"Shera~ Shera~ Shera~"

Tepat pukul sembilan malam. Gedung lokasi konser perdana penyanyi yang akrab disapa Shera itu dibanjiri lautan penonton. Bukan hanya para anak-anak remaja, tapi wanita dewasa—dan bahkan kaum pria pun—tampak menghadiri konser megah yang baru saja dibuka itu.

Belasan spanduk besar berlafaskan 'Shera' beserta kalimat-kalimat penyemangat lainnya berkibar lembut akibat atmosfer yang begitu menyenangkan. Ribuan stick lampu-lampu neon yang berkerlap terang warna-warni menghiasi seluruh penjuru kursi penonton—tampaknya, mereka semua sepakat membawa banyak. Tak jarang ada beberapa pernak-pernik atribut pendukung Shera yang sengaja dipakai oleh kerumunan penonton itu—membuat suasana semakin bertambah ramai.

Kilauan cahaya blitz kamera menyambar dari berbagai pelosok, seolah tak ingin ketinggalan sedetik pun menjelang keluarnya sang diva ternama.

"Shera~ Shera~"

Penonton kembali bersorak, dengan satu suara kolaborasi memekakkan telinga yang bergelora di seluruh penjuru gedung. Senyum-senyum antusias merekah lebar di bibir masing-masing manusia di sana, mereka tak sabar menunggu sang idola keluar—sungguh. Sejuta kali jeritan pun rasanya tak cukup untuk mengekspresikan perasaan mereka saat ini. Sejarah baru ... akan tercipta.

Di balik tirai panggung berwarna merah marun yang sengaja ditutup itu, seorang gadis berbalut long dress gelap tengah berdiri gugup sembari meremas takut mic di dalam genggamannya. Ia tertunduk, memperhatikan high heels setinggi lima sentinya dengan gelisah. Kedua tangannya mendadak terasa sangat dingin, tenggorokannya bagaikan tercekat, dan perutnya tiba-tiba melilit—intinya, ia nervous.

Ragu-ragu ia menggigit bibir bawahnya, merasa apa yang ia lakukan saat ini memang salah. Alisnya berkedut ringan, berpikir keras mengenai keputusan yang ia ambil ini. Ia ingin mudur, jika masih bisa. Ia ingin menyembunyikan sosoknya seperti semula—dengan tetap menutup dirinya rapat-rapat dari dunia luar. Ia ... tak siap bernyanyi di depan ribuan penonton di balik tirai sana. Kecemasannya memuncak, tingkat kepercayaan dirinya langsung turun dengan drastis.

Baru saja ia hendak melangkah mudur dan berlari sejauh mungkin dari sana, seonggok tangan yang hangat langsung menepuk pelan pundaknya. Gadis itu berbalik, membuat helaiannya ikut bergoyang mengikuti gerakannya.

Seorang laki-laki tampan ber-tuxedo hitam, berpenampilan menarik meski pakaiannya tidak begitu rapih dipandang. Bibirnya menarik senyum simpul, "Majulah~"

Dan begitu pundak sang gadis didorong pelan oleh pemuda di belakangnya, tirai di hadapannya pun langsung terbuka—memancing netra gadis itu menyipit spontan guna mencegah gemilau cahaya yang langsung menyapanya telak dari berbagai penjuru.

Ia telah berdiri di atas panggung konser tunggalnya. So, tak ada kata mudur lagi sekarang.


.

.

.

Title : Shera

Disclamer : Masashi Kishimoto

Warnings : OOC (Maybe), AU, Typo (s), Miss Typo, Ide pasaran, dll

Maaf kalau jelek :)

Story by: Bii Akari and Hima Maa

Enjoy ~

.

.

.


NORMAL POV

"Apa kalian sudah puas?" Seorang pemuda berambut jabrik kecoklatan berdiri dengan napas terengah-engah di tengah panggung yang dikelilingi ratusan penonton. Ia menatap seluruh penggemar beratnya dengan antusias sebelum kembali mengulang pertanyaannya tadi dengan suara yang lebih menggelegar. "KALIAN SUDAH PUAS?!"

