"Dia adalah kakakmu, Tetsuya. Dari kabar terakhir yang kami dengar dia bersekolah di sekolah khusus laki-laki bernama Seirin Private School. Kalau kau ingin mencarinya, kami tak keberatan."

Itulah ujar kedua orang tua angkatnya pada ulang tahun ke enam belasnya. Sebuah foto tua yang sudah tak jelas lagi menunjukkan siapa dan siapa. Parahnya foto tersebut diambil ketika keduanya berusia satu bulan, itupun mungkin. Sama sekali tak membantu. Diperparah dengan nama si kakak yang tidak diketahui.

Dari yang orang tua angkatnya ceritakan, kedua orang tua kandungnya meninggal entah dengan alasan apa saat keduanya masih sangat kecil sehingga Kuroko dan sang kakak harus dititipkan di panti asuhan dalam keadaan belum bernama. Kedua kakak beradik ini dipisahkan oleh proses adopsi, masing-masing keluarga hanya mampu menanggung satu orang anak. Dari cerita, keduanya menggenggam foto ini, artinya sang kakak pun memiliki foto yang sama.

Namun berkat foto tersebut, Kuroko merasa senang mengetahui bahwa dia memiliki saudara kandung, dia memiliki seseorang yang mungkin menunggunya di luar sana.

Berbekal tekad dan doa orang tua angkatnya, Kuroko berujar, "Aku akan mencarinya. Aku akan menemukan Nii-san!"


KuroBasu © Tadatoshi Fujimaki - Story © Calico Neko

One of the Princesses?!

Harem Fiction of Kuroko Tetsuya & Furihata Kouki


Mata Kuroko mengedip heran melihat penampilan sekolah barunya. Mengerikan bagi Kuroko yang berasal dari keluarga biasa saja sebab penampakan sekolahnya sangatlah fantastis, besar dan mewah sekali seperti sebuah kastil.

Kakinya melangkah memasuki area sekolah dan tak menemukan seorang pun selain-

"Eh, bukankah ini sekolah khusus laki-laki?"

-seorang gadis memakai dress selutut yang tengah berlari ke arahnya sambil menenteng sepatu berhak 5 cm. Wajahnya yang terbilang manis terlihat pucat seperti dikejar hantu.

Dia terkejut saat berpapasan dengan Kuroko. Gelagapan, gadis tersebut berhenti di depan Kuroko sambil berbicara cepat, "Ah, eh, itu.. ah, kalau ada yang mencariku, katakan kau tidak melihatku ya." Secara tiba-tiba gadis tadi mengecup pipi Kuroko. "Untuk tutup mulut," ujarnya sambil kembali berlari.

Kuroko yang kebingungan hanya menatap sesaat ke arah gadis tadi menghilang. Tanpa sadar jemarinya mengelus pipi yang baru saja tertimpa durian runtuh, jarang-jarang Kuroko mendapat ciuman seperti barusan dari seorang gadis.

Kuroko yang masih agak terkejut kembali melanjutkan perjalanannya. Akan tetapi, saat akan melangkah tubuhnya menabrak sesuatu yang cukup besar. Perempuan bertubuh besar, eh bukan, melainkan seorang pria yang agak mirip dengan perempuan. Keduanya jatuh terduduk.

"Aduh, kalau jalan lihat-lihat!" protesnya dengan suara nyaring padahal dialah yang menabrak Kuroko.

"Maaf, aku tidak sengaja." Bangkit dari jatuhnya, Kuroko segera membantu siapapun orang yang tadi menabraknya. "Kau tidak apa-apa?"

"Tidak apa-" protes orang berambut hitam sebahu tersebut terhenti ketika melihat penampilan Kuroko. Dilihatnya dari atas ke bawah, ke depan dan ke belakang, seperti sedang menilai suatu barang. "Manisnya!" pekiknya tiba-tiba sambil menyeret Kuroko entah kemana. Koper berat yang menjadi teman perjalanan Kuroko terasa semakin membebani.


