Alone

.

.

.

Chapter 11

.

.

.

"Ano…. Gomen kudasai….!"

"Kurang keras, Hinata!"

"Woy, jangan marahin Hinata!"

"Situ yang mulutnya Speaker enggak niat ngebantu?"

Aku hanya menahan tawa ketika Naruto sibuk berdebat dengan Kiba. Ceritanya kami berniat untuk mampir ke rumahnya Sai buat menjenguknya yang katanya sakit itu. Namun yang ada cuma berdebat tidak elit di depan rumah Sai.

Well,

Kalau kalian mau merasakan aura penuh samurai jaman dahulu kala, maka tidak salah kalau kalian mampir ke rumahnya Sai. Rumahnya benar-benar masih menjaga jaman-jaman edo begitu. Aku jamin kalau di dalam rumahnya ada kakek dan nenek yang begitu kaku dan penuh aura-aura minum teh (?).

"Helllooowwwww!"

"Anjrit! Woy Naruto! Jangan sembarangan kalau manggil yang punya rumah! Biasanya yang punya rumah begini orangnya begitu-begitu…" ujar Shikamaru sambil menggeplak kepala Naruto. Hinata Cuma bisa menonton dari jauh.

"Begitu-begitu gimana? Begitu-begitu kaya Sai? Muahahahahah!"

Dan kami merasa ambigu….

Hingga tiba-tiba saja terdengar suara tawa tertahan dari pohon yang tidak jauh dari pekarangan rumah keluarga Uchiha…

Seketika kami membatu…

Dan mencoba untuk menoleh ke arah sumber suara…

Dan kami tidak menemukan apapun…

Karena posisi pohon yang begitu rimbun. Namun Neji memicingkan matanya dan menemukan sesuatu. Dia lalu menunjuk ke arah sisi pohon yang agak tengah. Naruto pun segera mengikuti arah tangan Neji dan menemukan sesuatu yang membuatnya berwajah garang.

"Wooggghhh! Itachi-san! Walah! Bikin kaget orang aja!"

"Aku sebenarnya mau turun, tapi karena kalian begitu asyik sendiri.. ya sudah… sayang enggak ada popcorn…" ujar Itachi-san di balik rimbunan pohon. Aku hanya tersenyum sedangkan Naruto lebih memilih mengambil sebongkah batu dan melemparkannya ke arah Itachi.

Dan mendapatkan sebuah jeruk liar tepat di jidatnya….

Naruto sukses menjadi bahan tertawaan bagi kami. Itachi pun segera melompat ke bawah dengan gerakan yang begitu halus. Aku pun mau tak mau melongo.

"Ngedatengin Sai? Ayok masuk…" ujar Itachi sambil mendorong pintu geser dengan niatan membuka pintu. Dan kami pun duduk berjejer di depan sebuah meja panjang. Naruto clingak-clinguk…

Itachi pun dengan PD-nya menaruh satu persatu jeruk yang baru saja dia ambil. Kami pun merasa kalau…

"Jangan Ge-er ya, ini buat Sai yang lagi ngidam," ujar Itachi seenak jidat. Naruto ngakak. Sedangkan Kiba sudah meringis menunjukkan gigi taringnya yang memang tumbuh secara tidak normal. Hinata mencoba membantu dengan membersihkan permukaan jeruk serta menghilangkan daun-daun yang masih melekat di batangnya.

"Walah… makasih ya…. "

"Kira-kira Sai dimana?" Tanya Shikamaru ketika Itachi berniat untuk bangkit.

"Bentar ya… Okaa-san!"

Kami pun ditinggalkan oleh Itachi-san yang sibuk berlari ke arah dapur. Dan disinilah kami, sibuk memandangi buah jeruk liar yang masih memenuhi meja.

"Ara ara… ada temen-temennya Sai-kun… waduh, Itachi-kun!"

"Nde?!"

"Ini jeruknya diapain?"

Dan muncullah Itachi-san dengan membawa dua buah piring yang digunakan untuk memisahkan antara jeruk-jeruk yang diberikan untuk Sai dan kami.

"Kok jeruknya dipisah begitu?" Tanya wanita yang kutebak adalah ibunya Sai dan Sasuke (dan Itachi juga tentunya).

"Satunya buat sajen si Sai…"

"Kenapa tidak diajak kemari saja? Makan bareng?"

"Oh, ide bagus! Sai! Bangggunn! Wooooyyy!" ujar Itachi dengan suara gedhe melebihi toa-nya Naruto. Kami hanya bisa sweatdrop ketika melihat tingkah anggota keluarga ini.

