Heyyaa, Shin is come back. Shin is come back. Run for your lives~~
Enjoy Reader'ers~
.
.
Disclaimer: I dont own KnB (Fujimaki Tadatoshi)
Genre: Fantasy, Supernatural, School-life
Rated: K+/T
Pair: Akashi/OC
.
.
Adorable Story from Gakuen
.
Hear My Heart, it's Screaming..
Sudah berjalan... eum.. entah berapa lama sejak kejadian itu. Yuuki tidak pernah mengusik hal itu kembali, walau tertinggal petak pertanyaan di kepalanya. Sena cs juga sepertinya tidak peduli dengan hal yang terjadi pada Yuuki. Akashi sendiri disibukkan dengan tugas nya sebagai ketua Osis.
..Fin..
.
.
.
.
(Maaf *got distracted*)
.
(Then.. ^o^)
.
"MET' NATAL~!"
Itulah kalimat yang diucapkan oleh Kiyoshi-sensei sambil melambaikan tangan pada muridnya lalu segera keluar kelas sambil bersenandung ria.
"A~ah, pasti karena pacar barunya" gosip siswa A. "Masa? Siapa?"tambah siswa B. "Tahu guru UKS gak?"jawab siswa C. "E~eh, siapa?siapa?" dan gosip pun merambat pesat.
Sena menghela napas. "Lagi-lagi gosip yang yang aneh...dasar, sama sekali ga berubah...". Sena menatap seorang gadis yang masih duduk dengan tenang di tepi jendela walau sudah waktunya pulang. "yang satu ini lebih parah..". Sena mengambil tasnya, berdiri, lalu berjalan menuju gadis itu.
Mata zamrudnya mengikuti benda putih yang kerjanya jatuh berkali-kali, tanpa batas, seperti rekaman yang diputar berulang-ulang. Benda berwarna merah muda yang disukainya tidak ada di tiap ranting. Yang ada hanyalah benda putih berwujud serbuk.
Sena mengguncang pundaknya dengan pelan. Yuuki mengedipkan matanya satu kali lalu beralih pada Sena.
"Ayo, sudah waktunya pulang nih.." kata Sena sambil berjalan pelan keluar kelas. Yuuki mengangguk lalu mengambil tasnya.
Suasana di luar tampak -lumayan- ramai. murid-murid nampak berjalan dengan tenang. Siapa sih yang mau berlari di lantai tanah ber-es? Yang pasti, hanya orang yang mau mengambil resiko terluka yang mau. Di ruang loker, beberapa anak memakai jaket sekolahnya yang berwarna biru tua dan memanjang hingga batas pinggul. Syal –dimana tiap anak pastinya bervariasi-. Juga sapu tangan dari wol yang hangat –dimana tiap anak pastinya bervariasi-.
Yuuki membetulkan syalnya agar terasa hangat pada lehernya. Syalnya berwarna putih dengan kedua ujungnya berbentuk kepala kelinci putih. Sapu tangannya berwarna cream.
Mereka berjalan melewati jalan setapak.
Krrt..krrrtt... krrtt...
Sena melirik cemas pada sebelahnya, Yuuki. Tapi, Yuuki sendiri sedang melamun dengan mata melihat ke depan.
"Em..."
Yuuki menatap Sena dengan tanda tanya.
"Bahaya kalau kamu melamun tanpa menyadari bahwa kamu berjalan diatas es." Kata Sena sambil menggenggam tangannya. Pandangan Yuuki beralih ke bawah. Digerakkan sedikit kakinya. Terdengar suara 'krrtt...' dua kali. Sena menarik tangan Yuuki dengan pelan, Yuuki berjalan mengikuti Sena.
"Ne, Sena..."
"Apa?"
"Akhir-akhir ini, Yuuki sering melamun deh.."
Gubrak! –ini suara batin Sena. Kamu baru nyadar?
"Ta-tapi, bukan suatu hal yg biasanya Yuuki bayangkan tiap hari, tiap menoleh keluar jendela, dll..." sela Yuuki. Sena berhenti ditempat.