Kuroko parah dalam olahraga khususnya berlari. Hanya dengan seret paksa yang dilakukan orang tak dikenalnya tersebut cukup untuk membuatnya terengah-engah hebat. Untunglah dia tidak memiliki penyakit pernafasan apapun, setidaknya dia tidak akan kolaps mendadak.

BRAK, suara pintu yang dibuka dengan tak berkepintuan.

"Sei-chan! Aku menemukan orang yang tepat!" teriak si penyeret dengan kencangnya.

"Berisik shemale! Kupingku sampai berdengung mendengar suaramu, tahu!"

Tak memedulikan ucapan seseorang bertubuh jangkung berkulit agak gelap, orang yang dikatai shemale tersebut kembali menyeret Kuroko ke hadapan sebuah meja. Sepintas, dari balik punggung kursi yang membelakangi mereka terlihat surai berwarna merah.

Dengan bunyi kursi yang sepertinya tak pernah diberi pelumas, orang tersebut membalikkan kursinya, memperlihatkan seorang laki-laki berambut dan beriris merah yang berada dalam balutan seragam Seirin Private School.

"Ada apa Reo?" tanya di laki-laki bernama Sei-chan(?) tanpa mengalihkan matanya dari buku kumpulan trik bermain shogi.

Shemale yang ternyata bernama Reo merebut buku tersebut dan melemparnya entah kemana. "Jangan membaca terus! Lihat siapa yang berada di sebelahku! Sepertinya dia adalah anak baru yang dibicarakan kepala sekolah. Aku rasa dia kandidat yang tepat untuk menggantikan peranmu."

Mendengar kata peran Sei-chan mengalihkan perhatiannya para Kuroko si surai biru muda. Dia bangkit dari kursinya dan berjalan mendekat ke arahnya. Ditelitinya tubuh Kuroko sambil sesekali menyentuhnya, termasuk pantatnya dia tepuk dengan kurang ajarnya.

Mata Sei-chan berkilat senang.

"Selamat datang di Seirin Private School, Kuroko Tetsuya. Aku adalah Akashi Seijuurou, ketua OSIS di sekolah ini. Kepala sekolah sudah memberitahu kami tentang kedatanganmu."

"Salam kenal, Akashi-kun," balasnya ramah sambil membungkuk.

Ketua OSIS yang akhirnya diketahui bernama Akashi tersebut tertawa pelan. "Hahaha, masih banyak yang harus kau pelajari rupanya. Tidak apa-apa, Kouki akan membantumu dan menjelaskan semuanya." Sambil membisikkan 'Kouki itu siapa', Akashi memerintahkan si laki-laki berbadan besar berkulit gelap untuk mengantarkan Kuroko ke kamar barunya. "Ini kunci kamarmu, Tetsuya," mata Kuroko nyaris lepas dari rongganya mendengar Akashi memanggil nama depannya. "Cadangan hanya ada padaku, jadi kau tenang saja." Kuroko dibuat semakin bingung. "Daiki, antar Tetsuya ke kamarnya. Ingat, aku tidak mau mendengar keluhan kau berbuat macam-macam lagi terhadap Kouki."

"Ck! Iya... Oji-sama..." jawabnya malas-malasan. "Ayo."

Ayo yang dimaksudkannya bukan bermaksud mengantar Kuroko dengan berjalan memimpin, melainkan menggendong Kuroko di pundaknya seperti karung beras. Tangan lainnya dengan mudah menyeret koper Kuroko.

"Aomine Daiki, selamat datang dan salam kenal, Princess!"


"Kami-sama, dadaku sakit sekali. Aku tidak mengerti kenapa perempuan bisa memakai bra ketat begini."

Sedang khusyuk dengan proses melepas pakaian wanitanya, tiba-tiba terdengar suara dari arah pintu kamarnya. Seseorang sedang berusaha membuka pintu kamarnya. Hanya Akashi yang memiliki akses ke kamar tersebut, namun dia tak mungkin seperti maling masuk ke dalam kamarnya, kan?

Belum sempat memakai kaos, pintu sudah menjeblak terbuka.

"WAA!"

"WOW!"

BRAK, suara pintu yang kembali ditutup.

Jantung Kuroko berdetak cepat. Dia bukan seorang mesum, tetapi kalau tiba-tiba terpampang jelas tubuh perempuan wajar saja darah mudanya bergejolak.

