"Maaf Haruna," seorang bayi berambut cokelat itu seolah mengerti apa yang dikatakan oleh orang tuanya, hanya menatap kedua orang tuanya yang tersenyum kearahnya, "apapun yang terjadi, kami tidak meninggalkanmu karena kami tidak sayang padamu. Jadilah anak yang baik dan tunjukkan pada kami kalau kau akan menjadi kunoichi yang hebat…"
Tentu hanya diam yang didapatkan, dan tidak ada bahkan tangis sekalipun menjadi jawab.
"Akane kita harus kesana sebelum terlambat," ayahnyapun tampak hanya tersenyum dan menepuk ibunya yang menggendongnya sebelum ibunya tersenyum dan meletakkan bayi itu di ranjang yang ada di hadapan mereka, "selamat tinggal Haruna, ingatlah kalau kami akan selalu mencintaimu…"
.
Heal Your Heart
Genre : Romance/Family
Rated : T
Pairing : Naruto x OC x ? (Terserah Reader) | Slight Minato x OC
Warning : OC Pairing | OOC | Alive!Minato
Tidak ada sama sekali keuntungan yang didapatkan dari fanfic ini, dan tidak ada didalam cerita ini yang menjadi milik Author kecuali Haruna dan keluarganya. Naruto dan karakternya sendiri adalah hak cipta milik Masashi Kishimoto.
.
Penyerangan Kyuubi terjadi 5 tahun yang lalu, saat Kyuubi terlepas dari tubuh Uzumaki Kushina—Jinchuuriki sebelumnya dari Kyuubi no Kitsune. Yondaime Hokage Namikaze Minato, menggunakan Shiki Fujin untuk mengunci Kyuubi pada tubuh seorang anak dan mati dalam prosesnya bersama dengan Uzumaki Kushina yang sudah sekarat saat Kyuubi terlepas dari tubuhnya.
Namun, keluarga Hakuoki yang merupakan keluarga kecil tanpa klan namun memiliki sejarah sebagai keluarga Iryo-ninjutsu terkenal di Konohagakure menggunakan sebuah tekniknya yang membuat segel Shiki Fujin terlepas dan menghidupkan kembali sang Yondaime Hokage.
Tentu saja itu tidak dibayar dengan bayaran yang murah, dua orang penggunanya—Akane Hakuoki dan juga Rai Hakuoki, sepasang suami istri keturunan dari keluarga itu tewas menggantikan nyawa sang Yondaime Hokage yang sempat tertelan dalam perut Shinigami, meninggalkan keturunan terakhir dari keluarga Hakuoki—Haruna Hakuoki menjadi anak yatim piatu.
Yondaime Hokage yang mengetahui hal itu, memutuskan untuk mengangkat gadis berambut cokelat dengan mata berwarna Ametis itu menjadi anak angkatnya. Pernikahannya dan juga Kushina Uzumaki yang merupakan sebuah rahasia, membuat semua orang tidak mengetahui kalau Uzumaki Naruto adalah anak dari Yondaime Hokage—dan Minato tidak mengatakannya baik pada Naruto maupun pada semua warga Konoha bahwa Naruto adalah anaknya.
Ya, Uzumaki Naruto hidup sebagai anak yatim piatu tanpa mengetahui ayahnya masih hidup dan merupakan seorang Yondaime Hokage.
Anak berusia 5 tahun itu tampak berjalan di sebuah kamar yang cukup besar menuju ke tangga yang menghubungkan kamar itu ke lantai bawah sebuah rumah atau lebih tepatnya disebut sebagai mansion. Menguap lebar sambil mengucek matanya, sudah dipastikan kalau anak itu masih sangat mengantuk dan memang benar karena waktu menunjukkan pukul 6 pagi saat itu.
…
"Minato-saaan?"
Tidak ada jawaban.
Ia berjalan dan mencari kemanapun ruangan dan tempat yang bisa ia lihat, namun tidak ada sama sekali tanda-tanda adanya pria berambut kuning itu. Kalau ia tidak tinggal sangat lama bersama dengan pria yang merupakan ayah angkatnya, mungkin ia tidak akan tahu kemana ayah angkatnya saat ini. Namun 5 tahun sudah cukup untuk membuatnya mengenal kebiasaan ayahnya itu.
