Ada apa?" Tanyanya langsung.
"E-eh ti-tidak, Hanji-san belum datang?" Sepertinya Armin ingin basa-basi dengan Eren.
"Tanpa bertanya kau sudah tahu kan? Bodoh." Armin terdiam begitu mendengar nada ketus yang keluar dari bibir Eren.
"Bicara apa kau mata empat?!" Jean tampak tak terima. Pasalnya, Armin bertanya baik-baik dan dibalas dengan begitu ketus oleh Eren? Demi kolosal titan, Jean ingin sekali mengacak-acak muka sok arogannya Eren.
"Kau punya kuping bukan?" Balas Eren tak mau kalah. Adu deathglare terjadi diantara mereka.
"He-hei, kalian, sudahlah." Berthold mencoba menengahi.
"Diamlah Berth, dia itu butuh dua atau lebih pukulan di wajahnya, supaya wajah sombongnya itu tergantikan dengan wajah yang buruk rupa." Ketus Jean, baru saja ia akan menarik kerah kemeja Eren, sebuah suara menginterupsi.
"Hentikan, Kirschtein."
"Irvin-san…" Gumam semua member the recons.
Irvin Smith, manajer the recons yang terkenal dengan kewibawaannya dan sifatnya yang tenang. Pria Amerika itu menatap Eren dalam.
"Eren-san, kami duluan ya." Irvin tersenyum ramah.
Tak lama setelah Irvin dan the recons pergi, Hanji datang sambil membawa dua kantung makanan.
"Loh, tadi ada member the recons ya?" Tanya Hanji, Eren hanya mengedikkan bahunya.
"Ayo pulang." Ucap Eren. Hanji menurut, ia lalu membuka kunci mobil dan memasukkan kantung makanannya.
"Eren?" Hanji terheran melihat Eren yang berdiri dengan memegang hidungnya sambil membuka pintu mobil.
"AH! Tidak apa-apa." Kilah Eren, ia pun langsung masuk ke dalam mobil.
Hanji bersumpah, bahwa saat itu ia melihat setetes darah menetes dari hidung Eren.
.
.
.
Setiap malam aku bernyanyi
Bernyanyi penuh permohonan
Agar kalian semua bahagia tanpa aku
Akan kulakukan apa saja agar kalian senang
Entah itu harus membunuh perasaanku dan jiwaku sendiri
Aku bersedia…
Jika mencaci memakiku membuat kalian senang
Aku bersedia diperlakukan seperti itu…
Dan Jika
Kalian menginginkan aku pergi dari dunia ini selamanya…
Aku bersedia mati demi kalian..
-TBC-
Huwaaa ff pertama ane di fandom Shingeki No kyojin XD XD
Gak tau kenapa lagi suka bikin si Eren agak menderita wkwkw #jahat banget w#
Yosh, silakan klik tombol bernamakan review di bawah ya :)