"Aomine-kun, barusan..."

"Tenang saja, Tetsu..." seperti Akashi, Aomine pun dengan seenaknya mengakrabkan diri dengan menyingkat nama depannya. "Hei, Kou, dia teman sekamarmu yang baru!" Setelah meneriakkan kalimat barusan, Aomine mengelus kepala Kuroko dan berucap, "Tadinya aku mau menggoda dia sebentar, tapi sepertinya kau mau beristirahat. Jadi lain kali saja. Sampai jumpa lagi, Tetsu!" Dengan gestur maskulinnya, dia berjalan menjauh.

Kuroko menghadap ke arah pintu. Mencoba mengendalikan detak jantungnya yang masih berlari, dia membuka pintu kamarnya dan menemukan seorang laki-laki berambut kecoklatan di dalamnya.

"Selamat datang. Aku Furihata Kouki. Maaf tadi aku membuatmu terkejut."

"Kuroko Tetsuya," balasnya pelan karena masih terkejut. Matanya sampai tak berkedip melihat sosok di depannya. "Ano, apakah kau laki-laki?"

"Tentu saja aku laki-laki. Lihat!" Dia yang bernama Furihata mengangkat kaosnya ke atas dan benar saja, rata.

Keadaan menjadi canggung di antara keduanya, hanya terdengar suara pintu kamar yang perlahan menutup di balik punggung Kuroko.

"Jadi, kau yang akan menggantikan peran Akashi sebagai Princess?"

"Eh, maksudmu apa?"

"Kau tidak diberitahu apapun?" pekik Furihata. "Sebaiknya kau duduk dulu. Sepertinya ini akan sedikit mengejutkan."

Menuruti kata-katanya, Kuroko duduk di atas salah satu kasur yang terdapat di dalam ruang tersebut. Kuroko baru menyadarinya bahwa kamar ini terbilang rapi. Anggapan bahwa teman sekamarnya adalah orang yang cinta kerapihan dan kebersihan membuatnya sedikit merasa lega. Akan tetapi, yang membuatnya agak heran adalah dinding kamar yang berwarna merah muda serta beragam boneka yang tersebar di sisi kamar. Tak sedikit bunga berbagai jenis yang masih segar mengisi beberapa pot.

Sambil menawari Kuroko segelas air putih, Furihata menjelaskan, "Ini tentang Seirin Private School. Sekolah ini memang sekolah khusus laki-laki, termasuk para guru dan kepala sekolah yang sampai saat ini tidak pernah aku lihat. Karena ini adalah sekolah laki-laki, sejak beberapa tahun yang lalu setiap tahun akan diadakan pemilihan secara sepihak siapa-siapa saja yang akan menjadi Princesses. Nah, Princesses ini adalah dua orang tidak beruntung yang harus berpakaian perempuan selama jam sekolah, menghibur, ah tepatnya untuk memuaskan dahaga laki-laki terhadap perempuan karena kita memang terisolir selama setahun penuh dari apapun yang namanya perempuan, kecuali dari keluarga."

"Aku masih tidak mengerti, Furihata-kun," ujar Kuroko yang memucat.

"Bukan memuaskan dalam artian itu. Kita hanya harus berlaku seperti perempuan. Misalnya menjadi teman yang bisa diajak mengobrol, yang lebih perhatian, menghibur mereka bila mereka sedang sedih."

"Kita?" putus Kuroko sambil beranjak dari atas kasur. "Apa maksudnya dengan kita?"

Furihata menggeram kesal. "Kau ini benar-benar tidak mengerti? Kau itu ditunjuk oleh Akashi untuk menjadi Princess, menemaniku. Kau ingat saat kau berpapasan dengan seorang gadis di dekat gerbang? Itu aku sedang dikejar-kejar oleh Mibuchi-senpai yang menawariku pakaian baru! Aku ditunjuk secara sepihak karena aku yang paling pendek di antara teman-teman seangkatanku."

"Jadi maksudnya, aku... Kau yang menciumku tadi?" nada suara Kuroko berubah kecewa.