Ia segera berjalan kearah pintu keluar, sebelum seorang ANBU yang mengawasi rumah sang Hokage menghentikannya.
"Mau kemana Haruna-sama?"
"Mencari Minato-san," jawabnya sambil masih menguap dan membuka pintu rumah itu dan berjalan keluar, tidak perduli dengan pakaiannya yang masih berupa piyama. Dan sebenarnya, ia memang tidak perduli karena sangat mengantuk kala itu.
Di sebuah apartment, tampak seorang anak laki-laki berusia 5 tahun yang tampak tertidur dengan pulasnya di tempat tidurnya. Rambut kuning, dan juga mata Sapphire miliknya yang sangat identik dengan Yondaime Hokage, dan tiga buah whisker yang menghiasi wajahnya, tidak mengerti kenapa semua orang di desa tidak curiga kalau anak ini adalah anak dari Yondaime Hokage Konoha.
Di ruangan kecil dan juga kotor itu, dengan segera muncul sosok pria berambut kuning yang memakai pakaian hitam polos kala itu tanpa jaket Jounnin dan juga jubah Hokagenya. Namikaze Minato memang memutuskan untuk tidak memberitahu Naruto tentang dirinya karena ia tahu Naruto akan dalam bahaya jika status sebagai Jinchuuriki dan juga anak seorang Hokage tersebar diseluruh Negara.
Namun bukannya sebuah hal yang mudah bagi seorang ayah, untuk melihat anaknya yang berada dalam jangkauannya tidak mengenalnya dan juga ia harus berpura-pura tidak memiliki hubungan dengannya.
…
'Maafkan aku Naruto…'
Minato mengusap rambut Naruto dan tampak mencoba untuk membenahi selimut saat tubuh itu sepertinya sedikit terganggu oleh gerakan sang Yondaime Hokage. Menarik tangannya, Minato tampak sedikit terkejut saat iris Sapphire itu terbuka dan menatapnya selama beberapa saat.
"Y—Yondaime-sama!" Naruto tampak sangat kaget saat ia membuka mata dan seorang Hokage malah datang ke tempat yang kecil dan kotor seperti rumahnya. Ia segera bangkit dan terlihat gugup dengan apa yang ada disekelilingnya.
"Halo Naruto…"
"Ba—bagaimana," Naruto menoleh pada jendela yang terbuka saat itu, "ma—maaf, apakah anda sudah menungguku sejak lama? Maaf aku memang susah untuk terbangun karena—"
"Tidak apa-apa, aku memang tidak membangunkanmu dari tadi. Maaf karena aku membuatmu terbangun," Naruto menggeleng dengan cepat dan Minato tampak menoleh ke belakang. Ruangan yang sangat kecil, walaupun ia sudah meminta untuk menyatukan Naruto dengan anak-anak lain dip anti asuhan ini sepertinya itu bukanlah hal yang mudah.
"Maaf kalau ruangan ini berantakan Yondaime-sama, aku akan—"
"Tenang saja Naruto, aku melihat ini bukan karena—"
TOK! TOK! TOK!
"Haruna-sama, a—anda tidak boleh pergi ke ruangan ini sendirian."
"Kenapa? Lagipula bukan urusanmu aku akan pergi kemana dan juga dengan siapa…"
Suara itu membuat Naruto maupun Minato saling bertatapan sebelum Naruto turun dari tempat tidurnya dan segera berjalan menuju kearah pintu. Membukanya, dan menemukan kalau anak perempuan berambut cokelat dengan mata ungu itu berdiri masih menggunakan piyama.
"Siapa kau?"
"Hakuoki Haruna, aku kemari ingin mencari seseorang yang ada di dalam kamarmu," Naruto mengerutkan dahinya, bertanya-tanya bagaimana anak sebayanya itu tahu kalau ada seorang Yondaime Hokage di dalam ruangannya.
"Runa-chan, apa yang kau lakukan disini?" Minato berjalan dan mendekati kedua anak berusia 5 tahun itu. Sang Matron yang melihat ada Yondaime Hokage disini tampak sangat terkejut dan sebelum ia bisa merespon, Minato meletakkan tangannya di depan wajah orang itu, menyuruhnya untuk diam.