"Ma-maksudnya?" Sena makin gelisah, sesuatu yang ditakutinya sejak bersahabat dengan Yuuki mulai terbayang dan takut bahwa hal itu benar-benar terjadi.
"Eh? Maksudnya... euh, maksudnya..." Yuuki tengah berpikir dengan keras. Keringat dingin mengalir dari wajah Sena. "Mungkin... perasaan Yuuki..."
"Tuk menemaninya"
Hening. Yuuki masih berpikir keras untuk menjelaskan apa maksudnya. Sena? Entahlah dia tengah berteriak dalam hatinya.
"E,eh? Se-Sena? Kamu gak apa?" tanya Yuuki. Sena sendiri sedang membeku. "Ne~ ayo, cepat kembali ke asrama... disini dingin lho..." keluh Yuuki sambil menarik Sena –tanpa nyawa—.
.
Yuuki's POV
Walau pelajaran dimulai, dan kegiatan seperti biasa juga dimulai. Yuuki merasa, bahwa kegiatan Yuuki (makna:melamun) cukup keterlaluan. Yuuki memang suka berlabuh melihat pemandangan diluar. Tapi, kali ini... Yuuki memikirkan hal lain.
Oiya, ngomong-ngomong.. sudah berapa lama Yuuki gak ketemu Akashi, Reo, Momoi... dan Kuroko? Yuuki ingin ketemu. Ingin bercerita tentang banyak hal. Pasti seru kalau kami bisa bertemu.. tapi, untuk Kuroko... rasanya susah. Dia tinggal di dunia lain. Apa dia bisa kesini? Mungkin tidak.. mungkin bisa...
Tidak lama kemudian, Sena mengenggam tangan Yuuki dan mengatakan sesuatu sambil melihat ke bawah. Begitu Yuuki lihat ke bawah, Yuuki sedikit cemas .. apa yang Yuuki cemaskan bukan alas tanah yang tertumpuk es. Melainkan bayangan Yuuki yang terpantul di es tersebut. Dunia itu, Yuuki ingin kembali. Ingin rasanya Yuuki mengarahkan perasaan ini. Akhirnya, Yuuki mulai bercerita secara pelan pada Sena. Tapi, awal-awal cerita.. Sena menanyakan apa maksudnya. Aduuh, ribetnya. Yuuki berusaha keras untuk menjelaskan. Kalimat pertama yang Yuuki ucapkan adalah inti dari perasaan Yuuki. Pastinya, Sena tidak mengerti. "Mungkin.. Perasaan Yuuki tuk menemaninya..".
"...Apa dia selalu sendirian...?"
"... Apa saat ini dia masih sendirian..?"
"...Sekarang musim dingin, apa dia tidak kedinginan..?"
"A~ah... Yuuki masih ingin bercerita banyak dengannya.."
Kuroko-senpai...
.
.
Normal POV
"Yuuki sudah selesai mandi nih. Sena, gantian ka—" Yuuki melihat tidak ada siapapun di dalam kamar. "Lho, kemana Sena?"
Suara hentaman sepatu mengisi tiap sisi koridor. Beberapa murid di depan sana segera menepi. Aura iblis meluap dimana-mana.
Ruang OSIS. BRAAK!
Beberapa siswa yang berada di dalam ruang OSIS menoleh ke arah pintu.
"Aku mau bicara EMPAT MATA dengan mu!" seru Sena.
.
"Jadi... kau mendengar sebuah pernyataan Yuuki saat akan kembali ke asrama. Lalu pernyataan itu tidak lain untuk Sei-chan.. begitu yang kau pikirkan?" tanya Reo.
Sena mengangguk. Akashi menyeduh tehnya. Momoi hanya tersenyum garing.
Reo menghela napas."Oi, Ama-chan masih belum memberitahu siapa yang dimaksud, kamu sudah berpikir jauh begini.."
"Ama-chan?" serentak Sena dan Momoi.
"GAH, dari kata Amano. Yuuki Amano. Jadi kupanggil Ama-chan saja." Jawab Reo. Sedikit sebal karena kalimatnya tidak dihiraukan.