"Ya, dan dengan tinggal di kamar ini sudah menandakan bahwa kau adalah Princess. Sampai akhir tahun ajaran baru kau akan sekamar denganku, berseragam perempuan selama jam sekolah, diajak kencan oleh mereka, menemani minum teh, dan sebagainya. " Nafas Furihata menderu saat penjelasan, jelas dia kesal dengan keadaannya.

"Tapi kau mengatakan dua orang, lalu kenapa aku terpilih?"

"Karena Akashi berhasil menjadi ketua OSIS padahal dia masih kelas satu jadi dia tidak bisa melanjutkan perannya."

"Dan Akashi-kun terpilih karena..."

"Ya, karena dia termasuk dalam dua terpendek." Kuroko menelan ludahnya.

"Tapi, menjadi Princess mendapat gaji dan jumlahnya tidak sedikit. Juga banyak keuntungan lain yang aku juga lupa karena banyak sekali."

Mendengar kata keuntungan kuping Kuroko berdiri bak anjing. Sedari kecil Kuroko memang senang dengan yang namanya gratisan.

"Furihata-kun, kalau kau sedang berusaha menghiburku, kau cukup berhasil."

"Oh..." ucap Furihata si surai coklat sambil menggaruk kepalanya.

"Tapi kau harus mengembalikan semuanya kalau kau berhenti menjadi Princess," ucap suara baru dari arah pintu. Akashi Seijuurou, ditemani seseorang yang belum Kuroko lihat tengah berdiri di depan pintu kamarnya. Badannya besar sekali, lebih besar daripada Aomine. "Aku membawakan seragam untukmu, Tetsuya." Akashi masuk, diikuti si pria bertubuh besar dan berwajah mengerikan. Dia langsung mendapat teguran. "Aku tidak mengizinkanmu masuk ke sini, Kenichi. Kau membuat Kouki takut."

Kuroko melirik Furihata yang ternyata sudah meringkuk di bawah selimut tebalnya. "Akashi-kun, aku..."

"Ya, penjelasan Kouki sudah cukup lengkap. Aku rasa aku tidak perlu menjelaskan lebih jauh, kau akan mengerti sendiri nantinya." Akashi pun memberikan kotak berisi seragam perempuan untuk Kuroko yang menerima dengan tampang datar. Tanpa berbasa-basi selain mengelus dagu Kuroko dengan jari telunjuknya, Akashi berbalik badan dan keluar dari kamar. "Besok pagi temui aku dulu, ada yang harus aku jelaskan pada kalian berdua. Dan juga sebaiknya kalian berhati-hati. Kunci cadanganku sepertinya ada yang menggandakan. Selamat beristirahat, Princesses."

Kuroko masih berdiri mematung sambil menggenggam kotak berisi seragam barunya, memandangi punggung Akashi dan Kenichi yang perlahan menghilang di balik pintu kamar yang perlahan berdecit menutup.

Dia merasa lelah. Tujuan Kuroko pindah ke sekolah ini untuk mencari kakaknya yang selama 16 tahun tak pernah dia temui, sekarang dengan seenaknya dia terpilih untuk berperan aneh hanya karena dia pendek.

"Furihata-kun, tolong ganti pakaianmu dengan seragam perempuan dan hibur aku sebentar." Kuroko mendapat lemparan boneka tepat di wajahnya.


Sampai jumpa di chapter selanjutnya


Down saat nemu pengumuman KuroBas ga tayang pas taun baru (curiga Magi juga) [semoga ga bener], akhirnya aq ketik ini secara kilat. Mungkin ada yg udah ga asing dengan alurnya. Yap, ini terinspirasi dari dorama/anime Princess Princess (D). Tapi tenang aja, aq ambil tema sekolahnya aja. Kalo ada yg udah buat tema ini, semuanya adalah ketidaksengajaan dan aq minta maaf.

Ini harem & bukan cuma GoM yg bakal tampil. Siapa si kakak masih aq sembunyikan, yg jelas bukan Furi. Oh ya, mungkin lupa Kenichi di atas adalah Okamura, si chinrilla dari Yosen.

Makasih udah membaca. Review, okay ^^