Bila diperbolehkan untuk menggambarkan keadaan, yang tengah sang Princess umur baby corn alias Kuroko rasakan adalah dirinya berada dalam arena sepak bola. Nama keenam teman-teman barunya dielu-elukan, dijeritkan melengking dan berpotensi memecah gendang telinga. Suara-suara berat khas laki-laki menggema dalam aula bundar luas tersebut.

"SEI-SAMA!"

Akashi Seijuurou, berjalan dengan… ah, sepertinya kata gagah cocok untuknya. Pasalnya, biarpun pemuda yang melangkah mantap di barisan terdepan tersebut mengenakan seragam perempuan dengan rok yang hanya menutupi setengah bagian paha serta wig berponi samping warna merah sepinggang, ia seakan tidak risih dengan belaian-belaian halus udara yang menyapa bagian intimnya. Wajah jutek dan dagu terangkat justru membuat Akashi nampak keren.

"KOU-CHAN!"

Bertentangan keras, teman sekamar Kuroko yang bernama lengkap Furihata Kouki terlihat begitu memprihatinkan. Berjalan di samping kanan Kuroko tanpa berani menatap 'penggemar', ia seakan siap pingsan kapan saja di mana saja. Kuroko yakin dengan tampang takut-takut memelas serta butiran keringat dingin di tengkuk pemuda canggung panggung tersebut, kawanan pria pengidap sadisme bisa saja memanjat panggung dan membopongnya kabur.

"KAZU-KAZU!"

Takao Kazunari mungkin yang paling heboh di antara ketujuhnya. Ia melambai-lambai gembira. Menebar kiss-bye-kiss-bye ke seantero ruang. Walau tersamar jeritan siswa-siswa, dengan ceria pemuda yang mengenakan wig model bob-gantung warna hitam itu membalas sapaan mereka. Seakan tidak takut pita suara putus. Takao jelaslah menikmati peran yang telah ia tanggalkan sekitar 6 bulan lalu.

"RYOU-SAN!"

Gegap gempita terdengar paling keras dari barisan murid kelas 3. Dengan senyum malu-malu, banyak-banyak anggukan, rok nyaris menutup lutut, serta wig cokelat yang dibiarkan terikat membentuk kepang di atas bahu kanan dan kiri, Sakurai Ryou bermetamorfosis menjadi gadis yang manis. Tipikal adik perempuan baik-baik yang menyambut kedatangan sang kakak dengan senyum ramah dan tawaran minuman dingin di depan pintu masuk. Tak heran para senior haus kehadiran adik di rumah memberi pancaran sayang pada ia.

"YUKI!"

Kasamatsu Yukio, ah… tidak ada kata yang tepat selain judes yang cocok baginya. Rahang keras terkatup rapat, lengan menyilang di depan dada memperlihatkan gundukan bra isi silicon, langkah lebar-lebar. Namun asal tahu saja, sikap galaknya bukan karena ia ingin, tetapi karena Kasamatsu tegang. Mengenakan rok yang melambai-lambai paha berototnya berkat klub sepakbola, belum lagi tatapan-tatapan lapar seakan bernafsu membelai wig hitam model ponytail. Kasamatsu ingin hari ini berubah menjadi 24 menit saja.

"SHUN-SAN!"

Izuki Shun dapat dikatakan versi agak kalem dari Takao. Ia malambai manis pada spot-spot tertentu yang dianggapnya meneriakkan nama ia paling kencang. Izuki menyukai keramaian, seperti laron, serta menyukai mereka-mereka yang menyukainya. Kitakore! Kaos kaki setengah lutut, dipadukan sepatu pantofel hitam dan rok pendek menantang, meningkatkan kadar cantik wajah oriental terbalut wig hitam bergelombang sebahunya.