"Memang, kamu siapanya Yuu-chan HEH?" tanya Sena dengan sinis.
Momoi mengerutkan dahi lalu mengangguk-angguk. "Apalagi, itu panggilan yang tidak imut!" protesnya.
Gubrak! –batin Reo. Aku mencoba meluruskan suatu hal, kenapa aku disalahkan?
Ketiga siswa tersebut menunggu respon dari sang ketua OSIS.
"Reo, kirim proposal ini pada dewan Osis lewat fax." Kata Akashi sembari berdiri lalu segera kembali kembali ke ruang kerjanya. Reo hanya menerima sebuah dokumen dengan wajah sweatdrop.
"Tunggu! Aku belum selesai bicara!" seru Sena, Momoi reflek segera menahan amarah Sena.
"Se-chan, Akashi-kun pasti sedang sibuk. Besok saja, ya?" kata Momoi. Akhirnya terjadi debat antara Sena dengan Momoi. Reo hanya diam seribu bahasa sambil mengirim dokumen tersebut lewat fax.
.
.
Next Morning ^o^
"Oh, Sena lupa mengembalikan novel pada teman Sena. Yuuki pikir ada sesuatu yang terjadi." Kata Yuuki sambil merapikan rambutnya. Sena mengganguk dan tersenyum garing.
"Ya-yah... begitulah. Hehe..."
"Jangan pergi tiba-tiba dong.. Yuuki sampai bertanya-tanya kamar sebelah lho.."
"Maaf deh.. Nah, yuk berangkat." Ujar Sena sambil menggenggam tangan Yuuki dengan erat agar kejadian itu tidak terulang kembali. Hal ini sudah dilakukan sehari setelah hilangnya Yuuki.
Rencana nya, hari ini mau mengambil gaun kelas di masing-masing wali kelas. Setelah itu, mereka ingin membeli beberapa aksesoris untuk pesta natal.
"Yuu-chan, ini gaunmu." Sena memberikan paket gaun pada Yuuki.
"Thanks, Sena."
"Yuk, ke toko aksesoris." Sena menggenggam tangan Yuuki dengan erat lagi.
Kalau ditanya apa kegiatan setelah membeli aksesoris? Well, Sena ada tugas piket untuk membersihkan kandang kelinci di halaman belakang. Yuuki sebenarnya ingin membantu, tapi Sena menolak. Nanti malah repot, itu alasannya. Akhirnya, gadis bernama Yuuki tersebut memutuskan untuk mengunjungi perpustakaan saja.
"Wah, kalung berbentuk love ini lucu, tapi yang ini juga bagus..." Sena sibuk dengan pilihan di rak tersebut. Yuuki mengamati tiap rak dengan aksesoris yang bermacam-macam. Beberapa siswi juga asyik memilih, bahkan berdebat. "Yuu-chan, kamu pilih yang mana?" tanya Sena.
Sena segera mengunjungi Yuuki yang dirinya tidak jauh dari Sena.
"Eh? Kok malah beli kado?" tanya Sena.
"Iya, isi kado ini gantungan kunci kok. Yuuki lagi gak tertarik beli aksesoris, jadi beli kado aja." Jawab Yuuki sambil melihat penjual tersebut membungkus itu dengan pita merah.
Sena terhenyak sejenak. "Bu-buat siapa?"
Yuuki menoleh lalu tersenyum nakal. "Ra-ha-si-a~". Seakan-akan Sena terlempar keluar bumi. Yuuki melihat jam dinding,"Sena, sekarang sudah jam sepuluh.. bukannya kamu harus segera datang setengah jam yang lalu?" tambah Yuuki. Sena segera melihat jam tangannya.
"O-oh, iya ya.. ehehe... kalau gitu, aku pergi dulu ya." Kata Sena sambil tersenyum garing, Yuuki hanya mengangguk.
.
Sena's POV
Tidak mungkin. Ini mustahil. Sudah segitu jauhkah hubungan mereka? Tidak, tidak. Mereka baru kenal beberapa hari? Eh, bulan? ... gyaa, kalau gitu sih wajar. Tidak mau! Apa mimpiku jadi kenyataan? Seharusnya aku melakukan tindakan pertolongan pertama (baca:mencegah) sebelum semua ini terjadi. Cih, andai aku bisa mengembalikan waktu...