"Ini… jeruknya… minumnya bentar ya…" ujar sang Ibu sambil beranjak ke arah dapur.

Dan kami kembali ditemani oleh buah jeruk…. =,=

Namun mata kami terbelalak ketika sosok yang muncul dari dapur bukanlah seorang ibu-ibu kalem melainkan manusia dengan rambut pantat ayam yang amburadul. Setelah menaruh nampan berisi teh dingin, Sasuke sibuk menggaruk-garuk belakang kepala dan menguap (?).

"Walah… satunya sudah kayak orang yang enggak semangat hidup… satunya malah kerjaannya beginian…" komen Kiba. Wow, aku tidak tahu kalau yang lainnya sudah kenal dekat dengan Sasuke.

"Woyyy! Sas! Bantuin aku nyeret Sai!" teriak Itachi dari lantai atas, Sasuke pun merangkak (?) ke arah tangga dan melongok ke atas, kami pun ikutan di atasnya dan menemukan Itachi yang sibuk menyeret futon yang diatasnya terdapat gumpalan selimut mencurigakan.

Sasuke tiba-tiba saja membunyikan lehernya dengan cara memiringkannya ke kanan dan ke kiri sambil terdengar bunyi 'krak!'. Jujur, kami merasa horror tingkat dewa.

Sasuke berjalan dengan ogah-ogahan. Lalu dia duduk bersimpuh di depan gumpalan selimut itu. Setelah menoel-noel beberapa bagian dan tidak menunjukkan respon apapun dari si gumpalan, maka selanjutnya Sasuke menarik napas dalam dan menekan suatu titik dengan telunjuknya secara kasar.

"Hik!"

Dan muncullah sosok asli dari gumpalan selimut yang terbangun akibat colekan Sasuke. Sosok itu segera bergerak mundur hingga punggungnya membentuk dinding. Sasuke pun tersenyum penuh kemenangan.

"Itu tuh! Didatengin temen-temenmu! Dari kemarin molor melulu!"

"Itachi-nii…"

"Tahu tidak kalau tidur bisa memperbaiki sistem imun?" ujar Sai sambil mengacak-acak rambutnya yang sudah amburadul persis dengan yang dilakukan Sasuke tadi. Jangan-jangan ini adalah family trait yang tersembunyi…

Hm..

"A-ano… kami tidak bermaksud.."

"Sudahlah, Hinata-chan. Tidur tidak tidur yang tetep aja begini jadinya si Sai ini. Jadi enggak usah khawatir merasa tidak enak alias mengganggu proses istirahatnya Sai," ujar Itachi sambil melambai-lambai tidak jelas. Sasuke sendiri beralih ke belakang Sai dan mengangkat tubuh Sai dengan mudahnya.

Sedangkan Sai sendiri sepertinya tidak peduli…

"Kurasa kalau Karin ada disini dijamin dia bakalan mendokumentasikan ini," komen Kiba sambil mengelus dagunya.

Yup, Karin yang akhirnya menjadi penggemar si kembar Uchiha… =,=

"Ayo bangun… kalian tunggu saja di bawah. Biar kuurus si Sai ini," ujar Sasuke. Itachi sendiri sibuk merapikan futon dan selimut Sai. Kami pun beranjak menuju ke ruang tamu lagi dan menemukan sup tofu yang mengepul di tempat kami sebelumnya.

Dan terlihatlah ibu dari keluarga Uchiha yang masih memegang nampan yang menjadi tempat dia membawa mangkok-mangkok berisi sup tofu.

"Ara ara… ayo makan-makan dulu…"

"Walah… kok repot banget ya!" ujar Shikamaru sambil menggaruk belakang kepalanya yang tidak gatal. Ibu dari keluarga Uchiha hanya melambai (untung tidak se-gaje Itachi-san) ke arah kami.

"Ah… tidak apa-apa… ini juga biar Sai juga ikutan makan…" ujarnya. Kami pun langsung mendekatinya dengan bentuk semut yang merubungi gula. Wajah kami menunjukkan wajah penuh rasa penasaran.

"Ini biar dia mau makan… onegai ne…" ujarnya. Kami pun mengangguk dengan cepat dan segera ambil posisi. Ketika langkah kaki turun terdengar, muncullah 3 orang Uchiha yang kami kenal akan ke-'absurb' annya.

Dan kami pun melirik ke arah 2 mangkok yang masih tersisa. Tiba-tiba saja terdengar suara bak gajah-gajah yang baru kabur dari kebun binatang (?).