"BELUM~" Para penonton kompak berteriak kencang, menyaingi suara mic sang vokalist yang sudah kebanjiran keringat. Laki-laki bertato segitiga terbalik itu menyeringai puas mendengar jeritan fans-nya. Ia mundur selangkah guna menyejajarkan diri dengan teman-teman band-nya yang baru saja berkumpul melepas atribut mereka.

Senyum sang vokalist merekah lebih lebar lagi begitu melihat penampilan rekan-rekannya yang tak jauh bedanya dengan dia—keringatan dengan napas terpenggal-penggal. Ia beradu kepalan singkat dengan ketiga pemuda tampan di sekelilingnya—sekedar salam antar kawan. Lepas itu, dengan santainya ia melempar mic miliknya ke arah seorang pemuda berambut pirang.

Pemuda berkaos hitam dengan celana jeans sobek-sobek itu menangkapnya refleks dan langsung cengar-cengir lebar. Para gadis-gadis nyaris tepar di tempat melihat pemandangan barusan. "Yah~ sayang sekali—"

"WHUUUUUU~"

Sang drummer menggaruk rambut pirangnya yang sudah lepek akibat keringat dengan perasaan bersalah, ucapannya bahkan belum tuntas tapi para penonton sudah meneriakinya seperti itu. Laki-laki yang memiliki tiga tanda lahir berbentuk kumis di pipi kanan-kirinya itu menatap kerumunan penonton dengan wajah sumringah—ia sangat senang jika semuanya merasa terhibur akan aksi band-nya tadi.

"Naruto-kun~" Para gadis-gadis yang sudah tak tahan langsung berteriak histeris menyambut senyum Naruto yang membuat mereka merasa melambung ke surga. Pemuda berambut raven, jabrik, dan eboni yang berada di samping kiri-kanan Naruto langsung terkekeh menyaksikan gadis-gadis di bawah sana yang sudah mulai fangirling-an.

"Kyaa~ Sasuke-kun~"

"Kiba-kun~"

"Sai-kun~"

Secara serempak, seluruh personil band yang baru naik daun itu langsung dihujani teriakan nyaring dari para gadis-gadis yang mulai merasa limbung akibat senyum-senyum mematikan yang dilayangkan empat pemuda tampan di atas panggung itu. Mereka bergegas merogoh tisue untuk berjaga-jaga, jika saja mereka tiba-tiba nosebleed.

Naruto mengedikkan bahu dengan senyum ringan, lalu mengopor mic ke tangan pemuda berambut eboni. Pemuda itu tersenyum innocent ke arah para fans-nya.

"Kyaaa~ Sai-kun~"

Di sampingnya, Kiba menyenggol pelan bahu Sai—merasa Sai sudah memberi asupan hormon berlebihan akibat senyumnya tadi pada para fans yang semakin agresif itu. Lihat akibatnya, mereka nyaris menerobos pagar pembatas saking tak tahannya.

Sai memposisikan mic tepat di depan mulutnya, sebelum berujar, "Ayolah~ tak baik bagi perempuan pulang terlalu larut~" Ia masih berusaha membujuk para penonton yang ngotot ingin menyaksikan aksi mengagumkan mereka sekali lagi.

"WHUUUU~"

"Aaa~ kalau begitu antar aku, Sai-kun~"

"Kyaaa~ aku juga mau diantar~"

Suasana makin bertambah heboh akibat ucapan Sai tadi—mengingat fans mereka memang sangat didominasi kaum perempuan. Sai memasang cengiran beserta wajah tanpa dosanya pada ketiga pemuda yang menatapnya tajam—ia sama sekali tidak membantu.

Kini, mic bergagang putih itu telah resmi dipegang oleh sang pemuda berambut raven. Bahkan, hanya dengan wajah stoic-nya yang khas saja, para gadis sudah menyerbunya dengan teriakan-teriakan kencang.