"Karena tadi malam Minato-san pulang malam, dan kau tidak ada pagi-pagi aku menyusulmu," jawabnya masih dengan nada yang sama. Walaupun Minato mengatakan pada Haruna untuk memanggilnya otou-san, namun anak itu tetap memanggilnya Minato seperti sekarang. Haruna menoleh pada Naruto, "nama."
"Eh?"
"Aku sudah memperkenalkan diriku, aku ingin tahu siapa namamu…"
"Namaku Uzumaki Naruto—'ttebayo!" Haruna bisa melihat atau lebih tepatnya melirik pada Minato yang sedikit menyerengit mendengar kata terakhir yang diberikan oleh Naruto. Tentu, itu adalah kebiasaan yang hampir sama dengan Kushina, "bagaimana kau bisa tahu kalau Yondaime-sama ada di ruanganku?"
"Karena aku tahu kalau pagi-pagi ia tidak ada di rumah, ia selalu pergi ke—" Minato segera menutup mulut Haruna sebelum anak itu menyelesaikan kalimatnya yang akan membuat ia menjadi mirip seorang stalker.
"Maaf karena sudah mengganggumu Naruto, baiklah sepertinya aku akan pergi saja," jawab Minato sambil tertawa dan masih menutup mulut Haruna. Naruto yang mendengar itu sedikit membulatkan matanya, seolah tidak ingin mereka berdua (atau dalam hal ini lebih pada Minato) untuk pergi.
…
"Naruto," Minato dan Naruto menoleh pada Haruna yang memanggil Naruto namun menoleh pada Minato, "boleh aku sarapan bersama dengan Naruto?"
"Eh? Kenapa tiba-tiba Runa-chan?"
"Teman baru," Haruna yang irit bicaranya sama bahkan mungkin melebihi pantat ayam yang ada di sebrang sana hanya menatap Minato dengan sebuah semburat merah kecil di pipinya. Ia memang jarang memiliki teman karena matanya yang berwarna aneh. Meskipun orang tuanya dianggap pahlawan, namun anak-anak sebayanya yang tidak mengetahui apapun menganggap ia seperti orang yang aneh.
"Ah, kau ingin mengajaknya makan di rumah sebagai temanmu?"
Dan Haruna hanya mengangguk pelan—tidak berbohong karena memang itu adalah salah satu dari dua alasannya untuk mengajaknya makan di rumah. Satunya? Karena baik Minato maupun Naruto menunjukkan ekspresi tidak ingin berpisah satu sama lainnya.
"Terima kasih atas makanannya Yondaime-sama, ini benar-benar enak!"
Naruto tampak meletakkan piringnya di depannya, dan beberapa lauk yang tampak masih banyak di depannya. Haruna dan juga Minato yang melihat itu tampak bingung, karena Naruto benar-benar makan sangat sedikit kala itu.
"Kenapa makananmu tidak habis?"
"Eh? Aku sudah menghabiskannya," Naruto memiringkan kepalanya, malah ikut bingung dengan apa yang dikatakan oleh Haruna. Haruna menunjuk pada lauk pauk yang ada di samping kiri dan kanan Naruto—bahkan yang paling enak seperti karage dan juga katsu tidak dimakan sama sekali.
"Kau hanya menghabiskan sayur dan setengah bagian ikanmu, karage dan katsu buatan Minato-san memang tidak begitu enak tetapi tetap saja—"
"Hei, apa maksudmu Runa-chan?" Minato tampak memasang wajah berpura-pura kecewa dengan apa yang dikatakan oleh anak berambut cokelat pucat di depannya, "jangan dengarkan dia Naruto, aku yakin kalau aku tidak salah lagi menukar garam dengan gula. Mungkin…"
Dan Haruna hanya sweatdrop mendengar perkataan dari ayah angkatnya itu.
"Eh, jadi semua ini untukku?" Naruto menatap dengan tatapan berbinar kearah semua makanan itu seolah tidak pernah melihatnya.
"Tentu saja bakka, untuk apa Minato-san meletakkannya di depanmu?"
"Biasanya walaupun ada di depanku aku hanya bisa makan sayuran dan juga beberapa daging kalau mereka tidak melihat," gerakan sumpit Haruna dan juga Minato berhenti saat mendengar hal itu. Menoleh pada Naruto dengan tatapan tidak percaya yang disambut dengan satu kata tanya dari Naruto, "apa?"