Dan benar saja…

Terlihat Itachi yang sampai duluan dan mengambil mangkok yang masih mengepul dan mengucapkan 'itadakimasu'. Dan ketika melirik ke arah pintu yang menghubungkan antara tangga dan ruang tamu, muncullah dua Uchiha bungsu yang sibuk berebut posisi paling depan. Terlihat Sasuke menang karena kembali menekan pinggang Sai yang membuat Sai berjingkat.

Dan jadilah Sai yang tidak mendapatkan bagian, dia pun melihat kami yang sibuk menyesap sup yang berada di mangkok yang masih mengepul. Lalu hal yang tidak kami prediksi adalah Sai yang melihat ke arah Sasuke dengan muka yang tidak bisa diprediksikan.

Entah insting ataukah memang sudah hafal dengan kebiasaan Sai, dari dapur terdengar suara yang meminta Sai untuk pergi ke dapur. Dengan cepat Sai bangkit dan berjalan cepat menuju dapur. Kami pun menghela napas sedangkan Itachi menahan tawa. Tiba-tiba dia bersama Sasuke saling bertukar evil-smirk.

Dan muncullah Sai yang bermuram durja sambil membawa semangkok sup tahu yang masih mengepul. Kami pun penasaran mengapa dan segera mendapatkan jawabannya ketika melihat sup tahu yang dia miliki berbeda dengan milik kami.

Dan tiba-tiba saja Sasuke berjalan ke belakang dan mengambil botol saus cabai. Lalu Itachi segera merebutnya dan menuangkannya di mangkoknya. Kiba pun ikutan. Dan ketika Sai berniat untuk meraihnya, Itachi segera menampol tangannya dan memberikan gesture 'tidak' yang sangat jelas.

Kami pun menahan tawa ketika melihat Sai yang makin bermuram durja. Sasuke pun menghela napas dan tiba-tiba saja mengambil botol saus cabai yang begitu diinginkan oleh Sai. Namun dirinya hanya menuangkan ke mangkoknya sendiri lalu meneteskan kuah dari supnya ke mangkok Sai.

Sai hanya bisa menghela napas...

.

.

.

"Uwooghh…. Ternyata ada tamannya ya di rumahmu! Horree!"

Dan aku hanya bisa menahan diriku untuk tidak ber-facepalm persis seperti Shikamaru yang sudah melakukannya ketika melihat tingkah aneh teman-teman kami di halaman belakang keluarga Uchiha. Aku hanya sibuk memandangi ikan koi yang berputar-putar di bawah kakiku.

Tiba-tiba saja bau cinnamon menguar.

Dan ketika aku menoleh ke arah kanan, aku menemukan Sai yang menawarkan pakan ikan ke arahku. Aku pun menerimanya dan kembali fokus pada ikan koi yang melahap makanan mereka.

"Sai! Kapan-kapan kalo aku main kesini boleh yak!" ujar Naruto. Sai hanya mengangguk dan mengayun-ayunkan kakinya. Beberapa ikan yang kurasa mengenalinya sibuk berputar di bawah kakinya. Aku hanya bisa menaikkan alisku.

"Bagaimana keadaanmu?" Tanya Shikamaru. Sai hanya menaikkan kedua bahunya dan kembali ke arah ikan-ikan koi yang begitu mengharapkan dirinya untuk melemparkan makanan ke arah mereka.

"Biasa saja, kurasa 2 hari lagi aku akan kembali masuk."

"O…"

"…"

Awkward…

Jujur…

Sangatlah awkward….

Di kananku ada Sai yang sibuk dengan dunianya sendiri dan di kiriku ada Shikamaru yang sibuk ongkang-ongkang kaki.

Plop!

Jujur…

Ini makin awkward….

Aku berusaha untuk tidak bergerak…

Tapi tubuhku sudah kram semuanya… .

Dan Shikamaru hanya ber-evil smirk ria melihatku yang berusaha agar tidak membuat Sai terbangun dari tidurnya. Namun disisi lain dia mendekat dan memperhatikan wajah Sai.

"Oh, dia sudah KO. Biarin aja… kau tinggal dan mukanya mencium lantai pun dia tidak bakalan bangun…" ujar Shikamaru sambil kembali ke posisinya.

Tapi….

Arrggghhhh!

Aku tidak bisa berpikir jernih kalau begini..

Whush….

Dan sekarang nafas Sai malah mengenai leherku….

.

.

.

Tbc…