"Sasuke-kun~ lihat aku~"

"Kyaaa~ Sasuke-kun~"

Dan begitu Sasuke mendengus bosan, Naruto yang tadi diam-diam ke belakang panggung tanpa sepengetahuan siapapun langsung merangkul pundak Sasuke dari samping. Sasuke menatapnya dengan sedikit heran.

"Katakan sesuatu, Teme," bisik pemuda pirang itu pada kawan raven-nya. Sasuke melempar kembali tatapan manik onyx-nya ke arah penonton.

"Hn."

Hanya gumaman singkat tak berarti sebenarnya, tapi efeknya benar-benar signifikan. Dari berbagai sudut, sudah mulai banyak penonton yang mendadak kejang-kejang di tempat—melihat senyum tipis sang Uchiha yang legendaris.

Kiba bergegas merebut kembali mic dari tangan Sasuke sebelum semua penontonnya tepar berjamaah. Ia membuat ratusan gadis-gadis remaja itu mendesah tertahan akibat smirk tampannya yang terpeta jelas di layar raksasa sudut panggung.

"JADI, APA KALIAN MASIH INGIN BERNYANYI LAGI?"

"YAAAA~"

"BENARKAH?"

"YAAAAAAAAA~"

"Kalau begitu," jeda sesaat, Kiba melirik penuh misteri ketiga pemuda di sekelilingnya. Sedetik kemudian, ia kembali menyeringai dengan suara seraknya yang semakin seksi, "Kali ini hentakkan kaki kalian lebih keras lagi, OKE?"

Teriakan senang penuh euforia kemenangan mengudara dari kerumunan penonton. Tepat sebelum Kiba, Sasuke, dan Sai berbalik, mendadak Naruto menyerbu mereka dengan sebotol air mineral dingin dari arah belakang. Otomatis, tubuh mereka makin basah tak karuan.

"Kyaaaaaa~" Desahan tak tahan kembali terdengar, begitu Sasuke mengusap rambutnya dari depan ke belakang dengan gaya super keren disertai seringai seksinya yang sangat langka. Ia mengirim death glare ke arah Naruto yang masih tertawa terbahak-bahak di pojok panggung.

"Kyaaaaaaaaa~" Tak kuat, beberapa penonton langsung kembali kejang-kejang dengan semakin ekstrim. Penyebabnya? Tak lain dan tak bukan adalah akibat aksi Sai yang menyibak rambutnya kiri-kanan bak model iklan shampoo. Kilauan lampu yang menyorot mereka seakan menambah efek blink-blink dari puluhan tetes air yang melompat terjun sewaktu Sai mengibas rambutnya.

"Kyaaaaaaaaaaaa~" Kiba membuka jaket jeans-nya. Ia melemparnya telak ke arah bocah pirang yang sudah mengerjainya di atas panggung tadi dengan sekali coba. Tepat menghantam wajah Naruto yang membuatnya lengah sejenak.

Seorang kru dengan cekatan melempar botol mineral dingin ke arah Kiba. Dan lalu, pemuda tampan berpenampilan acak-acakan itu langsung melompat menerjang Naruto yang masih sibuk menyibak jaket Kiba dari kepalanya. Naruto langsung terbelalak kaget begitu melihat Kiba sudah berdiri tepat di depannya. Sasuke dan Sai pun sudah mengambil posisi di belakang sang drummer, lengkap dengan botol mineral masing-masing.

"Ini akibatnya karena berani mengerjai kami di atas panggungg, Bocah Tengik!" seru Kiba sebelum menyerbu Naruto yang tak dapat berkutik dengan air mineralnya. Sasuke dan Sai juga melakukan hal yang sama. Gelak tawa penonton pecah, suasana kembali ramai dan hangat seperti sedia kala.

Ketiga pemuda itu bergegas melenggang meninggalkan Naruto yang masih tertunduk menuju posisi mereka masing-masing.