Hanya nama Kuroko yang tidak dielukan. Namun begitu, ia sadar banyak tangan-tangan yang melambai ramah menyapa dan menyambut pengganti Akashi tersebut. Tidak yakin pemuda surai aqua dalam mode crossdress ini harus bangga, bahagia, atau justru bersedih. Masalahnya, ia akan memiliki penggemar laki-laki sebentar lagi. Ya, laki-laki. Belum memperkenalkan diri pun ia telah merasa seperti bagian grup idol.

"Minna! Lihat siapa yang telah berdiri manis bersama kita! Tidak hanya satu! Tetapi tujuh sekaligus!" Sumpah, teriakan mereka seperti gerombolan wota. "Suatu kebahagiaan bagi saya bisa berdiri bersisian dengan— AWW!"

Serta merta Kuroko, yang telah berdiri menghadap khalayak, memutar kepala menatap si pembuat suara sakit. Rupanya itu adalah Mibuchi yang tersodok bibirnya oleh mikrofon yang seharusnya ia pegang, yang kini telah berpindah tangan ke Akashi.

"Cukup dengan basa-basi membosankanmu, Reo. Apa kau tidak sadar ada ratusan kucing kelaparan di depan matamu? Kau tidak lihat liur mereka leleh meminta jatah?"

Kuroko melotot, kaget menemukan Akashi yang ia anggap ramah justru berubah agak sadis dan bisa berucap agak kasar setelah berganti kostum. Tetapi tidak dianggap demikian oleh para pendengar di luar panggung. Mereka mengangguk setuju, bahkan tidak sedikit yang berteriak "Turun dari panggung, kau Mibuchi! Mengganggu pemandangan saja!". Mibuchi serius turun panggung.

"Dan kalian semua. Diam." Hebat. Keheningan tercipta dalam hitungan detik saja. Bahkan hembusan napas pun seakan diterbangkan angin keluar aula. Akashi memiliki aura diktator yang kental sepertinya.

Setelah membiarkan keadaan sunyi selama belasan detik, dengan senyum yang sebetulnya mengerikan tetapi diyakinkan dianggap manis, mikrofon yang tadi direbutnya dari tangan Mibuchi ia serahkan pada pemeran Princess teranyar, si demam panggung Furihata.

"Silakan waktumu."

"Eh? Wah! Wa- EH!" Ternyata ia tidak siap dengan apa-apa. Mikrofon yang dijejalkan ke tangan kanan laksana bara panas. Seperti permainan juggling, pengeras suara serupa lollipop itu melompat cepat dari tangan kanan, ke tangan kiri, dan terus berulang hingga akhirnya terlepas dan jatuh membentur lantai.

NGIIIING….

Terima kasih atas kegugupannya, seisi aula tutup telinga.

"Ma-maaf."

Buru-buru mikrofon diraihnya, tetapi mikrofon justru menggelinding jauh, tergelincir lihai melalui sela jemari yang basah keringat dingin. Furihata cepat menunduk, tak sadar ia merondang di depan 600 plus pasang mata. Syukurlah, sebelum seperempat isi aula berpikiran ngeres melihat posisi ia, Kuroko telah sigap menghentikan laju gelindingan mikrofon. Dengan cara terjantan yang melesat kilat dalam pikiran.

Diinjak.

Sungguh merusak esensi seragam perempuan yang ia kenakan.

Akashi dan Kasamatsu geleng-geleng, Takao cekikikan, Sakurai membantu Furihata berdiri, dan Izuki memberi Kuroko semangat dengan sebuah kalimat paling menyebalkan bernada ibu-ibu pejabat. Diucapkan via mikrofon.

"Dengar~, kau itu perempuan. Dan perempuan yang baik wajib~ menjaga sikap."

Akashi harus merebut mikrofon dari tangan Izuki demi melafalkan "DIAM" pada siswa-siswa yang terbahak.

Keadaan kembali tentram, tinggal Furihata selaku Princess terbaru untuk membuka perkenalan rekan kerja barunya. Ia masih berusaha menghilangkan kecanggungannya. Tarik napas, buang napas, sambil sesekali menatap lama mata teman-temannya, mencari ketenangan. Kasamatsu yang ikutan khawatir berjalan mendekat. Diraihnya pundak mungil Furihata sembari memberi elusan seadanya. Tidak tahu saja mereka bahwa ada beberapa siswa yang memekik girang mendapati dua crossdresser saling berangkulan. Istilah fanboying-an adalah nyata.