"Se-chan~!" seorang gadis memanggil didepan sana. Aku menoleh dan menatap Momoi.
"Oh, Momoi-san." Balasku. Pikiranku masih penuh dengan khayalan tentang mereka.
"Yey, hari ini aku piket dengan Se-chan. Mohon bantuannya~" Momoi menundukan sedikit badannya. Aku terhenyak. Tanganku memegang pundak Momoi yang sembari bangkit. "Um? Apa?" tanya Momoi.
"Aku serahkan padamu." Kataku lalu pergi meninggalkan Momoi di halaman belakang.
"Egh? Aku yang kerja?" gumam Momoi. "Egghh!? Se-chan~!" serunya.
.
Maaf, Momoi. Aku tidak waktu untuk bermain-main dengan para easter tersebut (baca:kelinci). Ada hal lain yang jauh lebih penting. Nyawa Sahabatku !
Aku mempercepat langkahku. Begitu sampai di toko. Sosok yang kucari tidak ada. Aku bertanya pada teman-teman sekitar. Mereka bilang, Yuuki sudah keluar toko sejak tadi. Begitu kutanya ke arah mana, mereka tidak tahu. Cih, seharusnya saat Yuuki ingin membantu aku menerimanya. Dengan begitu dia tidak jauh-jauh dariku!
... aku berhenti dengan wajah yang meradang seperti bulan purnama. Aku berpikir, mencari sebuah kalimat yang tadi terngiang begitu saja di kepalaku.
Aku POSESIF banget ya!?
.
[Sena:XP]
.
Normal POV
Brak –!
"Akashi-kun, Akashi-kun..." panggil Yuuki. Akashi menatap gadis berambut pendek tersebut.
"Ada apa?" tanya Akashi.
"Ayo, kesana lagi."
Hening.
"Aku sibuk." Kata Akashi memecahkan keheningan.
"Yuuki mohon, lima menit saja. Setelah itu Akashi bisa kembali kerja dengan tenang." Kata Yuuki sambil memohon. Pertanyaan di benak Akashi: 1)apa yang bisa dilakukan dalam lima menit? 2) apa maksud kalimat terakhir? ...dengan tenang?.
Akashi menghela napas. "kalau begitu tunggu di ruang sebelah, nanti aku kesana."
Yuuki segera menuju ruang disebelah. Oh, ruang rapat ternyata. Isinya meja yang cukup panjang, dengan kursi yang berjajar rapi. Di dinding terdapat Proyektor untuk presentasi.
"Wow, ruang rapat." Gumam Yuuki. "Kira-kira Akashi-kun dan Mibuchi-kun duduk dimana ya~" Yuuki melihat-lihat satu persatu kursi tersebut. Dia mendapati satu kursi yang berada di tengah dari semua kursi. "wow, keren~" Yuuki segera duduk di kursi tersebut. "ehe~, rasanya kayak pemimpin~"
Maka dimulailah sebilah akting oleh Yuuki Amano.
"Heum, rapat hari ini akan membahas tentang seorang siswi Silver Gakuen. ada tambahan info mengenai ini?" tanya Yuuki dengan Boss-tone.
"Persilahkan saya, Kaichou. Saksi mengatakan bahwa dia adalah murid dari kelas zero." Ujar Yuuki yang kali ini dengan UnderBoss-tone.
"Kaichou, Saya sudah membawa dirinya kemari!" seru Yuuki dengan UnderBoss-tone Lainnya.
"Apa benar anda siswi kelas zero?" tanya Yuuki dengan Boss-tone lagi.
"...Ya..." jawab Yuuki dengan Zero-tone.
"Angka Heartmeter anda menunjukan tidak stabil. Apa maksud semua ini?" tanya Yuuki dengan boss-tone.
Hening. Yuuki mulai sadar, bahwa dirinya sedang bermain dengan diri-sendiri.. namun dia menginjak ranjaunya sendiri. Dilihat semua jejeran kursi tersebut . kosong.