Kini, Naruto-lah yang paling basah dibanding yang lain. Jelas, dia mendapat tiga kali guyuran air sementara rekannya yang lain hanya diguyur sebotol saja—itupun dibagi tiga. Tubuh pemuda berkulit tan itu sudah basah kuyup sekarang. Kaosnya terasa lengket, dan rambutnya jadi makin lepek dari sebelumnya.

Tak punya pilihan lain, Naruto pun menyeringai seksi sembari mengerling ketiga rekannya yang masih menatapnya dengan penuh ejekan. Ia membuka kaos hitamnya tanpa segan lalu membuangnya asal di atas panggung.

"RRAAAAAAWWRRRR~" Para gadis mulai gila, mereka melompat-lompat histeris sembari menjambak rambutnya sendiri dengan napas terpenggal-penggal. Ini sudah di luar batas kesanggupan mereka. Pemuda beriris shappire yang topless itu benar-benar menjadi pemicu pemberontakan massal yang dilakukan para fangirl. Para petugas bahkan kelabakan menghadapi cakaran maut dan cubitan ganas fans-fans wanita itu.

Beruntung Naruto cepat-cepat kembali ke kursi drum-nya lalu mulai menghentak-hentakkan kepala sambil memulai intro dengan sepasang stick kayunya. Disusul oleh suara gitar Sasuke, sedikit alunan bass Sai dan akhirnya ... .

"BERSIAP UNTUK RONDE KEDUA?" Kiba berteriak kencang, membuat suaranya terdengar menjadi lebih serak lagi. Para kaum hawa itu kehilangan fokus mereka—yang semula sibuk menerobos pagar pembatas.

Seolah terhipnotis oleh musik yang mulai dimainkan di atas panggung, kericuhan langsung batal terjadi. Kaki-kaki kembali menghentak lantai, teriakan penuh kegembiraan kembali tedengar, kepala-kepala bergoyang asyik mengikuti irama. Malam yang semakin larut itu seakan tak pernah habis, sebab sekelompok pemuda penuh kharisma itu telah memulai aksinya kembali.

.

.

.

TBC


Author's note:

Hima: nyahaaa... ini fic pertama ku di pair NaruHina bareng Bii Akari X3 dan juga fic ketigaku di FNI~ kayak biasa ada kebiasaan lama, ide numpuk dan mood ngetik saya sering ilang :3 makasih buat bii yang udah bersedia bikin bareng saya yang jelas2 penuh typo ini XD *ditimpuk* mungkin agak aneh karena ini pertama kali bikin cerita tentang hal-hal di dunia musik dan artisnya. kalau emang ada yang aneh di fic ini, silakan bilang di kotak review, monggo yah, saya nggak maksa kok X3 *tos bareng akari* yah, mungkin cuma segini curcolan saya karena saya nggak seheboh akang bii :3 *lirik akang* dan saya juga masih terburu buru mikir ide di chap selanjutnya. yang penting mohon reviewnya. suka fic ini review, nggak suka review juga X3 *woi* untuk curcolan selanjutnya akan dibawakan oleh akang bii :3 #ngacir

Akari: Aih, si mas Himhim pake acara ngacir segala =3= *kibas poni seksi* #plak back to fic, INI APAAAAAH? w(Aw) *gelindingan* gatau mau bilang apa, semuanya masih ngabur dan gajelas banget kan? ;A; Kita sengaja stop di sini karna next chapternya sudah mulai memunculkan konflik fufu~ :3 *alesan* biar kesannya misterius aja gitu =3= *digampar* gimana? ada yang bisa tebak nama band-nya Naruto dkk itu apa? XP yang bener dapet hadiah deh~ *nyiapin Kiba dkk yang udah topless* *ngakak nista* udah~ bacotanku kepanjangan ntar~ *nyeret Himhim balik ke atas panggung*

REVIEW yaaaa~ kami tunggu ^^

Arigatou :)