Setelah satu kali tarikan napas, Furihata akhirnya mampu mengulas senyum manis dan menyodorkan mikrofon ke depan mulut.

"Minna, apa kabar?"

Teriakan pecah selayaknya sebuah gawang dibobol masuk. Ada yang berteriak "BAIK!", tetapi lebih banyak lagi yang berteriak tidak nyambung "KOU-CHAN!".

"Aku harap teman-teman semua selalu sehat dan ceria menyambut semester baru ini. Bagaimana liburan teman-teman? Apakah menyenangkan?"

Jawaban bermacam-macam, tetapi sumpah Kuroko yakin mendengar "SAKIT! PANTAT AKU DITENDANG YUKICCHI!", "SEI-SAMA, KAPAN KAMU LIBURAN KE TEMPATKU?", dan "SHUN! KAMU JANGAN BERENANG DI MIMPI AKU TERUS! NANTI CAPEK!"

"Liburanku juga menyenangkan. Sudah lama aku tidak melihat pelangi, jadi aku bahagia sekali bisa melihatnya lagi bersama Tou-san saat libur kemarin."

"KOU-CHAN, AKU MAU JADI BAPAK KAMU!" Lemparan botol minum kosong menghujani si entah siapa barusan itu.

"Tetapi yang paling menyenangkan adalah…" Furihata mendekati Kuroko, tak mengindahkan wajah terkejut si datar yang heran atas perubahan dasyat sikap Furihata. Sekian menit ia canggung bahkan nyaris kehilangan mikrofon, di ruang kepala sekolah pun ia sempat menangis. Tetapi sekarang ia justru menguasai panggung. Merangkul ramah Kuroko di bawah siraman lampu sorot dengan senyum lebar.

"Aku tidak akan lagi tidur sendirian. Aku punya teman baru sekarang."

Mikrofon pun diangsurkan dan Kuroko yang kini terpapar silai lampu sorot. Tidak ada sapaan, tidak ada lampaian salam. Seluruhnya membeku menatap Princess baru mereka. Entah menilai atau penasaran Kuroko tidak tahu, namun ia yakin ia dipandangi lekat dari ujung wig hingga ujung pantofel.

"Selamat pagi, teman-teman. Namaku Kuroko Tetsuya. Aku murid baru, tetapi berkat tinggi badanku aku mendapat kehormatan menemani Furihata-kun—maksudku Furihata-san menggantikan Akashi-kun—maksudku Akashi-san."

Segumpal saliva ditelan. Kuroko yang sebetulnya bukanlah seorang demam panggung perlahan mulai berkeringat dingin. Antara risih dan jengah dipandangai ratusan pasang mata para penonton yang tidak mengeluarkan suara sekecil apapun. Ia lalu memutar kepala menghadap Akashi, melakukan kontak mata dengan harapan mendapat saran harus bertindak apalagi. Ia buta keadaan. Tetapi si merah hanya mengangguk. Apa pula arti anggukan itu?

Akhirnya, dengan kalimat penutup yang terlintas, Kuroko berujar.

"Aku sangat awam perihal Princess dan sebagainya. Aku harap bimbingan dan perhatian teman-teman untukku, serta tentunya Furihata-san."

….

….

….

"UWOOOOOHHH!"

"Kuroko! Kenapa bahasamu bimbingan dan perhatian?! Itu ambigu, tahu!"

"TENANG SAJA, TETSUYA-HIME! KAMI AKAN MENJAGA KALIAN!"