"Kau hanya makan sedikit itu walaupun makanan itu banyak?"
"Ya, apakah itu aneh?"
"Sangat. Jadi sekarang, lanjutkan sarapanmu," Haruna kembali memakan makanannya sambil melirik kearah Minato yang tampak tidak lagi menyentuh makanannya. Hanya menundukkan kepalanya, namun sepertinya hanya perlu menebak satu hal yang dirasakan oleh Minato saat itu.
Perasaan bersalah.
"Baiklah, dan sekali lagi terima kasih makanannya Yondaime-sama!"
"Minato-san," Naruto menoleh pada Haruna begitu juga dengan Minato yang menatap anak angkatnya itu dengan tatapan bingung, "panggil saja dia seperti itu kalau ia sedang tidak ada di ruangannya. Bagaimanapun Minato-san hanyalah seorang pria tua yang tidak bisa memasak dan juga ceroboh kalau tidak ada di kantornya."
"Hei!"
"B—Bolehkah?" Minato menoleh pada Naruto yang memalingkan wajahnya yang memerah, "apa benar aku boleh memanggil anda dengan Minato-san?"
Minato tersenyum lembut pada Naruto dan mengangguk pelan.
"Tentu saja Naruto…"
"Lebih pantas lagi kalau kau memanggilnya jiji."
"Runa!"
Di depan Minato, mungkin orang-orang bersikap baik pada Naruto karena Minato yang sedikit lebih memperhatikan Naruto daripada yang lainnya. Dan jangan ditanya bagaimana kalau Minato sampai melihat seseorang menyakiti Naruto, sudah dipastikan orang itu akan jera bahkan untuk menyentuh Naruto sekalipun.
Namun, di belakang Minato mereka memperlakukan dengan buruk Naruto. Mengancam akan melukai lebih parah lagi kalau sampai anak itu mengadu pada Minato. Kyuubi dalam tubuhnya membuat semua orang menganggap Naruto adalah Kyuubi dan menjauhinya. Tidak ada yang mau bermain dengannya dan juga mendekatinya.
Mendekatinyapun hanya untuk menyakitinya.
Seperti sekarang, saat Naruto sedang bermain di taman namun dengan segera terganggu dengan beberapa orang yang melemparinya dengan batu. Membuatnya menyingkir dan bersembunyi hingga di hutan yang ada di pinggir kota Konoha.
Haruna Hakuoki bukanlah seorang yang bodoh, ia tahu kalau Naruto adalah anak dari ayah angkatnya. Bukan karena wajah mereka yang mirip, namun karena perhatian Minato yang bahkan melebihi pada saat Minato mengurusinya. Minato sendiri tidak pernah menjawab kalau ditanya apakah Naruto anaknya atau tidak.
"Runa-san, apa yang kau lakukan disini?!" Haruna yang sebelumnya bersembunyi dan menatap kearah Naruto tanpa bermaksud untuk membuatnya sadar akan keberadaannya sedikit tersentak saat melihat Naruto sudah ada di depannya.
"Hanya bingung."
"Bingung?" Naruto sedikit bingung dengan apa yang dikatakan oleh Haruna. Karena Haruna hanya mau berbicara satu atau dua patah kata dan sangat jarang membentuk sebuah kalimat.
"Kau tidak bermain."
"Aku sedang bermain," Naruto menunjuk pada shuriken kayu yang ada disana.
"Yang namanya bermain itu tidak sendirian," jawabnya sambil menatap Naruto yang membulatkan matanya dan memalingkan wajahnya dari perempuan itu. Sebenarnya ia mengerti kenapa Naruto bermain sendiri, tetapi ia hanya ingin mendengarnya langsung dari Naruto.
"Yah, aku hanya ingin bermain sendiri!" Runa menatapnya dengan tatapan tidak percaya, dan Naruto bisa mengerti arti tatapan itu.
"Maksudmu tidak ada orang yang ingin bermain?"
…
Naruto hanya diam dan Haruna menghela nafas sambil mengacak rambutnya. Apakah harus ia duluan yang mengatakan itu pada bocah ini, apakah bocah ini benar-benar tidak bisa mengatakan apa yang ingin ia katakana?