"Yuuki ingin didengarkan..." gumam Yuuki dengan lesu.
Pintu terbuka. Akashi masuk sambil membawa sebuah buku.
"..." Akashi melihat mata zamrud gadis tersebut yang nyaris berkaca-kaca. "...kenapa?" tanya Akashi.
Yuuki menatap Akashi sejenak. "Tidak apa..."
Akashi menutup matanya sejenak. "Puih, apa yang kamu lakukan di kursiku?" sindir Akashi. Yuuki segera berdiri.
"I-ini karena Yuuki ingin mencoba duduk disini." Kata Yuuki. Matanya yang berkaca-kaca sudah tidak nampak. Akashi tersenyum nakal namun dicampur lega juga.
"Oh, bermain rapat tentang siswa kelas zero tadi?" sindir Akashi. wajah Yuuki memerah padam.
"Ga-gak apa kan? Yuuki ingin sekali-kali mencoba berada disini dan berlagak memecahkan suatu masalah..." tukas Yuuki. Akashi tertawa kecil. Dia menarik Yuuki dari kursinya.
"Kamu gak pantas berada disitu." Bisik Akashi di telinga Yuuki.
"Eh?"
Sebelum Yuuki memberontak. Akashi mengelus kepalanya. "Sampai saatnya tiba, kamu akan tahu tempatmu itu berada dimana.." kata Akashi sambil tersenyum. Sungguh, senyum yang langka.
Hening. Akashi ingin tahu seperti wajah gadis yang tengah dielusnya ini.
"...?...Hah? Yuuki gak ngerti.."
Kratak –batin Akashi.
"Ya sudahlah.. ayo." Kata Akashi sembari berjalan menuju cermin. Yuuki mengangguk lalu mengikuti tepat di belakang. Akashi mengeluarkan liontin perak tersebut dari sakunya. Yuuki segera menggenggam tangan Akashi.
Akashi sedikit terkejut tapi hanya beberapa detik dia kembali normal. Cermin di depan mereka bergeming. Tangan Akashi menyentuh permukaan cermin tersebut. Tanpa hitungan detik, mereka telah ditarik.
.
"Selamat datang." Sapa Kuroko.
"Kami kembali~!" balas Yuuki sambil berlari sekuat tenaga menuju Kuroko. Akashi segera duduk di sofa yang letaknya tidak jauh dari mereka. Ia segera membuka dokumen yang dibawanya lalu mengerjakan sesuai tugasnya.
Yuuki menangkap suatu pemandangan di dekat perapian.
"Wuah, ada pohon natal~" serunya. "Hebat, ini Kuroko-senpai yang buat?" Tanya Yuuki.
Kuroko menggeleng,"ini dunia hasil refleksi dari duniamu. Apa yang terjadi pada duniamu juga terjadi disini.". Yuuki mengangguk sejenak.
"oiya, Yuuki hampir lupa…" Kuroko menangkap sebuah bungkusan dari tangan Yuuki.
"Apa ini?" Tanya Kuroko. Yuuki hanya tersenyum nakal. Kuroko segera membuka bungkusan tersebut. Sebuah objek. "Uh-oh…" Kuroko memegang objek tersebut. "Ini… gantungan kunci.." Kuroko memperhatikan tiap motif, lekuk, bentuk, dan rupa gantungan tersebut.
"Iya, hadiah natal dari Yuuki. Bunga Moonbow."kata Yuuki.
"Mo-Moonbow?" Tanya Kuroko.
"Iya, itu bunga yang hanya bisa ditemukan saat munculnya pelangi di malam hari. Cahaya dari pelangi malam tersebut adalah kunci untuk menemukan bunga ini. Makanya dinamakan bunga Moonbow. Bunga ini kecil, dan selalu bercampur dengan bunga-bunga lain hingga sulit dilihat. Tapi, hanya pada saat tertentu, bunga ini begitu mempesona di mata makhluk hidup. Malam berpelangi." Yuuki menjelaskan. Mata Kuroko terlihat berbinar sejenak, dan Akashi tahu itu.