Perintah Akashi agar mereka diam untuk pertama kalinya gagal, termasuk Aomine dan Kagami yang berteriak-teriak meminta semua tenang. Hingga akhirnya membutuhnya sepuluh menitan untuk meredakan setengah dari kehebohan. Teriakan menyebut nama "TETSUYA!", "TETSU!", dan yang agak imut seperti sosok aslinya "TE-CHAN" terus berkumandang. Paras manis Kuroko sendiri masih datar, namun pipi lebih hangat dari temperatur normalnya.

"Baiklah, sebelum kita memulai hari pertama kita di kelas, ada sesuatu yang hendak Yukio-san ucapkan," ujar Akashi setengah berteriak seraya merapikan wig merahnya yang awut-awutan lalu menyerahkan mikrofon kepada Kasamatsu. Ia berwajah galak, tetapi merah entah oleh marah atau malu.

"Baiklah, pada kesempatan ini, aku ingin memanggil sahabat berisikku ke atas. Oy Kise, cepat naik!"

Kalau tadi teriakan memuja memuji, kali ini teriakan mencemooh berkadar irilah yang terdengar. Sembari sesosok pirang tampan banyak tingkah naik melompati panggung, malas melewati anak-anak tangga. Gigi berkilaunya menyorot pas pada aquamarine Kuroko. Bikin perih mata.

"Tanggal 18 Juni kemarin adalah ulang tahun Kise," siswa-siswa yang tahu kelanjutan cerita semakin mengencangkan teriakan, "jadi aku ingin memberikanmu hadiah sederhana."

Dan, sebuah hadiah sederhana itu adalah…

"BRENGSEK KAU KISE!"

"MATI SANA!"

"YUKI! AKU JUGA ULANG TAHUN TANGGAL 18 KEMARIN!"

… kecupan singkat di pipi kiri dan kanan.

Tetapi tidak hanya itu rupanya hadiah yang ia peroleh. Kuroko dan Furihata yang notabene terkaget-kaget menyaksikan keberanian sang senior di atas panggung di bawah sorot ratusan pasang mata melongo hebat, hingga tak mampu berkutik ketika secara bergantian keduanya mendapat pelukan-ambil-kesempatan-sepanggung dari salah seorang senior mereka itu.

.

.

.

.

Kuroko lelah batin lelah raga. Tidak ada satu jam mereka berada dalam aula tersebut, namun yang diperoleh sepertinya mampu menurunkan massa badan hingga 500 gr. Ketika turun panggung aula, berjalan keluar, bahkan hingga tiba di luarnya, hari-harinya yang selalu datar dan normal berubah 180 derajat. Entah mampukah ia menghadapi perubahan tersebut.

Apalagi horor itu belumlah berakhir. Datang dari mulut kepala sekolah yang dengan seenak jidat mengucap,

"Kuroko, tahun-tahun sebelumnya dua Princess ditempatkan di kelas yang sama dengan tujuan keamanan. Namun seperti yang aku sampaikan kepada Furihata dan Akashi saat awal tahun ajaran, dimulai tahun ini Princess akan berada di kelas yang berbeda. Kau tenang saja. Bila ada yang berbuat kurang ajar, segera melapor. Ini shotgun untuk berjaga-jaga."

Tuhan… mengapa kehidupan ini menjadi berbelit? Yang Kuroko ingin capai hanyalah menemukan saudara kandungnya. Mengapa harus—

"Lalu ini, sedikit bonus untuk menyambutmu di sekolah ini sebagai murid dan tentunya sebagai Tetsuya HIme."

— Ah, tetapi tidak apa-apa. Ada warna dan bernilai dalam amplop. Lumayan untuk tabungan.


Pojok CN: maaf lama bgt apdetnya. Setahun++ gitu. Makasih untuk semua yang masih mengikutin ff ini. Aku akan berusaha menyelesaikan, semoga mood aku nggak semakin goyah. Untuk yg nanya ff ini pairnya apa, aku sendiri ga tau ff ini mau dibuat pair apa, hehehe. Kalau ada masukan monggo wae. CU!

KnB © Tadatoshi Fujimaki

One of the Princesses?! Ch. 4 © cnbdg2806151615