"Ayo bermain."
"Eh?"
"Kubilang ayo bermain," jawabnya sambil mengambil shuriken kayu yang ada disana dan mengulurkan tangannya pada bocah di depannya, "Minato-san membelikanku mainan di rumah. Dan kebanyakan mainan laki-laki, aku tidak suka."
Naruto membulatkan matanya sambil melihat tangan Haruna, hanya beberapa detik sebelum ia memegang tangan Haruna dan tersenyum lebar.
"Baiklah!"
Memang benar apa yang dikatakan oleh Haruna, saat semua mainan anak laki-laki itu ada di ruangannya (yang sebenarnya ingin digunakan untuk ruangan Naruto dulu). Naruto yang tampak masuk pertama kali benar-benar sangat terkejut dan terkesan dengan semua itu. Dan pada akhirnya mereka memainkan semua itu bersama-sama, dan tampak bersenang-senang.
"Haruna, kau benar-benar pintar memainkan ini. Apakah kau benar-benar perempuan?" Mendengar itu sukses membuat empat perempatan di kepala gadis itu berkedut. Bagaimana anak ini bisa mengatakan kalau ia bukan perempuan hanya karena mainan yang sudah ada bahkan sebelum ia bisa berjalan itu bisa ia mainkan.
"Diamlah," Haruna memukul kepala Naruto hingga anak itu mengaduh dan memegangi kepalanya. Pada akhirnya, Haruna dan Naruto kembali bermain, namun anehnya mereka sama sekali tidak berbicara satu sama lainnya selama beberapa saat.
"Minato-san adalah ayahmu?"
Haruna menoleh pada Naruto yang tampak tiba-tiba bertanya seperti itu dengan tatapan bingung.
"Tidak kandung. Kedua orang tuaku meninggal saat usiaku bahkan baru 1 hari dan Minato-san mengangkatku menjadi anaknya," jawabnya sambil memainkan kembali mainannya di dalam kotak, "walaupun hanya orang-orang Konoha yang tahu kalau Minato-san memiliki anak angkat."
"Kenapa?"
"Karena bahaya," jawabnya singkat padat dan jelas. Naruto hanya ber'oooh' ria sambil mengangguk-angguk. Kembali bermain dalam sunyi seolah sedang berfikir apa yang harus ia katakan kembali. Dan seolah ada yang ingin disampaikan namun ia tidak memiliki kata-kata yang pas untuk itu.
"Apakah menurutmu Minato-san memiliki anak kandung?" Mainan yang sedang dijalankan oleh Haruna berhenti bergerak dan kali ini Haruna benar-benar mencoba mencerna apa yang dikatakan oleh Naruto.
"Entahlah. Kenapa bertanya?"
…
"Apakah lucu kalau aku berfikir, Minato-san adalah ayahku?"
To be Continue
Oke, FFIC Indo kayaknya jarang ada NarutoOC ya, saya jadi mau coretnyepamcoret nambahin ffic tentang NarutoOC. Bukannya saya ga suka sama pairing canon. Saya suka NaruHina sama NaruSaku bahkan NaruShion ataupun NaruFem!Haku, tapi saya lagi pengen bikin ffic pakai pairing ini ^ ^
Dia bakal jadi Medic-Nin, dan Minato ngangkat dia jadi anak karena kedua orang tuanya rela korbanin diri buat bangkitin dia lagi. Mungkin teknik yang dipakai sama kaya punya Chiyo-baba tapi lebih kompleks karena nyangkut Shinigami (Original Jutsu)
Kuharap Haruna tidak akan jadi Mary Sue :D dan saya bukan tipe orang yang suka bikin Naruto langsung jadi OP jadi, kalau yang ga suka plot lamban maafkan ya ._.
Ah, kalau ada yang berminat—saya benar-benar ingin dengar review anda. Ini hanyalah keisengan saya belaka ^ ^ kalau ingin liat Haruna kaya gimana, ini dia ^ ^ i . imgur UJjnMVI . jpg spasi dihilangkan :D nanti saya bikin jadi cover cerita aja :|
Makasih kalau kalian mau ngereview atau ngebaca ^ ^