"Terima kasih, Amano-san." Kuroko tersenyum sejenak lalu kembali pada wajah lamanya sambil memperhatikan gantungan kunci tersebut.
Semburat merah terlihat di polesan pipi gadis tersebut. Dia segera berdiri. "Anu… Yuuki mau ke belakang sebentar.." kata Yuuki sambil terburu-buru keluar kamar dengan tangan kanannya ,.,.,, menyembunyikan semburat tersebut, dan Akashi tahu itu.
Akashi melirik pemuda berambut biru tersebut.
"Say, what makes you…." Kuroko menatap pemuda berambut crimson tersebut. "Stand on my way?"
DHEG. Keringat dingin mulai mengalir di sepanjang wajah Kuroko. Namun, Kuroko tetap menjaga ekspresinya. Ia menaruh gantungan kunci tersebut dengan aman di dalam sakunya. Tangannya meraba gantungan tersebut, menjamin tidak ada retakan atau luka pada gantungan itu. Perlahan, Kuroko berdiri. Tangannya meraba sekeliling, mencari puntuan untuk berdiri. Didapatinya sisi meja untuk menahan seperempat beratnya.
Akashi menutup dokumennya lalu segera memakai kacamatanya ber-ornamen silver. Lembar demi lembar di baca dengan teliti. Untuk Kuroko, dia tetap mematung disana sambil berdiri. Tangannya meraba wajahnya seakan ingin mencakar wajahnya sendiri. Pandangannya menajam. Tangan satunya tetap berpangku pada meja sebelahnya, menjaga keseimbangan tubuhnya.
"Tidak bisa dipercaya…" kata Kuroko dengan lirih. Akashi tetap mengacu pada dokumen tersebut. Kuroko memejam matanya dengan paksa. Perlahan ia membuka, Kuroko menangkap sosok pemuda diambang pintu. Kedua tangannya dilipat. Pemuda itu memakai jaket abu-abu.
Akashi hanya diam, ia baru menyadari sosok Kuroko yang tengah berdiri dan bermandikan keringat disana. Sebelum Akashi bertanya, sebuah sosok melewatinya seakan-akan dirinya tidak terlihat. Akashi kembali tenang untuk melihat lebih lanjut.
"Ma-Mayuzumi-kun…"
Akashi tengah bersemi disana.
Pemuda yang dipanggil Mayuzumi tersebut berdiri tepat didepan Kuroko.
"Say, what makes you… stand on my way?" Tanya nya.
HEG. Jantung Kuroko seakan-akan nyaris jatuh. Dia tidak bisa menjaga keseimbangannya kembali. Energinya seakan-akan sudah habis. Namun, tangan Mayuzumi membantunya berdiri dengan memegang pundaknya.
"Jawab."
Kuroko tetap menjaga ekspresinya. "They…. All yours" jawab Kuroko. Mayuzumi tersenyum. Kabut putih menyelimutinya dan dirinya menghilang seakan ditelan kabut itu sendiri. Kuroko terjatuh dan membuat barang-barang diatas meja tersebut jatuh semua. Akashi menutup dokumennya lalu segera membantunya berdiri, kemudian Akashi mengambil barang-barang yang jatuh tersebut. Suasana mencekam. Hening.
Brak!
"Huweee.. kran air di toilet cewek tidak mau berhenti~~!" seru Yuuki.
….
Pfft
Kedua pemuda itu melepaskan tawa kecil mereka. Yuuki terus nongol menanyakan kenapa mereka tertawa. Yuuki juga terus meminta tolong untuk membenarkan kran air di toilet cewek. Pada akhirnya kedua pemuda itu tertawa kecil lagi, dengan alasan: itu permintaan yang lucu.
.
.
[TBC ^_^]
.
Sekian lama hiatus, akhirnya shin muncul lagi. Setelah itu hiatus untuk waktu yg lama -.-''
Hayati mulai lelah karena selama ini shin sedang LDR dengan internet(?) mohon maklumi para reader yang terhormat.. ^_^ wait until next chapter ….or maybe the right phase : wait until update^o^